Anda di halaman 1dari 55

i

Mini Project

UPAYA PROMOSI KESEHATAN TERHADAP


LANSIA UNTUK MENINGKATKAN CAKUPAN
VAKSINASI COVID-19 DI PUSKESMAS EMPAT
ULU PALEMBANG

Oleh:
dr. Desmia Jayanti Putri
dr. Fintha Rachmawati

Pembimbing:
dr. Sisca Yulistina

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS EMPAT ULU
2021
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Mini Project

Judul

UPAYA PROMOSI KESEHATAN TERHADAP


LANSIA UNTUK MENINGKATKAN CAKUPAN
VAKSINASI COVID-19 DI PUSKESMAS EMPAT ULU
PALEMBANG

Oleh:

dr. Desmia Jayanti Putri


dr. Fintha Rachmawati

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
progam dokter internsip di Puskesmas Empat Ulu Palembang.

Palembang, September 2021


Pembimbing

dr. Sisca Yulistina


iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan mini
project yang berjudul “Upaya Promosi Kesehatan Terhadap Lansia Untuk
Mningkatkan Cakupan Vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Empat Ulu
Palembang”. Laporan mini project ini merupakan salah satu syarat
menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia di Puskesmas Empat Ulu Palembang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Sisca Yulistina
selaku pembimbing dan pendamping dalam penulisan laporan mini project ini,
drg. Erminda selaku Kepala Puskesmas Taman Bacaan, dr.Hj. Nurhayati. MN
selaku Kepala Puskesmas Empat Ulu sebagai penyedia tempat dan data penilitian,
dr. Tuti Tantri, dr,Marilin dan dr.Septiani selaku dokter fungsional di Puskesmas
Empat Ulu serta kepada semua pihak yang telah membantu hingga tulisan ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam mini project ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat
memberi ilmu dan manfaat bagi yang membacanya.

Penyusun
iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................. I
Halaman Pengesahan.................................................................................................... II
Kata Pengantar.............................................................................................................. III
Daftar Isi....................................................................................................................... IV
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................... 9
BAB III PENENTUAN PRIORITAS MASALAH...................................................... 26
BAB IV PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH…..................................... 27
BAB V PENETAPAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH................................. 29
BAB VI ALTERNATIF PEMECAH PENYEBAB MASALAH................................ 32
BAB VII RENCANA KEGIATAN PEMECAHAN MASALAH TERPILIH............ 37
BAB VIII DOKUMENTASI KEGIATAN.................................................................. 40
Daftar Pustaka............................................................................................................... 46

BAB I
v

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada akhir 2019 tepatnya tanggal 31 Desember 2019, dilaporkan


terdapat 27 kasus pneumonia dengan etiologi tidak diketahui di Kota
Wuhan, provinsi Hubei di Cina.1 Pasien-pasien ini mengalami gejala klinis
batuk kering, dispnea, demam, infeksi paru bilateral pada gambaran foto
thorax x- ray, dan semua kasus terkait dengan pasar makanan laut yang
terdapat di Huanan, kota Wuhan, yang menjual berbagai spesies hewan
hidup termasuk unggas, kelelawar, marmut, dan ular.2
Hingga pada akhirnya, virus SARS- COV-2 diidentifikasi
sebagai penyebab pneumonia di Wuhan. Penyebaran virus SARS-COV-2
terus berlangsung dengan cepat hingga banyak negara terjangkit, sampai
pada 30 Januari 2020, WHO mendeklarasikan wabah di Cina sebagai
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (Public
Health Emergency of International Concern, PHEIC) ini menandakan
COVID-19 sebagai ancaman global dunia.3 Pada 11 Februari 2020, WHO
secara resmi memberikan nama Coronavirus disease 2019 (COVID-19)
pada penyakit ini. The emergency committee telah menyatakan bahwa
penyebaran COVID- 19 dapat dihentikan jika dilakukan proteksi, deteksi
dini, isolasi, dan perawatan yang cepat agar tercipta implementasi
sistem yang kuat untuk menghentikan penyebaran COVID-19.1
Mengingat hal ini, sebagai upaya proteksi terhadap COVID-19,
berbagai negara dari seluruh dunia telah berkomitmen bersama dengan
melibatkan pemerintah, perusahaan bioteknologi, ilmuwan, dan akademisi
untuk dapat menciptakan vaksin Covid-19. Sejauh ini telah banyak
kandidat vaksin yang diluncurkan untuk melawan virus SARS-CoV-2,
penyebab Covid-19.4 Vaksin yang mencegah infeksi virus ini dianggap
sebagai pendekatan yang paling menjanjikan dalam menyelesaikan
pandemic ini. Diakhir 2020 beberapa vaksin sudah digunakan dalam
vi

beberapa negara. Terdapat lebih dari 40 kandidat vaksin yang sedang


dalam uji klinis, dan 150 dalam tahap uji preklinik.
Penerimaan vaksin covid-19 bervariasi tiap negara. Dalam suatu
survei online dari 13.426 orang 19 negara ditanya apakah mereka akan
menerima vaksin yang sudah terbukti aman dan efektif. Jawaban nya
adalah secara keseluruhan 72 % orang akan kemungkinan menerima
vaksin. Proporsi tertinggi terdapat dari negara Cina, Korea selatan, dan
Singapura (sebesar lebih dari 80 %). Dan yang terendah adalah Rusia
sekitar 55 %.
Di Amerika Serikat sendiri, survei dari 3500 orang dewasa melalui
internet, dilakukan oleh CDC pada bulan September dan desember 2020,
proporsi yang melaporkan bahwa mereka yakin akan merima vaksin covid
19 meningkat dari 39 ke 49 %, dan proporsi yang menolak vaksin
menurun dari 38 % ke 32 %.
Keraguan vaksin juga ditemukan pada tenaga Kesehatan.
Keraguan vaksin diasosiasikan dengan usia muda, ras kulit hitam, edukasi
rendah, dan kurang nya asuransi Kesehatan. Dalam survei CDC, alasan
pertama yang mengakibatkan keraguan vaksin adalah efek samping dan
keamanan dan kurang nya rasa percaya dalam proses pengembangan
vaksin.
Salah satu vaksin yang telah diluncurkan di Indonesia dan sudah di-
distribusikan serta dijalankan adalah vaksin Sinovac yang berasal dari
Negara China. Dalam proses menjalankan vaksinasi di Indonesia pun
masih terbentur dengan berbagai faktor yang menyebabkan masyarakat
enggan untuk divaksinasi, masih banyak kabar bohong atau ‘hoax’ yang
meningkatkan keraguan masyarakat untuk mendapat suntikan vaksin
covid-
19. Hal ini menghalangi kita mencapai herd immunity dan
perlambatan dalam penularan covid-19.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya promosi kesehatan guna
edukasi kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui fakta dan
vii

manfaat mengenai vaksin yang benar. Serta dapat mencapai cakupan


vaksinasi covid-19 terutama terhadap lansia. Dalam mini project, dokter
internsip selaku salah satu tenaga kesehatan akan melakukan edukasi
berupa penyuluhan dengan berbagai media pada masyarakat lansia
terutama di lingkungan Puskesmas Empat Ulu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai


berikut:
1. Bagaimana capaian cakupan vaksinasi covid-19 terhadap lansia di
wilayah kerja Puskemas Empat Ulu?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan lansia di wilayah kerja Puskesmas
Empat Ulu tidak ingin dilakukan vaksinasi covid-19?
3. Apa saja upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keikutsertaan lansia dalam vaksinasi covid-19 di
wilayah kerja Puskesmas Empat Ulu?
viii

4. Apakah penyuluhan dan edukasi tentang vaksinasi covid-19 kepada


lansia di wilayah kerja Puskesmas Empat Ulu dapat meningkatkan
jumlah lansia yang divaksinasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan laporan mini project ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Internship Dokter
Indonesia,
2. Mendeskripsikan cakupan capaian vaksininasi covid-19 terhadap
lansia diwilayah kerja Puskesmas Empat Ulu.
3. Mengidentifikasi penyebab rendahnya capaian program vaksinasi
covid-19 pada lansia diwilayah kerja Puskesmas Empat Ulu.
4. Mengetahui upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keikutsertaan lansia terhadap vaksinansi covid-19
diwilayah kerja Puskesmas Empat Ulu.
5. Mengetahui apakah penyuluhan dan edukasi dapat meningkatkan
jumlah lansia yang di vaksinasi covid-19.

