Disusun Oleh:
dr. Aditia
dr. Alfya Nandika Ramdhani
dr. Salomo Galih Nugroho
Pembimbing:
dr. Fitri Nurkhamidah
Judul
Oleh:
dr. Aditia
dr. Alfya Nandika Ramdhani
dr. Salomo Galih Nugroho
Telah diterima sebagai salah satu tugas mengikuti kegiatan intersip di Puskesmas
Temon 1, Periode 21 Mei 2021 - 20 September 2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa atas segala nikmat,
karunia, dan rahmat yang diberikan kepada penulis dalam menempuh internsip di
Puskesmas Temon 1, Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Atas
ridho-nya pula, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan mini project
dengan judul “Evaluasi Program Vaksinasi Covid-19 Desa Kalidengen, Plumbon dan
Kaligintung di Puskesmas Temon 1 : Capaian, Permasalahan dan Saran” untuk
memenuhi salah satu syarat program internsip di Puskesmas Temon 1 Kabupaten
Kulon Progo.
Penulisan mini project ini juga tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
pengarahan banyak pihak, karena itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Adjie selaku Kepala Puskesmas Temon 1.
2. Dr. Fitri Nurkhamidah sebagai dokter pendamping Puskesmas Temon 1.
3. Rekan-rekan teman sejawat dan paramedis yang telah membantu pengerjaan mini
project.
4. Rekan – rekan dokter internsip.
5. Dan semua pihak yang membantu secara langsung dan tidak langsung dalam
pengerjaan mini project ini.
Penyusunan mini project ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk penyempurnaan mini project
ini. Semoga mini project ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
ABSTRAK
COVID-19 adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini menyebabkan
kejadian luar biasa diseluruh belahan dunia. Lebih dari 2 juta kematian disebabkan
oleh virus ini. Kasus pertama dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei China diakhir
tahun 2019 dan menyebar dengan sangat cepat kesuluruh dunia. Sehingga World
Health Organization (WHO) mengumumkan status pandemi pada tanggal 11 Maret
2020. Kondisi ini menyebabkan penutupan aktivitas masyarakat yang berkepanjangan
dan mengakibatkan kemunduruan diberbagai sektor seperti ekonomi, pariwisata, dan
kesehatan. Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari tahu mengenai virus ini, cara
penyebarannya dan pengobatannya. Semua ini dilakukan untuk mencegah penyebaran
dan menurunkan angka kematian akibat COVID-19. Berbagai cara juga dilakukan
pemerintah di dunia untuk mencegah penyebaran virus ini mulai dari menerapkan
karantina total (lockdown), mengedukasi masyarakat untuk menerapkan pola hidup
sehat, hingga vaksinasi. Vaksinasi bekerja dengan merangsang pembentukan antibodi
penetral terhadap SARS-CoV-2. Dengan terbentuknya antibodi ini diharapkan
penyebaran ,angka kesakitan dan angka kematian akibat virus ini dapat berkurang.
Seluruh pemerintahan di dunia berusaha agar seluruh masyarakat dunia dapat
tervaksinasi. Namun, hingga saat ini tercatat baru 26,9 % populasi dunia yang
setidaknya sudah satu kali divaksin dan 13,4% yang sudah tervaksinasi penuh.
Vaksinasi di Indonesia masih terus digerakkan oleh pemerintah agar seluruh rakyat
indonesia tervaksinasi. Sebanyak 6,3 % populasi rakyat Indonesia sudah tervaksinasi
penuh. Ini menunjukkan rendahnya angka populasi yang sudah tervaksinasi penuh.
Rendahnya angka vaksinasi dunia dan Indonesia ini diakibatkan rendahnya angka
produksi vaksin, tingginya permintaan akan vaksin, sulitnya distribusi vaksin ke
seluruh dunia, dan pengetahuan masyarakat yang masih rendah terhadap vaksin.
Yogyakarta menunjukkan angka capaian vaksinasi 77,9 % dari target sasaran 663.902
sudah tervaksinasi setidaknya satu kali. Ini menunjukkan capaian yang tinggi di
Yogyakarta namun masih rendah bila dibandingkan dengan populasi Yogyakarta.
Penelitian untuk mengevaluasi capaian vaksinasi dan kesulitannya di Puskesmas
Temon 1 diharapkan dapat memberikan gambaran kecil capaian vaksinasi di
Yogyakarta.
Kata Kunci: Vaksin, Vaksinasi, COVID-19
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GRAFIK DAN TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Puksesmas Temon 1 (2019) .................... 42
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pnedidikan Puskesmas Temon 1 (2019)............ 43
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Puskesmas Temon 1 (2019) ...................... 43
Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Desa Puskesmas Temon 1 (2020) ........ 44
Grafik. 4.1 Vaksinasi COVID-19 Desa Kalidengen Februari – Juli 2021 ............................................ 44
Grafik 4.2 Jumlah Peserta Layak Vakin Desa Kalidengen Februari – Juli 2021 .................................. 45
Grafik 4. 3 Grafik Lingkaran Presentase Layak Vaksin Dibanding Populasi Desa Kalidengen........... 45
Grafik 4.4 Vaksin COVID-19 Kalidengen Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................... 46
Grafik 4.5 Vaksinasi COVID-19 desa Kalidengen Berdasarkan Kelompok Usia ................................ 46
Grafik 4.6 Jenis Vaksin yang diberikan kepada penduduk desa Kalidengen ........................................ 47
Grafik 4.7 Grafik lingkaran Vaksinasi COVID-19 berdasarkan jenis kelamin desa Kalidengen ......... 47
Grafik 4.8 Grafik lingkaran Presentase Jenis Vaksin COVID-19 desa Kalidengen.............................. 48
Grafik 4.9 Grafik lingkaran Presentase Layak Vaksin Berdasarkan Usia Desa Kalidengen ................ 48
Grafik. 4.10 Vaksinasi COVID-19 Desa Kalidengen Februari – Juli 2021 .......................................... 49
Grafik 4.11 Jumlah Peserta Layak Vakin Desa Plumbon Februari – Juli 2021 .................................... 49
Grafik 4. 11 Grafik Lingkaran Presentase Layak Vaksin Dibanding Populasi Desa Plumbon ............. 50
Grafik 4.12 Vaksin COVID-19 Plumbon Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................ 51
Grafik 4.13 Vaksinasi COVID-19 desa Plumbon Berdasarkan Kelompok Usia .................................. 51
Grafik 4.14 Jenis Vaksin yang diberikan kepada penduduk desa Plumbon .......................................... 52
Grafik 4.15 Grafik lingkaran Vaksinasi COVID-19 berdasarkan jenis kelamin desa Kalidengen ....... 52
Grafik 4.16 Grafik lingkaran Presentase Jenis Vaksin COVID-19 desa Kalidengen............................ 53
Grafik 4.17 Grafik lingkaran Presentase Layak Vaksin Berdasarkan Usia Desa Kalidengen .............. 53
Tabel 4.18 Jumlah Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung yang datang ke Puskesmas Temon Bulan
Februari-Juli 2021.................................................................................................................................. 54
Tabel 4.19 Jumlah Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung Lanjut Vaksin Bulan Februari-Juli 2021 ...... 54
Tabel 4.20 Kelompok Umur Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung Lanjut Vaksin Bulan Februari-Juli
2021 ....................................................................................................................................................... 55
Tabel 4.21 Grafik Persebaran Peserta Vaksinasi COVID19 Tahun 2021 Desa Kaligintung Puskesmas
Temon 1 bulan Februari-Juli ................................................................................................................. 55
Tabel 4.22 Jumlah Prosentase Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung Lanjut Vaksin Bulan Februari-Juli
2021 dengan Jumlah Penduduk Desa 2021 Bulan Juli .......................................................................... 56
Tabel 4.23 Jumlah Prosentase Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung Lanjut Vaksin Bulan Februari-Juli
