Oleh:
dr. R. Syifa Majid
dr. Irda Novia R
dr. Riska Oktarinda U
dr. Khairunnisa E. Putri
Pembimbing:
dr. Maya Rentina
HALAMAN PENGESAHAN
Mini Project
Judul
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
progam dokter internsip di Puskesmas Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Mini Project
yang berjudul “Upaya Peningkatan Capaian Vaksinasi COVID-19 di Puskesmas
Swasti Saba periode Februari 2021 – Februari 2022.” Laporan mini project ini
merupakan salah satu syarat menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di Puskesmas Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Maya Rentina
selaku pendamping dalam penulisan laporan kasus ini dan Kepala Puskesmas kota
lubuklinggau , Ibu Hj.Elis Sundari,SKM selaku Kepala Puskesmas Swasti Saba
Lubuklinggau sebagai penyedia tempat dan data penelitian, serta kepada semua
pihak yang telah membantu hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan mini project
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat
memberi ilmu dan manfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA........................................... ........ ........ ........ .......8
BAB III METODE PENELITIAN......................... ............................................24
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN.................. ............................................28
BAB V
KESIMPULAN................. ........ ........ ........ .............................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
5
BAB I
PENDAHULUAN
dengan penyakit. Ini termasuk orang tua. dan mereka yang memiliki penyakit
yang mendasari seperti pernapasan kardiovaskular. obesitas dan diabetes
mellitus.7
Pada bulan Juni 2021 varian Delta yang lebih berbahaya dan mematikan
memicu angka kesakitan dan kematian di seluruh Indonesia. Sudah lebih dari
setahun sejak kasus pertama muncul, namun setiap hari jumlah kasus baru
COVID-19 tidak berkurang. Bahkan meningkat cukup tinggi di beberapa belahan
dunia saat memasuki fase gelombang kedua.8 24 agustus 2021, otoritas kesehatan
di Afrika Selatan melaporkan munculnya varian baru SARS-CoV-2, B.1.1.529
(Omikron). Omikron memiliki tingkat penyebaran yang lebih cepat, dan pada 6
Januari 2022, diidentifikasi di 149 negara dengan diperkirakan bertanggung jawab
atas 95% dari kasus COVID-19 saat ini. 9 Hingga 14 Januari 2020 Indonesia telah
melaporkan 644 kasus varian Omicron yang sebagian besar merupakan pelaku
perjalanan dari luar negri (529 kasus) sedangkan kasus lainnya (115 kasus)
merupakan transmsi local yang telah terjadi di Indonesia. 10 Menyadari bahwa
jumlah kasus baru dapat berkembang sangat pesat hanya dalam beberapa hari,
Indoesia membutuhkan strategi dan upaya yang komprehensif dalam percepatan
penanganan dan pencegahan COVID-19 dan salah satu harapan terbesar untuk
menghentikan pandemic COVID-19 selain melakukan protokol kesehatan adalah
melakukan vaksinasi.8
Terdapat tiga jenis vaksin yang didistribusikan dan disuntikkan ke
masyarakat Indonesia. Pertama adalah model vaksin mRNA (Pfizer dan
Moderna), vector virus COVID-19 (Astrazeneca) dan virus inaktif (Sinovac). 10
Pada tanggal 10 Maret 2022 Indonesia melaporkan bahwa sebanyak 192.776.961
orang (70% dari populasi masyarakat Indonesia) sudah melakukan vaksin dosis
pertama, sebanyak 149.793.531 orang (54.8%) sudah melakukan vaksin dosis
kedua dan 14.013.132 (5.1%) sudah melakukan vaksin booster ketiga. 11
Diharapkan tercapainya hard immunity melalui vaksinasi utuk masyarakat
Indonesia.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dll.
5) Pada kebanyakan kasus, tanda dan gejala klinis yang dilaporkan adalah
demam, pada beberapa kasus dapat terjadi kesulitan bernafas, pada
pemeriksaan X-ray didapatkan infiltrasi pneumonia yang luas pada
kedua paru.
usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien usia 55-64 tahun
(kementerian Kesehatan RI, 2020).
2. Kasus Probable
Kasus yang mungkin terjadi adalah mereka yang diduga menderita ARDS
parah atau kematian karena gambaran klinis Covid-19 yang meyakinkan dan
tidak ada hasil tes laboratorium Rt-PCR.