1.4 Manfaat Penilitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi Penulis
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis
tentang kegiatan vaksinasi covid-19, terutama masalah-masalah yang
dihadapi lansia dalam mengikuti vaksinasi tersebut.

2. Bagi Puskesmas
ix

Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan


pertimbangan bagi puskesmas dalam rangka upaya meningkatkan
pencapaian cakupan vaksinasi covid-19
x

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Deskripsi Organisasi


2.1.1 Profil Puskesmas
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknik Dinas sebagai
penyelenggara pembangunan kesehatan yang bertanggung jawab
terhadap wilayah kerja dalam satu kecamatan. Puskesmas 4 Ulu
merupakan puskesmas dengan wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu
merupakan puskesmas dengan batas wilayah kerja 3-4 Ulu dengan
Sungai Musi di sebelah utara, Sungai Musi di sebelah selatan, 7 Ulu
dan Jalan KH. Wahid Hasyim di sebelah timur, dan 3-4 Ulu dengan 1
Ulu dan Sungai Musi di sebelah barat. Wilayah kerja Puskesmas
Sematang Borang terdiri atas tiga kelurahan, antara lain Kelurahan 2
Ulu, Kelurahan 3-4 Ulu, dan Kelurahan 5 Ulu, dengan total
keseluruhan 29 RW dan 149 RT. Berdasarkan survei di wilayah kerja
Puskesmas 4 Ulu, didapatkan beberapa masalah kesehatan yang sering
ada di masyarakat, antara lain ISPA, hipertensi esensial, TB paru,
gastritis, diare dan gastroenteritis, diabetes melitus, dermatitis dan
eksim, TB paru, dan infeksi kulit seperti pioderma.
Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu
terutama di Wilayah Kelurahan 5 Ulu tinggal di rumah panggung.
Sebagian masyarakat di RT 18 memanfaatkan PDAM sebagai sumber
air untuk mandi, cuci dan kakus. Lingkungan sekitar cukup padat
dengan penduduk dan masih banyak masyarakat yang membuang
sampah sembarangan di bawah rumah panggung mereka.
xi

Wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu memiliki luas wilayah 285 Ha


terbagi menjadi 29 RW dan 149 RT. Batas wilayah kerja Puskesmas 4
Ulu yaitu:
 Sebelah utara: 3-4 Ulu dengan Sungai Musi
 Sebelah selatan: Sungai Musi
 Sebelah barat: 3-4 Ulu dengan 1 Ulu dan Sungai Musi
 Sebelah timur: 7 Ulu dan Jalan KH. Wahid Hasyim

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu sebanyak 57.680


jiwa terdiri dari 28.598 jiwa laki-laki dan 29.052 jiwa perempuan.
Jumlah KK di Puskesmas 4 Ulu sebanyak 12.853 KK. Di wilayah kerja
Puskesmas terdapat 37 sarana pendidikan terdiri atas 15 SD, 4 SMP, dan
2 SMA serta beberapa TK dan PAUD. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu sudah mencapai
69,10%. Jumlah rumah dengan sumber air bersih menggunakan PDAM
dan memiliki jamban keluarga telah mencapai 48.070 rumah.

2.2 Virus Corona


2.2.1 Karakteristik Patogen

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,


berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua
subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom.
Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus,
deltacoronavirus dan gamma coronavirus. Coronavirus memiliki kapsul,
partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik dengan diameter
sekitar 50-200m. Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak
bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat
panjang. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan
(spikes) glikoprotein yang menunjukkan gambaran seperti
menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM dengan polaritas
xii

positif 27- 32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein


nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein
envelope (E) selubung, dan protein aksesoris lainnya. Struktur
coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S
berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan
salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama
untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan
masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan
reseptornya di sel inang) 5,6,7

Gambar 2.1 Struktur corona virus

Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif


dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid
dengan suhu 56℃C selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat,
detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform.
Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus 5.

2.2.2 Epidemiologi Covid-19


Infeksi Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan
kasus COVID-19 di China setiap hari dan memuncak diantara
akhir Januari hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan
laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian
bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh China.
xiii

Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus


terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain
dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand,
Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang,
Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India,
Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman.6
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2
Maret 2020 sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020
menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus
dan 136 kasus kematian. Setelah 1 tahun, kasus COVID-19 di
Indonesia terus meningkat, data pada tanggal 2 Maret 2021
menunjukkan kasus terkonfirmasi sebesar 1.373.836 jiwa
dengan angka kesembuhan 1.189.510 jiwa dan korban
meninggal sejumlah37.154 jiwa (morbiditas 2,7%).8

2.2.3 Manifestasi Klinik Covid-19

Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi


tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan kritis.9
• Tanpa gejala Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan.
Pasien tidak ditemukan gejala.

• Ringan Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus


atau tanpa hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk,
fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik
lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala,
diare, mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang
pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala
pernapasan juga sering dilaporkan. Pasien usia tua dan
immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan
kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan,
delirium, dan tidak ada demam.
xiv

• Sedang Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda


klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi
tidak ada tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan
udara ruangan ATAU Anak- anak : pasien dengan tanda klinis
pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat
dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia
berat). Kriteria napas cepat : usia 5 tahun, ≥30x/menit.
• Berat /Pneumonia Berat Pada pasien remaja atau dewasa :
pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak,
napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit,
distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan.
ATAU Pada pasien anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia
(batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari
berikut ini:
 Sianosis sentral atau SpO2 < 95%
 Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting,
tarikan dinding dada yang sangat berat);
 Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau
minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang
 Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea ,
tahun,≥30x/menit.
 Kritis Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), sepsis dan syok sepsis.

2.2.4 Diagnosis Covid-19


WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk
seluruh pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang
dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid
Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR.9

2.2.5 Definisi Kasus


xv

Definisi operasional kasus COVID-19 terdiri dari kasus suspek,


kasus probable, kasus konfirmasi, dan kontak erat 9
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah
satu kriteria epidemiologis:
Kriteria Klinis:
• Demam akut (≥ 380 C)/riwayat demam dan batuk;
ATAU
• Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut:
demam/riwayat demam, batuk, kelelahan (fatigue),
sakit kepala, myalgia, nyeri tenggorokan, coryza/
pilek/ hidung tersumbat, sesak nafas,
anoreksia/mual/muntah,diare, penurunan kesadaran.
Kriteria Epidemiologis:
• Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi
penularan; ATAU
• Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat tinggal atau bepergian di negara/wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal; ATAU
• Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan, baik melakukan
pelayanan medis, dan non-medis, serta petugas yang
melaksanakan kegiatan investigasi, pemantauan kasus
dan kontak; ATAU
b. Seseorang dengan ISPA Berat
c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi
kriteria epidemiologis dengan hasil rapid antigen SARSCoV-2
positif.
xvi

2. Kasus Probable
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut
a. Seseorang yang memenuhi kriteria klinis DAN memiliki
riwayat kontak erat dengan kasus probable; ATAU
terkonfirmasi; ATAU berkaitan dengan cluster COVID19.
b. Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah
COVID- 19.
c. Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan
indra penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra
perasa) dengan tidak ada penyebab lain yang dapat
diidentifikasi.
d. Orang dewasa yang meninggal dengan distres pernapasan DAN
memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable atau
terkonfirmasi, atau berkaitan dengan cluster COVID-19.

3. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Seseorang dengan hasil RT-PCR positif
b. Seseorang dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif
DAN memenuhi kriteria definisi kasus probable ATAU kasus
suspek (kriteria A atau B)
c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid
antigen SARS-CoV-2 positif DAN Memiliki riwayat kontak
erat dengan kasus probable ATAU terkonfirmasi.

4. Kontak erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:

a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus


xvii

konfirmasi dalam radius 1meter dan dalam jangka waktu 15


menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi
(seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai
standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim
penyelidikan epidemiologi setempat.

2.2.6 Tatalaksana Covid-19


1. Tanpa gejala / asimptomatik
a. Isolasi dan Pemantauan9
 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
 Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP
 Kontrol di FKTP setelah 14
hari karantina untuk
pemantauan klinis
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet
untuk dibawa ke rumah) :
- Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan
malam hari
- Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat
berinteraksi dengan anggota keluarga
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand
sanitizer sesering mungkin.
- Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
- Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
- Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
xviii

- Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun


- Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap
harinya
- Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam
kantong plastik / wadah tertutup yang terpisahdengan
pakaian kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci
dan segera dimasukkan mesin cuci
- Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi, jam 12
siang dan jam 19 malam
- Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP atau
keluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38oC

 Lingkungan / kamar
- Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
- Membuka jendela kamar secara berkala
- Bila memungkinkan menggunakan APD saat
membersihkan kamar (setidaknya masker, dan bila
memungkinkan sarung tangan dan goggle.
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
atau hand sanitizer sesering mungkin.
- Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun
atau bahan desinfektan lainnya
 Keluarga
- Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan
pasien sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah
Sakit.
- Anggota keluarga senanitasa pakai masker
- Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
- Senantiasa mencuci tangan
- Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan
bersih
xix

- Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi


udara tertukar
- Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin
tersentuh pasien misalnya gagang pintu dll

a. Non-farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan
edukasi tanpa gejala).

b. farmakologis
 Vitamin C dengan pilihan:
- Tablet Vitamin C non-acidic 500 mg/6-8 jam oral
(untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30
hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet
/24 jam (selama 30 hari), Dianjurkan vitamin yang
komposisi mengandung vitamin C,B, E, zink
 Oseltamivir 2x75 mg untuk 7 hari
 Methisoprinol 3 x 500 mg untuk 7 hari
 Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari) dengan
alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam (5 hari)
 Pengobatan simtomatis seperti paracetamol bila
demam

2. Gejala sedang
a. Isolasi dan Pemantauan
 Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan Covid-19/
Rumah Sakit Darurat Covid-19
 Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan Covid-19/
Rumah Sakit Darurat Covid-19 selama 14 hari
xx

b.Farmakologis

 Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan


untuk tetap melanjutkan pengobatan yang rutin
dikonsumsi. Apabila pasien rutin meminum terapi obat
antihipertensi dengan golongan obat ACE-inhibitor
dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi
ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam ATAU Dokter
Spesialis Jantung
 Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral
(untuk 14 hari) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam
oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2
tablet /24 jam (selama 30 hari)
- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin
C,B, E, Zink

a. Gejala ringan
a.Isolasi dan Pemantauan

 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari

 Ditangani oleh FKTP, contohnya Puskesmas, sebagai


pasien rawat jalan
 Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan
klinis

b.Non-farmakologis
 Istirahat total, intake kalori adekuat, control elektrolit,
xxi

status hidrasi, saturasi oksigen


 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap
berikut dengan hitung jenis, bila memungkinkan
ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan
ronsen dada secara berkala.
c.farmakologis
 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc
NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara
drips Intravena (IV) selama perawatan
 Oseltamivir 2x75 mg untuk 7 hari
 Methisoprinol 3 x 500 mg untuk 7 hari
 Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral
(untuk 5- 7 hari) dengan aternatif Levofloxacin
750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari)
 Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).

b. Gejala berat
a. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan
b. Non-farmakologis
 Istirahat total, intake kalori adekuat, kontrol
elektrolit, status hidrasi (terapi cairan), dan
oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH,
D- dimer.
 Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
 Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
- Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
xxii

- Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari),


- PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,
- Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan
areaparu-paru pada pencitraan thoraks dalam
24-48 jam,
- Limfopenia progresif,
- Peningkatan CRP progresif,
- Asidosis laktat progresif.
c. Farmakologis
 Oseltamivir 2x75 mg untuk 7 hari ATAU Favipiravir
(Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke
2-7)
 Methisoprinol 3 x 500 mg untuk 7 hari

 Azitromisin 500 mg/24 jam (untuk 5 hari) atau


levofloxacin 750 mg/24 jam/intravena (5 hari)
 Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh
karena ko- infeksi bakteri, pemilihan antibiotik
disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan
faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur
darah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum
(dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.

 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%


habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV)
selama perawatan
 Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena

 Hydroxycortison 100 mg/24 jam/ intravena (3 hari


pertama)

 Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.


xxiii

2.3 Vaksinasi Covid-19

2.3.1 Definisi Vaksin


Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah
diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang
akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
infeksi tertentu.10
Vaksin ditemukan pertama kali pada tahun 1796 oleh seorang
ahli fisika di Inggris bernama Edward Janner, dan vaksin yang
ditemukan adalah vaksin untuk penyakit cacar.11 Sebutan vaskin sendiri
di ambil dari bahasa latin vaccacia yang berarti cacar sapi. Vaksin
tersebut di peroleh dari penelitian yang dilakukan terhadap sapi yang
terkena virus cacar.12 Dimulai dari Inggris, akhirnya upaya prefentif
vaksin tersebar, dan masuk ke Amerika pada abad ke-19, dimana masa
itu terjadi wabah besar – besaran cacar di Amerika Serikat. 11

2.3.2 Pengembangan Vaksin


Sama seperti pengembangan obat-obatan, pengembangan
vaksin memiliki progresi dari evaluasi preklinis dan 3 tahap klinis,
yaitu :
• Uji Klinis Tahap 1 – dilakukan untuk menguji keamanan
vaksin, dan juga mengukur imunogenisitas; juga mempelajari
dosis efisien vaksin.
• Uji Klinis Tahap 2 – menguji Keamanan dan respon imun
pada populasi yang lebih besar.
• Uji Klinis Tahap 3 – Menentukan efikasi dalam
mencegah suatu penyakit. Efikasi vaksin adalah reduksi dari
insidensi penyakit pada orang yang menerima vaksin dengan
yang tidak menerima vaksin/produk kontrol dan dikalkulasikan
xxiv

dengan rumus berikut:

Efikasi Vaksin = ( attack rate unvaccinated – attack rate


vaccinated) x 100
attack rate unvaccinated

Biasanya, tahapan ini terjadi secara berurutan, dan biasanya

terjadi dalam beberapa tahun hingga akhirnya dapat digunakan

dimasyarakat. Akan tetapi, vaksin COVID-19 pada pengembangannya

dilakukan percepatan. Setiap tahap terjadi hanya dalam beberapa bulan.

Akan tetapi, walaupun terlihat sangat cepat, kriteria keamanan tetap

terjaga; monitoring data dan keamanan yang disusun oleh banyak ahli

vaksin dan banyak sponsor studi memeriksa kejadian tidak terduga yang

dilaporkan pada tiap tahap studi klinis dan persetujuan untuk maju ke

tahap selanjutnya. Di AS sendiri FDA harus mengizinkan progresi tiap

tahap dalam uji manusia, dari inisiasi tahap 1 ke tahap 3.

2.3.3 Jenis-jenis Vaksin Covid-19

Vaksin COVID-19. dikembangkan dengan beberapa modalitas.


