Anda di halaman 1dari 29

VAKSIN COVID-19 DITINJAU DARI PERSPEKTIF MEDIS

DAN KEISLAMAN-KEMUHAMMADIYAHAN

HALAMAN DEPAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Baitul Insan Kamil

Pembimbing :
dr. Rochmadina Suci B, M.Sc

Disusun oleh :

Deaz Cressendo J510215033


Novendra Maya Melinda J510215056
Mira Fitria Rahmawati J510215057
Ayu Rizki Cahyati J510215064
Aulia Hanif J510215075
Almanda Maulita Izhari J510215076
Nurul Hudaa Mulya RMH J510215077
Vandu Dwi Cahyo J510215104
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II ILUSTRASI KASUS.........................................................................................3
A. Ilustrasi Kasus di Dalam Negeri.............................................................................3
B. Vaksin Covid-19 di Indonesia................................................................................4
C. Ilustrasi Kasus di Luar Negeri................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN DARI PERSPEKTIF MEDIS.........................................10
A. Definisi Vaksin.....................................................................................................10
B. Respon Imun pada Vaksinasi...............................................................................10
C. Jenis Vaksin Menurut Cara Pembuatannya..........................................................11
D. Baham-Bahan Dalam Vaksin...............................................................................12
E. Jenis Vaksin Covid-19..........................................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN DARI PERSPEKTIF KEISLAMAN DAN
KEMUHAMMADIYAHAN.........................................................................................15
BAB V PENUTUP........................................................................................................22
A. Kesimpulan...........................................................................................................22
B. Saran.....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada akhir tahun 2019 terjadi sebuah pandemi yang berasal dari kota
Wuhan, Cina. Pandemi tersebut kita kenal dengan Covid-19. Covid-19
disebabkan oleh SARS CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2). Dibandingkan dengan SARS pada tahun 2003 dan MERS pada
tahun 2012, penyebaran pandemic Covid-19 jauh lebih cepat (Sari, 2020).
Pengembangan vaksin yang efektif dan aman untuk mengendalikan
pandemi ini sangatlah penting karena diharapkan dapat menghambat penyebaran
dan mencegah terulang kembali di masa depan. Selain itu, karena virus ini
menyebar dengan cepat, maka diperlukan vaksin yang dapat diproduksi dalam
waktu cukup singkat karena biasanya pembuatan vaksin butuh waktu bertahun-
tahun (Sari, 2020).
Perkembangan vaksin hingga dapat memastikan apakah vaksin tersebut
aman dan berkerja dengan baik melalui beberapa fase. Pertama, Fase pra-klinis
(pre-clinical studies) yang diujikan pada hewan seperti tikus atau monyet untuk
melihat respon kekebalan tubuh penerima. Setelah itu fase pertama (Phase I
clinical trial), vaksin diberikan kepada sejumlah pasien untuk menguji ketepatan
dosis, keamanan, dan memastikan rangsang terhadap system imun tubuh. Fase
kedua (Phase II clinical trial), vaksin yang lolos uji fase pertama diujikan ke
ratusan orang yang dikelompokkan berdasarkan usia dan kesehatan fisik. Uji
coba tersebut diuji kemampuan dan keamanan vaksin dalam merangsang
kekebalan tubuh pada masing-masing usia. Fase ketiga (Phase III clinical trial),
vaksin diuji kembali ke ribuan orang dan dilihat seberapa banyak yang terinfeksi
dibandingkan dengan sukarelawan kelompok placebo. Terakhir Fase keempat
(Phase IV post marketing surveillance), penelitian untuk monitor efek samping
dan efek jangka panjng pada populasi yang di vaksin setelah vaksin disetujui dan
telah mendapat lisensi (Syamaidzar, 2020).
Beberapa waktu belakangan ini, banyak seruan antivaksinasi yang
memiliki motif isu agama. Masyarakat awam mudah mengikuti seruan tersebut

1
2

karena sensitifnya isu halal dan haram pada vaksin. Hal ini diakhiri dengan
ajakan agar masyarakat kembali menggunakan obat ala nabi (tibbun-nabawy)
dan melarang penggunaan vaksin dan obat kimia yang merupakan buatan
manusia, Umat dihimbau kembali agar menggunakan zat alami seperti herbal
(Nasution, 2018).
Masalah penggunaan enzim babi dalam proses pembuatan vaksin
menjadi salah satu masalah yang sering dipermasalahkan mengenai kehalalan
vaksin. Adapun sebagian kelompok mengatakan vaksinasi dilarang dalam Islam
karena menggunakan kuman yang disuntikkan masuk ke dalam tubuh, sehingga
memiliki potensi membahayakan tubuh (Nasution, 2018).
B. Rumusan Masalah
Untuk lebih mempermudahkan alur pembahasan, maka pokok
permasalahan yang akan penyusun bahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pandangan vaksinasi Covid-19 menurut medis?
2. Bagaimana pandangan vaksinasi Covid-19 menurut keislaman dan
kemuhammadiyahan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas maka tujuan
pembahasan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menjelaskan mengenai vaksinasi Covid-19 menurut medis
2. Untuk menjelaskan mengenai vaksinasi Covid-19 menurut keislaman dan
kemuhammadiyahan
BAB II
ILUSTRASI KASUS

