Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI COVID-19 DALAM KEHAMILAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II
Dosen Pengampuh : Maria Susana Ine Nona Ringgi, S.ST.,M.Kes

OLEH

1. YUNITA TRISNA (011221096)


2. ESTER TIA (011221095)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA

INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kerana berkat rahmat-Nya,
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Meternitas II pada Klien
dengan Infeksi Covid-19 Dalam Kehamilan” dapat diselesaikan pada
waktunya.
Makalah ini tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimah
kasih kepada :
1. Ibu Maria Susana Ine Nona Ringgi, S.ST.,M.Kes sebagai dosen mata
kuliah dan dosen pembimbing pambuatan makalah ini.
2. Teman-teman seangkatan mahasiswa lintas jalur fakultas ilmu-ilmu
kesehatan universitas nusa nipa angkatan 2022 yang sudah mendukung
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini banyak terdapat kekurangan. Penulis tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari makalah ini sangat diharapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah selanjutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.

Maumere, 21 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
LATAR BELAKANG.............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
A. TINJAUAN MEDIK.....................................................................................3
1. PENGERTIAN..........................................................................................3
2. ETIOLOGI................................................................................................3
3. PATOFISIOLOGI.....................................................................................3
4. MANIFESTASI KLINIK..........................................................................5
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................6
6. DAMPAK COVID-19 PADA KEHAMILAN..........................................6
7. PENATALAKSANAAN..........................................................................8
8. PATOFLOW...........................................................................................10
B. TINJAUAN KEPERAWATAN.................................................................12
1. PENGKAJIAN........................................................................................12
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................15
3. INTERVENSI KEPERAWATAN..........................................................17
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN....................................................29
5. EVALUASI KEPERAWATAN..............................................................29
BAB III..................................................................................................................30
PENUTUP..............................................................................................................30
A. KESIMPULAN...........................................................................................30
B. SARAN.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

iii
iv
BAB I

LATAR BELAKANG

Covid 19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan coronavirus. Virus


ini muncul pertama kali di Wuhan China. Manifestasi dari penyakit ini bermacam-
macam pada tiap orang, mulai dari tanpa adanya gejala, gejala ringan hingga
gejala berat bahkan dapat menyebabkan kematian. Awal munculnya di Indonesia
pada bulan Februari 2020, Covid 19 menimbulkan kecemasan di masyarakat.
Pada bulan Maret 2020 ditetapkan oleh badan Kesehatan dunia (WHO) bahwa
covid 19 merupakan pandemic global, sehingga seluruh pemerintah di dunia
membuat kebijakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan Covid 19.
Covid 19 merupakan penyakit yang dapat menyerang siapapun, tak terkecuali ibu
hamil. Umumnya kehamilan akan berlangsung secara normal. Perubahan
fisiologis dan psikologis selama kehamilan akan memengaruhi kondisi fisik dan
psikis ibu. Pemeriksaan dan pemantauan kondisi ibu hamil diperlukan untuk
memastikan dan menjaga kehamilan berlangsung optimal. Kehamilan yang
terkonfirmasi covid-19 dapat memperburuk kondisi kehamilan dan perkembangan
janin, sehingga membutuhkan asuhan kebidanan yang intensif (Islami et al.,
2021).
Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh
dunia sebesar 2,1%, secara khusus di kota Wuhan sebesar 4,9% dan provinsi
Hubei sebesar 3,1%. Di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020 ada sebanyak 96
kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah kematian 6 orang dan
menjadi negara ke 65 yang positif konfirmasi COVID-19. Secara keseluruhan
tingkat mortalitas dari COVID-19 masih lebih kecil jika dibandingkan dengan
kejadian luar biasa oleh Coronavirus tipe lain yaitu Severe Acute Respiratory
Syndrome-coronavirus (SARS- CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome-
coronavirus (MERS-CoV) masing- masing sebesar 10% dan 40% (Aziz MA,
2020). Menurut data Kementrian Kesehatan 22 pebruari 2021 menunjukkan
jumlah kasus positif covid 19 1.228.833, kasus sembuh 1.096.994 dan kasus
meninggal 34.691 (Islami et al., 2021). Menurut data kemenkes RI per tanggal 17