Berikut beberapa jenis vaksin yang dikembangkan :
a. Vaksin Inaktif / mati
Vaksin sel utuh yang dimatikan menghadirkan beberapa
komponen antigenik ke inang dan berpotensi menyebabkan
beragam efek imunologis terhadap patogen13. Vaksin ini
diproduksi dengan membiakan SARS-CoV-2 pada sel kultur dan
secara kimia menginaktivasi virus. Virus yang terinaktivasi
kemudian dikombinasikan dengan alum atau ajuvan lain nya
dalam vaksin untuk menstimulasi respon imun. Vaksin inaktif
biasanya diberikan secara intramuskular. Cara memproduksi
xxv

vaksin ini biasanya membutuhkan fasilitas biosafety level 3.


Vaksin jenis ini bukan hanya menargetkan protein spike, akan
tetapi komponen lain dari virus.

b. Vaksin yang dilemahkan


Serupa dengan vaksin inaktif, vaksin yang dilemahkan
bekerja dengan menyajikan komponen antigenik ke inang yang
berpotensi menyebabkan efek imunologis terhadap pathogen.
Vaksin jenis ini diproduksi dengan mengembangkan virus liar
yang secara genetik dilemahkan. Virus yang dilemahkan ini
bereplikasi dalam tubuh penerima untuk menghasilkan respon
imun tetapi tidak mengakibatkan penyakit. Atenuasi dapat
dicapai dengan memodifikasi virus secara genetic atau dengan
menumbuhkan nya dalam kondisi yang buruk sehingga virulensi
nya menghilang tetapi efek imunogenisitas nya tetap tercapai.
Kelebihan dari jenis vaksin ini, vaksin jenis ini bisa
diadministrasikan lewat intranasal dan memicu respon imun
mukosa. Akan tetapi, vaksin jenis ini belum ada yang mencapai
ke uji klinis.

c. Vaksin Subunit / protein rekombinan


Vaksin jenis ini disusun oleh beberapa protein virus yang
diekspresikan lewat beberapa system, termasuk serangga, sel
mamalia, sel ragi, dan tumbuh-tumbuhan. Vaksin jenis ini biasa
diadministrasikan lewat intramuskular. Vaksin subunit / protein
rekombinan ini mencakup satu atau lebih antigen dengan
imunogenisitas kuat yang mampu menstimulasi sistem imun
inang secara efisien. Secara umum, jenis vaksin ini lebih aman
dan lebih mudah untuk diproduksi, tetapi seringkali
membutuhkan penambahan bahan pembantu untuk memperoleh
respon imun protektif yang kuat. 15
Sejauh ini, beberapa lembaga
xxvi

telah memprakarsai program vaksin subunit SARS-CoV- 2, dan


hampir semuanya menggunakan protein S sebagai antigen.
Sebagai contoh, Universitas Queensland sedang mengembangkan
vaksin subunit berdasarkan pada teknologi “penjepit molekuler”.
16

d. Vaksin Vektor
Vaksin vektor langsung adalah virus hidup (vektor) yang
mengekspresikan antigen heterolog. Vaksin ini menstimulasi
respon imun dengan menggunakan bakteri atau virus yang tidak
menyebabkan penyakit sebagai vektor untuk membawa potongan
materi genetik kedalam tubuh. Mereka dikarakterisasi dengan
menggabungkan imunogenisitas yang kuat dari vaksin yang
dilemahkan hidup dan keamanan vaksin subunit, dan secara luas
digunakan untuk menginduksi imunitas seluler in vivo.
Penelitian vaksin SARS-CoV-2 terkait telah dilakukan oleh
lembaga- lembaga berikut. Greffex Inc. yang berbasis di Houston
telah menyelesaikan konstruksi vaksin vektor adenovirus SARS-
CoV-2 dengan Greffex Vector Platform dan seharusnya sekarang
dipindahkan ke pengujian hewan. Tonix Pharmaceuticals
mengumumkan penelitian untuk mengembangkan vaksin SARS-
CoV-2 yang potensial berdasarkan Horsepox Virus (TNX-1800).
Johnson & Johnson telah mengadopsi platform vektor adenoviral
AdVac® untuk pengembangan vaksin.16 beberapa bentuk vaksin
vektor antara lain :
• Replication-incompetent vector vaccine – vaksin jenis ini
menggunakan vector virus yang sudah di rekayasa untuk tidak
bereplikasi dalam tubuh dan mengekspresikan pritein virus yang
di intensikan menjadi target dari respon imun. Banyak dari
vaksin jenis ini mempergunakan adenovirus. Akan tetapi vector
lain juga dapat digunakan, yaitu parainfluenza virus, virus
xxvii

influenza, adenoassociated virus, dan sendai virus. Beberapa


kekurangan dari vaksin jenis ini, adalah imunitas terhadap suatu
virus jenis ini, dapat menurunkan imunogenisitas vaksin. Hal ii
bisa dicegah dengan menggunakan vector virus yang tidak lazim
pada manusia.
• Replication-competent vector vaccine – vaksin jenis ini
diturunkan dari vaksin yang diatenuasi. Menggunakan vaksin
jenis ini memperbolehkan terjadi nya respon imun yang lebih
kuat dibandingkan dengan vector vaksin yang tidak bisa
bereplikasi. Karena vaksin jenis ini mengalami replikasi dan
memicu respon imun.
• Inactivated viral vector vaccine – vaksin jenis ini
mempergunakan vector virus yang sudah direkayasa untuk
mengekspresikan protein target akan tetapi sudah diinaktivasi.
e. Vaksin DNA
Vaksin DNA biasanya terdiri dari plasmid DNA, yang
mengkodekan satu atau lebih. Antigen, sehingga target protein
diekspresikan pada penerima vaksin. DNA plasmid ini bisa
diproduksi lewat E.Coli. Vaksin DNA lebih unggul dari vaksin
mRNA dalam formulasi yang diperlukan untuk stabilitas dan
efisiensi pengiriman, namun mereka harus memasukkan nukleus
yang dapat membawa risiko integrasi vctor dan mutasi pada
genom inang.13 Selain itu, vaksin jenis ini memberikan
imunogenisitas yang rendah dan pemakaian yang sulit. Sejauh
ini, dua vaksin DNA SARS-CoV-2 sedang dalam
pengembangan. Inovio Pharmaceuticals mengembangkan
kandidat vaksin DNA yang disebut INO-4800, yang dalam studi
praklinis dan akan segera memasuki uji klinis fase I. Anak
Perusahaan Ilmu DNA Terapan, LineaRx, dan Takis Biotech
berkolaborasi untuk pengembangan kandidat vaksin DNA linier
terhadap SARS-CoV-2, yang sekarang dalam studi praklinis.19
xxviii

f. Vaksin mRNA
Vaksin jenis ini adalah vaksin pertama untuk SARS-
COV-2 untuk diproduksi dan mewakili jenis vaksin terbaru.
Vaksin mRNA adalah teknologi yang berkembang pesat untuk
mengobati penyakit menular dan kanker. Vaksin berbasis mRNA
mengandung mRNA yang mengkode antigen, yang ditranslasi
menjadi target protein, dan diharapkan memberikan respon imun.
mRNA berdiam dalam sitoplasma sel dan tidak masuk kedalam
nukleus, sehingga mRNA tidak berinteraksi atau berintegrasi
dengan DNA penerima. Vaksin jenis ini, diproduksi secara
invitro.
Akan tetapi, karena teknologi ini baru, kemampuan untuk
memproduksi vaksin jenis ini belum di uji coba, dan vaksin ini
harus disimpan dengan suhu yang sangat rendah, sehingga sulit
untuk transportasi vaksin. Vaksin mRNA memiliki keunggulan
dibandingkan vaksin konvensional, dengan tidak adanya integrasi
genom, respon imun yang meningkat, perkembangan yang cepat,
dan produksi antigen multimeric.17 Moderna, Inc. telah memulai
uji klinis fase I untuk mRNA-1273, vaksin mRNA, yang
mengkode protein viral spike (S) dari SARSCoV-2. Ini
dirancang bekerja sama dengan Institut Nasional Alergi dan
Penyakit Menular (NIAID). 12
Berbeda dengan vaksin
konvensional yang diproduksi dalam sistem kultur sel, vaksin
mRNA dirancang dalam silico, yang memungkinkan
pengembangan dan evaluasi efikasi vaksin yang cepat. Moderna
Inc. sedang mempersiapkan studi fase I dengan dukungan
keuangan dari CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness
Innovations). 18

