Anda di halaman 1dari 53

Mini Project

UPAYA PENINGKATAN CAPAIAN VAKSINASI


COVID-19 DI PUSKESMAS SWASTI SABA PERIODE
FEBRUARI 2021 – FEBRUARI 2022.

Oleh:
dr. R. Syifa Majid
dr. Irda Novia R
dr. Riska Oktarinda U
dr. Khairunnisa E. Putri

Pembimbing:
dr. Maya Rentina

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA PROGRAM INTERNSIP DOKTER
INDONESIA
PUSKESMAS SWASTI SABA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021-2022
2

HALAMAN PENGESAHAN
Mini Project

Judul

UPAYA PENINGKATAN CAPAIAN VAKSINASI COVID-19


DI PUSKESMAS SWASTI SABA PERIODE
FEBRUARI 2021 – FEBRUARI 2022.

Oleh:

dr. R. Syifa Majid


dr. Irda Novia R
dr. Riska Oktarinda U
dr. Khairunnisa E. Putri

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
progam dokter internsip di Puskesmas Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang.

Palembang, April 2022


Pembimbing

dr. Maya Rentina


3

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Mini Project
yang berjudul “Upaya Peningkatan Capaian Vaksinasi COVID-19 di Puskesmas
Swasti Saba periode Februari 2021 – Februari 2022.” Laporan mini project ini
merupakan salah satu syarat menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di Puskesmas Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Maya Rentina
selaku pendamping dalam penulisan laporan kasus ini dan Kepala Puskesmas kota
lubuklinggau , Ibu Hj.Elis Sundari,SKM selaku Kepala Puskesmas Swasti Saba
Lubuklinggau sebagai penyedia tempat dan data penelitian, serta kepada semua
pihak yang telah membantu hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan mini project
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat
memberi ilmu dan manfaat bagi yang membacanya.

Penyusun
4

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA........................................... ........ ........ ........ .......8
BAB III METODE PENELITIAN......................... ............................................24
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN.................. ............................................28
BAB V
KESIMPULAN................. ........ ........ ........ .............................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dua dekade terakhir ditandai dengan munculnya beberapa wabah penyakit
yang disebabkan oleh virus seperti Ebola, Chikungunya, Flu Burung H7N9,
MERS, SARS, H1N1, Nipah, dan Zika. 1 Salah satu penyakit menular yang sedang
berkembang pesat saat ini adalah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2(SARS-CoV-
2), yaitu virus dengan RNA beruntai tunggal menyebabkan infeksi pernapasan
pada manusia. Pertama kali dilaporkan di Wuhan pada bulan Desember 2019,
Cina. Penyakit menular ini dapat menyebar dengan cepat. didukung oleh situasi
saat ini dimana mobilisasi sangat tinggi terkait dengan proses globalisasi dan
kemajuan transportasi. Selain itu, meningkatnya tingkat kepadatan penduduk di
beberapa negara di dunia mengakibatkan banyaknya pemukiman padat penduduk.2
SARS-COV-2 memiliki tingkat infektivitas yang jauh lebih tinggi, sehingga
berhasil mencapai pandemi di seluruh dunia dengan jutaan kasus yang
dikonfirmasi dan ratusan ribu kematian karena dapat menyebar dengan cepat dari
manusia ke manusia lainnya.3
Per Januari 2022, ada 430.257.564 kasus terkonfirmasi di dunia dengan
5.922.049 kematian terkonfirmasi.4 Ada 5.546.643 kasus dan jumlah kematian
148.258 dengan peningkatan 5.767 kasus per hari di Indonesia. 5 Orang yang
terinfeksi SARS-CoV-2 dapat berbeda dalam manifestasinya, dari asimtomatik
hingga simtomatik dan beberapa di antaranya dapat menjadi mengancam nyawa.
Dari masa inkubasi hingga menjadi gejala dapat memakan waktu yang bervariasi,
antara 8-10 hari. Berdasarkan pedoman Komisi Kesehatan Nasional Republik
Indonesia, tipe klinis COVID-19 diklasifikasikan menjadi tipe ringan, sedang,
berat, dan kritis.6 Beberapa individu berada pada risiko yang lebih besar terkait
6

dengan penyakit. Ini termasuk orang tua. dan mereka yang memiliki penyakit
yang mendasari seperti pernapasan kardiovaskular. obesitas dan diabetes
mellitus.7

Pada bulan Juni 2021 varian Delta yang lebih berbahaya dan mematikan
memicu angka kesakitan dan kematian di seluruh Indonesia. Sudah lebih dari
setahun sejak kasus pertama muncul, namun setiap hari jumlah kasus baru
COVID-19 tidak berkurang. Bahkan meningkat cukup tinggi di beberapa belahan
dunia saat memasuki fase gelombang kedua.8 24 agustus 2021, otoritas kesehatan
di Afrika Selatan melaporkan munculnya varian baru SARS-CoV-2, B.1.1.529
(Omikron). Omikron memiliki tingkat penyebaran yang lebih cepat, dan pada 6
Januari 2022, diidentifikasi di 149 negara dengan diperkirakan bertanggung jawab
atas 95% dari kasus COVID-19 saat ini. 9 Hingga 14 Januari 2020 Indonesia telah
melaporkan 644 kasus varian Omicron yang sebagian besar merupakan pelaku
perjalanan dari luar negri (529 kasus) sedangkan kasus lainnya (115 kasus)
merupakan transmsi local yang telah terjadi di Indonesia. 10 Menyadari bahwa
jumlah kasus baru dapat berkembang sangat pesat hanya dalam beberapa hari,
Indoesia membutuhkan strategi dan upaya yang komprehensif dalam percepatan
penanganan dan pencegahan COVID-19 dan salah satu harapan terbesar untuk
menghentikan pandemic COVID-19 selain melakukan protokol kesehatan adalah
melakukan vaksinasi.8
Terdapat tiga jenis vaksin yang didistribusikan dan disuntikkan ke
masyarakat Indonesia. Pertama adalah model vaksin mRNA (Pfizer dan
Moderna), vector virus COVID-19 (Astrazeneca) dan virus inaktif (Sinovac). 10
Pada tanggal 10 Maret 2022 Indonesia melaporkan bahwa sebanyak 192.776.961
orang (70% dari populasi masyarakat Indonesia) sudah melakukan vaksin dosis
pertama, sebanyak 149.793.531 orang (54.8%) sudah melakukan vaksin dosis
kedua dan 14.013.132 (5.1%) sudah melakukan vaksin booster ketiga. 11
Diharapkan tercapainya hard immunity melalui vaksinasi utuk masyarakat
Indonesia.
7

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana Upaya Peningkatan Capaian
Vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Swasti Saba periode Februari 2021 – Februari
2022.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran Upaya
Peningkatan Capaian Vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Swasti Saba
periode Februari 2021 – Februari 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus


- Mendapatkan karakteristik subjek yang melakukan vaksinasi
- Mendapatkan gambaran hasil vaksin dosis 1, dosis 2 dan booster
dari periode Februari 2021 – Februari 2022.
- Mendapatkan gambaran peningkatan capaian vaksinasi COVID-19
melalui gebrakan door to door di lingkup wilayah kerja Puskesmas
Swasti Saba
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Coronavirus Disease 19 (Covid-19)


2.1.1 Definisi dan Penyebab Covid-19
Coronavirus merupakan sekelompok besar virus yang bisa menyebabkan
penyakit dengan gejala ringan hingga parah. Setidaknya ada dua virus corona
diketahui menyebabkan penyakit yang bisa menimbulkan gejala parah, seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Penyakit Coronavirus 2019 (Covid-19) merupakan jenis
penyakit baru yang belum pernah ditemukan pada manusia sebelumnya
(Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)., 2020).
Virus penyebab Covid-19 disebut Sars-CoV-2. Coronavirus adalah virus
zoonosis (menyebar antara hewan dan manusia). Penelitian telah
menunjukkan bahwa SARS ditularkan dari musang ke manusia, sedangkan
MERS ditularkan dari unta ke manusia. Sementara itu, hewan yang menjadi
sumber penularan Covid-19 masih belum diketahui (Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)., 2020).

2.1.2 Gejala Klinis Covid-19


Menurut (Kemenkes, 2020a), Gejala dan tanda umum infeksi Covid-19
meliputi :
1) Gejala gangguan pernapasan akut, seperti demam, suhu puncak > 38° C,
batuk, bersin, dan sesak napas.
2) Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari, dan masa inkubasi terlama adalah 14
hari.
3) Dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
4) Tingkat keparahan dipengaruhi oleh daya tahan, usia dan penyakit yang
sudah ada sebelumnya (komorbiditas), seperti hipertensi, diabetes, asma,
5

dll.
5) Pada kebanyakan kasus, tanda dan gejala klinis yang dilaporkan adalah
demam, pada beberapa kasus dapat terjadi kesulitan bernafas, pada
pemeriksaan X-ray didapatkan infiltrasi pneumonia yang luas pada
kedua paru.