2021 dengan Jumlah Penduduk Desa Kaligintung Usia 18-80 Tahun 2021 Bulan Juli ........................ 57
Tabel 11. Grafik Persebaran Peserta Vaksinasi COVID19 Tahun 2021 Desa Kaligintung Puskesmas
Temon 1 Februari-Juli dan Jumlah Penduduk Yang Belum Divaksinasi .............................................. 57
Tabel 5.1 Alternatif Penyelesaian Masalah ........................................................................................... 66
Tabel 5.2 Penyelesaian Masalah Terpilih dengan Metode USG ........................................................... 68
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur genom SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2. (Li et al., 2020) ............... 14
Gambar 2.2 Struktur Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV 2) . (Astuti and
Ysrafil, 2020) ......................................................................................................................................... 15
Gambar 2.3 Siklus hidup SARS-CoV-2 di dalam sel. (Shereen et al.2020) ......................................... 18
Gambar 2.4 Patogenesis COVID-19 (Tay et al., 2020) ......................................................................... 19
Tabel. 2.1 Kriteria Mayor dan Minor CAP............................................................................................ 21
Tabel 2.2 Jadwal pengambilan Swab..................................................................................................... 23
Gambar 2.1 Alur Penentuan Alat Bantu Napas Mekanik ...................................................................... 29
Gambar 4.1 Kecataman Temon 1 .......................................................................................................... 42
Gambar 5.1 Diagram Fishbone Penyebab Masalah Program vaksinasi COVID-19 Puskesmas Temon
1 ............................................................................................................................................................. 63
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
8
mulut saat bersin dan melakukan vaksinasi. Indonesia melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Satgas COVID-19 juga memberikan
protokol kesehatan yang sama dengan yang diberikan oleh WHO. Meskipun
berbagai cara sudah dilakukan untuk menanggulangi pandemi ini, penularan dan
kesakitan akibat COVID-19 masih sangat tinggi. Ini menyebabkan vaksinasi
sangat diharapkan dapat mengontrol penyebaran dan mencegah kesakitan akibat
COVID-19. (S. T. P. COVID-19, 2020)
Berbagai negara dan pihak telah berusaha untuk mengembangkan vaksin
COVID-19 yang diharapkan dapat mengontrol pandemi ini. Jenis vaksin
dikembangkan adalah Live Attenuated Vaccine (LAV), Inactivated Virus, Sub-
unit vaccine, Viral vector-based vaccine, dan DNA vaccine. Seluruh jenis vaksin
ini bekerja dengan cara merangsang pembentukan sitem imun terhadap virus ini.
Terbentuknya sistem imun diharapkan dapat mencegah seseorang untuk
terinfeksi. Selain untuk mencegah infeksi, vaksinasi dipercaya dapat mengurangi
keparahan COVID-19 sehingga jumlah orang yang harus dirawat berkurang.
Selain itu, semakin banyak orang yang di vaksin maka herd immunity dapat
terbentuk. Herd immunity dapat dicapai bila 1 orang terinfeksi dalam 1 populasi
membentuk kurang dari 1 kasus sekunder. Penelitian terakhir mengatakan Herd
Immunity terhadap SARS-CoV-2 dipercaya dapat tercapai bila 50% populasi
sudah imun terhadap virus ini. Bila dilakukan secara natural, tidak diketahui
sampai kapan 50% populasi dapat imun terhadap virus ini dikarenakan
kebanyakan virus sudah sheeding pada fase kronis. Selain itu dengan tingginya
angka kematian COVID-19, untuk mencapai 50% populasi imun akan sangat
banyak orang yang meninggal karena COVID-19. Ini menunjukan cara terbaik
dan paling efektif untuk mencapai Herd Immunity adalah dengan vaksinasi.
(Fontanet & Cauchemez, n.d.; Ng, Liu, & Mahalingam, 2020)
Saat ini pemerintah Indonesia tengah gencar melakukan vaksinasi
COVID-19 untuk tercapainya alasan diatas. Berbagai cara sudah dilakukan untuk
agar seluruh rakyat Indonesia dapat segera di vaksinasi. Namun, berbagai kendala
ditemukan dilapangan mulai dari kekurangan jumlah vaksin dan tenaga
kesehatan, distribusi vaksin, serta ketidak percayaan masyarakat terhadap vaksin
ini. Puskesmas Temon 1 sebagai salah satu garda terdepan untuk melakukan
vaksinasi di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY juga telah berusaha
semaksimal mungkin agar seluruh warga diwilayah kerja puskesmas dapat
tervaksinasi. Untuk itu diperlukan evaluasi mengenai capaian dan kendala yang
ditemukan selama program vaksinasi COVID-19 ini dilakukan.
9
1.2 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui capaian dan masalah program vaksinasi COVID-19 di
desa Kalidengen
1.4 Manfaat
1. Meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai vaksinasi COVID-19
2. Sebagai salah satu pertimbangan bagi puskesmas untuk menilai dan
menyelesaikan masalah vaksinasi COVID-19
3. Menjadi gambaran kecil progam pelaksanaan COVID-19 di Indonesia
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
11
kesehatan yang berlangsung di daerahnya. Fungi puskesmas sebagai pusat
pelayanan strata pertama disenlenggearakan dalam bentuk upaya kesehatan.
Puskesmas menyelenggaran dua upaya kesehatan yang terdiri atas Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat
pertama. UKM terdiri atas UKM esensial yang wajib diselengarakan oleh
puskesmas dan UKM pengembangan yang merupakan pengembangan dari
program puskesmas dengan menyesuaikan masalah di wilayah kerja masing
masing puskesmas.
UKM Esensial terdiri atas: (a.) Promosi Kesehatan, (b.) Kesehatan
Lingkungan, (c.) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB),
(d.) Perbaikan Gizin Masyarakat (Gizi Publik), (e.) Pencegahan dan
Pemberatasan Penyakit (P2P), (f.) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).
Sementara itu, UKM pengembangan yang ada di Puskesmas Temon 1 terdiri atas:
(a.) Upaya Kesehatan Sekolah (UKGS), (b.) Upaya Kesehatan Usia Lanjut, (c.)
Kesehatan Jiwa.
2.2 COVID – 19
2.2.1 Definisi dan Etiologi
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh sebuah coronavirus baru yang bernama Severe Acute Repiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2; sebelumnya disebut 2019-nCoV)
(WHO.2020)
2.2.2 Epidemiologi
Kasus pertama COVID-19 dilaporkan pada bulan Desember 2019 di
Wuhan. Semenjak laporan kasus pertama tersebut,terjadi peningkatan kasus
COVID-19 yang dilaporkan kepada WHO. Infeksi awalnya mulai menyebar dari
pasar grosir makanan laut Huanan di Wuhan, Cina, sementara rute infeksi dari
kasus pertama masih belum jelas. Jumlah kasus yang dikonfirmasi di Cina
tumbuh hingga pertengahan Februari 2020. Kemudian, jumlah kasus baru setiap
hari di Cina mulai berkurang dari akhir Februari 2020. Peningkatan kasus yang
tiba-tiba di Cina pada 17 Februari disebabkan oleh perubahan kriteria diagnostik
COVID-19. (Ahn et al., 2020) Hingga 18 Mei 2020 , kasus COVID-19 terus
dilaporkan secara global pada 213 negara termasuk Indonesia.Berdasarkan data
yang dilaporkan oleh WHO, terdapat 4.618.821 kasus COVID-19 yang telah
dikonfirmasi dengan 311. 847 kematian. Pada tahap awal penyebaran COVID-19
12
secara global, kasus-kasus yang diidentifikasi di luar Cina sebagian besar adalah
pelancong yang terinfeksi di Cina dan kemudian melakukan perjalanan ke daerah
di luar Cina. (WHO.2020)
Kasus COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020 sejumlah dua kasus. Hingga kini,18 Mei 2020, kasus yang terkonfirmasi
berjumlah 17.514 kasus dan 1.148 kasus kematian, yang tersebar di 32 Provinsi di
Indonesia ,termasuk provinsi Sumatera Utara dengan 224 kasus positif COVID-
19 dan 26 kasus kematian (Kemenkes RI.2020).