2.3.4 Vaksin Sinovac Biopharma


xxix

Salah satu vaksin yang sudah dipakai di Indonesia adalah


CoronaVac oleh SINOVAC dan Oxford-AstraZeneca. Vaksin
yang dikembangkan oleh Sinovac yang diberi nama CoronaVac
telah dikembangkan sejak Januari 2020. Vaksin ini berasal dari
virus yang di-inaktivasi. Kandidat vaksin CoronaVac telah
berhasil melalui uji klinis fase I dan II di China, dan fase III di
beberapa negara seperti Indonesia, Turki, Bangladesh, dan
Brazil.
Di Indonesia sendiri, secara keseluruhan penelitian uji
klinis fase 3 menyertakan 1620 orang. Secara keseluruhan, efek
samping dalam seluruh grup pada studi ini memiliki hasil yang
mirip dengan placebo, yaitu 71,6% dan 71,1 % (tidak signifikan).
Reaksi local dilaporkan setelah vaksinasi pertama dan kedua
pada grup yang divaksinasi dan pada placebo adalah, nyeri local,
kemerahan local, indurasi local, dan pembengkakan local. Efek
sistemik yang dilaporkan setelah vaksin dosis pertama dan kedua
pada grup yang di vaksinasi dan grup placebo adalah myalgia,
kelelahan, dan demam.
Banyak dari efek samping yang dilaporkan adalah efek
samping yang ringan. Efek samping grade 3 dilaporkan lebih
kecil pada grup yang di vaksinasi dibandingkan grup placebo
(7.4 % vs 13.3 %).Pada Uji klinis fase 3 di Turki, menurut data
23 desember 2020, Analisa keamanan dilakukan pada 2964
subyek dimana diantaranya terdapat 593 subyek yang
melaporkan 1049 efek samping. Secara keseluruhan, coronavac
memberikan hasil analisa keamanan yang memuaskan.
Keamanan dianalisa selama 7 hari setelah vaksinasi pertama,
dan menunjukan efek samping coronavac mirip dengan
placebo dan gejala sistemik diaporkan lebih kecil dibandingkan
placebo (61.86% vs 75.16%).
Gejala tersering dilaporkan 7 hari setelah vaksin
xxx

pertama adalah kelelahan (4.7%), nyeri kepala (3.9%). Reaksi


local dilaporkan setelah vaksinasi dosis ke-2 juga mirip antara
grup vaksin dan grup placebo (0.98% vs 0.60%). Efek
samping sitemik yang paling sering setelah faksinasi adalah
Lelah (2.5%) dan nyeri kepala (2.3%). Uji klinis fase 3 di Brazil
dilakukan pada 7913 orang. Secara total terdapat 6803 orang
yang melaporkan efek samping setelah 1 minggu vaksinasi, efek
samping paling sering secara local adalah, nyeri bagian injeksi.
Dan efek samping sistemik yang paling sering adalah nyeri
kepala, lelah, myalgia, dan diare. Efek samping yang
dialporkan ini adalah 7 hari setelah dosis pertama dan
diklasifikasikan sebagai efek ringan dan sedang. Vaksin sinovac
yang berasal dari China ini juga diproduksi di Indonesia oleh
perusahaan BUMN Biopharma.

2.3.5 Efikasi Sinovac/ Coronavac

Uji klinis dari Indonesia, Turki, dan Brazil masih berlanjut


dan masih di follow up. Analisa yang sedang berjalan per tanggal
8 Januari 2021, yang dilakukan pada 1620 orang dewasa dengan
umur 18-59 tahun, mengukur komparasi dengan placebo,
dibandingkan berdasarkan kasus simtomatik yang di konfirmasi
dengan RT-PCR berjarang 14 hari hingga 6 bulan dari dosis ke-
2. Terdapat 25 kasus CoVID-19 (batas minimal kasus untuk
menunjukan efikasi 60 %) adalah 65.3%. 25 kasus ini terdiri dari
7 kasus pada grup vaksin dan 18 kasus pada grup placebo. Durasi
observasi dari kalkulasi efikasi ini didasarkan oleh observasi dari
90 hari (3 bulan), dimana kriteria ini sesuai dengan kriteria WHO
untuk vaksin COVID-19. Diantara 25 kasus ini tidak ada kasus
berat, kritis, atau kematian, oleh karena COVID 19.
xxxi

Berdasarkan analisa interim pada uji klinis di turki per


tanggal 23 desember 2020 yang dilakukan pada 13000 orang
dewasa berumur 18-59 tahun, efikasi vaksin ini di evaluasi dari
29 kasus covid-19, dengan efikasi 91.25%, dari 29 kasus, 3 kasus
dari grup vaksin, dan 26 kasus dari grup placebo.
Di Brazil dari 13000 orang dewasa, didapatkan 58 kasus
pada grup vaksin dan 160 kasus pada grup placebo, semua
adalah kasus ringan.
2.3.6 Cara Kerja Vaksin Sinovac

Untuk membuat vaksin, para peneliti Sinovac memulai


dengan mengambil sampel virus corona dari pasien di China,
Inggris, Italia, Spanyol, dan Swiss. Kemudian virus tersebut
dikembangbiakan pada hewan dan dinonaktifkan dengan senyawa
beta-propiolakton. Hal tersebut menyebabkan virus menjadi
inaktif dan hanya tersisa protein/bagian badan dari corona. Salah
satu jenis protein yang penting dalam pembuatan vaksin corona ini
adalah protein Spike atau yang biasa disebut sebagai protein S
yang berbentuk seperti duri. CoronaVac bekerja dengan
mengajarkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi
melawan virus corona SARS- Cov2 17,18,19

Setelah mendapatkan virus yang tidak aktif, kemudian


spesimen virus tersebut dicampur dengan sejumlah kecil senyawa
berbasis aluminium yang disebut adjuvan. Adjuvan merangsang
sistem kekebalan untuk meningkatkan responsnya terhadap
vaksin. Karena CoronaVac mengandung virus yang telah
dimatikan, sehingga mereka bisa dimasukkan ke tubuh tanpa
menyebabkan covid-19. 17,18,19
Setelah masuk ke dalam tubuh, maka sel imun tubuh yaitu
sel limfosit T akan aktif dan membantu merekrut sel kekebalan
lain hingga terbentuk kekebalan yang dalam jangka waktu vaksin
xxxii

efektif, dapat mengenali virus corona yang masuk dan telah siap
menyerangnya. Jenis sel kekebalan lain, sel B juga dapat
menghadapi virus corona yang tidak aktif. Sel B memiliki protein
dalam berbagai bentuk, dan beberapa mungkin memiliki bentuk
yang tepat untuk menempel pada virus corona. 17,18,19
Ketika sel B terkunci, ia dapat menarik sebagian atau
seluruh virus dan menampilkan fragmen virus corona di
permukaannya. Sel T membantu mencocokkan fragmen dengan
sel B. Jika cocok, sel B juga diaktifkan, berkembang biak, dan
mengeluarkan antibodi untuk melawan virus corona 17,18,19