A. Ilustrasi Kasus di Dalam Negeri


Di awal kemunculan pandemi virus Corona COVID-19, berbagai pihak
berlomba-lomba mengembangkan vaksin yang bisa menangkalnya. Kini
diketahui telah ada beberapa jenis vaksin COVID-19 yang dianggap 'sukses' lalu
dipakai oleh negara-negara untuk memulai program vaksinasi (Kemenkes,
2020).
Indonesia sendiri sudah menjalankan program vaksinasi COVID-19
gratis sejak 13 Januari lalu. Kala itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat
suntikan yg pertama vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac.
Program yang bertujuan membentuk kekebalan kelompok (herd
immunity) terhadap virus corona itu, membutuhkan setidaknya 426 juta dosis
vaksin. Pada tahap awal, vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin corona
buatan Sinovac Life Science, perusahaan farmasi berasal dari Cina. Vaksin
Sinovac telah mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Huang, et al., 2020)
Hingga 15 Januari 2021, baru vaksin Sinovac yang sudah tersedia di
Indonesia. Sinovac mengirim 3 juta dosis vaksin jadi pada awal serta akhir
Desember 2020. Kemudian, bahan baku setera 15 juta dosis vaksin juga sudah
dikirim Sinovac untuk diproduksi oleh PT Bio Farma. Selain buatan Sinovac,
ada beberapa jenis vaksin corona lainnya yang menurut rencana akan dipakai
dalam program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/9860/2020
menetapkan vaksin yang akan segera dipakai dalam program vaksinasi nasional
ialah: vaksin corona buatan PT Bio Farma; vaksin corona buatan Sinovac;
vaksin corona yg buatan AstraZeneca; vaksin corona buatan Sinopharm; vaksin
Moderna; dan vaksin corona buatan Pfizer-Biontech. Kelimanya yaitu Vaksin
Sinovac, Vaksin AstraZeneca, Vaksin Pfizer, Vaksin Novavax, dan vaksin dari
Covax/Gavi (Kemenkes, 2020)

3
4

Suplai vaksin darii Covax/Gavi setidaknya menjanjikan 3 jenis. pada 7


Januari 2021, Pemerintah RI telah menandatangani formulir permintaan vaksin
bagian B untuk melengkapi formulir permintaan COVAX Facility.
Penandatanganan tersebut dilakukan secara virtual sebagai bukti komitmen
Indonesia untuk bergabung dalam GAVI COVAX Facility, sebuah inisiatif
yangg didukung WHO untuk keperluan penyediaan vaksin corona (Kemenkes,
2020).
Indonesia menjadi salah satu negara AMC92 (Advance Market
Commitment) dalam COVAX Facility yang berkesempatan mendapatkan vaksin
gratis untukk memenuhi kebutuhan vaksin bagi 20% dari total populasi, sekitar
54 juta orang.
Pengiriman vaksin COVAX Facility akan dilakukan secara bertahap
yaitu 3% pada kuartal pertama tahun 2021 dan secara proporsional kepada
negara AMC92. Hingga saat ini pun, terdapat 17 portofolio kandidat vaksin
dalam COVAX Facility. Delapan di antaranya sudah memasuki tahap uji klinis
pada manusia, termasuk vaksin AstraZaneca, Moderna, dan Novavax.
B. Vaksin Covid-19 di Indonesia
Sejumlah jenis vaksin corona seperti menurut rencana Pemerintah RI
akan dipakai di program vaksinasi Covid-19 yaitu Vaksin Sinovac, Vaksin
AstraZaneca, Vaksin Moderna, Vaksin Novavax, Vaksin Pfizer, dan Vaksin
Sinopharm. Sementara itu, MUI menegaskan kembali pendapatnya yaitu
mengeluarkan fatwa kehalalan produk vaksin covid. MUI adalah lembaga
tempat bernaungnya sebagian besar ormas-ormas Islam di Indonesia. Sehingga
fatwa-fatwanya sering menjadi rujukan umat Islam Indonesia (KH., Ma’ruf
Amin dkk, 2011). Maka diperoleh hasil seperti berikut:
1. Ketentuan Umum:
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan Vaksin Covid-19 yaitu
vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China
& PT. Bio Farma (Persero) dengan nama produk yang didaftarkan sebanyak
tiga nama, yaitu:
a. CoronaVac
b. Vaksin Covid-19
c. Vac2Bio (MUI,2020).
5

2. Ketentuan Hukum
a. Vaksin Covid-19 produksi Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China dan PT.
Bio Farma (Persero) hukumnya suci dan halal.
b. Vaksin Covid-19 produksi Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China dan PT.
Bio Farma (Persero) sebagaimana angka 1 boleh digunakan untuk umat
Islam sepanjang terjamin keamanannya menurut ahli yang kredibel dan
kompeten. Vaksin Covid-19 yang sudah masuk Indonesia adalah Sinovac
(MUI, 2020).
1) Sinovac (CoronaVac)
CoronaVac adalah nama untuk vaksin COVID-19 yang
dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Adalah
vaksin pertama yang berhasil didapatkan oleh pemerintah Indonesia
serta dipakai untuk memulai program vaksinasi.
Vaksin dibuat dengan teknologi inactivated virus alias
memanfaatkan virus yang sudah dilemahkan. Corporate Secretary PT
Bio Farma pernah memprediksi harga vaksin Corona Sinovac sekitar
Rp 200.000 per dosisnya.
Dokumen persetujuan Emergency Use Authorization
(EUA)/izin penggunaan pada kondisi darurat yang diterbitkan BPOM
RI, menyatakan vaksin Sinovac bisa digunakan buat orang usia 18-59
tahun. Sejauh ini, selain Indonesia, sejumlah negara lain yang sudah
memesan vaksin ini di antaranya: Brasil, Turki, Singapura, Filipina,
Ukraina, Thailand, dan Cile.
CoronaVac dikembangkan dengan menggunakan platform
inactivated viruses, atau virus yang sudah dilemahkan. Jadi, vaksin
Sinovac bekerja dengan cara menggunakan partikel virus yang
dimatikan untuk mengekspos sistem kekebalan tubuh terhadap virus
tanpa risiko respons penyakit serius. Uji klinis tahap 3 vaksin
Sinovac sudah dilakukan di Brasil, Turki, serta Indonesia.
BPOM juga mempertimbangkan hasil uji klinik di Turki yang
menyimpulkan vaksin Sinovac punya efikasi 91,25 persen.
Sedangkan hasil uji klinik fase 3 di Brasil menunjukkan efikasi
6