2.1.3 Epidemiologi Covid-19


Sejak kasus pertama terjadi di Wuhan, jumlah kasus Covid-19 di China
terus meningkat setiap hari, dan mencapai puncaknya antara akhir Januari 2020
hingga awal Februari 2020. Awalnya, sebagian besar laporan datang dari Hubei
dan provinsi sekitarnya, kemudian meningkat ke provinsi lain dan China secara
keseluruhan (Zunyou. Wu and McGoogan, 2020). Pada 30 Januari 2020, China
telah mengonfirmasi 7.736 kasus Covid-19, dan ada 86 kasus terdapat di Taiwan,
Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Arab Saudi,
Korea Selatan, Singapura, India, Filiphina, Kanada, Australia , Finlandia,
Jerman, dan Prancis (WHO, 2020b).

Pada 29 Juni 2020, terdapat 1.021.401 kasus di seluruh dunia,


termasuk 499.913 kematian. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat
pandemi Covid-19, dengan lebih banyak kasus dan kematian daripada China.
Amerika Serikat menempati urutan pertama kasus Covid-19, dengan peningkatan
2.496.628 kasus pada 29 Juni 2020, disusul Brasil dengan peningkatan 1.311.667
kasus. Negara yang melaporkan kasus paling terkonfirmasi adalah Amerika
Serikat, Brasil, Rusia, India, dan Inggris Raya. Sedangkan negara dengan angka
kematian tertinggi adalah Amerika Serikat, Inggris, Italia, Prancis, dan Spanyol
(WHO, 2020a) (Kemenkes, 2020b).
Indonesia melaporkan kasus Covid-19 pertamanya pada 2 Maret 2020,
dan jumlahnya terus bertambah. Pada 30 Juni 2020, Kementerian Kesehatan
telah melaporkan 56.385 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, termasuk 2.875
kematian di 34.000 provinsi (CFR 5,1%). Sebanyak 51,5% kasus adalah laki-laki.
Kasus terbanyak terjadi antara usia 45-54 tahun, dan paling sedikit terjadi antara
6

usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien usia 55-64 tahun
(kementerian Kesehatan RI, 2020).

2.1.4 Virulogi Covid-19


Coronavirus adalah virus RNA yang mempunyai ukuran partikel 120-
160 nm. Virus ini terutama menginfeksi hewan, termasuk kelelawar dan unta.
Sebelum wabah Covid-19, ada 6 jenis virus corona yang bisa Menulari manusia
yaitu HcoV-229E (α-coronavirus), HcoV-OC43 (β- coronavirus), HCoVNL63
(α-coronavirus), HcoV-HKU1 (β-coronavirus), SARS-CoV (β-coronavirus) dan
MERS-CoV (β-coronavirus). Coronavirus adalah penyebab Covid-19 dan
termasuk dalam genus β-coronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan
bahwa virus tersebut tergolong subtipe yang sama, yaitu Sarbecovirus, dengan
virus corona penyebab wabah penyakit saluran pernapasan akut (SARS) yang
parah pada tahun 2002-2004. Atas dasar itulah, International Commission on
Taxonomy of Viruses (ICTV) menamai penyebab Covid-19 SARS-CoV-2 (Zhu et
al., 2020).
Urutan SARSCoV-2 mirip dengan virus corona yang diisolasi dari
kelelawar, sehingga dihipotesiskan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar,
dan kemudian kelelawar bermutasi dan menginfeksi manusia. (Zhou et al., 2020)
Mamalia dan burung dianggap Ini adalah host perantara. (Rothan and Byrareddy,
2020) Pada SARS-CoV-2, data in vitro mendukung kemungkinan bahwa virus
dapat menggunakan reseptor ACE2 untuk memasuki sel. Studi tersebut juga
menemukan bahwa SARS-CoV-2 tidak menggunakan reseptor virus corona lain,
seperti aminopeptidase N (APN) dan dipeptidyl peptidase 4 (DPP-4) (Zhou et al.,
2020).

2.1.5 Phatogenesis Covid-19


Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, namun diyakini
tidak berbeda dengan SARSCoV yang lebih dikenal luas. (Susilo et al., 2020)
Menurut Rothan. H,dkk (2020) Pasien yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan
jumlah sel darah putih yang lebih tinggi, pernapasan abnormal, dan
7

peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi dalam plasma. Laporan kasus Covid-19


menunjukkan bahwa pasien yang demam selama 5 hari mengalami batuk,
memiliki suara napas yang keras di kedua paru- parunya, dan memiliki suhu
tubuh 39°C. Dahak pasien menunjukkan reaksi berantai polimerase real-time
positif, mengkonfirmasikan infeksi Covid-19 (Rothan and Byrareddy, 2020).
Sebagai virus yang menyerang sistem pernapasan, patogenesis utama
infeksi Covid-19 adalah pneumonia berat, RNAaemia, kekeruhan kaca tanah, dan
cedera jantung akut. Kadar sitokin dan kemokin dalam darah pasien yang
terinfeksi Covid-19 sangat tinggi (Rothan and Byrareddy,2020).

2.1.6 Transmisi Covid-19


Berdasarkan banyaknya orang tertular yang pernah bersentuhan dengan
pasar hewan basah di Wuhan yang biasanya menjual hewan hidup, diduga itu
mungkin asal zoonosis Covid-19. Namun, hingga saat ini, dengan pengecualian
mamalia dan burung, tidak ada bukti yang konsisten tentang kumpulan virus
corona. Analisis urutan genom Covid-19 mengungkapkan bahwa mirip dengan
dua sindrom pernafasan akut parah yang diturunkan dari kelelawar, mereka 88%
identik dengan dua virus corona. Ini menunjukkan bahwa mamalia paling
mungkin menjadi penghubung antara Covid-19 dan manusia.
Penyebaran SARS-CoV-2 dari orang ke orang merupakan sumber utama
penularan, sehingga penyebarannya menjadi lebih agresif. Penyebaran SARS-
CoV2 pada pasien bergejala terjadi melalui tetesan yang dikeluarkan saat batuk
atau bersin (Han and Hailan Yang, 2020). Penularan dari manusia ke manusia
terutama terjadi melalui kontak langsung atau melalui tetesan yang ditularkan
melalui batuk atau bersin orang yang terinfeksi (Rothan and Byrareddy, 2020).
Pengikatan reseptor yang diekspresikan oleh sel inang merupakan tahap
pertama dari infeksi virus dan kemudian fusi dengan membran sel. Ini karena sel
epitel paru merupakan target utama virus. Oleh karena itu, menurut laporan
penyebaran SARS-CoV dari orang ke orang terjadi melalui pengikatan antara
domain pengikat reseptor dari lonjakan virus dan reseptor sel yang telah
diidentifikasi sebagai reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2). Yang
8

penting, urutan lonjakan domain pengikatan reseptor Covid-19 mirip dengan


SARS-CoV (Rothan and Byrareddy, 2020).
Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang
terkontaminasi tetesan di sekitar orang yang terinfeksi. Sebab, penyebaran virus
Covid-19 bisa terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi Dan
secara tidak langsung menyentuh permukaan atau benda yang digunakan oleh
orang yang terinfeksi (seperti stetoskop atau termometer) (kementerian Kesehatan
RI, 2020).

2.1.7 Klasifikasi Pasien Covid-19


Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Revisi V (2020), Klasifikasi Pasien Covid-19 dibagi menjadi 8 bagian yaitu
sebagai berikut :
1. Kasus Suspek
Kasus suspek adalah orang yang memiliki salah satu kondisi berikut:
a. Orang yang mengidap Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan
pernah bepergian atau tinggal di negara / wilayah di mana penularan lokal
dilaporkan di Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum timbulnya gejala.
b. Seseorang yang menderita gejala atau tanda ISPA dan memiliki
riwayat kontak dengan kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dalam 14 hari
terakhir sebelum timbulnya gejala.
c. Pasien ISPA berat atau pneumonia berat memerlukan rawat inap dan
didasarkan pada manifestasi klinis yang meyakinkan tanpa alasan lain.

2. Kasus Probable
Kasus yang mungkin terjadi adalah mereka yang diduga menderita ARDS
parah atau kematian karena gambaran klinis Covid-19 yang meyakinkan dan
tidak ada hasil tes laboratorium Rt-PCR.

3. Kasus Konfirmasi
Kasus yang dikonfirmasi adalah orang yang hasil uji laboratorium RT-
9

PCR nya terbukti positif virus covid-19. Kasus konfirmasi dibagi menjadi dua :
a. Gejala kasus yang dikonfirmasi (dengan gejala / sympromatic)
b. Kasus terkonfirmasi asimtomatik (tidak bergejala)

4. Kontak erat
Orang yang mungkin telah melakukan kontak dengan kasus Covid-19 atau
kasus yang dikonfirmasi. Catatan riwayat kontak yang mencurigakan meliputi:
a. Kontak tatap muka dengan kasus yang mungkin atau dikonfirmasi dalam
radius 1 meter dan dalam waktu 15 menit atau lebih.
b. Kontak fisik langsung secepat mungkin (seperti berjabat tangan,
meremas tangan, dll.).
c. Orang yang dapat memberikan perawatan segera untuk kemungkinan
atau kasus yang dikonfirmasi tanpa mengenakan alat pelindung diri
standar.
d. Menurut penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim investigasi
epidemiologi lokal, tunjukkan paparan lain (lihat lampiran untuk
petunjuk).

