Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MATA KULIAH KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA

Tentang : Menjelaskan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada pelayanan KB pada situasi


COVID-19

Disusun Oleh :

Alya Zaeni Putri P3.73.24.2.19.002


Annisa Suci Suryaningsih P3.73.24.2.19.005
Fadia Berliana Mandagie P3.73.24.2.19.010
Intan Salsabilah P3.73.24.2.19.017
Nurlisa Adinda P3.73.24.2.19.024
Ranita Dwi Purnama P3.73.24.2.19.029

KELAS 2A
JURUSAN DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA III
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, dan anugrah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini yang disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan
Keluarga
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini.
Namun berkat dorongan dan bantuan dari pihak yang terkait, baik secara moril
maupun materil, kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan
ini kami menyampaikan rasa terimakasih kepada Dosen yang telah
membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami
membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan
datang. Akhir kata, besar harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

1
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................4
LATAR BELAKANG..................................................................................................................4

C. TUJUAN..................................................................................................................................4

BAB II...................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................4
21.1.8 PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA MASA PANDEMI
COVID 19...........................................................................................................................4

21.1.9 Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dalam situasi Pandemi Covid-19.......................8

BAB III..................................................................................................................11
KESIMPULAN.....................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................................11

B. Saran...................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO,
2020). Dan juga telah dinyatakan Kepala Badan nasional penanggulangan
Bencana melalui Keputusan nomor 9 A Tahun 2020 diperpanjang melalui
Keputusan nomor 13 A tahun 2020 sebagai Status Keadaan Tertentu
Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia.
Kemudian dengan meihat situasi dan kondisi yang berkembang maka
diperbaharui dengan Keputusan Presiden No. 12 tahun 2020 tentang
Penetapan Bencana non alam penyebaran COVID-19 sebagai Bencana
Nasional.
Sampai tanggal 26 April 2020 Covid-19 telah menginfeksi 2.900.422
secara global dan Indonesia telah mengalami 8.882 kasus Covid-19
dengan jumlah 1.107 kasus sembuh dan 743 kasus meninggal, sebagian
besar kasus terkonfirmasi dari usia produktif sebesar 44%. Dalam
menghadapi wabah bencana non alam COVID-19 ini dilakukankebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk pencegahan penularan
Covid-19. Kondisi ini menyebabkan dampak terhadap kelangsungan
pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi. Pada kondisi pandemi ini diharapkan PUS terutama PUS
dengan 4 Terlalu (4T) diharapkan tidak hamil sehingga petugas kesehatan
perlu memastikan mereka tetap menggunakan kontrasepsi. Untuk itu,
dalam menghadapi pandemi covid 19 ini, pelayanan tetap dilakukan tetapi
dengan menerapkan prinsip pencegahan pengendalian infeksi dan physical
Berdasarkan rekomendasi WHO dan masukan dari organisasi profesi dan
lintas sektor terkait (BKKBN) maka disepakati rekomendasi untuk
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi pada situasi bencana distancing.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Pelayanan Reproduksi Pada Situasi Pandemi Covid-19?
B. Bagaimana Pelayanan KB Pada Situasi Pandemi Covid-19?

3
C. TUJUAN
 Untuk Memberikan Pengetahuan Tentang Pelayanan Reproduksi
Pada Situasi Pandemi Covid-19
 Untuk Memberikan Pengetahuan Tentang Pelayanan KB Pada
Situasi Pandemi Covid-19

