Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES


MELITUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah


III

Dosen Pengampuh : Ns.Fransiska Aloysia Mukin, M.Kep.

OLEH

1. YUNITA TRISNA (011221096)


2. ANTONIA YOFINA (011221089)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA

INDONESIA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kerana berkat rahmat-Nya,
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah III pada Klien
dengan Diabetes Melitus” dapat diselesaikan pada waktunya.
Makalah ini tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimah
kasih kepada :
1. Ibu Ns.Fransiska Aloysia Mukin, M.Kep sebagai dosen mata kuliah dan
dosen pembimbing pambuatan makalah ini.
2. Teman-teman seangkatan mahasiswa lintas jalur fakultas ilmu-ilmu
kesehatan universitas nusa nipa angkatan 2022 yang sudah mendukung
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini banyak terdapat kekurangan. Penulis tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari makalah ini sangat diharapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah selanjutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.

Maumere, 01 Nopember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………….


KATA PENGANTAR …………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...iii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………...
A. LATAR BELAKANG …………………………………………………….
B. TUJUAN PENULISAN …………………………………………………...2
1. TUJUAN UMUM ……………………………………………………..2
2. TUJUAN KHUSUS …………………………………………………...2
C. MANFAAT PENULISAN ………………………………………………...3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….5
A. KONSEP DASAR TEORI ………………………………………………...5
1. Pengertian ……………………………………………………………...5
2. Etiologi ………………………………………………………………..5
3. Patofisiologi …………………………………………………………...6
4. Manifestasi Klinis ……………………………………………………..7
5. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………………….9
6. Penatalaksanaan ……………………………………………………….9
Patoflodiagram …………………………………………………………...11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ………………………12
1. Pengkajian ……………………………………………………………12
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….13
3. Intervensi Keperawatan ………………………………………………14
4. Implementasi Keperawatan …………………………………………..22
5. Evaluasi ………………………………………………………………22
C. ANALISIS JURNAL TERKAIT KASUS YANG ADA ………………...22
BAB III. PENUTUP ……………………………………………………………...24
A. KESIMPULAN …………………………………………………………..24
B. SARAN …………………………………………………………………..24
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)
akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya
( ADA,2017).
Data World Health Organization (2015) telah mencatat, Indonesia
dengan populasi 230 juta jiwa menduduki kedudukan keempat di dunia dalam
hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika
Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi
diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan,
dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010
mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta
warga desa menderita diabetes.
Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat
di klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,Dm
gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis
yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%, dimana faktor
pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi makanan instan,
terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel
prankreas dan kelainan hormonal.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2015
terdapat 415 juta (8,8%) penderita DM di seluruh dunia dan diprediksikan
angka tersebut akan terus bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM
tahun 2040. Sedangkan jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia
diperkirakan sebesar 10 juta yang menempatkan Indonesia dalam urutan ke-7

4
tertinggi di dunia bersama China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan
Meksiko (IDF, 2015).
Peran perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam
upaya kuratif yaitu memberikan pengobatan kepada pasien. Berdasarkan data
diatas, penulis tertarik membahas Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan penulis dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan
keperawatan yang bermutu pada pasien diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis setelah pelaksaan asuhan
keperawatan adalah :
a. Mampu memahami konsep teori diabetes mellitus.
b. Mampu melakukan pengkajian dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
c. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes
mellitus.
d. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien diabetes
mellitus.
e. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada
pasien diabetes mellitus.
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien diabetes mellitus.