3. Kasus Konfirmasi
Kasus yang dikonfirmasi adalah orang yang hasil uji laboratorium RT-
9
PCR nya terbukti positif virus covid-19. Kasus konfirmasi dibagi menjadi dua :
a. Gejala kasus yang dikonfirmasi (dengan gejala / sympromatic)
b. Kasus terkonfirmasi asimtomatik (tidak bergejala)
4. Kontak erat
Orang yang mungkin telah melakukan kontak dengan kasus Covid-19 atau
kasus yang dikonfirmasi. Catatan riwayat kontak yang mencurigakan meliputi:
a. Kontak tatap muka dengan kasus yang mungkin atau dikonfirmasi dalam
radius 1 meter dan dalam waktu 15 menit atau lebih.
b. Kontak fisik langsung secepat mungkin (seperti berjabat tangan,
meremas tangan, dll.).
c. Orang yang dapat memberikan perawatan segera untuk kemungkinan
atau kasus yang dikonfirmasi tanpa mengenakan alat pelindung diri
standar.
d. Menurut penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim investigasi
epidemiologi lokal, tunjukkan paparan lain (lihat lampiran untuk
petunjuk).
5. Pelaku Perjalanan
Orang yang memiliki riwayat perjalanan adalah orang-orang yang pernah
melakukan perjalanan dari luar negeri maupun dalam negeri selama 14 hari
terakhir.
6. Discarded
Jika terpenuhi, itu adalah salah satu dari kondisi berikut :
a. Pasien dengan status kasus mencurigakan dan hasil tes RT-PCR
negatif selama 2 hari berturut-turut (interval> 24 jam).
b. Mereka yang berstatus kontak dekat telah menyelesaikan masa karantina
selama 14 hari.
7. Selesai Isolasi
10
Isolasi akan selesai jika salah satu dari kondisi berikut terpenuhi:
a. Tidak ada kasus yang terkonfirmasi menunjukkan asimtomatik
b. Kemungkinan kasus tanpa tindak lanjut RT-PCR / gejala (simptomatik)
kasus yang dikonfirmasi adalah 10 hari dari tanggal onset, ditambah
paling sedikit 3 hari setelah tidak ada demam dan gejala pernapasan.
c. Kasus / gejala dengan tes RT-PCR negatif dua kali lebih mungkin
dibandingkan kasus yang dikonfirmasi, dan gejala demam dan gangguan
pernapasan tidak lagi muncul setelah setidaknya tiga hari.
8. Kematian
Pemantauan kasus Covid-19 yang dikonfirmasi atau mati dapat
menyebabkan kematian akibat Covid-19.
b. Pendataan bottom-up
1) Dilakukan secara kolektif oleh instansi/badan
17
c. Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran vaksinasi dilakukan melalui:
a) Data yang telah divalidasi dimasukan ke Sistem Informasi Satu Data
Vaksinasi COVID-19 untuk dibuat e-ticket vaksinasi.
b) Penetapan status sasaran vaksinasi dapat dilihat pada Sistem Informasi
Satu Data Vaksinasi COVID-19 (https://pedulilindungi.id/).
Dalam hal sasaran individu sesuai tahapan belum terdaftar oleh
instansi/badan usaha/lembaga/organisasi maupun oleh perangkat daerah,
Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan pelaksana vaksinasi COVID-19,
dinas kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi, maka dapat
dilakukan pendataan melalui aplikasi PCare Vaksinasi, atau aplikasi lainnya yang
ditetapkan kemudian dengan verifikasi data NIK dan bukti pendukung lainnya
sesuai kriteria sasaran per tahapan vaksinasi. Dalam hal terdapat perbedaan data
dan jumlah sasaran yang dilaporkan dan direkapitulasi, maka dilakukan
rekonsiliasi dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait.
Penetapan jumlah sasaran per kelompok penerima vaksin untuk tingkat
18
provinsi dan kabupaten/kota akan menjadi dasar dalam penentuan alokasi serta
distribusi vaksin dan logistik vaksinasi dengan juga mempertimbangkan cadangan
sesuai kebutuhan.
Untuk mengikutsertakan perwakilan negara asing dan organisasi nirlaba
internasional yang sedang bertugas di Indonesia dalam pelaksanaan
vaksinasi program dapat dilakukan melalui mekanisme:
a. Pimpinan perwakilan negara asing dan organisasi nirlaba
internasional yang bersangkutan harus melapor kepada Kementerian Luar Negeri.