5. Pelaku Perjalanan
Orang yang memiliki riwayat perjalanan adalah orang-orang yang pernah
melakukan perjalanan dari luar negeri maupun dalam negeri selama 14 hari
terakhir.

6. Discarded
Jika terpenuhi, itu adalah salah satu dari kondisi berikut :
a. Pasien dengan status kasus mencurigakan dan hasil tes RT-PCR
negatif selama 2 hari berturut-turut (interval> 24 jam).
b. Mereka yang berstatus kontak dekat telah menyelesaikan masa karantina
selama 14 hari.

7. Selesai Isolasi
10

Isolasi akan selesai jika salah satu dari kondisi berikut terpenuhi:
a. Tidak ada kasus yang terkonfirmasi menunjukkan asimtomatik
b. Kemungkinan kasus tanpa tindak lanjut RT-PCR / gejala (simptomatik)
kasus yang dikonfirmasi adalah 10 hari dari tanggal onset, ditambah
paling sedikit 3 hari setelah tidak ada demam dan gejala pernapasan.
c. Kasus / gejala dengan tes RT-PCR negatif dua kali lebih mungkin
dibandingkan kasus yang dikonfirmasi, dan gejala demam dan gangguan
pernapasan tidak lagi muncul setelah setidaknya tiga hari.

8. Kematian
Pemantauan kasus Covid-19 yang dikonfirmasi atau mati dapat
menyebabkan kematian akibat Covid-19.

2.1.8 Vaksinasi Covid-19


a. Definisi Vaksin Covid-19
Vaksin merupakan produk biologi yang mengandung antigen yang jika
diberikan kepada manusia akan secara aktif mengembangkan kekebalan khusus
terhadap penyakit tertentu (Covid-19 Komite Penanganan, 2020). Berbagai
negara termasuk Indonesia, sedang mengembangkan vaksin yang sangat cocok
untuk pencegahan infeksi SARS-CoV-2 pada berbagai platform, yaitu vaksin
virus yang dilemahkan, vaksin hidup dilemahkan, vaksin vektor virus, vaksin
asam nukleat, seperti virus. Vaksin (vaksin mirip virus) dan vaksin subunit
protein. Tujuan dengan dibuatnya vaksin ialah untuk mengurangi penyebaran
Covid-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19, mencapai
imunitas kelompok dan melindungi masyarakat dari Covid-19, sehingga dapat
menjaga produktivitas sosial dan ekonomi (Kemenkes RI Dirjen P2P,2020).
Menurut Menteri Kesehatan, vaksin Covid-19 memiliki tiga manfaat.
Termasuk di dalamnya adalah menambah kekebalan setiap orang yang
divaksinasi secara langsung, jika jumlah penduduk yang divaksinasi banyak,
maka sistem kekebalan penduduk akan memberikan perlindungan bagi
mereka yang belum divaksinasi atau belum menjadi populasi sasaran vaksin
11

(yudho winanto, 2020).

b. Jenis-Jenis Vaksin Covid-19


Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mengatakan bahwa
pemerintah sudah menetapkan ada 6 jenis vaksin Covid-19 yang akan digunakan
di Indonesia (Kemenkes RI, 2020a), di antaranya ialah :
I. Vaksin Merah Putih
Vaksin merah putih tersebut merupakan hasil kerjasama BUMN
PT Bio Farma (Persero) dengan Lembaga Eijkman. Pemerintah berharap
vaksin merah putih selesai pada akhir 2021. Bio Farma juga bekerja sama
dengan perusahaan vaksin China Sinovac Biotech.
II. AstraZeneca
AstraZeneca Pengujian yang dilakukan oleh AstraZeneca dan
Oxford University menunjukkan bahwa efisiensi rata-rata produksi vaksin
virus corona adalah 70%. Saat ini, uji coba masih berlanjut pada 20.000
relawan. Vaksin AstraZeneca dianggap mudah untuk dikeluarkan karena
tidak perlu disimpan pada suhu yang sangat dingin.
III. China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm)
Perusahaan Grup Farmasi Nasional China. Meskipun
tahappengujian terakhir belum selesai, di Cina, sekitar 1 juta orang telah
divaksinasi berdasarkan izin penggunaan darurat. Sebelum Sinopharm
terbukti benar-benar sukses, itu hanya digunakan untuk pejabat China,
pekerja keliling dan pelajar. Pada September 2020, Uni Emirat Arab
adalah negara pertama di luar China yang menyetujui penggunaan vaksin
tersebut.
IV. Moderna
Moderna mengklaim tingkat efektif produksi vaksinnya adalah
94,5%. Di penghujung November, Moderna mengaku telah mengajukan
permohonan penggunaan darurat vaksin Covid-19 ke badan regulasi di
Amerika Serikat dan Eropa. Moderna yakin bahwa vaksinnya
memenuhi persyaratan penggunaan darurat yang ditetapkan oleh Food and
12

Drug Administration (FDA) AS.


V. Pfizer Inc and BioNTech
Vaksin Pfizer dan BioNTech telah menyarankan BPOM di
Amerika Serikat dan Eropa untuk segera menggunakan vaksin virus
korona mereka. Dalam uji coba terakhir pada 18 November 2020, mereka
mengklaim bahwa 95% vaksin tersebut efektif melawan virus corona dan
tidak ada bahaya keamanan.
VI. Sinovac Biotech Ltd
Saat ini, CoronaVac sedang memasuki uji coba fase 3. Sinovac
sedang menguji vaksinnya di Brasil, Indonesia dan Bangladesh. Seperti
yang ditunjukkan pada hasil awal pada monyet yang dipublikasikan di
jurnal Science, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin tersebut dapat
menetralkan 10 strain Sars-coV-2.

2.1.9 Perilaku Pencegahan Terhadap Covid-19


a. Definisi Perilaku Pencegahan Terhadap Covid-19
Perilaku pencegahan terhadap Covid-19 merupakan salah satu
sikap yang terbentuk melalui serangkaian evaluasi diri yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang ada di lingkungan masyarakat. Perilaku
terhadap pencegahan Covid-19 yang ada di masyarakat bila didasarkan
oleh pengetahuan yang baik mengenai covid-19 maka akan bertahan lama,
namun jika perilaku tidak didasarkan oleh pengetahuan yang baik
mengenai upaya pencegahan Covid-19 maka perilaku tersebut tidak akan
bertahan lama (Moudy and Syakurah, 2020).
Menurut Yanti, et al (2020), mengatakan bahwa jika pengetahuan
seseorang mengenai Covid-19 baik dan melakukan tindakan pencegahan
yang baik maka dapat menghidari terpapar virus dengan melakukan
tindakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Perilaku masyarakat
sangat penting untuk membantu masyarakat sendiri dalam mengenali dan
mengatasi masalah Covid-19 yang sudah menjadi pandemi. Perilaku
tersebut harus dilandasi oleh kesadaran masyarakat, karena banyak
13

masyarakat yang sudah mengetahui segala macam pengetahuan terkait


prosedur kesehatan atau pandemi Covid-19, namun belum bisa diterapkan
dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku seseorang juga
menjadi aspek penting dalam upaya pencegahan dan mengendalikan
penyakit Covid-19 yang ada dilingkungan masyarakat. Oleh karena itu,
sangatlah penting untuk menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) secara terpisah untuk melindungi diri dari infeksi virus SARS-
CoV-2 (Yanti et al., 2020).

b. Perilaku Dalam Pencegahan Covid-19


Dalam menerapkan perilaku pencegahan Covid-19, maka perlu
dilakukannya tindakan pencegahan di masyarakat (Tim Kerja
Kementerian Dalams Negeri, 2020). Berikut Langkah-langkah tindakan
pencegahan paling efektif dalam masyarakat yaitu sebagai berikut :
a) Jika tangan Anda tidak terlihat kotor, gunakan pembersih tangan untuk
kebersihan tangan; jika tangan Anda terlihat kotor, harap cuci tangan
dengan sabun.
b) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut Anda.
c) Berlatih batuk atau bersin dengan menggunakan lengan atas bagian dalam
atau tisu . Tutupi hidung dan mulut Anda, lalu buang tisu ke tempat
sampah.
d) Jika Anda mengalami gejala gangguan pernapasan, harap kenakan masker
medis dan praktikkan kebersihan tangan setelah melepas masker.
e) Jaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan
pernapasan, seperti batuk atau bersin.