5
3. MANFAAT PENULUSAN
a. Bagi Penulis
Bagi penulis sendiri dapat memberikan pengetahuan,
pengalaman dan mengembangkan kemampuan peneliti dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah.

b. Pelayanan Rumah sakit


Sebagai masukan bagi petugas kesehatan khususnya dalam
mengambil keputusan dibidang pelayanan kesehatan khususnya
promosi kesehatan mengenai Diabetes mellitus.

c. Institusi Pendidikan
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat dipergunakan sebagai bahan
referensi bagi penulisan selanjutnya.

d. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian dapat menjadi referensi dan rujukan dalam
pembuatan ataupun pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien
diabetes mellitus.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TEORI


1. PENGERTIAN
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan
karena adanya hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak
mampu memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas pada sel target
tersebut (Kerner and Bruckel, 2014)
Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang terjadi karena
peningkatan kadar gula dalam darah yang terjadi karena adanya kelainan
sekresi insulin sehingga memperlambat kerja insulin (Hasdinah dan
Suprapto, 2014)

2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer, 2015, Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan ke
dalam 2 kategori klinis yaitu :
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM tipe I )
1) Genetik
Umumnya penderita diabetes melitus tidak mewarisi diabetes tipe
I, namun mewarisi sebuah predisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki type HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan prose imunnya
(Smelzer, 2015 dan Bare, 2015).
2) Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat fakta adanya sebuah respon autoimun.
Ini adalah respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya sebagai jaringan asing (Smelzer, 2015 dan Bare,
2015).

7
3) Lingkungan
Virus atau toksin tetentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta (Smelzer, 2015 dan Bare, 2015).

b. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DM tipe II )


Menurut Smeltzer, 2015 mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II
masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor- faktor resiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga

3. PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer, pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan di hati meskipun tetap berada
dalam darah menimbulkan hiperglikemia prospandial. Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urine (glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (piliuri) dan rasa haus

8
yang berlebuhan (polidipsi). Defisiensi insulin juga akan mengganggu
metabolisme protein dalam lemak yang menyebabkan penurunan berat
badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia),
akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya kelelahan dan
kelemahan. (Smeltzer dan Bare, 2015).
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan
karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun
pula pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki
peranan penting dalam munculnya DM tipe II. Faktor pemicunya adalah
gaya hidup, obesitas, rendah aktivitas fisik, diet, tingginya kadar asam
lemak bebas. Mekanisme terjadinya DM tipe II umumnya disebabkan
karena resistensi insulin dan sekresi insulin.Resistensi DM tipe II diserti
dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika
sel-sel B tidk mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadinya DM tipe II. (Smeltzer dan
Bare, 2015)

4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut PERKENI (2015), penyakit diabetes melitus ini pada awalnya
serengkli tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang
dapat diketahui bahwa seseorang menderita diabetes melitus yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula darah mencapai nilai 160-180 mg/dl dan air seni (urine)
penderita diabetes melitus yang mengandung gula (glukose), sehingga
urine sering dikerubuti semut.

9
Menurut PERKENI (2015), gejala dan tanda-tanda diabetes melitus dapat
digolongkan menjadi 2 bagian yaitu :

a. Gejala akut
Gejala penyakit diabetes melitus bervariasi bahkan mungkin tidak
menunjukkan gejala sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang
ditunjukkan meliputi :
1) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (polifagia)
Pada diabetes, karena insulin bermasalah, pemasukkan gula ke
dalam sel-sel tubuh berkurang sehingga energi yang dibentuk pun
kurang sehingga menyebabkan orang menjadi lemas. Oleh karena
itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan
menimbulkan rasa lapar sehingga timbullah perasaan selalu ingin
makan.
2) Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urine keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut timbullah rasa haus
sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum manis.
Minumam manis akan sangat merugikan karena membuat kadar
gula semakin tinggi.
3) Jumlah urine yang dikeluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal, maka gula darah akan
keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine yang keluar,
yang mengandung gula tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga volume urine yang
keluar banyak dan kencing pun sering. Jika tidak diobati maka
akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, napsu makan
mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10
kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas
diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015)

10
b. Gejala kronik
Gejala kronik yaang sering dialami oleh penderita diabetes melitus
(PERKENI, 2015) adalah :
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk jarum
3) Rasa tebal di kulit
4) Kram
5) Mudah mengantuk
6) Mata kabur, biasanya sering ganti kaca mata
7) Gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita
8) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
9) Kemampuan seksual menurun
10) Dan pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4
kg.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah
Meliputi :
1) GDS ( Gula Darah Sewaktu)
Nilai normal : >200 mg/dl
2) GDP (Gula Darah Puasa)
Nilai normal : >140 mg/dl
3) Gula darah 2 jam setelah makan
Nilai normal : >200 mg/dl
b. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pad urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ )
dan merah bata ( ++++ ).