1
februari 2023 di indonesia, kasus terkonfirmasi sebanyak 6.733.912 orang, kasus sembuh
sebanyak 6.568.884 orang, kasus meninggal sebanyak 160.884 orang dan kasus aktif
sebanyak 4.144 orang.
Menurut data Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI)
Jakarta, 13,7% perempuan hamil lebih mudah terinfeksi COVID-19. Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) juga merilis data, ada 536 ibu hamil
terpapar COVID-19 pada periode April 2020-April 2021. Sebanyak 3 persen di
antaranya meninggal dunia. Data tersebut merupakan data sebelum lonjakan kasus
COVID 19 di Indonesia yang terjadi pada periode Juni-Juli 2021 karena serangan
varian Delta. Dalam periode tersebut, banyak daerah yang melaporkan
peningkatan kasus kematian ibu hamil akibat COVID-19. Menurut Kemenkes RI,
2021, ditengah situasi pandemi COVID-19 angka kematian ibu dan bayi
melonjak. Angka kematian ibu meningkat sebanyak 300 kasus dari 2019
menjadi sekitar 4.400 kematian pada 2020 sedangkan kematian bayi
pada 2019 sekitar 26.000 kasus meningkat hampir 40 persen menjadi
44.000 kasus pada 2020 (Suci, Yulinda Laska, 2022)
Ibu hamil menjadi kelompok rentan berisiko terinfeksi COVID-19
disebabkan karena adanya perubahan fisiologis pada masa kehamilan. Perubahan
fisiologis dan imunologis yang terjadi sebagai komponen normal kehamilan dapat
memiliki efek sistemik yang meningkatkan risiko komplikasi obstetrik, infeksi
pernapasan pada ibu hamil, penurunan kapasitas paru dan sistem kardiovaskular.
Hal ini dapat mendorong terjadinya gagal napas pada ibu hamil (Liang &
Acharya, 2020). Infeksi virus COVID-19 pada ibu hamil lebih berisiko
dibandingkan dengan orang dengan penyakit mordibitas dan mortalitas,
respon tubuh ibu hamil yang terinfeksi COVID-19 banyak yang
mengalami komplikasi seperti keguguran, pneumonia, ketuban pecah
dini, gangguan pertumbuhan pada janin (Herbawani et al., 2020).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menylis
tentang asuhan keperawatan maternitas pada pasien dengan infeksi covid-19
dalam kehamilan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. TINJAUAN MEDIK

2. PENGERTIAN
Kehamilan adalah periode di mana janin berkembang dalam rahim yang
berlangsung sekitar 37-40 minggu yang diukur dari haid pertama periode
menstruasi terakhir hingga persalinan. Selama kehamilan, tubuh akan
mengalami beberapa perubahan fisiologis seperti perubahan hematologi,
respirasi, kardiologi, hormonal, dan imunitas yang dapat meningkatkan
risiko kerentan terhadap penyakit dan infeksi, salah satunya infeksi
COVID-19 (Rumfabe et al., 2020)
Infeksi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh varian baru dari coronavirus yang disebut sebagai Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) (Rumfabe et
al., 2020)

3. ETIOLOGI
COVID-19 disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus tersebut menginfeksi dan merusak
jaringan yang berada dalam saluran napas manusia. Penularan COVID-19
dapat terjadi dari manusia ke manusia. Namun, dalam kasus kehamilan
sejumlah penelitian masih dilakukan untuk mengetahui transmisi COVID-
19 dari ibu ke janin (Herbawani et al., 2020)

3
4. PATOFISIOLOGI
Perubahan fisiologis pada ibu hamil, yaitu perubahan system
kardiorespiratorik berupa penurunan kapasitas total paru, peningkatan
PT/APTT dan peningkatan D-Dimer, membuat ibu hamil rentan terinfeksi
dan lebih bersiko terhadap terjadinya komplikasi COVID-19 (Kharisma,
n.d.). COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan Corona virus, dimana
penularannya melalui droplet yang berasal dari system pernapasan,
penularannya dapat terjadi saat manusia yang terinfeksi batuk, bersin,
berbicara bahkan bernapas. Droplet yang berbentuk aerosol, droplet yang
berbentuk lendir dan bahkan fomite, yakni partikel virus hidup yang
menempel pada benda mati. Masa inkubasi rata-rata dalam 1 periode (dari
saat awal infeksi hingga awal gejala) adalah 4-5 hari namun dapat
berkepanjangan hingga 14 hari. Saat seseorang terekspos virus SARS-
CoV-2, virus akan menyebar ke seluruh tubuh melalui mukus yang berada
di sekitar sel dan masuk kedalam darah, Angiotension-Converting Enzyme
(ACE-2) adalah reseptor SARS-CoV-2 pada tubuh sel, sehingga virus
mampu memodifikasi dan mengakses sel. Virus memodifikasi,
melepaskan RNA virus, dimana menggunakan ribosom sel inang untuk
membuat protein virus baru seperti RNA-polimerase. RNA-polimerase
yang baru dibuat menggunakan nukleotida sel sendiri untuk mensintesis
RNA virus baru, sehingga RNA virus dan protein menjadi partikel virus,
modifikasi virus ini mengakibatkan gangguan dan gejala COVID-19.
Proliverasi virus dalam sel jaringan dengan banyak reseptor ACE-2 : paru
(pneumonia tipe 2), pembuluh darah: cel indotel),ginjal (proximal tubular
epithelium), jantung(miokard), GI Tract (enterosit). Neutrofil pindah ke
paru, melepaskan spesies oksigen reaktif dan sitokin Alveolus/kapiler
rusak, hal ini menyebabkan iritasi jalan nafas dan pasien mengalami batuk
kering. Akumulasi cairan pada interstisial dan alveoulus dapat dilihat dari
hasil rontgen dada, peningkatan jarak oksigen untuk berdifusi dari alveolus
ke kapiler sehingga saturasi oksigen pada darah menurun, biasanya pasien
akan mengalami sesak nafas (Dispnea).