4
BAB II
PEMBAHASAN

21.1.8 PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA MASA


PANDEMI COVID 19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-
2) merupakan virus yang dapat menyerang sistem pernapasan pada manusia.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus ini disebut COVID-19. Severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan
nama virus Corona adalah jenis baru yang menular ke manusia, Virus Corona
dapat mengakibatkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru
yang berat, hingga dapat mengakibatkan kematian.
Sampai pada tanggal 17 Mei tahun 2020 Kasus COVID 19 di Indonesia kini telah
mencapai 17.514 orang. Ada penambahan sebanyak 489 kasus COVID-19 baru.
Data kasus positif Corona ini di-update lewat situs resmi covid19.go.id yang
dikumpulkan hingga pukul 12.00 WIB. Dapat dirincikan sebagai berikut yaitu
pasien sembuh menjadi 4.129 setelah ada penambahan 218 orang dan kasus
meninggal menjadi 1.148 dengan penambahan 59 orang.
Untuk mengatasi wabah bencana non alam COVID-19 ini dilakukan suatu
kebijakan oleh pemerintah yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang
tujuannya untuk mencegah penularan Covid-19. Keadaan ini memberikan dampak
terhadap kelangsungan pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan. Pada kondisi pandemi ini diharapkan kepada
pasangan usia subur (PUS ) terutama PUS dengan 4 Terlalu (4T) diharapkan
untuk menunda kehamilannya terlebih dahulu dan petugas kesehatan tetap
memantau mereka dalam penggunaan kontrasepsi. dalam menghadapi pandemi
covid 19 ini, pelayanan kebidanan terutama pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan tetap dilakukan tentunya dengan menerapkan prinsip pencegahan
pengendalian infeksi dan physical distancing.
Merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia selain berdampak terhadap
perekonomian, pendidikan dan sosial masyarakat, juga berdampak terhadap

5
kesehatan salah satunya yaitu berdampak pada pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan, Pelayanan kesehatan reproduksi bagi perempuan adalah bentuk
keharusan atau tidak bisa ditunda. Adapun pelayanan itu di antaranya pelayanan
pada Ibu hamil, bersalin, Nifas dan KB. Banyak perempuan menghadapi beberapa
perubahan sebagai dampak dari social dan physical distancing termasuk untuk
pemeriksaan kesehatan reproduksinya.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan terutama pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan ada beberapa panduan yang bisa dilakukan oleh bidan
dalam melakukan pelayanan pada masa pandemi covid 19 ini seperti yang
disampaikan oleh ketua PP IBI Pusat Ibu Dr. Emi Nurjasmi. M. Kes ,pada
kegiatan Webinar dalam rangka memperingati hari bidan sedunia pada tanggal 5
Mei 2020 mulai dari Pemeriksaan Kehamilan ( ANC ), Persalinan ( INC ), Nifas (
PNC ), KB serta kesehatan reproduksi calon pengantin. Pelayanan Kebidanan
sendiri merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara
mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan.
Panduan pelayanan ANC ( pemeriksaan kehamilan ) pada masa pandemic covid
19 ini, yang dapat diberikan oleh bidan yaitu jika ibu hamil tidak ada keluhan
maka diharapkan ibu hamil untuk menerapkan atau membaca informasi yang ada
dalam buku KIA di rumah, tetapi jika sebaliknya ibu hamil mengalami keluhan
maka disarankan untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Setiap
melakukan kunjungan kehamilan ibu hamil harus menghubungi unit kandungan
dan kebidanan terlebih dahulu untuk jadwal dan saran melalui telepon/WA. Selain
itu bidan melakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, termasuk
didalamnya informasi mengenai Covid 19, bila perlu bidan terus berkoordinasi
dengan RT/RW/Kades/Lurah setempat untuk mendapatkan informasi apakah ibu
hamil sedang dalam tahap isolasi mandiri, ODP/PDP/Positif Covid 19 sebelum
melakukan pemeriksaan kehamilan pada. Selanjutnya bidan tetap melakukan
ANC sesuai standar dan menggunakan APD Level 1, pada pada saat kunjungan
ibu hamil diharapkan menggunakan masker, begitupun dengan bidan bahkan
pendamping Ibu pada saat kunjungan, selama masa pandemic ini untuk kelas Ibu
hamil sebaiknya ditunda dulu, tetapi jika tidak memungkinkan memberikan