2.3.7 Efek Samping Vaksin


Sama seperti obat maupun vaksin lainnya, vaksin covid-19
dapat memberi banyak manfaat, tapi juga diketahui dapat
menimbulkan berbagai efek samping. Sejauh ini, beberapa laporan
menyebutkan bahwa ada beberapa efek samping vaksin COVID-
19 yang dapat muncul, di antaranya:
• Demam ringan
• Nyeri atau kemerahan di lokasi penyuntikan vaksin
• Kelelahan
• Sakit kepala
• Nyeri otot dan sendi di sekitar area suntikan
Beberapa efek samping di atas merupakan efek samping
ringan yang umumnya bisa sembuh dengan sendirinya.
Munculnya efek samping tersebut sebenarnya menandakan bahwa
tubuh penerima vaksin sedang membentuk kekebalan atau
imunitas terhadap penyakit COVID-19. Untuk memperingan efek
samping dapat dilakukan :
• Mengonsumsi air putih lebih banyak dan makan teratur
• Memberikan kompres dingin di bagian yang sakit
• Mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti paracetamol, sesuai
xxxiii

anjuran dokter
• Beristirahat yang cukup, yaitu dengan tidur sekitar 7–9 jam
setiap malam
Walau jarang terjadi, pemberian vaksin, baik vaksin
covid-19 maupun vaksin lainnya, bisa menimbulkan efek samping
yang lebih serius, seperti reaksi alergi berat atau anafilaktik.
Reaksi tersebut dapat menyebabkan keluhan sesak napas, lemas,
dan pingsan.

BAB III
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

Setelah melakukan pendataan di Puskesmas Empat Ulu, kami kemudian


melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan melibatkan anggota kelompok
tanpa ada campur tangan dari pihak luar ataupun aparat kelurahan. Setelah
melakukan diskusi kami pun akhirnya mendapatkan 5 masalah kesehatan yang
ada di Puskesmas Empat Ulu.

Adapun 5 masalah kesehatan tersebut yaitu:

1. Rendahnya capaian cakupan vaksinasi covid-19 pada lansia di wilayah kerja


Puskesma Empat Ulu
2. Tingginya kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesma Empat Ulu
3. Rendahnya cakupan pemeriksaan IVA wanita di wilayah kerja Puskesma
Empat Ulu
4. Tingginya kasus stunting pada balita di wilayah kerja Puskesma Empat Ulu
5. Rendahnya cakupan pemeriksaan IVA wanita di wilayah kerja Puskesma
Empat Ulu

Masalah U S G USG Ranking


xxxiv

1 5 5 5 125 I

2 4 5 5 100 II

3 4 4 4 64 IV

4 3 4 4 48 V

5 4 5 4 80 III

BAB IV
PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH

Akar masalah dicari dengan digambarkan dalam diagram fish bone


ishikawa. Komponennya terdiri atas measurement, material, method,
environment, man dan machines.
35

MAN METHOD
I

Kesesuaian data domisili


Penyuluhan langsung
lansia

Keterbatasan kondisi
fisik Poster

Keterbatasan &
kurangnya dalam
menerima edukasi dan Leaflet
informasi mengenai
P vaksin covid-19
Sebagian lansia tidak
percaya covid-19 Rendahnya antusiasme Live di media social PKM
masyarakat terhadap Instagram dan Facebook
vaksin covid-19
Rendahnya capaian
vaksinasi covid-19
pada lansia di
Puskesmas Empat Ulu
Media promosi dan Keterbatasan dana Pengetahuan keluarga dan
edukasi mengenai vaksin ketempat vaksinasi lingkungan kurang
kurang

Kurangnya dukungan Mitos, hoax dan missed


lintas program information Kurangnya dukungan
keluarga dan lingkungan
lansia

Akses menuju ketempat


vaksinasi terbatas

MATERIAL MONEY ENVIRONMENT


36

BAB V
PENETAPAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH

Metode penetapan prioritas masalah yang digunakan adalah metode USG. Setiap kriteria
USG diberi nilai satu sampai lima kemudian masing-masing kriteria dikalikan untuk
mendapatkan nilai total. Nilai total masalah tertinggi akan menjadi prioritas utama

4.1. Prioritas Penyebab Rendahnya Capaian Cakupan Vaksinasi Covid-19 Pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Empat Ulu
KRITERIA
No. MASALAH UxSxG
U S G

1. Kurangnya informasi dan edukasi 5 4 5 100


mengenai vaksin covid-19

2. Keterbatasan kondisi fisik pada lansia 4 4 4 64

3. Ketidakpercayaan lansia terhadap penyakit 4 3 4 52


covid-19

4. Kurangnya dukungan lingkungan dan 4 4 5 80


keluarga lansia untuk vaksinasi

5. Ketidaksesuaian data domisili lansia 3 3 4 36

6. Banyaknya mitos, hoax dan missed 3 3 3 27


information

7. Sulitnya akses menuju ketempat vaksinasi 4 4 4 64

8. Kurangnya pengetahuan dan lingkungan 3 4 3 36


keluarga tentang vaksinasi covid-19

9. Rendahnya antusiasme masyarakat 5 4 5 100


terhadap vaksinasi covid-19

10. Kurangnya media promosi mengenai 4 4 5 100


37

vaksinasi covid-19

11. Kurangnya dkukungan lintas program 3 4 3 36

Berdasarkan tabel prioritas akar penyebab masalah rendahnya capaian cakupan vaksinasi
covid-19 pada lansia dan perhitungan UxSxG (Urgency, Seriousness, dan Growth), masalah
utama pada masyarakat dapat disimpulkan antara lain disebabkan oleh:
a. Kurangnya infromasi dan edukasi mengenai vaksin covid-19
b. Kurangnya dukungan lingkungan dan keluarga alansia untuk vaksinasi covid-19
c. Rendahnya antusiasme masyarakat terhadap vaksinasi covid-19
d. Kurangnya media promosi mengenai vaksinasi covid-19

4.2. Prioritas Penyebab Masalah Tingginya Angka Hipertensi di Puskesmas Empat Ulu

KRITERIA
No. MASALAH UxSxG
U S G

1. Jarang melakukan aktifitas fisik 5 4 4 80

Kurang rutin konsumsi obat-obat anti


2. 4 5 5 100
hipertensi

Kurangnya pengetahuan dan pemahan


3. 4 4 4 64
mengenai bahaya penyakit hipertensi

Kebiasaan merokok selama bertahun


4. 5 4 4 80
tahun

5. Riwayat keluarga dengan hipertensi 3 3 3 27

8. Kondisi ekonomi mengengah kebawah 3 3 3 27

Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi


10. 3 4 4 48
garam dan tinggi lemak

Berdasarkan tabel prioritas akar penyebab masalah hipertensi dan perhitungan UxSxG
(Urgency, Seriousness, dan Growth), masalah utama pada masyarakat dapat disimpulkan
antara lain disebabkan oleh:
a. Kurang rutin konsumsi obat-obatan anti hipertensi
38

b. Jarang melakukan aktifitas fisik


c. Kebiasaan merokok selama bertahun-tahun
d. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahanya penyakit hipertensi