4
Kematian sel yang terjadi mengakibatkan hipotalamus melepaskan
prostaglandin sehingga suhu tubuh meningkat sebagai upaya dalam
melawan infeksi. Kematian sel ini juga akan membuat sel miokard rusak
membuat jantung yang saat itu melakukan kompensasi akibat hipoksemia
akan mengakibatkan meningkatnya curah jantung dan otot jantung
meregang sehingga troponin meningkat dan pasien mengalami
aritmogenik. Otot rangka yang rusak akan mengakibatkan pasien mudah
Lelah.Pada ibu hamil yang terinfeksi SARS-CoV-2 kemungkinan juga
akan beresiko terjadinya tranmisi vertikal pada janin (Brenneis & Yu,
2020)

5. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis umum yang terjadi pada pasien Covid19, diantaranya yaitu
demam, batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala
(Lapostolle dkk, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang
dkk (2020), gejala klinis yang paling sering terjadi pada pasien Covid19
yaitu demam (98%), batuk (76%), dan myalgia atau kelemahan (44%).
Gejala lain yang terdapat pada pasien, namun tidak begitu sering
ditemukan yaitu produksi sputum (28%), sakit kepala 8%, batuk darah 5%,
dan diare 3%, sebanyak 55% dari pasien yang diteliti mengalami dispnea.
Gejala klinis yang melibatkan saluran pencernaan juga dilaporkan oleh
Kumar dkk (2020). Sakit abdominal merupakan indikator keparahan
pasien dengan infeksi Covid19. Sebanyak 2,7% pasien mengalami sakit
abdominal, 7,8% pasien mengalami diare, 5,6% pasien mengalami mual
dan/atau muntah.
Computerised Tomographytoraks (CT toraks) pada pasien dengan Covid19
pada umumnya memperlihatkan opasifikasi ground-glass dengan atau
tanpa gabungan abnormalitas. CT toraks mengalami abnormalitas bilateral,
distribusi perifer, dan melibatkan lobus bawah. Penebalan pleural, efusi
pleura, dan limfadenopati merupakan penemuan yang jarang didapatkan
(Gennaro dkk, 2020).

5
Individu yang terinfeksi namun tanpa gejala dapat menjadi sumber
penularan SARS-CoV-2 dan beberapa diantaranya mengalami progres
yang cepat, bahkan dapat berakhir pada ARDS dengan case fatality rate
tinggi (Meng dkk, 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Meng dkk tahun
2020 menunjukkan bahwa dari 58 pasien tanpa gejala yang dites positif
Covid19 pada saat masuk RS, seluruhnya memiliki gambaran CT-Scan
toraks abnormal. Penemuan tersebut berupa gambaran opasitas ground-
glass dengan distribusi perifer, lokasi unilateral, dan paling sering
mengenai dua lobus paru. Setelah follow up dalam jangka waktu singkat,
27,6% pasien yang sebelumnya asimptomatik mulai menunjukkan gejala
berupa demam, batuk, dan fatigue.
Sebagian besar ibu hamil yang terinfeksi COVID-19 mengalami demam,
batuk, merasa lelah, sakit tenggorokan, mialgia, dan dispnea. Selain itu,
terdapat gejala dan tanda lainnya yang dirasakan ibu hamil, seperti diare,
malaise, dan nyeri dada. Menurut Yu,et al,.2020, tanda dan gejala yang
dialami oleh ibu hamil tidak terdapat perbedaan bila dibandingkan dengan
populasi umum yang terinfeksi COVID-19 (Herbawani et al., 2020).

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rekomendasi pemeriksaan penunjang yang dilakukan bagi pasien yang
sedang hamil dan terinfeksi COVID-19 menurut Aziz (2020) :
a. Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction test (RT-PCR),
yang dilakukan melalui swab nasofaring dan orofaring yang
diharapkan mampu menunjang penegakan diagnosis pasti
b. Tes serologis antibody COVID-19 biasanya menggunakan metode
ELISA
c. CT Scan Thorax atau foto thorax jika didapatkan gambaran Ground
Glass Opacite (GGO) atau kondisi multilobar bilateral, namun
biasanya pada hasil foto thorax didapatkan gambaran ruang udara
perifer berbayang (peripheral airspace shadowing)