6
pelayanan maka diharapkan bidan berkolaborasi atau melakukan rujukan ke PKM
atau RS, untuk konsultasi kehamilan, KIE dan konseling dapat dilaksanakan
secara virtual atau online.
Selanjutnya untuk panduan pertolongan persalinan yang dapat dilakukan oleh
bidan pada masa pandemic covid-19 yaitu jika ibu hamil sudah menunjukkan
tanda –tanda persalinan, maka disarankan untuk segera menghubungi bidan
melalui telepon atau WA, selanjutnya sama seperti ANC bidan melakukan
pengkajian komprehensif sesuai standar, termasuk didalamnya informasi
mengenai Covid 19, bila perlu bidan terus berkoordinasi dengan
RT/RW/Kades/Lurah setempat untuk mendapatkan informasi apakah ibu hamil
sedang dalam tahap isolasi mandiri, ODP/PDP sebelum melakukan pertolongan
persalinan pada Ibu bersalin. Bidan tetap melakukan pertolongan persalinan sesuai
dengan standar APN dan menggunakan minimal APD Level 2 dan wajib
menerapkan prosedur pencegahan penularan covid 19 dalam melakukan
pertolongan persalinan, jika tidak memungkinkan melakukan pertolongan
persalinan maka bidan segera melakukan kolaborasi dan merujuk pasien ke PKM
atau RS, tetap melaksanakan rujukan persalinan terencana untuk ibu bersalin
dengan resiko, termasuk ibu bersalin yang dicurigai ODP/PDP/ sesuai standar.

Panduan pelayanan nifas dan BBL oleh bidan pada masa pandemi covid 19, sama
halnya dengan ANC, diharapkan secara mandiri ibu nifas dapat memanfaatkan
buku KIA untuk mendapatkan informasi mengenai masa nifas, jika ada keluhan
pada masa nifas agar segera ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, jika ibu
nifas dan BBL ingin ke fasilitas kesehatan maka diharapkan untuk membuat janji
terlebih dahulu dengan bidan melalui telepon/WA, tetap melakukan pengkajian
komprehensif sesuai standar dan terus berkoordinasi dengan RT/RW/Kades/Lurah
setempat untuk mendapatkan informasi apakah ibu hamil sedang dalam tahap
isolasi mandiri, ODP/PDP sebelum memberikan pelayanan, menggunakan
minimal APD Level 1 serta selalu menerapkan prosedur pencegahan penularan
covid 19, jika tidak memungkinkan dilakukan pelayanan maka bidan
berkolaborasi dengan dokter atau melakukan rujukan ke PKM/RS terdekat, dalam
memberikan Asuhan Bayi Baru Lahir termasuk didalamnya yaitu Imunisasi maka

7
tetap diberikan sesuai rekomendasi PP IDAI, semua kegiatan seperti
konsultasi/KIE/konseling nifas dan laktasi disarankan untuk dilaksanakan secara
virtual atau online, ibu nifas maupun pendamping dalam melakukan pemeriksaan
nifas diharapkan menggunakan masker begitupun dengan semua orang yang
terlibat seperti bidan maupun asisten.

Sesuai dengan yang disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG,(K),
M.PH ( PB. PODGI ) pada kegiatan Webinar dalam rangka memperingati hari
bidan sedunia pada tinggal 5 Mei 2020, disampaikan bahwa Berdasarkan
kesepakatan dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI ) ibu post partum PDP
maupun terkonfirmasi Covid 19 dapat memberikan ASI kepada bayinya dengan
catatan ibu dan bayi menggunakan alat pelindung diri, ibu dapat menggunakan
face shield dan masker N-95 sedangkan untuk bayinya dapat menggunakan face
shield khusus neonatus, selain itu ibu juga tidak diperbolehkan melakukan Inisiasi
menyusui Dini (IMD ), bayi tidak boleh dirawat diruang gabung dan ditempatkan
di ruang isolasi, kunjungan pada ibu post partum dapat dilakukan dengan
menggunakan telemedicine tetapi Jika Ibu dan bayi yang dicurigai PDP atau
terkonfirmasi COVID-19 memerlukan perawatan kebidanan atau neonatal pasca
kelahiran maka harus segera menelepon unit pelayanan terlebih dahulu sebelum
kedatangan dan mengikuti protokol Covid-19.

Sementara untuk Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon pengantin (Kespro


Catin) dalam situasi Pandemi Covid-19 ini untuk Bimbingan perkawinan,
pemeriksaan kesehatan, konsultasi keluarga dan bimbingan lainnya ditunda
pelaksanaannya, kecuali pelayanan administrasi dan pencatatan nikah. Materi KIE
terkait kesehatan reproduksi calon pengantin disarankan agar selalu dibaca dan
dapat diperoleh secara online, materi tersebut dapat diakses melalui web
bimbingan perkawinan (www.bimbinganperkawinan.com) sampai kondisi
pandemic Covid-19 ini berakhir.