2.2 Pentahapan dan Penetapan Kelompok Prioritas Penerima Vaksin


dalam Pelaksanaan Vaksinasi Program
Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin dalam
pelaksanaan vaksinasi program dilakukan dengan memperhatikan Roadmap WHO
Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) serta kajian dari
14

Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group


on Immunization). Menurut Roadmap yang disusun oleh WHO Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE), karena pasokan vaksin tidak akan
segera tersedia dalam jumlah yang mencukupi untuk memvaksinasi semua
sasaran, maka ada tiga skenario penyediaan vaksin untuk dipertimbangkan oleh
negara yaitu sebagai berikut:
1. Tahap I saat ketersediaan vaksin sangat terbatas (berkisar antara 1-10%
dari total populasi setiap negara) untuk distribusi awal
2. Tahap II saat pasokan vaksin meningkat tetapi ketersediaan tetap
terbatas (berkisar antara 11-20% dari total populasi setiap negara);
3. Tahap III saat pasokan vaksin mencapai ketersediaan sedang (berkisar antara
21-50% dari total populasi setiap negara).
Prioritas yang akan divaksinasi menurut Roadmap WHO Strategic
Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) adalah petugas kesehatan
yang berisiko tinggi hingga sangat tinggi untuk terinfeksi dan menularkan
SARS-CoV-2 dalam komunitas penyuluh agama pedagang pasar, orang/relawan
yang membantu percepatan pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat lanjut usia,
serta pekerja kunci (essential worker) di bidang pendidikan (pendidik dan tenaga
kependidikan, termasuk pendidik dan tenaga kependidikan warga negara asing
yang memiliki nomor register, izin tinggal, Kartu Izin Tinggal Sementara
(KITAS), dan nomor paspor), pariwisata (petugas pariwisata, hotel, restoran),
transportasi publik dan logistik, wartawan dan pekerja media, pemadam
kebakaran, atlet, petugas pelayanan publik lain yang terlibat secara langsung
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang berusia 18 tahun ke atas.
Tahap III dengan sasaran kelompok prioritas masyarakat rentan dari
aspek geospasial, sosial, dan ekonomi, yang berusia 18 tahun ke atas dan
masyarakat lainnya selain kelompok prioritas yang dilakukan vaksinasi pada
tahap I dan tahap II, dilaksanakan mulai bulan Juli
2021.
Pelaksanaan vaksinasi program untuk kelompok prioritas penerima vaksin
dalam setiap tahapan dapat berubah yang ditentukan oleh Menteri Kesehatan
15

sesuai dengan ketersediaan vaksin dan kondisi tertentu serta mempertimbangkan


rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian
Technical Advisory Group on Immunization) dan pertimbangan dari Komite
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Kelompok prioritas penerima vaksin adalah masyarakat yang berdomisili
di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun. Kelompok masyarakat berusia di bawah 18
tahun dapat diberikan vaksinasi apabila telah tersedia data keamanan vaksin yang
memadai dan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use
authorization) atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan.
Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin dalam
pelaksanaan vaksinasi program tidak berlaku untuk pelaksanaan vaksinasi gotong
royong. Namun dalam pelaksanaan vaksinasi gotong royong dapat dilakukan
prioritisasi dengan kriteria antara lain badan hukum/badan usaha berada di zona
merah (risiko tinggi) dan telah melakukan pembayaran.

C. Pendataan dan Penetapan Sasaran


1. Vaksinasi Program
Pendataan dan penetapan sasaran vaksinasi COVID-19 untuk vaksinasi
program dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan dengan mekanisme sebagai
berikut:
a. Pendataan top-down
1) Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari
kementerian/lembaga/badan usaha/instansi terkait atau sumber lainnya meliputi
Nomor Induk Kependudukan (NIK), nama, jenis kelamin, tanggal lahir, instansi
dan jenis pekerjaan, nomor kontak (HP) dan alamat tempat tinggal sasaran
(contoh: melalui SISDMK atau sumber data lain yang terkait untuk tenaga
kesehatan, asisten tenaga kesehatan dan tenaga penunjang lain yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan).
2) Untuk penduduk yang belum memiliki Nomor Induk
16

Kependudukan (NIK), harus segera mengurus NIK sebelum dilakukan


pendataan sebagai sasaran penerima vaksinasi program.
3) Pendataan dapat dilakukan melalui data yang bersumber dari
Kependudukan dan Pencatatan Sipil/Dukcapil, Komisi Pemilihan Umum, sumber
data lain, atau pemadanan dan mekanisme lainnya yang dapat menjadikan data
sasaran lebih valid.
4) Untuk masyarakat lanjut usia warga negara asing, pendidik dan tenaga
kependidikan warga negara asing, data paling sedikit meliputi nomor register, izin
tinggal, Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS), dan nomor paspor, nama, tanggal
lahir, dan alamat (by name and by address).
5) Pendataan untuk masyarakat lanjut usia warga negara asing dilakukan
melalui laporan yang bersangkutan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Selanjutnya Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
menyampaikan data warga negara asing yang akan dilakukan vaksinasi
kepada Kementerian Kesehatan.
6) Pendataan untuk pendidik dan tenaga kependidikan warga negara asing
dilakukan melalui laporan yang bersangkutan ke Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Selanjutnya Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi menyampaikan data warga negara asing
yang akan dilakukan vaksinasi kepada Kementerian Kesehatan.
7) Instansi penanggung jawab merupakan kementerian/lembaga/badan
usaha/instansi terkait.

8) Konfirmasi data sasaran dilakukan melalui PIC yang ditunjuk oleh


masing-masing kementerian/lembaga/badan usaha/instansi.
9) Setiap PIC harus memastikan data yang disampaikan lengkap. Jika
data yang disampaikan belum lengkap maka data akan dikembalikan kepada PIC
untuk diperbaiki.

b. Pendataan bottom-up
1) Dilakukan secara kolektif oleh instansi/badan
17

usaha/lembaga/organisasi maupun oleh perangkat daerah, puskesmas atau


fasilitas pelayanan kesehatan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dan
dikoordinasikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan
provinsi.
2) Data yang telah dikumpulkan kemudian disampaikan kepada
Kementerian Kesehatan melalui Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-
19. Data tersebut meliputi Nomor Induk Kependudukan (NIK), nama, jenis
kelamin, tanggal lahir, instansi dan jenis pekerjaan, nomor kontak yang dapat
dihubungi (nomor handphone) dan alamat tempat tinggal sasaran.
3) Konfirmasi data sasaran dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi kepada PIC yang ditunjuk oleh
masing-masing instansi/badan usaha/lembaga/organisasi maupun perangkat
daerah, puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan pelaksana vaksinasi
COVID-19, dinas kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi.

c. Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran vaksinasi dilakukan melalui:
a) Data yang telah divalidasi dimasukan ke Sistem Informasi Satu Data
Vaksinasi COVID-19 untuk dibuat e-ticket vaksinasi.
b) Penetapan status sasaran vaksinasi dapat dilihat pada Sistem Informasi
Satu Data Vaksinasi COVID-19 (https://pedulilindungi.id/).
Dalam hal sasaran individu sesuai tahapan belum terdaftar oleh
instansi/badan usaha/lembaga/organisasi maupun oleh perangkat daerah,
Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan pelaksana vaksinasi COVID-19,
dinas kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi, maka dapat
dilakukan pendataan melalui aplikasi PCare Vaksinasi, atau aplikasi lainnya yang
ditetapkan kemudian dengan verifikasi data NIK dan bukti pendukung lainnya
sesuai kriteria sasaran per tahapan vaksinasi. Dalam hal terdapat perbedaan data
dan jumlah sasaran yang dilaporkan dan direkapitulasi, maka dilakukan
rekonsiliasi dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait.
Penetapan jumlah sasaran per kelompok penerima vaksin untuk tingkat
18

provinsi dan kabupaten/kota akan menjadi dasar dalam penentuan alokasi serta
distribusi vaksin dan logistik vaksinasi dengan juga mempertimbangkan cadangan
sesuai kebutuhan.
Untuk mengikutsertakan perwakilan negara asing dan organisasi nirlaba
internasional yang sedang bertugas di Indonesia dalam pelaksanaan
vaksinasi program dapat dilakukan melalui mekanisme:
a. Pimpinan perwakilan negara asing dan organisasi nirlaba
internasional yang bersangkutan harus melapor kepada Kementerian Luar Negeri.
Laporan paling sedikit harus memuat jumlah, nama, jenis kelamin, tanggal lahir,
alamat (by name and by address), serta nomor register dari Kementerian Luar
Negeri, izin tinggal, Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS), dan nomor paspor,
nama, tanggal lahir, dan alamat (by name and by address).
b. Kementerian Luar Negeri memastikan usulan dari pimpinan
perwakilan negara asing dan organisasi nirlaba internasional yang bersangkutan
telah sesuai dan selanjutnya menyampaikan kepada Kementerian
Kesehatan.
c. Kementerian Kesehatan melakukan rekapitulasi atas data perwakilan
negara asing dan organisasi nirlaba internasional yang sedang bertugas di
Indonesia yang akan diikutsertakan dalam vaksinasi program melalui Sistem
Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19.
d. Rekapitulasi diinformasikan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi mengenai tambahan jumlah
sasaran penerima vaksin COVID-19 dalam pelaksanaan vaksinasi program.
e. Selanjutnya, data yang telah dimasukan ke dalam Sistem
Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19 dibuatkan e-ticket vaksinasi.
f. Penetapan status sasaran vaksinasi dapat dilihat pada Sistem Informasi
Satu Data Vaksinasi COVID-19 (https://pedulilindungi.id/).
g. Pimpinan perwakilan negara asing dan organisasi nirlaba
internasional dan individu sasaran yang bersangkutan dapat memeriksa dan
mengetahui e-ticket pada Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19.
19