6
d. Pemeriksaan darah lengkap yang dapat menunjang penegakan
diagnosis meliputi : Limfopenia dan neutrophil/limfosit rasio (NLR) >
5.8 (sesuai COVID-19 Early Warning Score)

7. DAMPAK COVID-19 PADA KEHAMILAN


a. Kematian dan persalinan preterm
Covid menyebabkan 8% kematian ibu dan 30% persalinan preterm.
Kehamilan berisiko untuk masuk ke rumah sakit, ICU dan kematian.
Dari 77 penelitian, secara umum ibu hamil yang masuk ke RS dengan
konfirmasi Covid 19 lebih sedikit mengalami demam, batuk, dan
myalgia. Ibu hamil dengan Covid 19 lebih membutuhkan ruang ICU,
ventilasi invasi. Beberapa ibu hamil yang terkonfirmasi Covid 19
meninggal karena berbagai sebab diantaranya usia ibu, BMI yang
tinggi, hipertensi kronis, dan diabetes. Penyakit komorbid sebelumnya
yang merupakan faktor risiko masuknya ibu ke ruang ICU dan
ventilasi. Persalinan preterm lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan
covid 19 dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak sakit (Islami et al.,
2021)
b. Kecemasan
Dampak COVID-19 pada ibu hamil yang paling tinggi yaitu cemas. Di
masa pandemi, kecemasan yang dialami oleh ibu hamil perlu mendapat
perhatian yang serius. Masa kehamilan merupakan masa dimana
seorang wanita hamil mempunyai risiko lebih tinggi dalam
menghadapi kematian, oleh karena itu informasi kehamilan yang benar
sangat penting diberikan kepada seorang ibu hamil. Agar kecemasan
tersebut tidak mengganggu janin yang dikandungnya serta tidak
mengganggu ibu hamil tersebut menghadapi persalinan oleh karena itu,
diperlukan penanganan yang tepat dalam mengatasi kecamasan
tersebut (Siska et al., 2020).
c. Virus dan janin
Pada awal kehamilan ( usia kehamilan hingga 12 minggu) SAR-COV 2
berhubungan dengan tingginya angka keguguran dan membutuhkan

7
monitoring dan tes apakah berkaitan dengan kasus COVID 19. Meski
demikian bukti ilmiah masih sedikit. Pada kehamilan lanjut, COVID
19 dapat menyebabkan peningkatan angka hasil kehamilan yang
merugikan seperti pertumbuhan janin yang terganggu, persalinan
preterm dan kematian perinatal. Bayi yang lahir dari ibu yang
terkonfirmasi Covid 19 membuat bayi berisiko tinggi masuk ke unit
neonatal dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu tanpa Covid 19
(Islami et al., 2021).
Pengaruh COVID-19 terhadap perkembangan janin selama kehamilan
belum banyak diketahui. Sebuah korespondensi menyebutkan bahwa
terdapat potensi COVID-19 saat kehamilan dapat memicu terjadinya
gangguan perkembangan syaraf 28 (neurodevelopmental disorder). Hal
ini mungkin terjadi sebab COVID-19 dapat mempengaruhi sistem
imun dari ibu yang memungkinkan terjadinya perubahan 29 epigenetik
pada DNA janin. Selain dapat menimbulkan epigenetik, peningkatan
kadar sitokin sebagai aktivitas sistem imun dapat memicu terjadinya
Autism Spectrum Disorder 30 (ASD) dan Schizophrenia. Peningkatan
IL-6 pada ibu hamil juga dapat menimbulkan perubahan struktur otak,
gangguan fungsi otak seperti gangguan 31 fungsi memori, serta
gangguan neuro psikiatrik. Namun sejauh ini, belum ada kasus klinis
yang menunjukkan adanya gangguan perkembangan syaraf otak pada
janin yang terjadi karena adanya COVID-19 pada ibu hamil (Rohmah
& Nurdianto, 2020)

8. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan rekomendasi penanganan infeksi virus Corona (COVID-19)
pada maternal (wanita hamil, bersalin, dan nifas) Pokjainfeksi saluran
reproduksi Perkumpulan Obstetri dan ginekologi Indonesia Tahun 2020,
wanita hamil dengan COVID-19 membutuhkan penanganan khusus
meliputi antenatal, persalinan, dan post partum. Prinsip-prinsip manajemen
COVID-19 pada kehamilan meliputi isolasi awal, prosedur pencegahan
infeksi sesuai standar, terapi oksigen, hindari kelebihan cairan, pemberian

8
antibiotik empiris (mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi
bakteri), pemeriksaan SARS-CoV-2 dan pemeriksaan infeksi penyerta
yang lain, pemantauan janin dan kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih
dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang progresif, perencanaan
persalinan berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri. (Rohmah
& Nurdianto, 2020).
Pemberian obat pada pasien COVID-19 wanita hamil dengan gejala ringan
sebaiknya memperhatikan obat yang non teratogenik. Pasien dengan
kebutuhan oksigen yang tinggi pada awal kehamilan perlu dilakukan
monitor terhadap kondisi hipoksemia untuk menjamin keselamatan ibu dan
bayi. Untuk pasien yang mengalami gejala infeksi berat selama awal
kehamilan, prioritas pertama adalah untuk memastikan keselamatan ibu.
Keputusan penghentian kehamilan dini harus dipertimbangkan pada
faktor-faktor risiko termasuk viral load, generasi penularan, kisaran lesi
paru oleh CT Scan (lebih dari dua lobus), usia ibu, dan penyakit komorbid
19 ibu (diabetes, penyakit kardiovaskular, dll (Rohmah & Nurdianto,
2020).