vaksin Sinovac sebesar 78 persen. Ini berarti efikasi vaksin ini jauh
di atas batas minimal menurut ketentuan Badan Kesehatan Dunia
(WHO), yakni 50 persen.
Namun, laporan terbaru dari Brasil, memperbarui keterangan
mengenai efikasi vaksin Sinovac, menjadi 50,4 persen. Peneliti di
Butantan Institute (lembaga riset negara di Brasil yang terlibat dalam
proses pengujian CoronaVac) menyebut bahwa efikasi 78 persen
belum memasukkan data dari relawan dengan kasus gejala ringan yg
tak butuh perawatan.
Namun, mereka menegaskan, vaksin Sinovac memiliki
tingkat efektivitas 78 persen untuk mencegah kasus Covid-19 dengan
gejala ringan yg memerlukan perawatan, dan sepenuhnya efektif
mencegah kasus sedang hingga berat.
C. Ilustrasi Kasus di Luar Negeri
Sejumlah negara di dunia telah memulai program vaksinasi virus corona
untuk mendapatkan kekebalan kelompok (herd immunity) dari Covid-19.
Vaksinasi dilakukan untuk menghentikan pandemi virus corona yang telah
menyebar hampir setahun ini. Sejauh ini, virus corona penyebab Covid-19 telah
menginfeksi 81,1 juta orang di seluruh dunia, dengan 1,77 juta orang meninggal
dunia dan 57,29 juta orang telah sembuh. Awal bulan ini, Inggris menjadi negara
pertama di dunia yang mulai melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warganya,
yg telah diuji coba sepenuhnya (WHO, 2020).
Langkah yang diambil Inggris tersebut, diikuti beberapa negara lain.
Berikut daftar negara yang telah menyetujui dan melakukan vaksinasi.
1. Inggris
Pada 8 Desember 2020, Margaret Keenan, seorang nenek
berkebangsaan Inggris berusia 90 tahun menjadi orang pertama di dunia
yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19 di luar uji coba. Tak lama
setelah program vaksinasi diluncurkan, Inggris telah memberlakukan
tindakan penguncian yang ketat setelah jenis virus corona baru dan lebih
menular ditemukan (WHO, 2020).
2. Uni Emirat Arab
7

Suntikan pertama vaksin virus corona diberikan di Ibu Kota UEA,


Abu Dhabi pada 14 Desember 2020. Salah satu negara penghasil minyak
terbesar di dunia ini menyetujui penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech dan
vaksin Sinopharm buatan dari China untuk digunakan secara massal (WHO,
2020).
3. Amerika Serikat (AS)
Amerika Serikat juga mulai memberikan vaksin Pfizer pada 14
Desember 2020, dengan perawat di New York City Sandra Lindsay menjadi
orang Amerika pertama yg menerima suntikan vaksin. Vaksin Covid-19
yang dikembangkan Pfizer-BioNTech telah diberikan kepada lebih dari satu
juta orang, sejak program dimulai. Lebih lanjut, otoritas AS telah menyetujui
penggunaan vaksin kedua yang dikembangkan Moderna (WHO, 2020).
4. Kanada
Pasien Covid-19 yang pertama diinokulasi di Kanada merupakan
seorang wanita berusia 89 tahun dari Quebec yang menerima suntikan vaksin
Pfizer pada 14 Desember 2020. Negara ini juga sudah menyetujui vaksin
Moderna untuk digunakan dalam program imunisasi masal. Pengiriman
pertama suntikan vaksin Moderna tiba pada Kamis (31/12/2020) (WHO,
2020).
5. Arab Saudi
Arab Saudi memulai kampanye penyuntikan masal dengan vaksin
Pfizer-BioNTech pada 17 Desember 2020. Arab Saudi menjadi negara di
Jaziran Arab yang paling parah yg terkena dampak pandemi dengan lebih
dari 360.000 kasus positif dan 6.148 kematian (WHO, 2020).
6. Israel
Pada 19 Desember 2020, vaksinasi nasional di Israel diluncurkan,
dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjadi yang pertama
menerima suntikan vaksin Covid-19. Netanyahu (71) disuntik dengan vaksin
Pfizer-BioNTech, secara langsung disiarkan melalui saluran televisi di Sheba
Medical Center di Ramat Gan, dekat Tel Aviv (WHO, 2020).
7. Qatar
8

Qatar meluncurkan kampanye vaksinasi virus corona secara gratis


setelah gelombang pertama vaksin Pfizer-BioNTech tiba di negara Teluk
pada 22 Desember 2020. Vaksin diberikan dalam dua dosis, dengan jarak 3
minggu, di tujuh pusat kesehatan utama di seluruh negeri. Negara ini juga
telah menandatangani kesepakatan untuk memperoleh vaksin Moderna dan
Oxford-AstraZeneca (WHO, 2020).
8. Meksiko
Meksiko memulai program vaksinasi masal pada 24 Desember 2020.
Peluncuran disiarkan di televisi, dilakukan sehari setelah 3.000 dosis
pertama vaksin Pfizer-BioNTech tiba dari Belgia. Meksiko menjadi salah
satu negara yg mengalami kasus kematian Covid-19 tertinggi di dunia
(WHO, 2020).
9. Serbia
Negara Balkan memulai peluncuran vaksinasi pada 24 Desember
2020. Perdana Menteri Ana Brnabic menjadi orang pertama yg menerima
vaksinasi Pfizer (WHO, 2020).
10. Kuwait
Kuwait telah memulai kampanya vaksinasi Covid-19 pada 24
Desember 2020. Negara ini menerima 150.000 dosis vaksin pertama yg
dikembangkan oleh perusahaan farmasi raksasa AS Pfizer dan mitranya dari
Jerman, BioNTech (WHO, 2020).
11. Chili
Pada 24 Desember 2020, Chili menjadi negara Amerika Latin kedua
setelah Meksiko yg memulai program inokulasi. Suntikan pertama diberikan
kepada perawat Zulema Riquelme (42) (WHO, 2020).
12. Rusia
Pemerintah Rusia mengklaim telah menginokulasi warganya sejak
September lalu, dengan vaksin Sputnik V. Pada 13 Agustus 2020, Presiden
Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia telah menjadi negara pertama
yang memberikan persetujuan untuk vaksin Covid-19. Namun, persetujuan
penggunaan diberikan tanpa negara ini menyelesaikan uji coba fase ketiga,
9