6. PENATALAKSANAAN

11
Penatalaksanaan diabetes dititikberatkan pada 4 pilar penatalaksanaan
diabetes yaitu:
a. Edukasi
Tujuan utama dari pemberian edukasi pada pasien diabetes melitus
dan juga pada keluarga adalah harapan dimana pasien dan keluarga
akan mengerti bagaimana cara penanganan yang tepat dilakukan pada
pasien diabetes melitus. Edukasi pada pasien meliputi : Pementauan
kadar gula darah, kepatuhan dalam mengkomsumsi obat, peningkatan
aktivitas fisik, pengurangan asupan kalori dan juga pengertian serta
komplikasi dari diabetes melitus (Suzana, 2014)
b. Terapi gizi Medis
Pasien harus mampu memenuhi 3 J meliputi jumlah makanan yang
dikonsumsi, jadwal diet yang ketat dan jenis makanan apa yang
dianjurkan dan pantangannya. (Rendy, 2012)
c. Olahraga
Olahraga secara teratur 3-4 kali dalam seminggu kurang lebih 30
menit (Suzana, 2014)
d. Intervensi farmakologis
1) Obat hiperglikemik oral ( metformin, inhibitor alfa glucosidase, dll)
2) Insulin
a) Adanya penurunan berat badan secara drastic
b) Hiperglikemia berat
c) Munculnya ketoasidosis diabetikum
d) Gangguan pada organ ginjal dan hati

12
PATOFLODIAGRAM
Reaksi Autoimun Reaksi Autoimun

DM tipe I DM tipe II

Sel beta pankreas hancur

Resistensi insulin

Anabolisme Metabolisme Lipolisis Penurunan


protein protein meningkat pemakaian Ketidakstabilan
menurun menurun glukosa kadar glukosa
Gliserol asam Aterosklerosis darah
Merangsang Hiperglikemia
Kerusakan
Hipotalamus Ketogenesis Makrovaskuler Mikrovaskuler
antibodi
Glikosuria
Pusat lapar Ketonuria Viskositas
Kekebalan dan haus Jantung Serebral Retina Ginjal darah
Osmotic
tubuh Ketoasidosis diuretik meningkat
menurun Polidipsi, Penyumbatan
Infark Retina Neuropati
polifagi Nyeri abdomen miokard pada otak Aliran darah
diabetes Poliuri
Mual, muntah melambat
Risiko
Hiperventilasi Gagal
infeksi Stroke Katarak Ischemic
Napas bau keton ginjal
Koma jaringan

Risiko Perfusi
Perifer tidak
efektif

13
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin
b. Keluhan utama
Polifagi, polidipsi dan poliuri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang
 Kesemutan
 Luka yang sukar sembuh
 Kulit teras panas / seperti tertusuk jarum
 Rasa tebal di kulit
 Kram
 Mudah mengantuk
 Mata kabur
2) Riwayat Kesehatan lalu
Hipertensi, penyakit jantung seperti infark miokard
3) Riwayat Kesehatan keluarga
Ada Riwayat anggota keluarga yang diabetes melitus
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan Vital sign
Tekanan darah dan pernapasan pada pasien dengan diabetes melitus bisa
tinggi, bisa normal, nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi
2) Pemeriksaan kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan tidak elastis, kalua sudah terjadi komplikasi kulit
akan terasa gatal.
3) Pemeriksaan dada
Pada pasien dengan asidosis metabolic, pernapasan cepat dan dalam
4) Pemeriksaan genitalia
Sering buang air kecil
5) Pemeriksaan muskuluskeletal
Pasien merasa lelah saat beraktivitas, sering merasa kesemutan