9
9. PATOFLOW
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)

Droplet yang diproduksi dari sistem pernapasan (batuk, bersin, bicara, bernapas)
oleh manusia yang terinfeksi SARS cov-2

Droplet kecil (diameter <5µm) adalah Droplet yang berada pada membran Partikel virus hidup yang menempel
bentuk aerosol dan berada di udara lendir (mata, mulut, hidung) pada benda mati yang di sebut fomite
(contoh: gagang pintu)

Menghirup udara yang telah Pasien menyentuh fomite kemudian


terkontaminasi menyentuh bagian membrane lendir

Pasien terekspos oleh virus SARS cov-2

Virus menyebar ke seluruh tubuh melalui:


1. Mukus membrane yang menyebar di sekitar sel
2. Masuk ke dalam darah

Virus menempel pada angiotensin-converting enzyme 2 (ACE-2) yang


merupakan reseptor pada tubuh sel lalu memodifikasi dan mengakses sel

Virus memodifikasi, melepaskan RNA virus, dimana RNA-polimerase yang baru dibuat menggunakan
menggunakan ribosom sel inang untuk membuat protein nukleotida sel sendiri untuk mensintesis RNA virus
virus baru seperti RNA-polimerase baru

10
RNA virus dan protein menjadi partikel virus

Virus baru dimodifikasi dan dilepaskan dari sel, membunuh sel lain dan berkotribusi
menjadi gangguan dan gejala

Masa inkubasi rata-rata dalam 1 periode (dari saat awal infeksi hingga awal gejala)
Adalah 4-5 hari namun dapat berkepanjangan hingga 14 hari

COVID-19
Gejala terinfeksi SARS Cov-2

Proliverasi virus dalam sel jaringan dengan banyak reseptor ACE-2: Paru (pneumonia), pembuluh darah (sel endotel), ginjal (proximal
tubular epithelium), Jantung (miokard), GI tract (eritrosit)

Neutrofil pindah ke paru, melepaskan spesies Kematian sel dan peningkatan sitokin inflamasi memicu Risiko cedera pada ibu
oksigen reaktif dan sitokin respon imun

Alveolus / kapiler Sitokin menyebabkan hipotalamus Perubahan Risiko cedera


Iritasi jalan napas
rusak melepaskan prostaglandin hormon kortisol janin

Akumulasi cairan pada Bersihan jalan napas Peningkatan suhu rubuh untuk melawan Kurang informasi dan
interstisial dan alveolus tidak efektif infeksi kurang pengetahuan

Opasitas ground-glass (CT paru) dan Ansietas


Hipertermi
infiltrate interstisial pada x-ray dada

Gangguan pertukaran gas

11
12
10. TINJAUAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama : sesak napas, batuk dan peningkatan suhu tubuh atau
demam
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.
Apabila klien mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan
sudah berapa lama, dan lama keluhan batuk muncul. Keluhan batuk
biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah minum obat.
Pada awalnya keluhan batuk nonproduktif, lama kelamaan
menjadi batuk produktif dengan mukus purulent kekuningan, kehijauan,
kecoklatan, atau kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigl serta sesak
napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan lemas.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit diarahkn pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah
mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti
luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan
e. Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
1) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan menganggap
benar-benar sakit apabila sudah mengalami sesak napas.
2) Pola metabolik nutrisi
Sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui control
saraf pusat), mual muntah karena terjadi peningkatan rangsangan
gaster dari dampak peningkatan toksik mikroorganisme.
3) Pola eliminasi
Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan karena demam.