2.2.3 Virologi
Coronavirus merupakan virus RNA beruntai tunggal positif yang memilki
amplop dan diameternya berukuran 80-220 nm. Amplop Coronavirus berbentuk
seperti mahkota dan memiliki spikes yang panjangnya 20-nm. Coronavirus dapat
menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Coronavirus juga merupakan
pembawa genom terbesar di antara virus-virus RNA lainnya. (Park, 2020)
Coronavirus adalah anggota dari subfamili Coronavirinae di dalam
keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Subfamili Coronavirinae terbagi
menjadi 4 jenis yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan
deltacoronavirus. Sejauh ini, terdapat 6 coronavirus yang diketahui telah
menyebabkan penyakit pada manusia yaitu dua dari jenis alphacoronavirus
(HCoV 229E and NL63) dan empat dari jenis betacoronavirus (HCoV OC43,
HKU1, SARS-CoV, and MERS-CoV). (Brooks et al., 2013)
Pengurutan keseluruhan genom dari SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa
SARS-CoV-2 adalah sebuah betacoronavirus yang baru yang berbeda dari SARS-
CoV. Urutan nukleotida dari SARS-CoV-2 menunjukkan 79,0% dan 51,8%
kemiripan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. SARS-CoV-2 juga terkait erat
dengan bat-origin SARS-like coronavirus (batSL-CoVZC45) dengan 87,6% -89%
kemiripan . Berdasarkan data pengurutan genom virus, kelelawar dianggap
menjadi reservoir SARS-CoV-2, tetapi host perantara belum diketahui.(Park,
2020)
SARS-CoV-2 masuk ke sel inang melalui pengikatan protein spike
dengan reseptor sel inang. Beberapa studi menunjukkan bahwa SARS-CoV-2
berikatan dengan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) ,sama seperti
yang dilakukan oleh SARS-CoV. SARS-CoV-2 pertama kali diisolasi dari sampel
bronchoalveolar lavage. RNA SARS-CoV-2 juga terdeteksi pada di dalam swab
nasofaring dan tenggorokan serta darah, tinja, urin, dan air liur.(Park, 2020)
13
Gambar 2.1 Struktur genom SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2. (Li et al., 2020)
Gambar 2.2 Struktur Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV 2) . (Astuti and Ysrafil,
2020)
Penularan juga dapat terjadi melalui benda di lingkungan sekitar orang yang
terinfeksi (fomites). Tetesan atau percikan (droplet) dari penderita COVID-19
dapat mendarat di benda dan permukaan sekitar,seperti meja, gagang pintu dan
pegangan tangga.Seseorang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau
permukaan ini, kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut mereka.
15
2.2.6 Faktor Resiko
Orang yang tinggal atau bepergian di daerah di mana virus COVID-19
bersirkulasi sangat mungkin berisiko terinfeksi. Mereka yang terinfeksi adalah
orang-orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala melakukan perjalanan
dari negara atau wilayah terjangkit, atau yang kontak erat, seperti anggota
keluarga, rekan kerja atau tenaga medis yang merawat pasien sebelum mereka
tahu pasien tersebut terinfeksi COVID-19.(Kemenkes RI.2020)
Berdasarkan CDC (2020), terdapat orang-orang yang beresiko tinggi
mengalami COVID-19 dengan tingkat yang parah yaitu:
• Orang-orang berusia 65 tahun ke atas
• Orang yang tinggal di panti jompo atau fasilitas perawatan dalam
jangka panjang
• Orang-orang dari segala usia dengan kondisi medis yang
mendasarinya, terutama jika tidak dikontrol dengan baik, termasuk: -
Penderita penyakit paru kronis atau asma sedang hingga berat -orang
yang memiliki kondisi jantung yang serius -Orang yang
immunocompromised (orang yang menjalani pengobatan kanker,
merokok, transplantasi oragan atau sumsum tulang, defisiensi imun,
HIV atau AIDS yang tidak terkontrol dengan baik, dan penggunaan
kortikosteroid yang berkepanjangan dan obat obatan lainnya yang
melemahkan kekebalan tubuh)
• Orang dengan obesitas yang parah (indeks massa tubuh [BMI]= 40
atau lebih tinggi)
• Penderita diabetes
• Penderita penyakit ginjal kronis yang menjalani dialysis
• Penderita penyakit hati
16
2.2.7 Patogenesis
17
kerusakan, termasuk ATP, asam nukleat dan ASC oligomers. Hal ini kemudian
dikenali oleh sel epitel , sel endotel dan makrofag alveolar yang bersebelahan,
yang memicu pembentukan sitokin dan kemokin pro inflamasi (termasuk IL-6,
IP-10, protein inflamasi makrofag 1α (MIP1α), MIP1β, dan MCP1). Protein-
protein ini menarik monosit, makrofag, dan sel T ke lokasi infeksi, mendorong
peradangan lebih lanjut (dengan penambahan IFNγ yang diproduksi oleh sel T)
dan membentuk loop umpan balik pro-inflamasi. Pada respon imun yang cacat ini
dapat menyebabkan akumulasi sel imun lebih lanjut di paru-paru, yang
menyebabkannya kelebihan produksi sitokin pro-inflamasi, yang akhirnya
merusak infrastruktur paru-paru. Badai sitokin yang dihasilkan bersirkulasi ke
organ lain, yang menyebabkan kerusakan multi-organ. Selain itu, antibodi non-
netralisasi yang diproduksi oleh sel B dapat meningkatkan infeksi SARS-CoV-2
melalui peningkatan yang tergantung pada antibodi, yang memperburuk kerusakan
organ lebih lanjut. (Tay et al., 2020)
18
Gambar 2.4 Patogenesis COVID-19 (Tay et al., 2020)
19
asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan disfungsi koagulasi, bahkan mengarah
pada kematian. (Huang et al., 2020)
Terdapat beberapa klasifikasi klinis pada COVID-19 (PDPI.2020)
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa
gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk,
dapat disertai dengan nyeri tenggorok,kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan
nyeri otot. Pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala
relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi
diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Demam,batuk sesak yang merupakan gejala utama dapat muncul.Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas cepat
atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
c. Pneumonia berat
Pada pasien dewasa yang mengalami pneumonia berat dapat ditandai
dengan adanya gejala berupa demam atau adanya kecurigaan infeksi saluran
napas.Selain itu juga muncul tanda takipnea (frekuensi napas>30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen <90%
Terdapat kriteria definisi Severe Community-acquired Pneumonia (CAP)
menurut Diseases Society of America/American Thoracic Society untuk
menentukan pneumonia berat
20
agresif
Kriteria mayor Syok septik membutuhkan
vasopressor
Gagal napas membutuhkan
ventilasi mekanik
21
2.2.9 Pemeriksaan Laboratorium
22
2.2.12 Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi Covid-19
2.2.12.1 Pemeriksaan PCR Swab
Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakan diagnosis. Bila
pemeriksaan di hari pertama sudah positif, tidak perlu
lagi pemeriksaan di hari kedua, Apabila pemeriksaan di hari pertama negatif,
maka diperlukan pemeriksaan di hari berikutnya
(hari kedua).
• Pada pasien yang dirawat inap, pemeriksaan PCR dilakukan sebanyak tiga
kali selama perawatan.
• Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan sedang tidak perlu dilakukan
pemeriksaan PCR untuk follow-up. Pemeriksaan follow-up hanya dilakukan
pada pasien yang berat dan kritis.
• Untuk PCR follow-up pada kasus berat dan kritis, dapat dilakukan setelah
sepuluh hari dari pengambilan swab yang positif.