yang menimbulkan pertanyaan oleh para ilmuwan dan Organisasi Kesehatan


Dunia (WHO) (WHO, 2020).
13. Swiss
Swiss memulai peluncuran vaksin virus corona pada 23 Desember
2020. Orang di panti jompo berusia 90-an tahun menerima suntikan pertama,
4 hari setelah vaksin Pfizer-BioNTech disahkan (WHO, 2020).
14. Kosta Rika
Negara ini menerima pengiriman pertama dosis vaksin Pfizer-
BioNTech pada Rabu (31/12/2020). Kosta Rika yg memberikan suntikan
pertama pada 24 Desember 2020 kepada seorang penghuni di panti jompo
berusia 91 tahun, Elizabeth Castillo (WHO, 2020).
15. Hongaria
Hongaria memulai vaksinasi kepada petugas kesehatan dengan
vaksin Pfizer-BioNTech pada 26 Desember 2020. Negara ini menerima
pengiriman pertama vaksin virus corona yg akan cukup untuk menginokulasi
4.875 orang (WHO, 2020).
16. Jerman
Vaksinasi dimulai di negara bagian Saxony-Anhalt Jerman pada 26
Desember 2020. Orang yang pertama kali divaksinasi merupakan warga di
Kota Halberstadt, Edith Kwoizalla berusia 101 tahun (WHO, 2020).
17. Perancis
Vaksin pertama di Perancis diberikan kepada seorang wanita dan
seorang dokter, masing-masing yg berusia 78 tahun. Pemberian vaksinasi di
Rumah Sakit Rene-Muret, dekat Ibu Kota Paris pada 26 Desember 2020
(WHO, 2020).
18. Slovakia
Negara ini memulai vaksinasi penduduknya pada 26 Desember 2020.
Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan vaksin yg dikembangkan Pfizer-
BioNTech (WHO, 2020).
19. Italia
Vaksinasi pertama terhadap penyakit virus korona di Italia dilakukan
pada 27 Desember, dengan perawat Claudia Alivernini menjadi orang
10

pertama di Italia yg menerima vaksin tersebut. Inokulasi diberikan dengan


empat orang lainnya di rumah sakit Spallanzani di Roma (WHO, 2020).
20. Spanyol
Seorang pria berusia 96 tahun, Araceli Rosario Hidalgo Sanchez,
yang tinggal di panti jompo di Guadalajara, Spanyol tengah menjadi orang
pertamaa di negara itu yang divaksinasi Covid-19 pada 27 Desember 2020
(WHO, 2020).
BAB III
PEMBAHASAN DARI PERSPEKTIF MEDIS

A. Definisi Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih
hidup tapi dilemahkan baik masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah dan
apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
terhadap penyakit infeksi tertentu (Kemenkes RI, 2015).
B. Respon Imun pada Vaksinasi
Imunitas manusia terdiri dari dua tipe yaitu imunitas pasif dan aktif.
Imunitas pasif terbentuk lewat pemberian antibodi dalam bentuk imunoglobulin,
baik spesifik maupun non spesifik. Imunoglobulin diberikan dalam jumlah besar
dengan tujuan supaya mencegah dan menghilangkan efek dari infeksi atau toksin
penyebab. Imunitas aktif dapat timbul melalui pemaparan antigen dari suatu
patogen terhadap sistem imunitas penjamu, sehingga terbentuk suatu antibodi.
Pada vaksinasi, dilakukan tindakan dengan sengaja yaitu memberikan paparan
suatu antigen yang berasal dari mikroorganisme. Antigen mengalami
penyesuaian sehingga tidak menimbulkan sakit dan memiliki fungsi untuk
memproduksi antibodi, limfosit yang peka, serta sel memori yang dapat
memberi kekebalan. Respon imun yang ditimbulkan dapat dibagi menjadi
respon humoral dan respon seluler.
1. Respon humoral
Limfosit B mempunyai peran dalam sistem imun spesifik humoral.
Reseptor imunoglobulin pada limfosit B berfungsi untuk mengenal antigen.
Setelah antigen mengalami endositosis ke dalam sel dan berinteraksi dengan
limfosit T maka terjadi aktivasi aktivasi sel B yang berdiferensiasi menjadi
sel plasma yang memproduksi antibodi (IgA, IgG, IgE) dan akan
berhubungan dengan reseptor pada permukaan sel.
2. Respon Seluler
Respon seluler dilakukan oleh limfosit T yang berfungsi sebagai sel
antara dan diaktifkan melalui pelepasan sitokin. Sel T mempunyai 2
kelompok molekul besar yaitu CD4+ dan CD8+. Sel CD4+ mempunyai peran