Laporan paling sedikit harus memuat jumlah, nama, jenis kelamin, tanggal lahir,
alamat (by name and by address), serta nomor register dari Kementerian Luar
Negeri, izin tinggal, Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS), dan nomor paspor,
nama, tanggal lahir, dan alamat (by name and by address).
b. Kementerian Luar Negeri memastikan usulan dari pimpinan
perwakilan negara asing dan organisasi nirlaba internasional yang bersangkutan
telah sesuai dan selanjutnya menyampaikan kepada Kementerian
Kesehatan.
c. Kementerian Kesehatan melakukan rekapitulasi atas data perwakilan
negara asing dan organisasi nirlaba internasional yang sedang bertugas di
Indonesia yang akan diikutsertakan dalam vaksinasi program melalui Sistem
Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19.
d. Rekapitulasi diinformasikan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi mengenai tambahan jumlah
sasaran penerima vaksin COVID-19 dalam pelaksanaan vaksinasi program.
e. Selanjutnya, data yang telah dimasukan ke dalam Sistem
Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19 dibuatkan e-ticket vaksinasi.
f. Penetapan status sasaran vaksinasi dapat dilihat pada Sistem Informasi
Satu Data Vaksinasi COVID-19 (https://pedulilindungi.id/).
g. Pimpinan perwakilan negara asing dan organisasi nirlaba
internasional dan individu sasaran yang bersangkutan dapat memeriksa dan
mengetahui e-ticket pada Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19.
19
edukasi;
3) Penyiapan dan pemberian vaksin COVID-19
4) Observasi pasca vaksinasi COVID-19 serta kartu vaksinasi COVID-19;
5) Pencatatan dan input data hasil vaksinasi COVID-19;
6) Pengelolaan limbah medis; dan/atau
7) Pengaturan alur kelancaran pelayanan vaksinasi COVID-19. Satu vaksinator
(perawat, bidan, dan dokter) diperkirakan mampu memberikan pelayanan
maksimal 70 sasaran per hari. Pemetaan ketersediaan tenaga pelaksana dilakukan
sebagai pertimbangan dalam menyusun jadwal layanan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Besar sampel adalah total sampel, yaitu seluruh penerima vaksin yang
hadir pada hari itu.
BAB IV
25
PEMBAHASAN
4.1.1 Jumlah Vaksin Sebelum Program Jemput Bola (Periode Februari 2021
hingga September 2021)
Jumlah vaksinasi sebelum program jemput bola dilaksanakan dari Februari 2021
hingga September 2021 di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba Kota
Lubuklinggau. Kelompok masyarakat yang terlibat sama, termasuk sumber daya
manusia (SDM) kesehatan, petugas publik, lansia, masyarakat rentan dan umum,
disabilitas, ibu hamil, dan remaja. Kelompok prioritas penerima vaksin adalah
penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun. Kelompok
penduduk berusia di bawah 18 tahun dapat diberikan vaksinasi apabila telah
tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan persetujuan penggunaan pada
masa darurat (atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan.23
Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin dalam
pelaksanaan vaksinasi program dilakukan dengan memperhatikan Roadmap WHO
Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) serta kajian dari
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group
on Immunization). Menurut Roadmap yang disusun oleh WHO Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE), karena pasokan vaksin tidak akan
segera tersedia dalam jumlah yang mencukupi untuk memvaksinasi semua
sasaran, maka ada tiga skenario penyediaan vaksin untuk dipertimbangkan oleh
negara yaitu sebagai berikut:24
1. Tahap I saat ketersediaan vaksin sangat terbatas (berkisar antara 1- 10%
dari total populasi setiap negara) untuk distribusi awal 2.