• Bila diperlukan, pemeriksaan PCR tambahan dapat dilakukan dengan
disesuaikan kondisi kasus sesuai pertimbangan DPJP dan kapasitas di fasilitas
kesehatan masing-masing.
• Untuk kasus berat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam
selama tiga hari namun pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang positif,
kemungkinan terjadi kondisi positif persisten yang disebabkan oleh
terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah tidak aktif.
Pertimbangkan nilai Cycle Threshold (CT) value untuk menilai infeksius atau
tidaknya dengan berdiskusi antara DPJP dan laboratorium pemeriksa PCR
karena nilai cutt off berbeda-beda sesuai dengan reagen dan alat yang
digunakan.
Tabel 1. Jadwal Pengambilan Swab Untuk Pemeriksaan RT-PCR
Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11/12
X X X
Keterangan : * diperiksa hanya untuk berat dan kritis
Tabel 2.2 Jadwal pengambilan Swab
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa ke
rumah):
• Pasien :
❖ Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi
dengan anggota keluarga
❖ Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering
mungkin.
❖ Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
❖ Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
❖ Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
❖ Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
❖ Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya (sebelum
jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore).
❖ Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik /
wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor keluarga yang lainnya
sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin cuci
❖ Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
❖ Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika
terjadi peningkatan suhu tubuh > 38’C
• Lingkungan/kamar:
❖ Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
❖ Membuka jendela kamar secara berkala
❖ Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan kamar
(setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung tangan dan goggle).
❖ Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering
mungkin.
❖ Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan desinfektan
lainnya
• Keluarga:
❖ Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya
memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
24
❖ Anggota keluarga senanitasa pakai masker
❖ Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
❖ Senantiasa mencuci tangan
❖ Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
❖ Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar
❖ Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien
misalnya gagang pintu dll
c. Farmakologi
❖ Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
❖ Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
❖ Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30
hari),
❖ Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink
• Vitamin D
25
2.1.12.3 Derajat Ringan
b. Non Farmakologis
c. Farmakologis
• Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
• Vitamin D
❖ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet
effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup)
❖ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU)
• Diberikan terapi farmakologis berikut:
❖ Salah satu antivirus berikut :
➢ Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-
1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau
27
➢ Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip
(hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
• Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP (Lihat penjelasan
pada derajat berat/kritis).
• Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain).
• Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
❖ Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara kohorting
❖ Pengambilan swab untuk PCR dilakukan sesuai Tabel 1
b. Non Farmakologis
➢ Bila alat tersedia dan memenuhi syarat klinis, gunakan high flow nasal
cannula (HFNC) atau non-invasive mechanical ventilation (NIV) pada
pasien dengan ARDS atau efusi paru luas. HFNC lebih disarankan
dibandingkan NIV. (alur gambar 1)
➢ Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien dengan edema paru.
➢ Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake prone position)
• Terapi oksigen
• NIV (Noninvasif Ventilation)
• Ventilasi Mekanik invasif (Ventilator)
• ECMO (Extra Corporeal Membrane Oxygenation)
c. Farmakologis
• Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
• Vitamin D
29
❖ Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet
effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup)
❖ Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet
kunyah 5000 IU)
• Diberikan terapi farmakologis berikut:
❖ Salah satu antivirus berikut :
➢ Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-
1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau
➢ Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip
(hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
• Anti interleukin-6 (IL-6)
• Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP (Lihat penjelasan
pada derajat berat/kritis).
• Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain).
• Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
2.2.13 Pencegahan
Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-
19.(PDPI.2020) Vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19 sedang dalam
tahap pengembangan/uji coba.(Kemenkes.2020) Pencegahan terbaik adalah
menghindari paparan virus penyebab. (CDC.2020)
2.2.13.1 Pencegahan Level Individu
30
d. Mengindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit
e. Menutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam atau
dengan tisu lalu langsung membuang tisu ke tempat sampah dan segera
mencuci tangan
f. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian
g. Membersihkan dan memberikan desinfektan secara berkala pada benda-
benda yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja,
kursi, dan lainlain),gagang pintu, dan lain-lain. h. Menggunakan masker
dengan benar hingga menutupi mulut dan hidung ketika sakit atau saat
sedang keluar rumah.
2. Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan Komorbid
Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan imunitas diri pada orang
yang terpapar COVID-19,yaitu sebagai berikut:
.
1. Pembatasan Interaksi Fisik Dan Pembatasan Social (Physical
Contact/Physical Distancing Dan Social Distancing)
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik (physical
distancing), yang dapat dilakukan dengan cara:
2. 3 Definisi Vaksin
Istilah vaksin berasal dari bakteri Variolae vaccinae yang pertama kali
ditemukan dapat mencegah smallpox atau cacar pada manusia pada tahun 1798.
32
Edward Jenner, penemu tindakan preventif tersebut menggunakan istilah
‘vaksinasi’. Istilah vaksin saat ini digunakan untuk seluruh preparat biologis yang
diproduksi dari mikroorganisme hidup untuk meningkatkan imunitas melawan
penyakit, mencegah (prophylactic vaccines), atau perawatan penyakit
(therapeutic vaccines). Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh dalam bentuk cairan
baik melalui injeksi, oral, maupun rute intranasal (Pharmaceutical Research and
Manufacturers of America, 2013).
2. 4 Jenis Vaksin
Vaksin terdiri dari mikroorganisme penyebab penyakit atau beberapa
komponennya. Mereka dapat dibangun dalam beberapa cara (Pharmaceutical
Research and Manufacturers of America, 2013);
• Dari mikroorganisme hidup yang telah melemah, biasanya dari
budidaya dalam kondisi sub-optimal (juga disebut pelemahan), atau dari
modifikasi genetik, yang memiliki efek mengurangi kemampuan mereka untuk
menyebabkan penyakit;
• Dari seluruh mikroorganisme yang telah tidak aktif dengan cara kimia,
termal, atau lainnya;
• Dari komponen mikroorganisme penyebab penyakit, seperti protein
spesifik dan polisakarida, atau asam nukleat;
• Dari racun bakteri penghasil toksin yang tidak aktif;
• Dari keterkaitan (konjugasi) polisakarida dengan protein (ini
meningkatkan efektivitas vaksin polisakarida pada anak-anak)
33
Respon imun yang diinduksi baik mikroorganisme penyebab penyakit atau
vaksin mengkonfigurasi sel-sel kekebalan tubuh untuk dapat dengan cepat
mengenali, bereaksi terhadap, dan menundukkan mikroorganisme penyebab
penyakit yang relevan. Ketika sistem kekebalan tubuh kemudian terkena
mikroorganisme penyebab penyakit yang sama, sistem kekebalan tubuh akan
mengandung dan menghilangkan infeksi sebelum dapat menyebabkan kerusakan
pada tubuh. Efektivitas dan durasi efek perlindungan vaksin tergantung pada sifat
konstituen vaksin dan pada cara mereka diproses oleh sistem kekebalan tubuh.
Beberapa mikroorganisme penyebab penyakit, seperti influenza, berubah dari
tahun ke tahun, membutuhkan imunisasi tahunan terhadap strain baru yang
beredar. Pada anak-anak yang sangat muda, sistem kekebalan tubuh belum
matang dan kurang mampu mengembangkan memori. Dalam kelompok usia ini,
durasi perlindungan bisa sangat berumur pendek untuk beberapa antigen
(Pharmaceutical Research and Manufacturers of America, 2013).
2.6 Efikasi dan Efektifitas
Vaksin memiliki salah satu dampak terbesar pada kesehatan
masyarakat. Dampaknya terhadap penurunan angka kematian manusia adalah
yang kedua setelah penyediaan air minum yang aman. Vaksin diberikan kepada
individu untuk melindungi mereka dari penyakit, tetapi mereka memainkan peran
yang lebih besar dalam melindungi seluruh populasi dari paparan penyakit
menular. Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin yang pernah lazim di
negara-negara industri hampir menghilang di mana vaksinasi telah dilaksanakan.