13
4) Pola tidur-istirahat
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak napas.
Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam
hari karena tidak kenyamanan tersebut.
5) Pola aktivitas-latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.
6) Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi
pada otak.
7) Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien diam.
8) Pola peran hubungan
Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien
lebih banyak diam.
9) Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien
selalu diam dan mudah marah.
10) Pola nilai-kepercayaan 2) Pemeriksaan Fisik
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan
untuk mendapat sumber kesembuhan dari Tuhan.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Wajah terlihat pucat, meringis, lemas, banyak keringat, sesak,
adanya PCH, Adanya takipnea sangat jelas (25-45 kali/menit),
pernafasan cuping hidung, penggunaan otot-otot aksesori
pernafasan, dyspnea, sianosis sirkumoral, distensi abdomen,
sputum purulen, berbusa, bersemu darah, batuk : Non produktif –
produktif, demam menggigil, faringitis.
2) Palpasi

14
Denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi
biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan
satu derajat celcius, turgor kulit menurun, peningkatan taktil
fremitus di sisi yang sakit, hati mungkin membesar.
3) Perkusi
Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
4) Auslkutasi
Terdengar stridor, bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial,
egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), bisikan
pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding
dada), ronchii pada lapang paru. Perubahan ini terjadi karena bunyi
ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal
(konsolidasi) daripada melalui jaringan normal.
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema
(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial);
atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2) GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada
3) Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m
dengan pergeseran LED meninggi.
4) LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas
meningkat dan komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin
rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsi jaringan paru .

15
5) Rontgen dada
Ketidaknormalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia
terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika
pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau
beberapa lobus.
6) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan virus.
Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk
preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan
atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan
karena sulit.
7) Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan
jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin
terjadi perembesan (hipokemia).
8) Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
9) Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik
(CMV), karakteristik sel raksasa (rubella).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

16
d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
e. Resiko cedera pada ibu dibuktikan dengan penyakit penyerta
f. Resiko cedera pada janin dibuktikan dengan kecemasan yang
berlebihan tentang proses persalinan

17
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif
efektif berhubungan dengan keperawatan maka diharapkan Observasi
hipersekresi jalan napas bersihan jalan napas meningkat  Identifikasi kemampuan batuk
dibuktikan dengan: (L.01001)  Monitor adanya retensi sputum
DS: Kriteria hasil :  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Dispnea  Produksi sputum menurun  Monitor input dan output cairan (mis: jumlah dan
DO:  Mengi menurun karakteristik)
 Batuk tidak efektif  Wheezing menurun Terapeutik
 Sputum berlebih  Dispne menurun  Atur posisi semi fowler atau fowler
 Mengi, wheezing  Frekuensi napas membaik
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
dan/atau ronchi kering
 Buang sekret pada tempat sputum
 Gelisah
Edukasi
 Sianosis
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Frekuensi napas berubah
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan

18
dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
jika perlu
Manajemen jalan napas
Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas
 Monitor bunyi napas tambahan (mis: gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt,

19
dan chin lift (jaw thrust jika curiga trauma servikal)
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada bila perlu
 Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan perubahan keperawatan maka diharapkan Observasi
membran alveolus-kapiler pertukaran gas meningkat.  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
dibuktikan dengan: Kriteria hasil : napas
DS:  Dispnea menurun  Monitor pola napas (spt: bradipnea, takipnea,

20
 Dispnea  Bunyi napas tambahan menurun hiperventilasi, kusmaul, cheyne-stokes, biot)
DO:  PCO2 membaik  Monitor kemampuan batuk efektif
 PCO2  Po2 membaik  Monitor adanya produksi sputum
meningkat/menurun  Takikardia membaik  Monitor adanya sumbatan jalan napas
 PO2 menurun  Sianosis membaik  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Bunyi napas tambahan
 Auskultasi bunyi napas
 Sianosis
 Monitor saturasi oksigen
 Diaforesis
 Monitor AGD
 Gelisah
 Monitor x-ray thoraks
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi
proses penyakit dibuktikan keperawatan maka diharapkan

21
dengan: termoregulasi membaik (L.14134) Observasi :
DS: Kriteria hasil:  Identifikasi penyebab hipertermi (mis, dehidrasi,
DO:  Suhu tubuh membaik terpapar lingkungan panas)
 Suhu tubuh diatas normal  Suhu kulit membaik  Monitor suhu tubuh
 Kulit merah  Menggigil menurun  Monitor kadar elektrolit
 Takikardia  Monitor haluaran urine
 Takipnea  Monitor komplikasi akibat hipertermi
 Kulit terasa hangat
Terapeutik :
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi atau kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis, selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

22
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
kurang terpapar informasi keperawatan maka diharapkan Observasi
dibuktikan dengan: tingkat ansietas menurun (L.09093)  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis:
DS: Kriteria hasil: kondisi, waktu, stresor)
 Merasa bingung  Perilaku gelisah menurun  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Merasa khawatir dengan  Perilaku tegang menurun  Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
akibat dari kondisi yang  Konsentrasi membaik Terapeutik
dihadapi  Pola tidur membaik  Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
DO: kepercayaan
 Tampak gelisah  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
 Tampak tegang memungkinkan
 Sulit tidur
 Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan
 Frekuensi napas

23
meningkat penuh perhatian
 Frekuensi nadi  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
meningkat  Tempatkan barang pribadi yang memberikan
 Tekanan darah kenyamanan
meningkat  Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
 Diaforesis kecemasan
 Muka tampak pucat  Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
 Latih pengguanaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat

24
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat ansietas jika perlu
5. Resiko cedera pada ibu Setelah dilakukan tindakan Perawatan kehamilan resiko tinggi
dibuktikan dengan penyakit keperawatan maka diharapkan Observasi
penyerta tingkat cedera menurun (L.14136)  Identifikasi faktor resiko kehamilan (mis: diabetes,
Kriteria hasil: hipertensi, lupus erimatosus, herpes, hepatitis, HIV,
 Tekanan darah membaik epilepsi)
 Frekuensi nadi membaik  Identifikasi riwayat obstetris (mis: prematuritas,
 Perdarahan menurun postmaturitas, preeklampsia, kehamilan multifetal,
 Kejadian cedera menurun retardasi pertumbuhan intrauterine, abrupsi, plasenta
previa, sensitisasi Rh, ketuban pecah dini dan
riwayat kelainan genetik keluarga)
 Identifikasi sosial dan demografi (mis: usia ibu, ras,
kemiskinan, tertambat atau tidak ada perawatan
prenatal, penganiayaan fisik dan panyalahgunaan
zat)
 Monitor status fisik dan psikososial selama

25
kehamilan
Terapeutik
 Dampini ibu saat merasa cemas
 Diskusikan seksualitas aman selama hamil
 Diskusikan ketidaknyamanan selama hamil
 Diskusikan persiapan persalinan dan kelahiran
Edukasi
 Jelaskan resiko janin mengalami kelahiran prematur
 Informasikan kemungkinan intervensi selama proses
kelahiran (mis: pemantauan janin elektronik
intrapartum, induksi, perawatan SC)
 Anjurkan perawatan dini untuk meningkatkan
kesehatan
 Anjurkan ibu untuk beraktivitas dan beristirahat
yang cukup
 Ajarkan cara menghitung gerakan janin
 Ajarkan beraktivitas yang aman selama hamil
 Ajarkan mengenali tanda bahaya (mis: perdarahan

26
vagina merah terang, perubahan cairan ketuban,
penurunan gerakan janin, kontraksi sebelum 37
minggu, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri
epigastrik, dan adanya penambahan berat badan
yang cepat dengan edema wajah)
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan spesialis jika ditemukan tanda
dan bahaya kehamilan
6. Resiko cedera pada janin Setelah dilakukan tindakan Pemantauan denyut jantung janin
dibuktikan dengan kecemasan keperawatan maka diharapkan Observasi
yang berlebihan tentang proses tingkat cedera menurun (L.14136)  Identifikasi status obstetrik
persalinan Kriteria hasil:  Identifikasi riwayat obstetrik
 Tekanan darah membaik  Identifikasi adanya pengguanaan obat, diet
 Frekuensi nadi membaik  Periksa denyut jantung janin selama 1 menit
 Perdarahan menurun
 Monitor denyut jantung janin
 Kejadian cedera menurun
 Monitor tanda vital ibu
Terapeutik
 Atur posisi pasien

27
 Lakukan manuver leopoid untuk menentukan posisi
janin
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Pengukuran Gerakan janin


Observasi
 Identifikasi pengetahuan dan kemampuan ibu
menghitung gerakan janin
 Monitor gerakan janin
Terapeutik
 Hitung dan catat gerakan janin (minimal 10 kali
gerakan dalam 12 jam)
 Lakukan pemeriksaan CTG (cardiocotography)
untuk mengetahui frekuensi dan keteraturan denyut
jantung janin dan kontraksi rahim ibu
 Catat jumlah gerakan janin dalam 12 jam perhari
 Berikan oksigen 1-2 L/menit jika gerakan janin

28
belum mencapai 10 kali dalam 12 jam
Edukasi
 Jelaskan manfaat menghitung gerakan janin dapat
meningkatkan hubungan ibu dan janin
 Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi sebelum
menghitung gerakan janin
 Anjurkan posisi miring kiri saat menghitung gerakan
janin agar janin dapat memperoleh oksigen dengan
optimal dengan meningkatkan sirkulasi fetomaternal
 Anjurkan ibu segera memberitahukan perawat jika
gerakan janin tidak mencapai 10 kali dalam 12 jam
 Ajarkan ibu cara menghitung gerakan janin
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan tim medis jika ditemukan gawat
janin

29
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan yang merupakan komponen proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup
melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada klien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staff, dan
mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan
perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien (Hidayat, 2012).
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan rencana atau intervensi yang sudah dibuat. Tujuan
tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria
hasil dapat tercapai.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Dokumentasi evaluasi adalah merupakan catatan tentang indikasi
kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk
menilai keefektifan parawatan dan untuk mengkomunikasikan status
pasien dari hasil tindakan keperawatan (Hidayat, 2012).
Terdapat dua tipe evaluasi keperawatan yaitu; evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodic selama
pemberian perawatan, sedangkan evaluasi sumatif terjadi pada akhir
aktivitas, seperti diakhir penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke
tempat lain, atau diakhir kerangka waktu tertentu, seperti diakhir sesi
penyuluhan (Setiadi, 2012).