11
12

membantu sel B membentuk antibodi sehingga disebut sel T helper (Th),


sedangkan sel CD8+ berfungsi sebagai pengenal dan menghancurkan sel
yang terinfeksi.
Vaksin berperan dalam menginduksi memori imunologis pada sel T, sel
B dan APC. Salah satu hal yang penting pada memori sel T adalah antigen yang
diperlukan saat menstimulasi respon imun kedua dan seterusnya lebih sedikit
dibandingkan kebutuhan antigen untuk merangsang respon awal (Koesnoe &
Djauzi, 2014).
C. Jenis Vaksin Menurut Cara Pembuatannya
Jenis vaksin yang digunakan untuk imunisasi terdiri dari berbagai
bentuk, yaitu:
1. Vaksin yang dilemahkan (live attenuated vaccine)
Viabilitas dan daya infeksi kuman atau virus dilemahkan tetapi masih
mampu menumbuhkan respon imun. Proses melemahkan antigen dilakukan
dengan pembiakan sel, pertumbuhan jaringan embrionik dalam suhu rendah
atau pengurangan gen patogen secara selektif. Contoh vaksin yang
dilemahkan adalah vaksin MMR (Lestari & Ravenial, 2020).
2. Vaksin yang telah dimatikan (inactivated vaccine)
Berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan melalui proses
pemanasan atau penambahan bahan kimiawi (formalin, aseton, timerosal,
fenol). Respon imun yang timbul lebih lemah daripada vaksin hidup sehingga
biasanya memerlukan imunisasi ulang. Contoh vaksin ini adalah kolera dan
pertusis. Jenis vaksin ini dapat juga dibagi menjadi:
a. Vaksin subunit : vaksin berasal dari bagian organisme misalnya komponen
kapsul bakteri. Keuntungan vaksin ini telah aman diberikan pada anak serta
terhindar dari vaksin yang purulen.
b. Vaksin toksoid : vaksin ini dibuat dari bahan toksin bakteri tidak toksik
namun dapat merangsang pembuatan antibodi. Contohnya: tetanus dan difteri
c. Vaksin konjugat : vaksin ini berasal dari polisakarida murni. Untuk
meningkatkan imunogenisitas, polisakarida dikonjugasikan dengan protein
pembawa sehingga dapat meningkatkan respon imun (Lestari & Ravenial,
2020).
3. Vaksin Rekombinan
13

Susunan vaksin ini memerlukan epitop organisme yang patogen.


Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan gen epitop
bagi sel penerima vaksin. Prinsip vaksin ini adalah dengan penyisipan satu
atau lebih gen yang mengkode determinan imunitas yang penting pada
mikroorganisme. Vektor yang biasa digunakan adalah virus (poxvirus
vaccinia, adenovirus) dan bakteri (salmonella). Contoh vaksin rekombinan
adalah vaksin hepatitis B (Lestari & Ravenial, 2020).
4. Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dibuat berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung
kode antigen yang patogen dan masih dalam perkembangan penelitian.
Vaksin DNA terdiri atas plasmid bakteri mengandung DNA yang menyandi
protein antigen sehingga dapat memacu baik imunitas humoral maupun
seluler (Lestari & Ravenial, 2020).
5. Vaksin RNA
Vaksin berbasis RNA merupakan salah satu teknologi vaksin
berbasis asam nukleat yang dikembangkan untuk vaksin covid-19. Vaksin
berbasis RNA menggunakan mRNA yang setelah memasukinsel tubuh akan
diterjemahkan ke molekul antigenik yang bisa merangsang sistem kekebalan
tubuh (Sari & Widodo, 2020).
D. Baham-Bahan Dalam Vaksin
Vaksin mengandung fragmen-fragmen kecil atau cetak biru fragmen dari
organisme penyebab penyakit. Vaksin juga mengandung bahan-bahan lain yang
menjaga efektivitas dan keamanan dan efektivitas vaksin. Setiap komponen
vaksin mempunyai tujuan tertentu, dan tes keamanan dijalankan atas semua
bahan.
1. Antigen
Semua vaksin mengandung komponen aktif yang menghasilkan
respons imun, atau cetak biru untuk membuat komponen aktif tersebut.
Antigen dapat berupa keseluruhan organisme yang dilemahkan atau
dimatikan; atau sebagian kecil dari organisme penyebab penyakit seperti
protein dan gula.
2. Pengawet
14

Pengawet berfungsi mencegah vaksin terkontaminasi bakteri atau


jamur setelah ampulnya dibuka, jika akan digunakan untuk memvaksinasi
lebih dari satu orang (kemasan multidosis). Beberapa vaksin tidak memiliki
kandungan pengawet karena disimpan dalam ampul dosis tunggal dan
dibuang setelah vaksin diberikan. Beberapa jenis pengawet yang sering
digunakan adalah formaldehid, 2-fenoksietanol, dan thiomersal.
3. Stabilisator
Stabilisator berfungsi mencegah terjadinya reaksi kimia di dalam
vaksin dan menjaga stabilitas vaksin saat disimpan. Faktor yang dapat
mempengaruhi stabilitas vaksin antara lain pH dan suhu. Stabilisator dapat
berupa gula (laktosa, sukrosa) dan asam amino (gelatin).
4. Adjuvan
Adjuvan ditambahkan dalam vaksin untuk merangsang pembentukan
antibodi lebih efektif, terkadang dengan cara mempertahankan vaksin agar
dapat berada di lokasi suntikan untuk waktu yang sedikit lebih lama atau
dengan cara menstimulasi sel imun lokal. Adjuvan dapat berupa garam
aluminium (seperti aluminium hidroksida, aluminium fosfat, atau kalium
aluminium sulfat) dalam jumlah sangat kecil (WHO, 2020).
E. Jenis Vaksin Covid-19
1. Sinovac
Vaksin Sinovac berasal dari China dan merupakan vaksin berjenis
inactivated vaccine atau virus mati. Uji coba Sinovac telah membuahkan
hasil yang berbeda di berbagai negara. Penelitian di Turki mengatakan
vaksin Sinovac mempunyai efektifitas 91,25%, sementara di Indonesia
efektivitas vaksin sebesar 65,3%. Keduanya merupakan hasil sementara dari
uji coba tahap akhir. Salah satu keunggulan Sinovac adalah dapat disimpan
pada suhu 2-8℃, dimana vaksin Moderna perlu disimpan pada suhu -20℃
dan vaksin Pfizer pada suhu -70℃ (BBC, 2021).
2. Pfizer/Biontech
Vaksin Pfizer merupakan vaksin RNA (mRNA) hasil kerja sama
perusahaan farmasi AS dan perusahaan bioteknologi Jerman. Hasil uji klinis
tahap 3 melaporkan bahwa vaksin Pfizer memiliki efektivitas sebesar 52%
setelah dosis pertama dan 95% setelah dosis kedua (BMJ, 2020).
15