14
6) Pemeriksaan ekstremitas
Kadang ada luka, nyeri dan kram

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin dibuktikan dengan :
Data subyektif :
 Lelah dan lesu
 Mulut kering
 Haus meningkat
Data obyektif :
 Kadar glukosa dalam darah / urine tinggi
 Jumlah urine meningkat
b. Risiko perfusi perifer tidak efektif dibuktikan dengan hiperglikemi
c. Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis seperti diabetes melitus

15
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen Hiperglikemia
berhubungan dengan resistensi maka kestabilan kadar glukosa darah Observasi :
insulin dibuktikan dengan: meningkat  Identifikasi kemungkinan penyebab
Data subyektif : Kriteria hasil : hiperglikemia
 Lelah dan lesu  Lelah / lesu menurun  Identifikasi situasi yang menyebabkan
 Mulut kering  Mulut kering menurun kebutuhan insulin meningkat (mis. Penyakit
 Haus meningkat  Rasa haus menurun kambuhan)
Data obyektif :  Kadar glukosa dalam darah / urine  Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
 Kadar glukosa dalam darah / membaik  Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
urine tinggi  Jumlah urine membaik (mis. Polyuria, polidipsi, polifagia,
 Jumlah urine meningkat kelemahan, malaise,pandangan kabur, sakit
kepala)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keton urine, kadar elektrolit,
frekuensi nadi
Terapeutik :
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau

16
memburuk
Edukasi :
 Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
 Anjurkan pengelolaan diabetes ( mis.
penggunaan insulin dan obat oral, asupan
makanan penggantian karbohidrat0
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian insulin, kalau perlu
 Kolaborasi pemberian cairan intra vena,
kalau perlu

2. Edukasi proses penyakit


Observasi :
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi

17
Terapeutik :
 Sediakan materi dan media Pendidikan
Kesehatan
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
 Jelaskan penyebab dan fektor risiko penyakit
 Jelaskan proses patofisiologi munculnya
penyakit
 Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan
oleh penyakit
 Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
 Ajarkan cara meredakan atau mengatasi
gejala yang dirasakan
 Ajarkan cara meminimalkan efek samping
dari intervensi atau pengobatan
 Informasikan kondisi pasien saat ini
 Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan
gejala memberat atau tidak biasa

18
3. Edukasi diet
Observasi :
 Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga
menerima informasi
 Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
 Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini
dan masa lalu
 Identifikasi persepsi pasien dan keluarga
tentang diet yang diprogramkan
 Identifikasi keterbatsan finansial untuk
menyediakan makanan
Terapeutik :
 Persiapkan materi, media dan alat peraga
 Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan Pendidikan Kesehatan
 Berikan kesempatan pasien dan keluarga
 Sediakan rencana makan jika perlu
Edukasi :
 Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap
Kesehatan
 Informasikan makanan yang diperbolehkan

19
dan dilarang
 Informasikan kemungkinan interaksi obat
dan makanan, jika perlu
 Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai
dengan diet yang diprogramkan
 Anjurkan melakukan olahraga sesuai
toleransi
 Anjurkan cara merencanakan makanan yang
sesuai program
Kolaborasi :
 Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga, jika
perlu
2. Risiko perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Perawatan sirkulasi
dibuktikan dengan hiperglikemi maka perfusi perifer meningkat Observasi :
Kriteria hasil :  Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
 Denyut nadi perifer meningkat edema, pengisian kapiler, warna, suhu)
 Warna kulit pucat menurun  Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi
 Pengisian kapiler membaik (mis.diabetes)
 Akral membaik  Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
 Turgor kulit mrmbaik bengkak pada ekstremitas

20
Terapeutik :
 Hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah di area keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada
ektremitas dengan keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi :
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
 Anjurkan perawatan kulit yang tepat (mis.
melembabkan kulit yang kering pada kaki)
 Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah lamak jenuh, minyak
ikan omega 3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. luka tidak sembuh)