Pada abad ke-20, vaksin telah mengurangi morbiditas dari penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin sebanyak 89-100% (Pharmaceutical Research and
Manufacturers of America, 2013).
Pencegahan penyakit telah memiliki dampak besar pada pembangunan
ekonomi dengan membatasi biaya perawatan kuratif dan menghemat miliaran
dolar di negara-negara di mana penyakit telah dikendalikan atau dihilangkan
dengan baik.
Dua faktor berkontribusi pada kemampuan vaksin untuk mengendalikan
atau menghilangkan penyakit; efektivitas dan daya tahan efek vaksin; dan, tingkat
cakupan vaksinasi yang dicapai pada populasi tertentu. Ini sedikit berbeda dari
satu negara ke negara lain, tetapi menggunakan vaksin berlisensi dianggap sangat
efektif dalam mencegah penyakit.
Efektivitas vaksin adalah pengurangan kejadian penyakit di antara mereka
yang telah divaksinasi relatif terhadap kejadian penyakit pada mereka yang tidak
34
divaksin. Pada beberapa kasus secara biologis tubuh tidak merespon spesisfik
vaksin. Vaksin mungkin gagal untuk menginduksi kekebalan pada beberapa
individu. Tetapi vaksin yang paling efektif menginduksi respons imun pelindung
pada > 95% individu.
Jika tingkat cakupan vaksinasi yang tinggi dicapai dengan vaksin yang
efektif, penularan penyakit dapat terganggu. Ketika penularan penyakit
terganggu, bahkan orang-orang yang tidak divaksinasi, atau yang divaksinasi dan
tidak mengembangkan kekebalan, akan dilindungi dari penyakit. Efek ini dikenal
sebagai herd immunity. Cacar diberantas dengan mencapai cakupan imunisasi
yang cukup untuk mencegah penularan penyakit ke non-imun yang tidak
divaksinasi (rentan).
Tingkat cakupan vaksinasi yang diperlukan untuk mengganggu penularan
penyakit akan tergantung pada: kemudahan penyakit ditularkan; dan, efektivitas
vaksin dalam merangsang kekebalan. Proporsi individu yang kebal dalam
populasi yang akan mencegah penyebaran penyakit dikenal sebagai ambang
kekebalan kawanan (herd imunity threshold). Setiap penyakit memiliki ambang
kekebalan kawanan sendiri. Semakin mudah ditularkan penyakit, semakin tinggi
ambang batas. Semakin tinggi ambang batas, semakin besar cakupan vaksinasi
dan efektivitas vaksin yang diperlukan untuk mengganggu penularan penyakit.
Penyakit yang sangat mudah menular, seperti batuk rejan (pertusis), dapat terus
menularkan di masyarakat bahkan ketika cakupan vaksinasi dan efektivitas
vaksin sangat tinggi.
Strategi untuk mengganggu penyakit yang sangat menular, seperti campak,
mungkin memerlukan kampanye vaksinasi massal atau strategi imunisasi ulang
untuk mencapai tujuan eliminasi penyakit. Untuk memantau dampak program
imunisasi dan menetapkan target pengendalian penyakit yang realistis, pembuat
kebijakan vaksin menilai seberapa efektif vaksin dalam mencegah penyakit di
komunitas mereka. Ukuran dampak yang umum digunakan adalah efikasi vaksin
(atau efektivitas vaksin, bila diukur dalam kondisi operasional nyata).
Efikasi (efikasi) vaksin mengukur penurunan kejadian penyakit pada
populasi yang divaksinasi dibandingkan dengan kejadian penyakit pada populasi
yang tidak divaksinasi. Dalam istilah epidemiologis, ini didefinisikan sebagai
perbedaan antara attack rate penyakit pada orang non-vaksin dan orang yang
vaksin relatif terhadap attack rate pada orang non-vaksin.
35
Attack rate adalah jumlah individu yang terinfeksi dari jumlah total yang
terpapar dengan penyakit. Ketika dikategorikan ke dalam kelompok yang tidak
divaksinasi dan divaksinasi, efikasi vaksin dihitung sebagai:
36
seluruh tubuh (myalgia), nyeri sendi (atralgia), badan lemah, dan sakit kepala. 3.
Reaksi lain, seperti alergi misalnya urtikaria, oedem, reaksi anafilaksis, dan
syncope (pingsan) (Kemenkes RI, 2021).
2. 10 Sasaran Vaksinasi
Sasaran vaksinasi COVID-19 di Indonesia disusun berdasarkan WHO
Strategic Advisory Group of Expert on Immunization (SAGE). Berdasarkan
WHO SAGE terdapat beberapa kelompok yang menjadi prioritas karena rentan
terkena infeksi COVID-19. Oleh karena itu, Indonesia membagi pelaksanaan
vaksin COVID-19 menjadi 4 tahap. Saat ini, Indonesia sudah berada di tahap ke 4
yaitu masyarakat umum.
Pendataan sasaran penerima vaksin COVID-19 dilakukan secara top-
down melalui Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19 yang berasal dari
kementrian atau lembaga terkait. Sistem ini akan melakukan penyaringan sesuai
dengan kriteria vaksinasi yang ditetapkan. Sementara itu, penentuan sasaran per
kelompok dilakukan melalui pertimbangan Komite Penanganan COVID-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN). Setelah sasaran ditetapkan akan
dilakukan registrasi dan verivikasi sasaran melalui mekanisme yang ada.
Akibat pendataan sasaran berasal dari kementrian atau lembaga terkait,
saat ini belum ada data sasaran kelompok tiap wilayah (desa/kelurahan).
39
BAB 3
METODE PENGAMBILAN DATA DAN EVALUASI
3.2 Evaluasi
Program vaksinasi COVID-19 untuk desa Kalidengen di Puskesmas
Temon 1 dievaluasi dengan cara membandingkan data peserta vaksin yang
berdomisili di desa Kalidengen dengan populasi penduduk desa Kalidengen.
Hasil evaluasi ini dapat dijadikan gambaran untuk mencari penyebab masalah
yang timbul selama progam vaksinasi berlangsung.
40
BAB 4
PENYAJIAN DATA
41
Gambar 4.1 Kecataman Temon 1
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Puksesmas Temon 1 (2019)
42
TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pnedidikan Puskesmas Temon 1 (2019)
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Puskesmas Temon 1 (2019)
43
0-5 6-15 16-59 >59
No. DESA
L P L P L P L P
1. Kalidengan 55 45 123 98 590 553 87 106
2. Plumbon 108 82 194 184 739 728 192 240
3. Kedundang 103 96 178 206 682 717 204 221
4. Demen 51 49 119 116 586 572 94 120
5. Kulur 121 116 210 196 865 879 203 307
6. Kaligintung 60 64 151 122 507 532 148 183
7. Temon Wetan 54 55 131 94 453 484 137 171
8. Temon Kulon 72 55 123 119 543 560 147 175
Jumlah 624 562 1229 1135 4965 5025 1212 1523
Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Desa Puskesmas Temon 1 (2020)
44
JUMLAH PESERTA LAYAK VAKSIN
45
40
35
30
JUMLAH
25
20
15
10
5
0
Februari Maret April Mei Juni Juli
PESERTA VAKSINASI 8 23 35 4 36 42
Grafik 4.2 Jumlah Peserta Layak Vakin Desa Kalidengen Februari – Juli 2021
Secara umum, terjadi peningkatan angka kehadiran dan layak vaksinasi setiap
bulannya. Namun, pada bulan Mei terjadi penurunan angka kehadiran dan layak
vaksinasi. Peningkatan tertinggi terjadi di bulan Mei ke Juni 2021. Kalidengen
memiliki 1657 penduduk, sebanyak 148 orang sudah divaksin. Ini menunjukkan
8% populasi penduduk Kalidengen sudah divaksinasi COVID-19 di Puskesmas
Temon 1.