27
karena mereka tidak dapat melakukan jaga jarak secara efektif (petugas publik).26
FEBRUARI 2021
24
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3
MARET 2021
56
17
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3
APRIL 2021
153
125
68
10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3
MEI 2021
115
85
19
5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3
Juni 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja
793
413
138
127
29
29
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3
lainnya selain kelompok prioritas yang dilakukan vaksinasi pada tahap I dan tahap
II.28
Juli 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja
373
298
34
32
6
4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3
Agustus 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja
304
210
112
20
15
7
7
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3
September 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja
778
317
21
17
5
5
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3
4.1.2 Jumlah Vaksin Setelah Program Jemput Bola (Periode Oktober 2021
hingga Desember 2021)
Oktober 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas ibu Hamil
Remaja
884
729
411
141
118
28
5
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3
NoPember 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
MasyarakatRentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja
1453
953
131
129
66
52
6
5
3
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3
Desember 2021
SDM Kesehatan Petugas Publik Lansia
Masyarakat Rentan & Umum Disabilitas Ibu Hamil
Remaja
648
593
78
59
58
51
11
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
D o si s 1 D o si s 2 D o si s 3
1501
1145
750
578
357
311
229
33
i l ei i li
ar et ri n us er er er er
ar p M Ju Ju st b b b b
ru A em
o
em em
b M gu t kt
Fe A p O o
v es
Se N D
41
6621
4932
S eb el u m P r o g r am J em p u t B o l a S esu d ah P r o gr am J em p u t B o l a
Pada awal April 2021, Wakil Ketua DPR RI, Azis Syamsuddin, meminta
pemerintah menerapkan sistem “jemput bola” dalam program vaksinasi COVID-
19, yaitu mendatangi masyarakat yang sudah terdaftar sebagai penerima vaksin di
lingkup RT/RW dan tidak terfokus pada pembangunan sentra vaksinasi yang jauh
dan menimbulkan kerumunan. Sistem “Jemput Bola” efektif mempercepat
pencapaian vaksinasi dengan mendekatkan pelayanan vaksinasi kepada
masyarakat sehingga aksesibilitas masyarakat meningkat. Selain itu juga untuk
mempercepat pencapaian vaksinasi kedua.10
Program Jemput Bola (JEBOL) adalah salah satu upaya percepatan program
vaksinasi COVID-19 yang gencar dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah. Capaian vaksin sangat menentukan terbentuknya herd imunity
di seluruh wilayah Indonesia. Program Jemput Bola (JEBOL) bagi warga yang
belum divaksin, terbukti efektif mempercepat tercapainya target vaksin COVID-
19. Untuk itu, melalui sistem jemput bola ini bisa membantu menggerakkan
kelompok masyarakat, khususnya lansia untuk mau divaksinasi COVID-19.
Kelompok ini berisiko tinggi mengalami gejala yang lebih berat saat terpapar
42
cakupan lebih luas hingga sebagian besar melibatkan masyarakat rentan dan
umum, serta kaum remaja.
Jumlah penerima vaksinasi dosis 1 dan dosis 2 di atas sesuai dengan regulasi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.
07/MENKES/4638/2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID).26
44
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarakn penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
gambaran upaya peningkatan vaksinasi covid-19 di wilayah kerja Puskesmas
Swasti Saba terdapat peningkatan dari bulan Februari 2021 sebanyak 33 orang
yang mendapat vaksinasi hingga bulan Desember 2021 mencakup 150 orang yang
mendapatkan vaksinasi, sehingga total masyarakat yang mendapatkan vaksinasi
dari bulan February-Desember 2021 sebanyak 14.353 orang. Peningkatan ini
didukung dengan adanya program jemput bole dimana pada bulan oktober total
capaian vaksinasi mencakup 2.320 orang sehingga dapat disimpulkan bahwa
program jemput bola ini efektif sebagai upaya meningkatkan capaian vaksinasi di
Puskesmas Swasti Saba Lubuklinggau.
45
DAFTAR PUSTAKA
https://www.validnews.id/opini/Tingkat-Persepsi-Masyarakat-Terhadap-
Vaksinasi-Covid-19-iBj.
19. .Reiter, P. L., Pennell, M. L. and Katz, M. L. (2020) ‘Acceptability of a
COVID-19 vaccine among adults in the United States : How many people
would get vaccinated ?’, (January).
20. Nur, Farah Faulin, Vidia Nuria Rahman. Penyuluhan Program Vaksinasi
COVID-19 pada Masyarakat Desa Pakistaji.Jurnal BUDIMAS.
2021;3(2):491-492
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pelaksanaan Pengadaan
Vaksin dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19). 2021;492
22. Larasati, Pradita Adila Larasati, Dewi Sulistianingsih. Urgensi Edukasi
Program Vaksinasi Covid-19 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 10 Tahun 2021.Jurnal Pengabdian Hukum Indonesia. 2021;4:99-
111
23. Kementerian Kesehatan Indonesia. Buku Saku: Tanya Jawab Seputar
Vaksinasi COVID-19. 2021:1
24. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Mei 2021. Pengendalian COVID-19
dengan 3M, 3T, Vaksinasi, Disiplin, Kompak, dan Konsisten.Freepik,
Unsplash, Canva.
25. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/4638/2021. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi
dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19).
26. Surya, Asik. Kebijakan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19. Program
Imunisasi Nasional Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI. 2021:12
27. Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan (MHLW).
Lembar Penjelasan Program Vaksinasi COVID-19.
48