21
2. Pemantauan tanda vital
Observasi :
 Monitor tekanan darah
 Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
 Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor oximetri nadi
 Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
Terapeutik :
 Atur interval pamantauan sesuai kondisi
pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pementauan, jika perlu
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pencegahan infeksi
penyakit kronis seperti diabetes maka tingkat infeksi menurun Observasi :
melitus Kriteria hasil :  Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
 Demam menurun sistemik
 Kemerahan menurun Terapeutik :
 Nyeri menurun  Batasi jumlah pengunjung
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

22
 Bengkak menurun dengan pasien dan lingkungan
 Kadar sel darah putih membaik  Pertahan kan Teknik aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Jelaskan cara mencusi tangan dengan benar
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan

23
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan rencana atau intervensi yang sudah dibuat. Tujuan
tindakan keperawatan sesuai denganintervensi keperawatan agar kriteria
hasil dapat tercapai.

5. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara yang berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan
tenaga Kesehatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada
tahap perencanaan.

C. ANALISIS JURNAL TERKAIT KASUS YANG ADA

N JUDUL METODE HASIL


O
1. Judul : Desain : Dari hasil penelitian
Hubungan kepatuhan Penelitian ini adalah menunjukkan bahwa
minum obat antidiabetic penelitian analitik terdapat hubungan
terhadap terkontrolnya dengan rancangan yang bermakna
glukosa darah pada penelitian cross antara kepatuhan
pasien diabetes melitus sectional pasien minum obat
tipe 2 di puskesmas Sampel : antidiabetik terhadap
Tenayan Raya kota Jumlah sampel dalam terkontrolnya kadar
pekan baru tahun 2019 penelitian ini adalah 55 glukosa darah pada
Penulis : orang yang diambil pasien diabetes
M. Wahyu Yusron, dengan teknik melitus tipe 2 di
Dina Fauzia consecutive sampling puskesmas Tenayan

24
Tahun : Variabel : Raya Kota Pekan
2022 Variable independent Baru dengan nilai p
adalah kepatuhan 0,000
minum obat
antidiabetik dan
variable dependen
adalah terkontrolnya
kadar glukosa darah
pada pasien diabetes
melitus tipe 2
Instrument :
Rekam medis pasien
diabetes melitus yang
rawat jalan di
PuskesmJuli-
Desember 2019 dan
kuisioner kepatuhan
Morisky Medikation
Adherence Scale-8
(MMAS-8)
Analisis :
Uji analisis Chi-square

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
adanya hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak mampu
memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas pada sel target tersebut
(Kerner and Bruckel, 2014).
Diabetes Melitus di klasifikasikan menjadi dua kategori sesuai dengan
penyebabnya yaitu Diabetes Melitus tergantung insulin (DM tipe I ) dengan
penyebabnya yaitu factor genetik, imunologi dan lingkungan serta Diabetes
Melitus tidak tergantung insulin (DM tipe II ) dengan factor genetik
memegang peranan penting sebagai factor penyebab dengan factor-faktor
risikonya yaitu usia, obesitas dan riwayat keluarga. Manifestasi klinisnya
dibagi dalam dua bagian yaitu gejala akut dan gejala kronis.
Pengkajian keperawatan dalam teori disesuaikan dengan tanda dan
gejala yang muncul pada pasien dengan diabetes melitus. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien diabetes melitus yaitu ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin, risiko perfusi
perifer tidak efektif dibuktikan dengan hiperglikemi dan risiko infeksi
dibuktikan dengan penyakit kronis seperti diabetes melitus.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman dan pendalaman
tentang perawatan pada pasien dengan diabetes melitus

2. Bagi Institusi Pendidikan


Agar dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang
perkembangan ilmu keperawatan terutama kajian pada pasian dengan
diabetes melitus

26
3. Bagi Rumah Sakit
Agar dapat digunakan sebagai masukan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus serta dapat
meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan Kesehatan pada pasien.

27
DAFTAR PUSTAKA

PERKERNI.2015.Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di Indonesia. Jakarta : PERKERNI
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI
Smeltzer. S.C dan B.G. Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

28

Anda mungkin juga menyukai