8
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi dalam situasi
apapun, termasuk pada situasi bencana. Demikian halnya dengan kesehatan
reproduksi yang merupakan bagian dari kesehatan. Oleh karena itu, pelayanan
kesehatan reproduksi harus selalu ada dan tersedia pada situasi bencana. Agar hak
kesehatan reproduksi dapat tetap terpenuhi pada saat bencana, penduduk yang
terdampak harus memiliki akses informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
Akan tetapi, pada pandemi covid-19 dapat timbul krisis kesehatan, termasuk
kebutuhan akan kesehatan reproduksi yang seringkali terabaikan. Ada
kemungkinan suatu fasilitas kesehatan tidak maksimal membantu persalinan
karena fokus penanganan penularan covid-19. Terlihat dari penanganan covid-19
melibatkan hampir semua profesi tenaga kesehatan baik dokter, dokter gigi, bidan,
perawat, apoteker, dll.
Meskipun sampai saat ini belum ada data dan laporan berapa jumlah ibu hamil di
wilayah bencana di Indonesia, namun dari pengalaman bencana sebelumnya
diketahui bahwa dalam situasi bencana, selalu ada ibu yang melahirkan atau
mengalami komplikasi kehamilan karena terganggunya sistem pelayanan
kesehatan.
Oleh karena itu, menjawab permasalahan ini, diperlukan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) tentang kontrasepsi darurat yang disingkat Kondar. Hal
ini dimaksudkan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan segera setelah
hubungan seksual karena tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Stay at home mengurangi interaksi kita dengan orang lain, akan tetapi
meningkatkan interaksi dalam keluarga. Kebijakan ini mengajak masyarakat
untuk membatasi aktivitas di luar rumah dalam rangka mencegah penularan
covid-19.
Stigma takut tertular covid-19, semakin membuat pasangan usia subur (PUS)
enggan mendapatkan pelayanan kontrasepsi di mana faskes tersebut digunakan
tempat pengambilan sampel. Tentunya PUS yang ingin melakukan kunjungan
ulang, tidak jadi mengakses pelayanan KB ke faskes sedangkan kebutuhan
biologis tetap berjalan.

21.1.9 Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dalam situasi Pandemi Covid-19

9
A. Pesan Bagi Masyarakat terkait Pelayanan Keluarga Berencana Pada
Situasi Pandemi Covid-19
1. Tunda kehamilan sampai kondisi pandemi berakhir
2. Akseptor KB sebaiknya tidak datang ke petugas Kesehatan, kecuali yang
mempunyai keluhan, dengan syarat membuat perjanjian terlebih dahulu dengan
petugas Kesehatan.
3. Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya, jika tidak
memungkinkan untuk datang ke petugas Kesehatan dapat menggunakan kondom
yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau kader melalui
telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara tradisional (pantang berkala
atau senggama terputus).
4. Bagi akseptor Suntik diharapkan datang ke petugas kesehatan sesuai
jadwal dengan membuat perjanjian sebelumnya. Jika tidak memungkinkan, dapat
menggunakan kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB
atau kader melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara
tradisional (pantang berkala atau senggama terputus)
5. Bagi akseptor Pil diharapkan dapat menghubungi petugas PLKB atau
kader atau Petugas Kesehatan via telfon untuk mendapatkan Pil KB.
6. Ibu yang sudah melahirkan sebaiknya langsung menggunakan KB Pasca
Persalinan (KBPP)
7. Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pelaksanaan
konseling terkait KB dapat diperoleh secara online atau konsultasi via telpon

B. Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan terkait Pelayanan Keluarga


Berencana pada Situasi Pandemi Covid-19
1. Petugas Kesehatan dapat memberikan pelayanan KB dengan syarat
menggunakan APD lengkap sesuai standar dan sudah mendapatkan perjanjian
terlebih dahulu dari klien :
a. Akseptor yang mempunyai keluhan
b. Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya,
c. Bagi akseptor Suntik yang datang sesuai jadwal.