D. Pendataan dan Penetapan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pelaksana


Pelayanan Vaksinasi COVID-19
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi pelaksana pelayanan
vaksinasi COVID-19 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki tenaga kesehatan pelaksana vaksinasi COVID-19;
b. memiliki sarana rantai dingin sesuai dengan jenis vaksin COVID-19
yang digunakan atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
dan
c. memiliki izin operasional fasilitas pelayanan kesehatan atau
penetapan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tempat Pelaksanaan Vaksinasi Program


Pelayanan vaksinasi program dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan milik
pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota
atau milik masyarakat/swasta yang memenuhi persyaratan. Fasilitas pelayanan
kesehatan yang melaksanakan vaksinasi program adalah sebagai berikut:
a. Puskesmas, puskesmas pembantu;
b. Klinik;
c. Rumah sakit; dan/atau
d. Unit pelayanan kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pendataan fasilitas pelayanan
kesehatan yang akan menjadi tempat pelaksanaan pelayanan vaksinasi program.
Pendataan dilakukan melalui upaya koordinasi dengan seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi pendataan tenaga pelaksana, jadwal pelayanan dan peralatan
rantai dingin yang tersedia di setiap fasilitas pelayanan kesehatan.
a. Pemetaan Tenaga Pelaksana
Satu tim pelaksana kegiatan pemberian Vaksinasi COVID-19 memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut:
1) Pendaftaran/verifikasi
2) Skrining (anamnesa), pemeriksaan fisik sederhana dan pemberian
20

edukasi;
3) Penyiapan dan pemberian vaksin COVID-19
4) Observasi pasca vaksinasi COVID-19 serta kartu vaksinasi COVID-19;
5) Pencatatan dan input data hasil vaksinasi COVID-19;
6) Pengelolaan limbah medis; dan/atau
7) Pengaturan alur kelancaran pelayanan vaksinasi COVID-19. Satu vaksinator
(perawat, bidan, dan dokter) diperkirakan mampu memberikan pelayanan
maksimal 70 sasaran per hari. Pemetaan ketersediaan tenaga pelaksana dilakukan
sebagai pertimbangan dalam menyusun jadwal layanan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan studi benchmarking. Hasil penelitian
menguraikan upaya peningkatan vaksinasi covid-19 dengan program jemput
bola di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba Kota Lubuklinggau.

3.2 Waktu & Tempat Pelaksanaan


Penelitian berlangsung dari waktu pengambilan data sampel penelitian
hingga pengolahan hasil penelitian, yaitu akan dilakukan pada bulan February
sampai Desember 2022.
Kegiatan ini di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba Kota
Lubuklinggau.

3.3 Populasi & Sampel Penelitian


Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Swasti Saba Kota Lubuklinggau.
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penerima vaksin di wilayah
kerja Puskesmas Swasti Saba Kota Lubuklinggau.
21

Besar sampel adalah total sampel, yaitu seluruh penerima vaksin yang
hadir pada hari itu.

3.4 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data diperoleh dari laporan bulanan dari program
vaksinasi covid-19 Puskesmas Swasti Saba Kota Lubuklinggau.
22

3.5 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional


No. Variabel Definisi Indikator

1. Upaya Merupakan proses 1. Membagikan fakta tentang vaksin


Peningkatan untuk menaikan 2. Membuat kelompok prioritas untuk divaksin.
Pencapaian sesuatu atau usaha 3. Daftarkan mereka untuk mengikuti vaksinas
vaksinasi kegiatan vaksinasi 4. Melakukan vaksinasi Door to door
Covid-19 covid-19 untuk 5. Mebuat jadwal vaksinasi ke posyandu lansia
mencapai target. 6. Bantu jika mereka mengalami efek samping
melalui http://kipi.covid19.go.id/

2. Dosis I-II Vaksinasi dosis I


berfungsi untuk
mengenal vaksin dan
kandungan yang ada di
dalamnya kepada sistem
kekebalan tubuh serta
untuk memicu respons
kekebalan awal.

Sementara pada tahapan


dosis II, kandungan
vaksin akan berguna
untuk menguatkan
respons imun yang telah
terbentuk sebelumnya.

Dosis I dan II diberikan


jarak 2 minggu.

3. Dosis III Vaksinasi dosis III atau


booster COVID-19
merupakan vaksinasi
dengan jenis vaksin yang
23

sama (homolog) ataupun


beda (heterolog) dengan
vaksinasi primer dosis 1
dan 2. Vaksinasi booster
dibutuhkan
untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan
memperpanjang masa
perlindungan dari
vaksinasi primer.

4. Pekerjaan Merupakan suatu


aktivitas yang
dilakukan oleh
manusia untuk
mempertahankan
hidupnya.
5. Jemput Bola Merupakan sebuah
gagasan yang
digunakan dalam
melakukan kegiatan
dengan cara
menghubungi atau
mendatangi langsung
penerima dalam
mencapai tujuan.

3.6 Analisis Data


24

Data pada penelitian ini diolah menggunakan program Microsoft Excel.


Selanjutnya data yang diperoleh disajikan dalam bentuk grafik dan dijelaskan
secara narasi, dan diinterpretasikan.

BAB IV
25

PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Vaksin


Corona virus disease-19 (COVID-19) merupakan suatu penyakit yang
menyerang sistem pernapasan dan baru-baru ini menyebar ke berbagai negara di
dunia. Resiko kematian akan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
COVID-19 ini diketahui dapat meningkat apabila diiringi dengan penyakit
penyerta lainnya.20 Dalam upaya menekan penyebaran COVID-19, maka
pemerintah menetapkan regulasi pemberian vaksinasi. Vaksinasi adalah
pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam rangka menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan.Vaksinasi program
adalah pelaksanaan vaksinasi kepada masyarakat yang pendanaannya ditanggung
atau dibebankan pada pemerintah.21
Vaksinasi COVID-19 adalah salah satu upaya dalam menekan peningkatan
kasus COVID-19. Saat ini Indonesia sendiri menjadikan program vaksinasi
Covid-19 ini sebagai bagian dari upaya penanggulangan pandemi Covid-19.
Dimana hal ini sudah diatur di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10
Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Vaksinasi sendiri telah
dilakukan pada perioede pertama pada bulan Januari 2021 yang diberikan pada
kelompok prioritas seperti Tenaga Kesehatan, Pelayan Masyarakat, TNI, dan
POLRI, dan selanjutnya dilakukan pada pariode kedua yang diberikan kepada
semua warga masyarakat dari lansia hingga remaja, dan saat ini sudah sampai
pada usia 12 Tahun ke atas. Periode kedua ini dilakukan sekitar bulan April dan
masih terus berlangsung sampai dengan September 2021.22
Vaksinasi COVID-19 yang telah dijalankan sesuai program pemerintah, baik
dari dosis satu hingga dosis ketiga yang diberikan secara bertahap kepada semua
elemen masyarakat, baik dari sumber daya manusia (SDM) kesehatan, petugas
publik, lansia, masyarakat rentan dan umum, disabilitas, ibu hamil, dan remaja.
26

Penelitian ini akan memberikan data mengenai jumlah vaksinasi yang


dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba Kota Lubuklinggau selama
periode bulan Februari 2021 hingga Desember 2021. Data jumlah vaksinasi akan
dibedakan menjadi dua kategori yaitu sebelum program jemput bola (Februari
2021 hingga Juni 2021) dan sesudah program jemput bola (Juli 2021 hingga
Desember 2021).

4.1.1 Jumlah Vaksin Sebelum Program Jemput Bola (Periode Februari 2021
hingga September 2021)
Jumlah vaksinasi sebelum program jemput bola dilaksanakan dari Februari 2021
hingga September 2021 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba Kota
Lubuklinggau. Kelompok masyarakat yang terlibat sama, termasuk sumber daya
manusia (SDM) kesehatan, petugas publik, lansia, masyarakat rentan dan umum,
disabilitas, ibu hamil, dan remaja. Kelompok prioritas penerima vaksin adalah
penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun. Kelompok
penduduk berusia di bawah 18 tahun dapat diberikan vaksinasi apabila telah
tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan persetujuan penggunaan pada
masa darurat (atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan.23
Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin dalam
pelaksanaan vaksinasi program dilakukan dengan memperhatikan Roadmap WHO
Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) serta kajian dari
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group
on Immunization). Menurut Roadmap yang disusun oleh WHO Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE), karena pasokan vaksin tidak akan
segera tersedia dalam jumlah yang mencukupi untuk memvaksinasi semua
sasaran, maka ada tiga skenario penyediaan vaksin untuk dipertimbangkan oleh
negara yaitu sebagai berikut:24
1. Tahap I saat ketersediaan vaksin sangat terbatas (berkisar antara 1- 10%
dari total populasi setiap negara) untuk distribusi awal 2.
27

2. Tahap II saat pasokan vaksin meningkat tetapi ketersediaan tetap terbatas


(berkisar antara 11-20% dari total populasi setiap negara); 3.
3. Tahap III saat pasokan vaksin mencapai ketersediaan sedang (berkisar
antara 21-50% dari total populasi setiap negara).