8%
92%
Grafik 4. 3 Grafik Lingkaran Presentase Layak Vaksin Dibanding Populasi Desa Kalidengen
Laki-laki Perempuan
60
40
20
0
Februari Maret April Mei Juni Juli Total
46
Jenis Vaksin yang diberikan
80
70
60
50
Jumlah
40
30
20
10
0
Februar
Maret April Mei Juni Juli Total
i
SINOVAC 8 23 35 4 0 4 74
ASTRA 0 0 0 0 36 38 74
Grafik 4.6 Jenis Vaksin yang diberikan kepada penduduk desa Kalidengen
Laki-laki
Perempuan 47%
53%
Grafik 4.7 Grafik lingkaran Vaksinasi COVID-19 berdasarkan jenis kelamin desa Kalidengen
Presentase penduduk yang diberikan vaksinasi pada bulan Mei – Juli 2021
terhadap seluruh populasi desa kalidengen yaitu 8% dengan rincian 53 %
perempuan dan 47 % laki laki, berdasarkan jenis vaksin 50% di vaksin
Astrazenecca dan 50% divaksin menggunakan Sinovac. Presentase vaksin
47
berdasarkan kelompok usia menunjukkan 5 % usia 18-30, 22% usia 31-45, 41%
usia 46 -59 dan 27 % usia 60 – 80.
ASTRA SINOVAC
50% 50%
Grafik 4.8 Grafik lingkaran Presentase Jenis Vaksin COVID-19 desa Kalidengen
46-59
41%
Grafik 4.9 Grafik lingkaran Presentase Layak Vaksin Berdasarkan Usia Desa Kalidengen
48
4.4 Gambaran Vaksinasi COVID-19 desa Plumbon
20
15
10
5
0
Maret April Mei Juni Juli
Hadir 38 23 7 9 18
Layak Vaksin 37 19 6 9 17
Tunda 1 4 1 0 1
25
20
15
10
5
0
Maret April Mei Juni Juli
Layak Vaksin 37 19 6 9 17
Grafik 4.11 Jumlah Peserta Layak Vakin Desa Plumbon Februari – Juli 2021
49
Pada bulan Maret sampai Mei terjadi penurunan peserta layak vaksin. Namun,
kembali meningkat di bulan Juni hingga Juli. Jumlah peserta layak vaksin
terendah terjadi di bulan Mei dan tertinggi terjadi di bulan Maret 2021. Plumbon
memiliki 1410 penduduk, sampai dengan Juli 2021 sebanyak 88 orang sudah
divaksin. Ini menunjukkan 6% populasi penduduk Plumbon sudah divaksinasi
COVID-19 di Puskesmas Temon 1.
6%
94%
Grafik 4. 11 Grafik Lingkaran Presentase Layak Vaksin Dibanding Populasi Desa Plumbon
50
Vaksin COVID-19 berdasarkan Jenis Kelamin Desa
Plumbon
Laki-laki Permpuan
32
17
9 9 8
5
2 3 3 3
13
8 8
7
5
4 4 4
3 3 3
2
1 1 1 1 1
0 0
51
Jenis Vaksin yang diberikan
40
35
30
25
Jumlah
20
15
10
5
0
Maret April Mei Juni Juli
Sinovac 37 19 6 0 6
AstraZeneca 0 0 0 9 11
Grafik 4.14 Jenis Vaksin yang diberikan kepada penduduk desa Plumbon
40%
60%
Grafik 4.15 Grafik lingkaran Vaksinasi COVID-19 berdasarkan jenis kelamin desa
Kalidengen
23%
77%
Grafik 4.16 Grafik lingkaran Presentase Jenis Vaksin COVID-19 desa Kalidengen
60-80
23%
31-45 th
26%
46-59 th
44%
Grafik 4.17 Grafik lingkaran Presentase Layak Vaksin Berdasarkan Usia Desa Kalidengen
45
Lanjut Vaksin
Tunda Vaksin
Tabel 4.18 Jumlah Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung yang datang ke Puskesmas Temon Bulan
Februari-Juli 2021.
111 Laki-Laki
124 Perempuan
Tabel 4.19 Jumlah Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung Lanjut Vaksin Bulan Februari-Juli 2021
54
Kelompok Umur Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung
Lanjut Vaksin Bulan Februari-Juli 2021
100 84
80 58
54
60
39
40
20
0
usia 18-30 usia 31-45 usia 46-60 usia 60-80
Pasien Terdiagnosis
Tabel 4.20 Kelompok Umur Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung Lanjut Vaksin Bulan Februari-Juli 2021
Dalam basis data jumlah kelompok umur peserta Vaksinasi COVID 19 wilayah
Desa Kaligintung di Puskesmas Temon 1 tahun 2021, Usia 18-30 tahun mempunyai
peringkat paling sedikit sejumlah 39 orang, usia 31-45 tahun sejumlah 58 orang. Usia 46-
60 tahun paling banyak yaitu sejumlah 84 orang, usia 60-80 tahun sejumlah 54 orang.
100
90 86
80
Jumlah Peserta Vaksinasi
70
60
49
50
40 35
32
30
19
20 14 15
11
10 6 4 6
3
0
Februari Maret April Mei Juni Juli
Tabel 4.21 Grafik Persebaran Peserta Vaksinasi COVID19 Tahun 2021 Desa Kaligintung Puskesmas Temon 1
bulan Februari-Juli
55
Berdasarkan grafik dibawah ini, digambarkan persebaran peserta Vaksinasi COVID19 di
desa Kaligintung Tahun 2021 bulan Februari-Juli.
• Pada data didapatkan adanya peningkatan jumlah peserta Vaksinasi pada bulan Juni
2021 di desa Kaligintung sebanyak 86 peserta
• Pada data didapatkan adanya angka penurunan jumlah peserta di desa Kaligintung
pada bulan April 2021 sejumlah 19 peserta dan pada bulan Juli 2021 sebanyak 35
peserta setelah ada peningkatan di bulan sebelumnya
• Didapatkan jumlah peserta yang harus tunda Vaksin peserta dari desa Kaligintung
paling banyak pada bulan Juli 2021 sejumlah 15 peserta
• Didapatkan jumlah peserta yang harus tunda Vaksin peserta dari desa Kaligintung
paling sedikit pada bulan April 2021 sejumlah 3 peserta
235 orang
13%
Peserta Sudah Vaksin
Peserta Belum Vaksin
Tabel 4.22 Jumlah Prosentase Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung Lanjut Vaksin Bulan Februari-Juli 2021
dengan Jumlah Penduduk Desa 2021 Bulan Juli
Dalam basis data diatas didapatkan hasil bahwa 13% jumlah penduduk Kaligintung
telah divaksinasi COVID-19 yaitu sejumlah 235 orang dari 1795 jiwa total jumlah
penduduk pada di desa Kaligintung.
56
Jumlah Prosentase Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung Lanjut Vaksin Bulan
Februari-Juli 2021 dengan Jumlah Penduduk Desa Kaligintung Usia 18-80 Tahun
2021 Bulan Juli
235 orang
18% Peserta Sudah Vaksin
Peserta Belum Vaksin
Tabel 4.23 Jumlah Prosentase Peserta Vaksinasi Desa Kaligintung Lanjut Vaksin Bulan Februari-Juli 2021
dengan Jumlah Penduduk Desa Kaligintung Usia 18-80 Tahun 2021 Bulan Juli
Dalam basis data diatas didapatkan hasil bahwa 18% jumlah penduduk Kaligintung
telah divaksinasi COVID-19 yaitu sejumlah 235 orang dari 1300 jiwa total jumlah penduduk
pada usia 18-80 tahun di desa Kaligintung.