30
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kehamilan adalah periode di mana janin berkembang dalam rahim
yang berlangsung sekitar 37-40 minggu yang diukur dari haid pertama
periode menstruasi terakhir hingga persalinan. Selama kehamilan, tubuh akan
mengalami beberapa perubahan fisiologis seperti perubahan hematologi,
respirasi, kardiologi, hormonal, dan imunitas yang dapat meningkatkan risiko
kerentan terhadap penyakit dan infeksi, salah satunya infeksi COVID-19
(Rumfabe et al., 2020). Infeksi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh varian baru dari coronavirus yang
disebut sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
CoV-2) (Rumfabe et al., 2020).
COVID-19 disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus tersebut menginfeksi dan merusak
jaringan yang berada dalam saluran napas manusia. Penularan COVID-19
dapat terjadi dari manusia ke manusia. Namun, dalam kasus kehamilan
sejumlah penelitian masih dilakukan untuk mengetahui transmisi COVID-19
dari ibu ke janin (Herbawani et al., 2020). Sebagian besar ibu hamil yang
terinfeksi COVID-19 mengalami demam, batuk, merasa lelah, sakit
tenggorokan, mialgia, dan dispnea. Selain itu, terdapat gejala dan tanda
lainnya yang dirasakan ibu hamil, seperti diare, malaise, dan nyeri dada.
Menurut Yu,et al,.2020, tanda dan gejala yang dialami oleh ibu hamil tidak
terdapat perbedaan bila dibandingkan dengan populasi umum yang terinfeksi

31
COVID-19 (Herbawani et al., 2020). Dampak dari covid-19 adalah kematian
dan persalinan preterm, kecemasan dan transmisi covid-19 dari ibu ke janin.
Berdasarkan rekomendasi penanganan infeksi virus Corona (COVID-
19) pada maternal (wanita hamil, bersalin, dan nifas) Pokjainfeksi saluran
reproduksi Perkumpulan Obstetri dan ginekologi Indonesia Tahun 2020,
wanita hamil dengan COVID-19 membutuhkan penanganan khusus meliputi
antenatal, persalinan, dan post partum.

B. SARAN
1. Perlu adanya pendidikan kesehatan bagi ibu hamil secara berulang kali
sehingga ibu hamil semakin meningkat pengetahuannya dalam menjalani
kehamilan. Pada ibu hamil dan janin pencegahan terjadinya komplikasi
dapat dilakukan dengan penanganan covid-19 yang tepat sesuai dengan
indikasi yang ditemukan.
2. Diharapkan pada ibu hamil agar menjaga jarak dan mengikuti prosedur
isolasi mandiri untuk mencegah terpapar covid-19 dan cuci tangan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aziz MA. (2020). Rekomendasi penanganan infeksi virus corona (COVID-19)


pada maternal (hamil, bersalin dan nifas). Penanganan infeksi virus corona
pada maternal. Pogi, 1–28. https://pogi.or.id/publish/rekomendasi-
penanganan-infeksi-virus-corona-covid-19- pada-maternal
Herbawani, C. K., Cukarso, S. N. A., Maulana, I. M., & Utami, F. S. A. (2020).
Dampak COVID-19 Pada Kesehatan Ibu & Anak. Jurnal Kesehatan Metro
Sai Wawai Journal, 13, 76–85.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKM
Islami, I., Asiyah, N., & Nasriyah, N. (2021). Covid 19 Pada Kehamilan.
Indonesia Jurnal Kebidanan, 5(2), 48. https://doi.org/10.26751/ijb.v5i2.1198
Rohmah, M. K., & Nurdianto, A. R. (2020). Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) Pada Wanita Hamil Dan Bayi. Journal of Clinical Medicine, Vol. 7(1A),
329–336.
Rumfabe, S. S., Y, H., & M.D.A, P. (2020). Dampak Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) Pada Kehamilan Sejak Desember 2019 Hingga Agustus 2020
Melalui Tinjauan Literatur. Wal’afiat Hospital Journal, 1(2), 14–22.
https://doi.org/10.33096/whj.v1i2.45
Siska, J., Hinonaung, H., Pramardika, D. D., Wuaten, G. A., Mahihody, J., &
Manoppo, E. J. (2020). Tinjauan Literatur : Covid-19 Pada Ibu Hamil. Jurnal
Ilmiah Kebidanan Indonesia, 11, 44–49.
http://journals.stikim.ac.id/index.php/jiki/article/view/958
Suci, Yulinda Laska, F. H. J. L. (2022). Asuhan Kehamilan Pada Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(11), 3795–3804.
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

33
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

34

Anda mungkin juga menyukai