Gambar 1. Tahapan pemberian vaksinasi COVID-19 pada tahun 2021.25

Prioritas yang akan divaksinasi menurut Roadmap WHO Strategic Advisory


Group of Experts on Immunization (SAGE) adalah:
1. Petugas kesehatan yang berisiko tinggi hingga sangat tinggi untuk terinfeksi
dan menularkan SARS-CoV-2 dalam komunitas.
2. Kelompok dengan risiko kematian atau penyakit yang berat (komorbid).
Indikasi pemberian disesuaikan dengan profil keamanan masingmasing vaksin.
3. Kelompok sosial/pekerjaan yang berisiko tinggi tertular dan menularkan infeksi
28

karena mereka tidak dapat melakukan jaga jarak secara efektif (petugas publik).26

4.1.1.1 Jumlah Vaksin Bulan Februari 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan Februari 2021 hanya diterima oleh SDM
kesehatan, baik dosis 1 (24 orang) maupun dosis 2 (9 orang). Sedangkan, kategori
masyarakat lain yang menerima vaksin COVID-19 seperti lansia, disabilitas,
remaja, petugas publik, masrayakat umum, dan ibu hamil tidak ada.
Kelompok SDM kesehatan mendominasi populasi vaksinasi pada bulan
Februari. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Buku Saku “Tanya Jawab
Seputar Vaksinasi COVID-19” yang dikeluarkan oleh pemerintah, dimana
kelompok SDM kesehatan sebagai prioritas dalam tahap pertama penerimaan
vaksinasi COVID-19. Tahapan pelaksanaan vaksinasi COVID 19 dimulai dalam
tiga tahapan, dari tahap pertama di awal Januari 2021, tahap kedua di minggu
ketiga bulan Februari 2021, dan tahap ketiga pada awal bulan Juli 2021. Di bulan
Januari 2021, fokus pelaksanaan vaksinasi adalah di ibu kota provinsi dan
kab/kota yang berbatasan dengan ibu kota.24,27
Tahap 1 dilaksanakan mulai bulan Januari 2021 dengan sasaran kelompok
prioritas tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang serta
mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja
pada fasilitas pelayanan kesehatan yang berusia 18 tahun ke atas. SDM kesehatan
berada di dalam tahap pertama karena mereka bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai garda terdepan penanggulangan COVID-19.24
29

FEBRUARI 2021

SDM Kesehatan Petugas Publik


Lansia Masyarakat Rentan & Umum
Disabilitas Ibu Hamil
Remaja

24

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Gambar 2. Jumlah vaksin bulan Februari 2021

4.1.1.2 Jumlah Vaksin Bulan Maret 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan Maret 2021 meningkat dibandingkan bulan
sebelumnya, terutama pada kelompok petugas publik, lansia, dan remaja. Pada
dosis vaksin pertama diberikan pada sebanyak 17 orang SDM kesehatan, 111
orang petugas publik, 56 orang lansia, dan 126 orang remaja. Kelompok yang
sudah mendapatkan vaksin dosis kedua hanya 1 orang SDM kesehatan, sedangkan
kategori masyarakat lainnya belum ada.
Tingginya jumlah petugas publik pada bulan Maret 2021 sesuai dengan
pernyataan di Buku Saku “Tanya Jawab Seputar Vaksinasi COVID-19”, karena
petugas layanan publik juga secara tidak langusng bekerja berhadapan langsung
dengan pasien, terutama mereka yang berada di lingkup kesehatan, seperti satpam,
polisi, dan sebagainya. Selain petugas publik, kelompok lansia juga mulai gencar
menerima vaksinasi COVID-19 karena mereka sebagai kelomapok risiko berat
terinfeksi COVID-19.24
Tahap 2 dilaksanakan mulai minggu ketiga bulan Februari 2021 dengan
sasaran kelompok prioritas, yaitu usia lanjut (≥ 60 tahun), petugas pelayanan
publik yaitu Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia,
30

aparat hukum, dan petugas pelayanan publik, perbankan, perusahaan listrik


negara, dan perusahaan daerah air minum, serta petugas lain yang terlibat secara
langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat.24

MARET 2021

SDM Kesehatan Petugas Publik


Lansia Masyarakat Rentan & Umum
Disabilitas Ibu Hamil
Remaja
126
111

56

17
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Gambar 3. Jumlah vaksin bulan Maret 2021

4.1.1.3 Jumlah Vaksin Bulan April 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan April 2021 meningkat dibandingkan bulan
sebelumnya, terutama pada kelompok petugas publik, lansia, masyarakat rentan
dan umum, dan remaja. Pada dosis vaksin pertama diberikan pada sebanyak 153
orang petugas publik, 68 orang lansia, 10 orang masyarakat rentan dan umum, dan
125 orang remaja. Kelompok yang sudah mendapatkan vaksin dosis kedua hanya
1 orang remaja, sedangkan kategori masyarakat lainnya belum ada.
31

APRIL 2021

SDM Kesehatan Petugas Publik


Lansia Masyarakat Rentan & Umum
Disabilitas Ibu Hamil
Remaja

153
125

68

10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Gambar 4. Jumlah vaksin bulan April 2021

Seperti pada gambar 5, pemberian vaksinasi awalnya dibedakan menjadi 2


gelombang. Gelombang pertama dilaksanakan pada 4 bulan pertama awal tahun
2021, dari Januari 2021 hingga April 2021, sedangkan gelombang kedua
dilaksanakan dari April 2021 hingga Maret 2022. Pada pemberian vaksinasi di
gelombang pertama, diprioritaskan pada petugas kesehatan (SDM kesehatan yang
tersebar di 34 provinsi di Indonesia), lansia, dan petugas publik. Pernyataan ini
mempertegas temuan dalam penelitian ini dimana mayoritas kelompok
masyarakat yang menerima vaksis dosis pertama dari bulan Februari 2021 hingga
April 2021 adalah SDM kesehatan, petugas publik, dan lansia.27
32

Gambar 5. Periode vaksinasi COVID-19.27

Pada gelombang kedua, vaksinasi difokuskan pada kelompok masyarakat


rentan dan masyarakat lainnya. Masyarakat rentan dimasksudkan adalah
kelompok masyarakat yang berada di daerah risiko penularan tinggi dan
masyarajat lainnya. Berdasarkan data penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Swasti Saba Kota Lubuklinggau, terjadi peningkatan trend kelompok yang
menerima vaksinasi COVID-19 dari Agustus 2021 hingga Desember 2021.27

4.1.1.4 Jumlah Vaksin Bulan Mei 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan Mei 2021 menurun dibandingkan bulan
sebelumnya. Kategori masyarakat yang menerima dosis pertama, antara lain 5
orang SDM kesehatan, 115 orang petugas publik, 85 orang lansia, dan 19 orang
remaja. Kelompok yang menerima vaksin dosis kedua hanya 5 orang remaja,
sedangkan kategori masyarakat lainnya belum ada.
33

MEI 2021

SDM Kesehatan Petugas Publik


Lansia Masyarakat Rentan & Umum
Disabilitas Ibu Hamil
Remaja

115

85

19
5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

Gambar 6. Jumlah vaksin bulan Mei 2021

4.1.1.5 Jumlah Vaksin Bulan Juni 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan Juni 2021 meningkat signfikan dibandingkan
bulan sebelumnya. Kategori masyarakat yang menerima dosis pertama, antara lain
29 orang SDM kesehatan, 793 orang petugas publik, dan 127 orang lansia.
Kelompok yang menerima vaksin dosis kedua, antara lain 29 orang SDM
kesehatan, 413 orang petugas publik, dan 128 orang lansia. Peningkatan
pemberian dosis kedua mulai dari bulan Juni 2021, hal ini sesuai dengan data di
lapangan bahwa pemberian dosis pertama Maret hingga Mei 2021, khususnya
kelompok petugas publik dan lansia. Pemberian vaksinasi kedua biasanya
diberikan dengan interval 4 minggu setelah vaksis dosis pertama. 28 Pemerintah
secara resmi mengizinkan pemberian vaksin COVID-19 bagi kelompok usia 60
tahun ke atas, komorbid, penyintas COVID-19 dan ibu menyusui dengan terlebih
dahulu dilakukan anamnesa tambahan. Pernyataan ini merujuk pada kajian yang
dilakukan oleh Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional. Keputusan ini tertuang
dalam Surat Edaran Nomor: HK.02.02/I/368/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi
COVID-19 Pada Kelompok Sasaran Lansia Komorbid dan Penyintas COVID-19
serta Sasaran Tunda yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan
34