4.3. Prioritas Penyebab Masalah Rendahnya Cakupan Pemeriksaan IVA Pada Wanita
di Wilayah Kerja Puskesmas Empat Ulu

KRITERIA
No. MASALAH UxSxG
U S G

Kurangnya pemahaman mengenai


1. 4 5 4 80
pentingnya pemeriksaan IVA

Pemeriksaan IVA dianggap tabuh oleh


2. 3 3 3 27
masyarakat

Pasien merasa takut dengan hasil yang


3. 4 5 5 100
akan diterima dari pemeriksaan IVA

Kurangnya edukasi dan promosi tentang


4. pentingnya pemeriksaan IVA pada 3 4 3 36
wanita yang aktif secara seksual

Kurangnya media promosi mengenai


5. 3 3 3 27
pentingnya pemeriksaan IVA

Kurangnya dukungan dari keluarga


6. 4 4 4 64
untuk melakukan pemeriksaan IVA

Berdasarkan tabel prioritas akar penyebab masalah rendahnya cakupan pemeriksaan IVA dan
perhitungan UxSxG (Urgency, Seriousness, dan Growth), masalah utama pada masyarakat
dapat disimpulkan antara lain disebabkan oleh:
a. Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya pemeriksaan IVA
b. Pasien mnerasa takut dengan hasil yang akan diterima pada pemeriksaan IVA
c. Kurangnya dukungan dari keluarga untuk melakuakan pemeriksaan IVA
39

BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN PENYEBAB MASALAH

5.1. Alternatif Intervensi Ketidakefektivitasan kurangnya informasi dan edukasi


mengenai vaksin covid-19 di Puskesmas Empat Ulu

Pemecahan
Prioritas Alternatif Pemecahan
No. Masalah Sasaran Target
Masalah Masalah
Terpilih
1. Kurangnya 1. Melakukan media Melakukan Lansia Kefektivitasan
informasi dan promosi promosi pada media promosi
edukasi menggunakan poster menggunakan cakupan terhadap
mengenai dan leaflet. leaflet dan PKM 4 vaksin covid-
vaksin covid- 2. Melakukan promosi di poster. ULU 19.
19. media social (PKM
Facebook dan
Instagram)
3. Melakukan
penyuluhan secara
langsung
dilingkungan (aktif
/mobile dan pasif )

2. Kurangnya 1. Melakukan Membagikann Lingkungan Lingkungan


dukungan penyuluhan langsung leaflet atau dan dan keluarga
lingkungan di lingkungan dan poster. keluarga lansia agar
dan keluarga keluarga. lanisa mengetahui
lansia untuk 2.Membagikann leaflet cakupan keefektivitasan
vaksinasi atau poster. PKM 4 vaksin covid-
4. Melakukan promosi di Ulu. 19.
media social (PKM
Facebook dan
40

Instagram)

3. Rendahnya Memberikan pemeriksaan Memberikan Lansia pada Tercapainya


antusiasme laboraturium (Asam urat, pemeriksaan cakupan target
masyarakat kolesterol,gula darah) laboraturium PKM 4Ulu. vaksinasi pada
terhadap gratis kepada lansia (asam urat, Lansia.
vaksinasi kolesterol,gul
covid-19 a darah) gratis
kepada lansia

5.2. Alternatif Masalah Tingginya Angka Hipertensi di Puskesmas Empat Ulu


Alternatif Pemecahan
Prioritas
No. Pemecahan Masalah Sasaran Target
Masalah
Masalah Terpilih

1. Tidak rutin 1) Melakukan Memberikan - Masyarak - Meningkatkan


mengonsumsi pemeriksaan edukasi at kesadaran
obat darah tekanan darah kepada pasien - Tenaga masyarakat
tinggi dan setiap bulan mengenai kesehatan akan
jarang bersamaan dengan pentingnya - Tokoh pentingnya
kontrol posyandu lansia. kontrol rutin masyarak kontrol rutin.
2) Memberikan ke fasilitas at Meningkatkan
edukasi kepada kesehatan dan kepatuhan
pasien mengenai bahaya jika masyarakat
pentingnya hipertensi untuk minum
kontrol rutin ke tidak obat hipertensi
fasilitas kesehatan terkontrol. setiap hari
bahaya jika meskipun
hipertensi tidak merasa tidak
terkontrol. ada keluhan.
3) Menyediakan
buku kontrol
tekanan darah
41

kepada pasien
hipertensi,
sehingga terlihat
jika pasien jarang
melakukan
kontrol.
5.

2. Kurangnya 1) Menambah Membuat - Masyarak - Meningkatnya


pemahaman petugas untuk jadwal rutin at pemahaman
mengenai melakukan promosi - Pejabat masyarakat
penyakit promosi kesehatan dan dan tokoh mengenai
hipertensi kesehatan. melakukan masyarak hipertensi.
2) Menyediakan promosi at terkait
poster dan leaflet kesehatan - Tenaga
mengenai sesuai jadwal. kesehat
hipertensi di - Kader
puskesmas. kesehatan
3) Membuat jadwal
rutin promosi
kesehatan dan
melakukan
promosi kesehatan
sesuai jadwal.

2. Kebiasaan 1) Mengadakan Memberikan - Masyarak - Memunculkan


merokok dan senam pagi rutin informasi at motivasi
kurang untuk masyarakat kepada - Pejabat masyarakat
olahraga setiap minggu. masyarakat terkait untuk berhenti
2) Melakukan mengenai - Kader merokok.
penyuluhan bahaya kesehatan - Meningkatkan
mengenai faktor merokok dan kesadaran
risiko hipertensi cara masyarakat
yang berhubungan melakukan akan
42

dengan gaya olahraga pentingnya


hidup. sederhana gaya hidup
3) Memberikan yang dapat yang sehat.
informasi kepada dilakukan di - Mengupayaka
masyarakat rumah. n agar
mengenai bahaya masyarakat
merokok dan cara dapat
melakukan berolahraga
olahraga secara
sederhana yang mandiri.
dapat dilakukan di Menjadikan
rumah. olahraga
sebagai
kegiatan sehari-
hari.

5.3. Alternatif Masalah rendahnya cakupan pemeriksaan IVA pada wanita di PKM
4Ulu
Alternatif Pemecaha
No Prioritas
Pemecahan n Masalah Sasaran Target
. Masalah
Masalah Terpilih

1. Kurangny 1. Edukasi kepada Edukasi 1. Masyarakat Pasien


a wanita yang aktif kepada mengetahui
2. Pasien
pemahama secara seksual di wanita pentingnya
perempuan
n wilayah cakupan yang aktif pemeriksaan
yang aktif
mengenai PKM 4 Ulu. secara IVA pada wanita
secara
pentingny seksual di yang aktif secara
2. Melakukan seksual.
a wilayah seksual.
penyuluhan di
pemeriksa cakupan
Puskesmas
an IVA. PKM 4
. 3. Menyediakan Ulu.
leaflet/poster
43

mengenai
pemeriksaan IVA.

2. Pasien 1. Memberikan Memberika 1. Tenaga Mengurangi


mnerasa takut edukasi kepada n edukasi kesehatan ketakutan pasien
dengan hasil pasien pengobatan kepada terhadap
2. Pasien
yang akan yang akan dilakukan pasien pemeriksaan
perempuan
diterima pada jika mendapatkan pengobatan IVA.
yang aktif
pemeriksaan hasil positif yang akan
secara seksual
IVA dilakukan

3. Kurangnya 1. Edukasi terhadap Edukasi 1. Masyarakat Keluarga pasien


dukungan keluarga pasien terhadap mengetahui
2. Tenaga
dari keluarga mengenai keluarga pentingnya
Kesehatan
untuk pemeriksaan IVA. pasien pemeriksaan
melakuakan mengenai 3. Kader IVA sehingga
pemeriksaan pemeriksaan Kesehatan keluarga pasien
IVA IVA. 4. Tokoh memberikan
. kesehatan dukungan penuh
untuk
5. Tokoh
mengingatkan
masyarakat
pasien