3. Moderna
Vaksin Moderna telah terbukti memiliki efektivitas sebesar 92%
dimulai pada hari ke 14 setelah vaksin dosis pertama. Sama seperti vaksin
Pfizer, vaksin Moderna juga menggunakan teknologi mRNA dalam
pembuatannya. Vaksin ini dapat bertahan hingga 6 bulan penyimpanan
dengan suhu -20℃ (WHO, 2021).
4. AstraZeneca
Vaksin ini dikembangkan oleh Universitas Oxford dengan
menggunakan metode viral vector. Penelitain menunjukkan vaksin ini efektif
dengan tingkat efikasi 62-90%. Vaksin AstraZeneca dapat disimpan dalam
lemari es biasa (4℃) sehingga lebih mudah didistribusikan (BBC, 2021).
BAB IV
PEMBAHASAN DARI PERSPEKTIF KEISLAMAN DAN
KEMUHAMMADIYAHAN

A. Vaksinasi Covid-19 dalam Prespektif Keislaman


1. Firman Allah SWT, antara lain :

”Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,


daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Akan tetapi, barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampui batas, maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha
Penyayang”. (QS. Al-Baqarah [2]: 173).

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging


hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu
memakan hewan) yang disembelih untuk berhala…” (QS. Al-Maidah [5]:
3).

16
17

“Katakanlah Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan


kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, darah yang mengalir, atau daging babi,
karena susungguhnya semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas
nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” (QS. Al-An’am [6]: 145).
2. Hadist – hadist Nabi SAW, antara lain :

“Berobatlah, karena Allah tidak membuat penyakit kecuali membuat pula


obatnya selain satu penyakit, yaitu pikun (tua)”. (HR. Abu Daud dari
Usamah bin Syarik).”

“Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat bagi
setiap penyakit; maka, berobatlah dan janganlah berobat dengan benda
yang haram.” (HR. Abu Daud dari Abu Darda).”

“Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan (pula)


obatnya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).
3. Kaidah – kaidah fikih, antara lain :

“Kemudaratan harus dihilangkan”.


18

"Mencegah lebih utama dari pada menghilangkan"

"Memikul/menanggung kemadharatan yang tertentu demi mencegah


(timbulnya) kemadharatan yang merata"
4. Pendapat para Ulama, antara lain :
Pendapat Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Tuhfatu al-
Muhtaj juz 1 halaman 290 yang menyebutkan kenajisan babi dan larangan
pemanfaatannya dalam kondisi normal, sebagai berikut:

“.... Dan (barang najis berikutnya adalah) babi, karena kondisinya lebih
buruk dari anjing. Hal ini karena tidak diperbolehkan memanfaatkan babi
dalam kondisi normal (halat al-ikhtiyar) seketika itu meski dapat
dimanfaatkan, maka tidak datang seperti halnya serangga. Juga karena
dianjurkan untuk membunuhnya meski tidak membahayakan.”

Pendapat Imam al-Nawawi dalam kitab Raudlatu al-Thalibin wa


Umdatu al-Muftiin (1/37) yang menjelaskan bahwa sesuatu yang tidak
diyakini kenajisan dan atau kesuciannya, maka ditetapkan hukum kesucian
sesuai hukum asalnya:
19

“Sesuatu yang tidak diyakini kenajisan dan kesuciannya, dan pada umumnya
hal seperti itu adalah najis (terkena najis), maka status hukumnya ada dua
pendapat; hal ini disebabkan terjadi ta’arudh (pertentangan) antara status
hukum asal (suci) dengan status hukum yang zahir (umumnya terkena najis).
Pendapat yang lebih kuat (azhar) adalah (pendapat yang menyatakan bahwa
sesuatu tersebut adalah) suci karena mengamalkan (memberlakukan) status
hukum asal. Yang termasuk seperti masalah ini adalah adalah pakaian dan
perabot peminum khamar (minuman keras), pakaian jagal (juru potong hewan)
dan anak-anak yang tidak menjaga diri dari najis, lumpur jalanan yang tidak
diyakini terkena najis (dan ada kemungkinan terkena najis), kuburan yang
diragukan pernah digali, wadah milik orang kafir yang meyakini penggunaan
najis sebagai suatu ajaran agama seperti orang Majusi, serta pakaian orang
Yahudi dan Nasrani yang menekuni pembuatan khamar dan yang selalu
bersentuhan dengan babi.”

a. Laporan dan Penjelasan Hasil Audit Tim Auditor LPPOM MUI bersama
Komisi Fatwa MUI ke Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China dan ke PT.
Bio Farma (Persero) tentang proses produksi dan bahan yang merupakan
titik kritis sebagai berikut:

1) Vaksin diproduksi dengan platform virus yang dimatikan.