Pengendalian Penyakit per tanggal 11 Februari 2021. Pada kelompok lansia,


vaksin diberikan sebanyak dua dosis dengan interval 28 hari.29

Juni 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja
793

413
138
127
29

29
0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3

Gambar 7. Jumlah vaksin bulan Juni 2021

4.1.1.6 Jumlah Vaksin bulan Juli 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan Juli 2021 menurun dibandingkan bulan Juni 2021.
Kategori masyarakat yang menerima dosis pertama, antara lain 373 orang petugas
publik dan 32 orang lansia, dan 4 orang disabilitas. Kelompok yang menerima
vaksin dosis kedua, antara lain 298 orang petugas publik, 34 orang lansia, 6 orang
masyarakat umum, 2 orang disabilitas, dan 1 orang remaja. Peningkatan
pemberian dosis kedua paling tinggi pada kelompok petugas publik karena
mayoritas kelompok ini telah mendapatkan vaksin dosis pertama kisaran Maret
hingga Mei 2021. Pemberian vaksinasi kedua biasanya diberikan dengan interval
4 minggu setelah vaksis dosis pertama.28
Pemberian vaksinasi COVID-19 pada bulan Juli 2021 termasuk dalam tahap
III. Tahap III dengan sasaran kelompok prioritas masyarakat rentan dari aspek
geospasial, sosial, dan ekonomi, yang berusia 18 tahun ke atas dan masyarakat
35

lainnya selain kelompok prioritas yang dilakukan vaksinasi pada tahap I dan tahap
II.28

Juli 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja
373

298
34
32

6
4

1
0

0
0

0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3

Gambar 8. Jumlah vaksin bulan Juli 2021

4.1.1.7 Jumlah Vaksin bulan Agustus 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan Agustus 2021 menurun dibandingkan bulan Juli
2021. Kategori masyarakat yang menerima dosis pertama, antara lain 7 orang
petugas publik, 112 orang lansia, dan 210 masayarakat rentan dan umum.
Kelompok yang menerima vaksin dosis kedua, antara lain 304 orang petugas
publik, 20 orang lansia, 7 orang masyarakat rentan dan umum, 2 orang disabilitas,
dan 1 orang remaja. Kelompok masyarakat yang menerima vaksin ketiga hanya
pada 15 orang SDM kesehatan.
Peningkatan pemberian dosis kedua paling tinggi pada kelompok petugas
publik karena mayoritas kelompok ini telah mendapatkan vaksin dosis pertama
kisaran Maret hingga Mei 2021. Pemberian vaksinasi kedua biasanya diberikan
36

dengan interval 4 minggu setelah vaksis dosis pertama.28

Agustus 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja

304
210
112

20

15
7

7
2

1
0

0
0
0

0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3

Gambar 9. Jumlah vaksin bulan Agustus 2021

4.1.1.8 Jumlah Vaksin bulan September 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan September 2021 meningkat dibandingkan bulan
Agustus 2021. Kategori masyarakat yang menerima dosis pertama, antara lain 17
orang lansia, 317 masayarakat rentan dan umum, dan 778 orang remaja.
Kelompok yang menerima vaksin dosis kedua masing-masing 5 orang pada
kelompok lansia dan masyarakat rentan dan umum, serta 21 orang remaja.
37

September 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja

778
317

21
17

5
5
1

1
0

0
0

0
0

0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3

Gambar 10. Jumlah vaksin bulan September 2021

4.1.2 Jumlah Vaksin Setelah Program Jemput Bola (Periode Oktober 2021
hingga Desember 2021)

4.1.2.1 Jumlah Vaksin bulan Oktober 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan Oktober 2021 meningkat dibandingkan bulan
September 2021. Kategori masyarakat yang menerima dosis pertama, antara lain
118 orang lansia, 884 masyarakat rentan dan umum, 5 orang ibu hamil, dan 141
orang remaja. Kelompok yang menerima vaksin dosis kedua sebanyak 28 orang
pada kelompok lansia, 411 orang masyarakat rentan dan umum, masing-masing 2
orang pada kelompok disabilitas dan ibu hamil, serta 729 orang remaja.
Peningkatan pemberian dosis kedua paling tinggi pada kelompok masyarakat
rentan dan remaja karena mayoritas kelompok ini telah mendapatkan vaksin dosis
pertama kisaran Maret hingga Mei 2021. Pemberian vaksinasi kedua biasanya
diberikan dengan interval 4 minggu setelah vaksis dosis pertama.28
38

Oktober 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas ibu Hamil
Remaja
884

729
411
141
118

28
5

2
2
0
0

0
0

0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3

Gambar 11. Jumlah vaksin bulan Oktober 2021

4.1.2.2 Jumlah Vaksin bulan Nopember 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan Nopember 2021 meningkat dibandingkan bulan
Oktober 2021. Kategori masyarakat yang menerima dosis pertama, antara lain 66
orang lansia, 953 masyarakat rentan dan umum, 6 orang ibu hamil, dan 52 orang
remaja. Kelompok yang menerima vaksin dosis kedua sebanyak 131 orang pada
kelompok lansia, 1453 orang masyarakat rentan dan umum, dan 129 orang
remaja. Peningkatan pemberian dosis kedua paling tinggi pada kelompok
masyarakat umum dan rentan karena mayoritas kelompok ini telah mendapatkan
vaksin dosis pertama kisaran Maret hingga Mei 2021. Pemberian vaksinasi kedua
biasanya diberikan dengan interval 4 minggu setelah vaksis dosis pertama.28
39

NoPember 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
MasyarakatRentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja

1453
953

131

129
66

52
6

5
3
2
0

0
0

0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3

Gambar 12. Jumlah vaksin bulan Nopember 2021

4.1.2.3 Jumlah Vaksin bulan Desember 2021


Jumlah sebaran vaksinasi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau pada bulan Desember 2021 meningkat dibandingkan bulan
Nopember 2021. Kategori masyarakat yang menerima dosis pertama, antara lain
58 orang lansia, 593 masyarakat rentan dan umum, 2 orang disabilitas, 1 orang
ibu hamil, dan 78 orang remaja. Kelompok yang menerima vaksin dosis kedua
sebanyak 51 orang pada kelompok lansia, 648 orang masyarakat rentan dan
umum, dan 59 orang remaja.
Peningkatan pemberian dosis kedua paling tinggi pada kelompok masyarakat
umum dan rentan karena mayoritas kelompok ini telah mendapatkan vaksin dosis
pertama kisaran Maret hingga Mei 2021. Pemberian vaksinasi kedua biasanya
diberikan dengan interval 4 minggu setelah vaksis dosis pertama.28
40

Desember 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja

648
593

78

59
58

51

11
2
1
0
0

0
0

0
0

0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3

Gambar 13. Jumlah vaksin bulan Desember 2021

4.1.3 Perbandingan Jumlah Vaksin Sebelum dan Sesudah Program Jemput


Bola

Total yang divaksin


2800
2320
1529

1501
1145
750

578
357
311

229
33

i l ei i li
ar et ri n us er er er er
ar p M Ju Ju st b b b b
ru A em
o
em em
b M gu t kt
Fe A p O o
v es
Se N D
41

Total Vaksinasi COVID-19

6621
4932

S eb el u m P r o g r am J em p u t B o l a S esu d ah P r o gr am J em p u t B o l a

Gambar 14. Perbandingan total vaksinasi sebelum (Februari 2021 hingga


September 2021) dan sesudah program Jemput Bola (Oktober 2021 hingga
Desember 2021).

Pada awal April 2021, Wakil Ketua DPR RI, Azis Syamsuddin, meminta
pemerintah menerapkan sistem “jemput bola” dalam program vaksinasi COVID-
19, yaitu mendatangi masyarakat yang sudah terdaftar sebagai penerima vaksin di
lingkup RT/RW dan tidak terfokus pada pembangunan sentra vaksinasi yang jauh
dan menimbulkan kerumunan. Sistem “Jemput Bola” efektif mempercepat
pencapaian vaksinasi dengan mendekatkan pelayanan vaksinasi kepada
masyarakat sehingga aksesibilitas masyarakat meningkat. Selain itu juga untuk
mempercepat pencapaian vaksinasi kedua.10
Program Jemput Bola (JEBOL) adalah salah satu upaya percepatan program
vaksinasi COVID-19 yang gencar dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah. Capaian vaksin sangat menentukan terbentuknya herd imunity
di seluruh wilayah Indonesia. Program Jemput Bola (JEBOL) bagi warga yang
belum divaksin, terbukti efektif mempercepat tercapainya target vaksin COVID-
19. Untuk itu, melalui sistem jemput bola ini bisa membantu menggerakkan
kelompok masyarakat, khususnya lansia untuk mau divaksinasi COVID-19.
Kelompok ini berisiko tinggi mengalami gejala yang lebih berat saat terpapar
42

virus COVID-19. Kelompok lansia selalu menjadi prioritas vaksinasi COVID-19,


termasuk di Indonesia yang telah memulai vaksinasi lansia sejak Maret 2021.
Namun hingga saat ini, baru 43% sasaran vaksinasi lansia mendapatkan dosis
pertama. Hal ini justru berbanding terbalik dengan capaian vaksinasi secara
umum, di mana 61% sasaran sudah tervaksinasi, sehingga kurang sekitar 40%
yang harus dikejar. Program JEBOL ini dikhususkan pada mereka yang berisiko
tinggi dan kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan secara langsung.10
Berdasarkan data yang didapatkan di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau selama periode Oktober 2021 hingga Desember 2021 (pasca
pogram JEBOL), peningkatan paling tinggi pada kelompok masyarakat rentan dan
umum, remaja, lansia, disabilitas dan ibu hamil baik pada pemberian vaksin
pertama dan kedua. Berbeda dengan SDM kesehatan, peningkatan justru pada
pemberian booster (dosis ketiga) setelah program JEBOL digencarkan. Untuk itu,
berbagai pihak menggunakan sistem “jemput bola” untuk mempercepat vaksinasi
pada kelompok lansia, penyandang disabilitas, masyarakat yang terkendala
geografis, dan lain-lain. Selain itu juga untuk mengejar pencapaian vaksinasi
kedua. Dalam pelaksanaanya, perlu diperhatikan beberapa faktor seperti kesediaan
masyarakat, koordinasi dalam pemetaan dan perencanaan vaksinasi, serta
dukungan sumber daya.10