223
200
150
Peserta
100 84 Yang
Belum
58 54 Vaksin
50 39
0
Usia 18-30 Usia 31-45 Usia 46-59 Usia 60-80
Tabel 11. Grafik Persebaran Peserta Vaksinasi COVID19 Tahun 2021 Desa Kaligintung Puskesmas Temon 1
Februari-Juli dan Jumlah Penduduk Yang Belum Divaksinasi
57
• Pada data kategori umur diatas. didapatkan prosentase tertinggi jumlah masyarakat yang
tervaksinasi COVID-19 pada usia 46-59 tahun sampai bulan Juli 2021 dengan prosentase
21,21% sejumlah 84 orang dari 396 orang rentang usia 46-59 tahun.
• Pada data kategori umur diatas. didapatkan prosentase terendah jumlah masyarakat yang
tervaksinasi COVID-19 pada usia 18-30 tahun sampai bulan Juli dengan prosentase 14,89%
sejumlah 39 orang dari 396 orang rentang usia 18-30 tahun.
• Pada data kategori umur, prosentase yang sudah divaksinasi tidak didapatkan prosentase lebih
dari 25% dari total jumlah penduduk Desa Kaligintung usia 18-80 tahun sampai bulan Juli
2021
58
BAB 5
Hasil Penilaian
59
Pertama, terbatasnya pengadaan vaksin Covid-19, yang disebabkan oleh
minimnya dana yang dimiliki oleh PT Bio Farma (persero) untuk membeli bulk
dari luar negeri yang akan diproduksi menjadi vaksin Covid-19 di Indonesia.
Dana yang dibutuhkan untuk membeli bulk atau bahan baku vaksin Covid-19
tersebut cukup besar bahkan diperkirakan hingga triliunan rupiah. Dengan
keterbatasan dana yang ada, PT Bio Farma (Persero) harus tetap berupaya
memenuhi kebutuhan dosis vaksin Covid-19 tersebut mengingat PT Bio Farma
(Persero) merupakan satu-satunya produsen vaksin Covid-19 di Indonesia.
Adapun saat ini PT Bio Farma telah mendapatkan pinjaman dari Bank Danamon
sebesar Rp2 triliun untuk proses produksi vaksin, baik untuk pengadaan bulk
ataupun alat pendukung proses produksi vaksin Covid-19.
Kedua, kebijakan vaksinasi Covid-19 ini menimbulkan pro dan kontra di
masyarakat. Masih terdapat masyarakat yang meragukan keamanan, efektivitas,
dan keampuhan dari vaksin Covid-19. Hal ini dikarenakan vaksin Covid-19
terlalu cepat untuk dilaksanakan, sementara itu masih terdapat beberapa jenis
vaksin yang masih dalam fase penelitian. Berdasarkan hasil survei dari lembaga
survei Indikator Politik Indonesia (IPI) menyatakan hanya 54,9 persen
masyarakat Indonesia bersedia divaksinasi Covid-19 secara nasional, dan 41
persen masyarakat enggan untuk divaksinasi. Selain lembaga IPI, adapun hasil
survei yang dilakukan oleh Kemenkes bersama Indonesian Technical Advisory
Group on Immunization (ITAGI) dengan dukungan UNICEF dan WHO, sekitar
65 persen responden menyatakan bersedia menerima vaksin Covid-19 jika
disediakan pemerintah, sedangkan 8 persen diantaranya menolak, dan 27 persen
menyatakan ragu dengan rencana pemerintah untuk mendistribusikan vaksin
Covid-19 dan melaksanakan vaksinasi Covid-19. Adapun alasan dari penolakan
masyarakat dalam menerima vaksin Covid-19 adalah masyarakat mungkin
mempunyai tingkat kepercayaan yang berbeda-beda terhadap vaksin Covid-19
karena keterbatasan informasi mengenai jenis vaksin, dan kapan vaksin akan
tersedia dan profil keamanannya. Hasil survei yang dilakukan beberapa lembaga
tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
dan memahami tujuan pemerintah mengeluarkan kebijakan pelaksanaan vaksinasi
Covid-19. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar pihak yang menolak
untuk menerima vaksin Covid-19 memiliki persepsi atau pandangan yang sama
dengan pihak yang bersedia menerima vaksin Covid-19.
60
Ketiga, permasalahan pendistribusian vaksin Covid-19. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal Kemenkes, Indonesia merupakan
negara kepulauan yang memiliki tempat-tempat yang belum semua akses
transportasinya mudah, ketidak mudahan akses ini menjadikan tenaga kesehatan
perlu melakukan upaya ekstra dalam menjangkau daerah terpencil. Dalam
menjamin dan menjaga keamanan dari vaksin Covid-19 ini, pendistribusian
vaksin dilakukan secara berjenjang mulai dari pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten, dan Fasilitas Kesehatan (Faskes). Selain itu untuk mempertahankan
mutu vaksin Covid-19, dalam pendistribusiannya vaksin harus disimpan
menggunakan cold box (kotak pendingin), vaccine carrier, cold room, dan
vaccine refrigerator. Mengingat keamanan dan mutu dari vaksin Covid-19 ini
sangatlah penting, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu
memperhatikan akses transportasi dalam pendistribusian vaksin dan tetap
menggunakan prosedur yang sudah ditetapkan Kemenkes.
62
5.3 Penyebab Masalah
Gambar 5.1 Diagram Fishbone Penyebab Masalah Program vaksinasi COVID-19 Puskesmas Temon 1
63
5.3 Alternatif Penyelesaian Masalah
No. Masalah Penyebab Masalah Alternatif Penyelesaian
Masalah
1. MAN Jumlah Tenaga - Berkoordinasi dengan
Kesehatan Puskesmas lembaga terkait untuk meminta
Temon 1 yang dapat bantuan SDM vaksinasi
melakukan vaksinasi - Melakukan edukasi kepada
COVID – 19 masih tenaga kesehatan Puskesmas
sedikit Temon 1 untuk dapat menjaga
protokol kesehatan agar tidak
terinfeksi COVID-19
- Melakukan pelatihan
vaksinasi COVID – 19 agar lebih
banyak tenaga kesehatan yang
dapat melakukan vaksinasi
COVID – 19
- Mencari ruangan vaksinasi
dengan ventilasi yang lebih
baik untuk mencegah
penyebaran COVID – 19 selama
vaksinasi berlangsung
2. MAN Masyarakat ragu - Melakukan edukasi kepada
untuk melakukan masyarakat mengenai vaksinasi
vaksinasi COVID – 19
3. MAN Masyarakat dengan - Melakukan sosialisasi tentang
komorbid penyakit vaksinasi dan kontra indikasi
yang ragu untuk terhadap vaksinasi COVID 19.
melakukan vaksinasi
MAN Tenaga Kesehatan - Menambah tenaga kesehatan
64
yang terbagi untuk - Melibatkan kader untuk
melakukan vaksinasi membantu program vaksinasi
dan pelayanan. COVID-19
- Pembagian jadwal untuk
tenaga medis pada saat
vaksinasi
3. MACHINE AND Stok vaksin terbatas - Melakukan koordinasi dengan
MATERIALS dinas kesehatan untuk
menambah kuota vaksin COVID
– 19 di Puskesmas Temon 1
4. MACHINE AND Media edukasi - Membuat media edukasi
MATERIALS mengenai vaksin COVID – 19 di Puskesmas
COVID – 19 yang Temon 1
masih sedikit
MACHINE AND Belum ada sosialisasi - Melakukan sosialisasi baik
MATERIAL yang detail untuk secara langsung maupun digital
vaksinasi pasien mengenai vaksinasi pada
komorbid pasien dengan komorbid
5. MARKET Pengetahuan - Melakukan edukasi kepada
masyarakat yang masyarakat mengenai vaksinasi
masih rendah terkait COVID – 19
vaksinasi COVID – 19
6. MARKET Rendahnya - Melakukan edukasi secara
kemampuan langsung di Puskesmas Temon
masyarakat untuk 1 disela sela kegiatan
mengakses media pelayanan puskesmas.