2) Fasilitas produksi hanya digunakan untuk produksi vaksin Covid-19.
3) Produksi vaksin mencakup tahapan penumbuhan Vero Cell (sel inang
bagi virus), penumbuhan virus, inaktifasi virus, pemurnian (purifikasi),
formulasi dan pengemasan.
4) Sel vero merupakan sel diploid yang digunakan sebagai inang virus. Sel
ini diperoleh dari sel ginjal kera Hijau Afrika (African Green Monkey)
dari hasil penelitian tahun 1960an dan terbukti aman untuk berfungsi
sebagai inang virus dan telah disetujui oleh WHO.
5) Media pertumbuhan Vero Cell dibuat dari bahan kimia, serum darah sapi,
dan produk mikrobial. Produk mikrobial yang digunakan berasal dari
mikroba yang ditumbuhkan pada media yang terbuat dari bahan nabati,
bahan kimia, dan bahan mineral.
20

6) Terdapat penggunaan tripsin dan beberapa enzim lainnya dalam tahap


produksi dan pemurnian. Enzim yang digunakan ini merupakan produk
mikrobial dimana mikroba ditumbuhkan pada media yang terbuat dari
bahan nabati, bahan kimia, dan bahan mineral.
7) Tidak ada penggunaan bahan turunan babi dan bahan yang berasal dari
bagian tubuh manusia pada seluruh tahapan proses produksi.
8) Dalam penyiapan media untuk produksi pada skala 1.200 liter
ditambahkan air murni sebanyak 1 076 liter. Selain itu, pada tahapan
formulasi, juga ditambahkan air murni sebanyak 930 – 940 liter per 1 000
liter hasil formulasi vaksin.
9) Kemasan primer produk yang digunakan terbuat dari kaca dan karet.
b. Pendapat peserta rapat Komisi Fatwa pada tanggal 8 Januari 2021, yang
menyimpulkan bahwa:
1) Vaksin Covid-19 produk Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China
dan PT. Bio Farma (Persero) dalam proses produksinya:
a) Tidak memanfaatkan (intifa’) babi atau bahan yang tercemar
babi dan turunannya.
b) Tidak memanfaatkan bagian anggota tubuh manusia (juz’
minal insan).
c) Bersentuhan dengan barang najis mutawassithah, sehingga
dihukumi mutanajjis, tetapi sudah dilakukan pensucian yang
telah memenuhi ketentuan pensucian secara syar’i (tathhir
syar’i).
d) Menggunakan fasilitas produksi yang suci dan hanya
digunakan untuk produk vaksin covid-19.
2) Peralatan dan pensucian dalam proses produksi vaksin di PT.
Bio Farma (Persero) dipandang telah memenuhi ketentuan
pencucian secara syar’i (tathhir syar’i).
c. Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI yang telah
memberikan persetujuan penggunaan pada masa darurat atau Emergency
Use Authorization (EUA) dan jaminan keamanan (safety), mutu
(quality), serta kemanjuran (efficacy) bagi Vaksin Covid-19 produksi
21

Sinovac Life Sciences Co.Ltd. China dan PT. Bio Farma (Persero) yang
menjadi salah satu indikator bahwa vaksin tersebut memenuhi kualifikasi
thayyib.

B. Vaksinasi Covid-19 dalam Prespektif Kemuhammadiyahan


1. Muhammadiyah mendukung Badan POM harus tetap independen dan
transparan dalam penentuan keamanan dan tes netralisasi vaksin.
2. Muhammadiyah mendukung independen MUI menjalankan perannya dalam
penentuan kehalalan vaksin, dan siap menjadi bagian dari proses tersebut.
3. Penanganan pandemic tidak semata-mata diselesaikan dengan vaksin, oleh
sebab itu pemerintah penting untuk menerapkan strategi komunikasi, edukasi
dan kampanye yang tepat terkait dengan fungsi vaksin. Pemerintah harus
memastikan proses monitoring dan evaluasi pasca vaksinasi.
4. Muhammadiyah dengan infrastruktur kesehatan yang dimiliki ikut bersama-
sama mensukseskan program vaksinasi untuk mengatasi pandemic covid-19
di Indonesia.
5. Walaupun telah dilakukan vaksinasi diharapkan kepada masyarakat untuk
tetap ketat menerapkan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci
tangan) dan 3T (testing, tracing dan treatmen)
6. Pendapat para Tokoh Muhammadiyah, antara lain:
a. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir:
“Keselamatan jiwa merupakan tujuan utama syariat Islam. Telah banyak
saudara sedunia dan sebangsa, juga orang-orang tercinta di sekitar kita
meninggal dunia terkait Covid-19. Bukankah orang Indonesia berjiwa
gotong royong? Urusan ajal memang kuasa Allah, tetapi ikhtiar
menghadapi wabah dan musibah sepenuhnya urusan manusia untuk
penyelamatan jiwa yang juga diperintahkan Allah. Mudah-mudahan hati
setiap kita, orang beriman, diluluhkan Allah dan menjadi insan-insan
yang rendah hati serta tidak takabur diri. Semoga Allah mengangkat
wabah ini atas Kuasa-Nya,”
22

b. Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Prof Syamsul


Anwar:
”Dalam mencegah dan mengurangi resiko penularan dari Covid-19 yang
dilakukan baik secara individual maupun komunal agar terwujud
kekebalan kelompok masyarakat, dan dengan adanya fatwa MUI yg telah
menyatakan bahwa vaksin Sinovac hukumnya suci dan halal. Sehingga
vaksin Sinovac boleh digunakan untuk umat islam sepanjang terjamin
keamanannya menurut ahli ahli yg kredible dan berkompeten. dan
berharap, melalui fatwa ini semakin menguatkan kesadaran masyarakat
untuk menerima dan menjalani vaksinasi sebagai salah satu bentuk
ikhtiar pencegahan dan pengurangan resiko penularan Covid-19.
Kesadaran pentingnya vaksinasi tetap harus diikuti kesadaran
menjalankan prokes secara maksimal."
c. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti:
“Berdasarkan pertimbangan kemaslahatan umum, tingkat kedaruratan
utama (martabat dlaruri) serta demi menyelamatkan kehidupan bangsa
dan melindungi masyarakat dari wabah corona, vaksinasi Covid-19 dapat
dihukumi wajib. Bila tidak segera diatasi, pandemi Covid-19 semakin
tidak terkendali, mengancam masa depan bangsa dan menimbulkan
masalah ekonomi, sosial, kesehatan, politik, dan masalah serius yang
lainnya, Apalagi Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) telah
menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 produksi Sinovac.
Sebelumnya Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat juga
telah menetapkan Vaksin Sinovac halal dan suci. Jadi tidak ada lagi
alasan kuat menolak vaksinasi.”
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
. Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih
hidup tapi dilemahkan baik masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah dan
apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
terhadap penyakit infeksi tertentu. Tindakan vaksinasi adalah proses pemberian
dan memasukkan vaksin ke dalam tubuh seseorang. Covid-19 disebabkan oleh
SARS CoV-2. Di Indonesia, vaksin Covid-19 menggunakan vaksin corona
buatan Sinovac Life Science, perusahaan farmasi asal Cina dan merupakan
vaksin berjenis inactivated vaccine atau virus mati. Penelitian di Indonesia,
vaksin Sinovac telah terbukti keunggulan dan kefektifitasannya serta telah
mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).
Di dalam hukum islam pemberian vaksin Covid-19 Bila ditinjau
berdasarkan keputusan BPOM RI yang telah memberikan persetujuan
penggunaan pada masa darurat dan jaminan keamanan, mutu, serta kemanjuran
bagi vaksin Covid-19 produksi Sinovac telah memenuhi kualifikasi thayyib.
Menurut pendapat beberapa tokoh Muhammadiyah yang mengatakan,
bahwa keselamatan jiwa merupakan tujuan utama syariat Islam. Berdasarkan
pertimbangan kemaslahatan umum, tingkat kedaruratan utama (martabat dlaruri)
serta demi menyelamatkan kehidupan bangsa dan melindungi masyarakat dari
wabah corona, vaksinasi Covid-19 dapat dihukumi wajib. Bila tidak segera
diatasi, pandemi Covid-19 semakin tidak terkendali, mengancam masa depan
bangsa dan menimbulkan masalah ekonomi, sosial, kesehatan, politik, dan
masalah serius yang lainnya, BPOM juga telah menerbitkan izin penggunaan
darurat vaksin Covid-19 produksi Sinovac. Sebelumnya Komisi Fatwa MUI
Pusat juga telah menetapkan Vaksin Sinovac halal dan suci. Jadi tidak ada lagi
alasan kuat menolak vaksinasi.

23
24

B. Saran
1. Diharapkan kepada generasi muda Islam untuk memperdalam pengetahuan
yang berkaitan dengan penerapan pemberian vaksin dalam perspektif Islam,
karena tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya, generasi muda Islam akan
kesulitan dalam mengkontekskannya dengan ajaran Islam.
2. Diharapkan kepada para civitas akademika muslim khususnya, untuk
memperkaya literatur-literatur yang bersifat kontemporer, dengan harapan
hasil dari karya-karya tersebut bisa dijadikan rujukan bagi umat Islam dalam
mengimbangi kemajuan teknologi agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai
agama.
DAFTAR PUSTAKA

BBC, 2021. BBC News Covid : What do we know about China's


Coronavirus vaccines? [Online] Available at: https://www.bbc.com/news/world-
asia-china-55212787 [Accessed 2 Februari 2021].
BBC, 2021. BBC News Covid: What is the Oxford-AstraZeneca vaccine?
[Online] Available at: https://www.bbc.com/news/health-55302595 [Accessed 3
Februari 2021].
BMJ, 2020. Covid-19: Pfizer vaccine efficacy was 52% after first dose and
95% after second dose, paper shows. [Online] Available at:
https://www.bmj.com/content/371/bmj.m4826 [Accessed 3 Februari 2021].
Centers for Disease Control and Prevention (2020). 2019 Novel
Coronavirus, Wuhan, China.
Citroner, G. Healthline (2020). China Coronavirus Outbreak: CDC Issues
Warning, Multiple Cases in U.S.
Drillinger, M. Healtline (2020). Long-Haul COVID-19 May Be a Public
Health Crisis After the Pandemic
Evans, M. Patient (2020). Wuhan Coronavirus: What You Need to Know
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. (2020). Peta Sebaran
Huang, et al. (2020). Clinical features of patients infected with 2019 novel
coronavirus in Wuhan, China. The Lancet, 6736(20), pp. 1-10.
Kemenkes RI, 2015. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta.
Koesnoe, S. & Djauzi, S., 2014. Dasar-dasar Imnunisasi. In Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Intena Publishing. pp.935-64.
Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomon
HK.02.02/4/1/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Lestari, L.D. & Ravenial, 2020. Travel Vaccine. Jurnal Human Care, 5(3),
pp.661-70.

25
26

Nasution, M. M., 2018. Vaksinasi Dalam Perspektif Islam. Forum


Paedagogik, Volume 10 (2), pp. 61-70.
Sari, I.P. & Widodo, S., 2020. Perkembangan teknologi Terkini dalam
Mempercepat Produksi Vaksin Covid-19. Majalah Farmasetika, Agustus. pp.204-
17.
Syamaidzar, 2020. Vaksin Covid-19. Researchgate, Volume 1 (1), pp. 1-14.
The Centre of Evidence-Based Medicine develops, promote, and
disseminates better evidence for healthcare CEBM. (2020) Global Covid-19 Case
Fatality Rates.
Wang, et al. (2020). A Novel Coronavirus Outbreak of Global Health
Concern. The Lancet, 6736(20), pp. 1-4.
WebMD (2020). Coronavirus
World Health Organization (2020). Coronavirus.
World Health Organization (2020). Novel Coronavirus (2019-nCoV).
WHO, 2020. Tanya Jawab : Bagaimana cara vaksin dikembangkan?
[Online] Available at: https://www.who.int/indonesia/news/novel-
coronavirus/qa/qa-vaksin-dikembangkan [Accessed 4 Februari 2021].
WHO, 2021. WHO : The Moderna COVID-19 (mRNA-1273) vaccine: what
you need to know. [Online] Available at: https://www.who.int/news-room/feature-
stories/detail/the-moderna-covid-19-mrna-1273-vaccine-what-you-need-to-know
[Accessed 2 Februari 2021].
27

Anda mungkin juga menyukai