BAB VII
44

RENCANA KEGIATAN PEMECAHAN MASALAH TERPILIH

No Susunan Kegiatan Kegiatan

1. Rencana kegiatan - Melakukan promosi kesehatan dimedia


social (Facebook dan Instagram
Puskesmas)
- Melakukan promosi menggunakan media
poster dan leaflet
- Membagikan leaflet dan poster agak dapat
dibaca kembali oleh lansia dan keluarga
- Melakukan penyuluhan secara langsung di
lingkungan disertai keluarga lansia
- Menginformasikan pemeriksaan
laboratorium (Asam Urat, kolesterol dan
kadar gula darah) secara gratis
- Menjemput lansia secara lansung kerumah
rumah menggunakan ambulance
- Pertemuan lintas sector dengan ketua-
ketua RT untuk memotivasi dan mendata
lansia untuk vaksinasi covid-19
2. Tujuan kegiatan - Mengedukasi masyarakat tentang covid-19
dan pentingnya vaksinasi covid-19
terutama pada lansia
- Meningkatkan pemahaman dan
antusiasme warga khususnya lansia untuk
vaksinasi covid -19
- Meningkatkan cakupan vaksinasi covid-19
- Meningkatkan herd immunity khususnya
pada lansia
- Mengurangi resiko terjadinya covid-19
dan mengurangi resiko gejala berat dan
kematian akibat infeksi covid-19
45

3. Tempat/lokasi - Puskesmas Empat Ulu


- Wilayah Sekitar Puskesmas Empat Ulu
4. Sasaran - Seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas
Empat Ulu
- Masyarakat diwilayah kerja Puskesmas
Empat Ulu terutama yang memiliki
keluarga lansia dirumahnya.
5. Target - Meningkatnya pemahaman masyarakat
tentang penyakit covid-19
- Meningkatkan pemahaman mansyarakat
lansia tentang pentingnya vasinasi covid-
19
- Meningkatnya antusiasme masyarakat
lansia untuk vaksinasi covid-19
- Tercapainya cakupan lansia yang
divaksinasi covid-19 di wilayah kerja
Puskesmas Empat Ulu
- Tercapainya herd imunnity di lingkungan
wilayah kerja Puskesmas Empat Ulu
7. Metode - Penyuluhan: secara langsung
menggunakan poster dan leaflet. Live di
media social (Facebook dan Instagram)
milik Puskesmas
8. Indikator - Indikator keberhasilan jika pelaksanaan
kegiatan mencapai target yang ditentukan
- Pemahaman warga wilayah kerja wilayah
Puskesmas Empat Ulu mengenai covid-19
meningkat
- Peningkatan jumlah lansia yang bersedia
divaksinasi covid-19
9. Metode evaluasi Monitoring dari 1 hari sampai 1 minggu
setelah dilakukan penyuluhan secara langsung
baik melalui leaflet dan poster ataupun media
46

social.

Evaluasi dilakukan 1 minggu setelah


dilakukan penyuluhan.

10. Penanggung jawab Pelaksana kegiatan

11. Anggaran Rp. 0

BAB VIII
47

DOKUMENTASI KEGIATAN

Pelaksanaan bimbingan minpro dengan pendamping

Pelaksanaan bimbingan dengan ketua tim vaksin covid-19 Puskesmas 4 Ulu


48

Poster pentinganya vaksinansi covid-19

Leaflet vaksin covid-19 untuk lansia


49

Promosi Kesehatan tentang vaksinansi covid-19 pada lansia melalui media sosisal

Live di media social instagram bersama ketua tim vaksinasi covid-19


50

Penyuluhan dan penjemputan lansia untuk vaksinasi covid-19

Penyuluhan secara langsung dan vaksinansi lansia di Baba Ong Boen Tjit

Penyuluhan secara langsung kerumah lansia


51

Screening vaksinansi massal covid-19 di Sekolah Kusuma Bangsa

Screening Vaksinasi Covid-19 di Pasar 3-4 Ulu

Vaksinasi massal di Sekolah Kusuma Bangsa


52

Pelaksanaan vaskin massal di My School

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Vaksinansi di Puskesmas 4 Ulu


53

DAFTAR PUSTAKA

1. Sun, P. et al. (2020) ‘Understanding of COVID-19 based on current evidence’,


Journal of Medical Virology, pp. 0–1.
2. Peeri, N. C. et al. (2020) ‘The SARS, MERS and novel coronavirus (COVID19)
epidemics, the newest and biggest global health threats: what lessons have we
learned?’, International Journal of Epidemiology, pp. 1–10.
3. Sohrabi, C. et al. (2020) ‘World Health Organization declares global emergency:
A review of the 2019 novel coronavirus (COVID- 19)’, International Journal of
Surgery. Elsevier, 76(February), pp. 71– 76.
4. Prompetchara, E., Ketloy, C. and Palaga, T. (2020) ‘Immune responses in
COVID19 and potential vaccines: Lessons learned from SARS and MERS
epidemic’, Asian Pacific journal of allergy and immunology, 38(1), pp. 1–9.
5. Adityo Susilo, C. Martin Rumende dkk (2020) Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019: Review of Current
Literatures, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia - RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Diakses dari
https://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/2469/mod_resource/content/3/415
-1924-1-PB.pdf.pdf
6. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A, Firdaus I,
Santoso A, Juzar DA, Arif SK, Wulung NGHL, Damayanti T, Wiyono WH,
Prasenohadi, Afiatin, Wahyudi ER, Tarigan THE, Hidayat R, Muchtar F, Tim
COVID-10 IDAI (2020) Protokol Tatalaksana Covid-19.2020; PDPI, PERKI,
PAPD, PERDATIN, IDAI; diakses dari
http://www.inaheart.org/perki/upload/files/Protokol%20Tatalaksana
%20COVID-19%205OP%20FINAhL(4).pdf
7. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients
infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet
(2020)395(10223):497-506.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7159299/
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info Infeksi Emerging Kementerian
Kesehatan RI [Internet]. (2020). Diakses dari:
https://infeksiemerging.kemkes.go.id
54

9. Pedoman pencegahan dan pengendalian corona virus (2019) Kemenkes RI


Desember2020diaksesdari : https://www.papdi.or.id/pdfs/848/Pedoman
%20Pencegahan%20dan
%20Pengendalian%20COVID-19%20dari%20KEMENKES.pdf
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku ajar imunisasi.
(2014) Diunduh darihttp://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015- small.pdf
11. The important date at vaccines history (2020)
http://www.immunize.org/important-date-atvaccines-history
12. Definisi vaksin http://infoimunisasi.com/vaksin/definisi-vaksin/ diakses pada
tanggal 22 Oktober 2014.
13. Bhattacharya, M. et al. (2020) ‘Development of epitope-based peptide vaccine
against novel coronavirus 2019 (SARS-COV-2): Immunoinformatics approach’,
Journal of Medical Virology, 2019, pp. 0–2.
14. Chen, W. H. et al. (2020) ‘The SARSCoV-2 Vaccine Pipeline: an Overview’,
Current Tropical Medicine Reports. Current Tropical Medicine Reports, pp. 1– 4.
15. Nicole Lurie, M.D, et all (2020) ‘New engla nd journal’, Developing Covid-19
Vaccines at Pandemic Speed, 1, pp. 1–5
16. Zhang, J. et al. (2020) ‘Progress and Prospects on Vaccine Development against
SARS-CoV-2’, Vaccines 2020, Vol. 8, Page 153, 8(2), p. 153.
17. Shang, W. et al. (2020) ‘The outbreak of SARS-CoV-2 pneumonia calls for viral
vaccines’, npj Vaccines. Springer US, 5(1), pp. 2–4.
18. Bhattacharya, M. et al. (2020) ‘Development of epitope-based peptide vaccine
against novel coronavirus 2019 (SARS-COV-2): Immunoinformatics approach’,
Journal of Medical Virology, 2019, pp. 0–2.
19. Chen, W. H. et al. (2020) ‘The SARSCoV-2 Vaccine Pipeline: an Overview’,
Current Tropical Medicine Reports. Current Tropical Medicine Repor
55

Anda mungkin juga menyukai