4.2 Jumlah Kategori Masyarakat Terbanyak dalam Vaksinasi Periode


Februari 2021 hingga Desember 2021
Pemberian vaksinasi COVID-19, khususnya dosis 1 dan 2, dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba Kota Lubuklinggau selama periode Juni
2021 hingga Desember 2021. SDM kesehatan sebagai populasi yang paling
mendapatkan layanan vaksinasi COVID-19 baik pemberian dosis 1 maupun dosis
2, hal ini berhubungan dengan prioritas tenaga kesehatan sebagai lini pertama
dalam pelayanan COVID-19. Dosis pertama mayoritas diterima oleh kelompok
petugas publik dari bulan Maret hingga Juli 2021. Berbeda dengan dosis kedua,
kelompok masyarakat terbanyak cukup bervariasi dari remaja, lansia, dan petugas
publik. Setelah dilakukan sistem “jemput bola” di wilayah kerja Puskesmas
Swasti Saba Kota Lubuklinggau selama periode Juli 2021 hingga Desember 2021,
43

cakupan lebih luas hingga sebagian besar melibatkan masyarakat rentan dan
umum, serta kaum remaja.

Bulan Dosis 1 Dosis 2


Februari 2021 SDM kesehatan SDM kesehatan
Maret 2021 Petugas publik SDM kesehatan
April 2021 Petugas publik Remaja
Mei 2021 Petugas publik Lansia
Juni 2021 Petugas publik Petugas publik
Juli 2021 Petugas publik Petugas publik
Agustus 2021 Masyarakat rentan dan Petugas publik
umum
September 2021 Remaja Remaja
Oktober 2021 Masyarakat rentan dan Remaja
umum
Nopember 2021 Masyarakat rentan dan Masyarakat rentan dan
umum umum
Desember 2021 Masyarakat rentan dan Masyarakat rentan dan
umum umum
Tabel 1. Jumlah kategori masyarakat terbanyak dalam vaksinasi periode Februari
2021 hingga Desember 2021

Jumlah penerima vaksinasi dosis 1 dan dosis 2 di atas sesuai dengan regulasi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.
07/MENKES/4638/2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID).26
44

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarakn penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
gambaran upaya peningkatan vaksinasi covid-19 di wilayah kerja Puskesmas
Swasti Saba terdapat peningkatan dari bulan Februari 2021 sebanyak 33 orang
yang mendapat vaksinasi hingga bulan Desember 2021 mencakup 150 orang yang
mendapatkan vaksinasi, sehingga total masyarakat yang mendapatkan vaksinasi
dari bulan February-Desember 2021 sebanyak 14.353 orang. Peningkatan ini
didukung dengan adanya program jemput bole dimana pada bulan oktober total
capaian vaksinasi mencakup 2.320 orang sehingga dapat disimpulkan bahwa
program jemput bola ini efektif sebagai upaya meningkatkan capaian vaksinasi di
Puskesmas Swasti Saba Lubuklinggau.
45

DAFTAR PUSTAKA

1. Arora Neelima, Banerjee Amit K, Narasu Mangamoori L. The Roe of


Artificial Intelligence in Tackling COVID-19. Future Virol. 2020-0130.
2. Espito Andrea, Casiraghi Elena, Chiaraviglio Francesca, et al. Artificial
Intelligence in Predicting Clinical Outcome in COVID-19 Patients from
Clinical, Biochemical and a Quality Chest X-Ray Scoring System.
Dovepress Reports in Medical Imaging. 2021; 14.
3. Zhu Jocelyn, Shen Beiyi, Abbasi Almas, et al. Deep Transfer Learning
Artificial Intelligence Accurately Stages COVID-19 Lung Disease
Severity on Portable Chest Radiographs. PLoS One. 2020; 15 (7):
e0236621
4. WHO. Coronavirus Disease (COVID-19) Pandemic. WHO. 2021.
Available from: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus-2019?
adgroupsurvey={adgroupsurvey}&gclid=CjwKCAjwjJmIBhA4EiwAQdC
bxkPiLjSJmIAKvcl5oT_EAWBETNLi5a3Zv5GpYh9H42ZJG5_V0IY1fh
oCz0wQAvD_BwE
5. WHO. Covid-19 in Indonesia. WHO. 2021. Available from:
https://covid19.who.int/region/searo/country/id
6. Kemenkes RI. Kondisi COVID-19 di Indonesia. 2021. Available from:
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/dashboard/covid-19

7. WHO. Director-General’s opening remarks at the media briefing on


COVID-19-11 March 2020. WHO. 2020.
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-
opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19-20-march-2020.
8. WHO. Pneumonia of unknown cause-China. WHO. 2020.
https://www.who.int/csr/don/05-january-2020-pneumonia-of-
unkown-cause-china/en/
9. Accorsi Emma, Britton Amadea, Dutra Katherine, et al. Association Between 3
46

Dose of mRNA COVID-19 Vaccine and Symptomatic Infection Caused by the


SARS-CoV-2 Omicron and Delta Variants. American Medical Association.
2022;327(7).
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penanganan Corona Virus Disease
(COVID-19) Bagi Tenaga Kesehatan. Avaible : jdih.kemkes.go.id
11. Ophinni Youdiil, Hasibuan Anshari, Widhani Alvina, et.al. COVID-19
Vaccines: Current Status and Implication for Use in Indonesia. Indones J
Intern Med.2020; Vol 4
12. 12.Al-metwali, Basma Zuheir, Zahraa Adel Al-Alag Pharm, Ali Azeez
Al- Jumaili, and B. S. (2021) ‘Exploring the acceptance of COVID-19
vaccine among healthcare workers and general population using health
belief model’, (April), pp.1–11. doi: 10.1111/jep.13581
13. Biananda, B. (2021) ‘Waspadai efek samping vaksin Covid-19 yang
berlangsung lama’, Sehat Kontan.co.id, May. Available at:
https://kesehatan.kontan.co.id/news/waspadai-efek-samping-vaksin-
covid-19-
yang-berlangsung-lama-1.
14. Biasio, L. R. et al. (2020) ‘Assessing COVID-19 vaccine literacy : a
preliminary online survey Assessing COVID-19 vaccine literacy : a
preliminary online survey’, Human Vaccines & Immunotherapeutics.
Taylor & Francis, 00(00), pp. 1–9. doi: 10.1080/21645515.2020.1829315.
15. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P). (2020)
Pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus disease (covid-19).
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2020.
16. Rothan, H. A. and Byrareddy, S. N. (2020) ‘The epidemeology
and
17. pathogensis of coronavirus (Covid-19) outbreak’, Journal of
Autoimmunity, 109(January), pp. 1–4.
18. Rahman, M. W. (2021) ‘Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksinasi
Covid-19’, ValidNews, February. Available at:
47

https://www.validnews.id/opini/Tingkat-Persepsi-Masyarakat-Terhadap-
Vaksinasi-Covid-19-iBj.
19. .Reiter, P. L., Pennell, M. L. and Katz, M. L. (2020) ‘Acceptability of a
COVID-19 vaccine among adults in the United States : How many people
would get vaccinated ?’, (January).

20. Nur, Farah Faulin, Vidia Nuria Rahman. Penyuluhan Program Vaksinasi
COVID-19 pada Masyarakat Desa Pakistaji.Jurnal BUDIMAS.
2021;3(2):491-492
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pelaksanaan Pengadaan
Vaksin dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19). 2021;492
22. Larasati, Pradita Adila Larasati, Dewi Sulistianingsih. Urgensi Edukasi
Program Vaksinasi Covid-19 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 10 Tahun 2021.Jurnal Pengabdian Hukum Indonesia. 2021;4:99-
111
23. Kementerian Kesehatan Indonesia. Buku Saku: Tanya Jawab Seputar
Vaksinasi COVID-19. 2021:1
24. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Mei 2021. Pengendalian COVID-19
dengan 3M, 3T, Vaksinasi, Disiplin, Kompak, dan Konsisten.Freepik,
Unsplash, Canva.
25. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/4638/2021. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi
dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19).
26. Surya, Asik. Kebijakan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19. Program
Imunisasi Nasional Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI. 2021:12
27. Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan (MHLW).
Lembar Penjelasan Program Vaksinasi COVID-19.
48

28. PanduanGandryani, Farina, Hadi, Fikri . Pelaksanaan Vaksinais COVID di


Indonesia: Hak atau Kewajiban Warga Negara. Rechts Vinding.
2021;1(10):24-27
29. Yuningsih, Rahmi. Sistem “Jemput Bola” Percepatan Vaksinasi COVID-
19. Bidang Kesejahteraan Sosial.

Anda mungkin juga menyukai