10
2. Petugas Kesehatan tetap memberikan pelayanan KBPP sesuai program
yaitu dengan mengutamakan metode MKJP (IUD Pasca Plasenta / MOW)
3. Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan Kader untuk
minta bantuan pemberian kondom kepada klien yang membutuhkan yaitu :
a. Bagi akseptor IUD/Implan/suntik yang sudah habis masa pakainya, tetapi
tidak bisa kontrol ke petugas kesehatan
b. Bagi akseptor Suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke petugas
Kesehatan sesuai jadwal
4. Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan Kader untuk
minta bantuan pemberian Pil KB kepada klien yang membutuhkan yaitu : Bagi
akseptor Pil yang harus mendapatkan sesuai jadwal
5. Pemberian Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta
pelaksanaan konseling terkait kesehatan reproduksi dan KB dapat dilaksanakan
secara online atau konsultasi via telpon

C. Hal Yang Perlu Diperhatikan oleh Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan


Pelayanan
1. Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan dengan tetap
menggunakan kontrasepsi di situasi pandemi Covid-19, dengan meningkatkan
penyampaian informasi/KIE ke masyarakat
2. Petugas Kesehatan harus menggunakan APD dengan level yang
disesuaikan dengan pelayanan yang diberikan dan memastikan klien yang datang
menggunakan masker dan membuat perjanjian terlebih dahulu
3. Kader dalam membantu pelayanan juga diharapkan melakukan upaya
pencegahan dengan selalu menggunakan masker dan segara mencuci tangan
dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau handsanitizer setelah ketemu
klien
4. Berkoordinasi dengan PLKB kecamatan untuk ketersediaan pil dan
kondom di Kader atau PLKB, sebagai alternative pengganti bagi klien yang tidak
dapat ketemu petugas Kesehatan

11
5. Melakukan koordinasi untuk meningkatkan peran PL KB dan kader dalam
membantu pendistribusian pil KB dan kondom kepada klien yang membutuhkan,
yang tetap berkoordinasi dengan petugas Kesehatan
6. Memudahkan masyarakat untuk untuk mendapatkan akses informasi
tentang pelayanan KB di wilayah kerjanya, missal dengan membuat hotline di
Puskemas dan lain-lain

12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Panduan pelayanan KB yang bisa dilakukan oleh bidan pada masa
pandemic Covid 19 ini, jika tidak ada keluhan disarankan para akseptor
KB untuk menunda kontrol ke Bidan terutama untuk akseptor KB
Implan/IUD, setelah itu bidan tetap melakukan pengkajian komprehensif
sesuai standar, termasuk informasi berkaitan dengan kewaspadaan
penularan Covid-19. Jika diperlukan bidan harus tetap berkoordinasi
dengan RT/RW/Kades/lurah setempat untuk informasi tentang status ibu
apakah sedang isolasi mandiri (ODP/PDP,Covid+). Dalam memberikan
pelayanan, bidan tetap melakukan prosedur pencegahan penularan covid
19 serta tetap menggunakan APD sesuai kebutuhan, sama seperti dengan
pelayanan yang lain sebelum melakukan kunjungan ulang akseptor KB
disarankan terlebih dahulu membuat janji melalui telepon/WA, ibu atau
suami untuk sementara disarankan menggunakan kondom atau KB
tradisional seperti KB pantang berkala/senggama terputus jika tidak
memungkinkan mendapatkan pelayanan oleh bidan. para akseptor KB
selama masa pandemic ini disarankan juga untuk menggunakan Metode
KB Jangka Panjang (MKJP) dan bidan harus selalu memotivasi para
akseptor untuk menggunakan MKJP, sementara untuk kegiatan konsultasi
KB, konseling dan penyuluhan dapat dilakukan secara
virtual/online/melalui Telpon dan WA

13
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Pelayanan Keluarga Betencana dan Kesehatan Reproduksi dalam Situasi


Pandemi Covid. 2020.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Purwati, S. 2020. Dampak Penurunan Jumlah Kunjungan KB Terhadap Ancaman
Baby boorn di Era Covid-19. _Jurnal Bina Cipta Husada_
Listyawardani, D. 2020. Kebijakan Ketersediaan dan Supply Alat Kontrasepsi Di
Masa Pandemi Covid-19. [ebook] Jakarta: Ikatan Bidan Indonesia
Buku Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi
Darurat Bencana 2010 Revisi untuk Peninjauan Lapangan
Mahmuda, I. N. N. Peningkatan Pengetahuan tentang Reproduksi Sehat pada
Siswi SMK Pertiwi Desa Ngabeyan, Mangkuyudan, Kartasura, Sukoharjo. Warta
12, 55–59 (2009).

14

Anda mungkin juga menyukai