edukasi vaksin COVID - Membuat media edukasi
– 19 cetak mengenai vaksin COVID –
19
- Mendistribusikan media
edukasi COVID – 19 saat
pelayanan dan kegiatan
puskesmas berlangsung
65
- Berkoordinasi dengan kader
untuk menyebarkan media
edukasi kepada masyarakat
MARKET Beredar berita palsu - Memberikan edukasi kepada
(hoax) mengenai masyarakat tentang berita yang
vaksinasi di beredar
masyarakat
7. METHOD Kebijakan pemerintah - Segera melakukan vaksinasi
yang masih dengan cepat saat pemerintah
mengutamakan sudah merubah kebijakan
kelompok masyarakat tersebut
usia tertentu yang
rentan terinfeksi
COVID – 19
8. METHOD Vaksinasi COVID – 19 - Berkoordinasi dengan
masal yang dilakukan berbagai pihak yang melakukan
dibanyak tempat vaksinasi masal yang
sehingga presentasi melibatkan masyarakat yang
vaksinasi COVID-19 berada di wilayah Puskesmas
terlihat sedikit Temon 1
- Melakukan pendataan kepada
masyarakat yang sudah di
vaksin ditempat lain selain di
Puskesmas Temon 1
66
USG
No. Penyelesaian Masalah Total
U S G
Berkoordinasi dengan lembaga
1. terkait untuk meminta bantuan 2 2 2 6
SDM vaksinasi
Melakukan edukasi kepada tenaga
kesehatan Puskesmas Temon 1
2. untuk dapat menjaga protokol 3 4 4 11
kesehatan agar tidak terinfeksi
COVID-19
Melakukan pelatihan vaksinasi
COVID – 19 agar lebih banyak
3. tenaga kesehatan yang dapat 2 2 3 7
melakukan vaksinasi COVID – 19
67
vaksinasi pada pasien dengan
komorbid
Memberikan edukasi kepada
masyarakat baik berupa edukasi
10. 5 5 5 15
langsung, media cetak maupun
digital
Segera melakukan vaksinasi
11. dengan cepat saat pemerintah 5 5 5 15
sudah merubah kebijakan tersebut
68
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
COVID-19 telah menyababkan banyak kematian dan krisis kesehatan
global. Sejak saat itu, WHO menyatakan kondisi ini sebagai suatu pandemi.
Kondisi ini menyebabkan berbagai masalah diseluruh negara. Indonesia dengan
populasi penduduk ke 4 terbesar di dunia menjadi salah satu negara yang sangat
terdampak dengan kondisi ini. Lebih dari 3 jt kasus terkonfirmasi, 43. 479 kasus
baru dan 90. 552 kematian dilaporkan pada bulai Juli 2021. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Satgas COVID-19 sudah memberikan
berbagai anjuran untuk melaksanakan protok kesehatan. Pemerintah juga sudah
melakukan karantina wilayah agar pergerakan masyarakat dapat dikurangi.
Namun, penularan dan kesakitan akibat COVID-19 masih sangat tinggi. Sehingga
vaksinasi sangat diharapkan dapat mengontrol penyebaran dan mencegah
kesakitan akibat COVID-19. Puskesmas Temon 1 sebagai garda terdepan dalam
program vaksinasi COVID-19 di desa Kalidengen, Plumbon dan Kaligintung
sudah melakukan program ini. Upaya tersebut dapat terlihat dari jumlah vaksinasi
yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Namun , baru sebanyak 8% (148
orang) penduduk desa Kalidengen, 6% (88 orang) dan 13%, (235 orang)
penduduk desa Kalidengen yang sudah divaksin dari bulan Februari sampai Juli
2021. Presentase ini masih jauh dari harapan. Berbagai kendala ditemukan saat
program ini berlangsung mulai dari sumberdaya manusia yang kurang, stok
vaksin yang masih sedikit, kebijakan yang masih mengutamakan beberapa
kelompok, ketidak inginan masyarakat untuk divaksin dll. Dari hasil evaluasi
tersebut program vaksinasi COVID-19 meruapakan suatu prioritas yang perlu
diutamakan dan salah satu prioritas pemecehan masalah yang didapatkan adalah
meningkatkan sosialisasi mengenai vaksinasi COVID-19, fungsinya, jenis dan
kontraindikasi baik secara langsung, pembuatan media cetak dan digital serta
mendistribusikannya melalui kader.
5.2.2 Saran
Absalon, J., Gurtman, A., Lockhart, S., Perez, J. L., Marc, G. P., Moreira, E. D., … Ph, D.
(n.d.). Safety and Efficacy of the BNT162b2 mRNA Covid-19 Vaccine, 1–13.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa2034577
Djalante, R., Lassa, J., Setiamarga, D., Sudjatma, A., & Indrawan, M. (2020). Review and
analysis of current responses to COVID-19 in Indonesia : Period of January to March
2020 ☆, (January).
Fontanet, A., & Cauchemez, S. (n.d.). COVID-19 herd immunity: where are we? Nature
Reviews Immunology, 19–20. https://doi.org/10.1038/s41577-020-00451-5
Kemenkes RI. (2021). FAQ Pelaksanaan Vaksinasi Covid. 2020. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Koesnoe, S. (2021). Teknis Pelaksanaan Vaksin Covid dan Antisipasi KIPI. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Ng, W. H., Liu, X., & Mahalingam, S. (2020). Development of vaccines for SARS-CoV-2 [
version 1 ; peer review : 1 approved ], 9, 1–15.
Peta Sebaran COVID-19. (2021). Retrieved July 30, 2021, from https://covid19.go.id
Pharmaceutical Research and Manufacturers of America. (2013). Vaccine Fact Book 2013.
70
Washington: Pharmaceutical Research and Manufacturers of America.
Spector, S. A., Rouphael, N., Creech, C. B., Mcgettigan, J., Khetan, S., Segall, N., … Study,
C. (2019). Efficacy and Safety of the mRNA-1273 SARS-CoV-2 Vaccine, 1–14.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa2035389
Ahn, D. G., Shin, H. J., Kim, M. H., Lee, S., Kim, H. S., Myoung, J., Kim, B. T., & Kim, S. J.
(2020). Current status of epidemiology, diagnosis, therapeutics, and vaccines for novel
coronavirus disease 2019 (COVID-19). Journal of Microbiology and Biotechnology,
30(3),313–324. https://doi.org/10.4014/jmb. 2003.03011
Astuti, I., & Ysrafil. (2020). Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2):
An overview of viral structure and host response. Diabetes and Metabolic Syndrome:
Clinical Research and Reviews, 14(4), 407–412. https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.04.020
Brooks, G. F., Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. 2013. Jawetz, Melnick & Adelberg’s
medical microbiology,28th edn. McGraw-Hill Education
Budiman & Riyanto.2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian
Kesehatan.Salemba Medika, Jakarta.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) . 2020. People Who Are at Higher Risk for
Severe Illness. Accessed 20 April 2020. Available at
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/need-extra-precautions/index .html
Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2020, Symptoms of Coronavirus. accessed 20
april 2020. Available at https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/symptoms-
testing/symptoms.html
Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2020. Interim Clinical Guidance for
Management of Patients with Confirmed Coronavirus Disease (COVID-19). accessed 20
april 2020. Available at https://www.cdc.gov/coronavirus/ /2019-ncov/hcp/clinical-
guidance-management-patients.html
71
Chen, N., Zhou, M., Dong, X., Qu, J., Gong, F., Han, Y., Qiu, Y., Wang, J., Liu, Y., Wei, Y., Xia,
J., Yu, T., Zhang, X., & Zhang, L. 2020. Epidemiological and clinical characteristics of 99
cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study. The
Lancet, 395(10223), 507–513. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30211-7
Hamzah, B. (2020) ‘Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Kesehatan tentang Upaya
Pencegahan Penyebaran COVID-19’, Bali Health Published Journal, 2(1),pp. 1–12.
Available at: http://ejurnal.stikeskesdamudayana.ac.id/index. Php/bhpj/article/view/199.
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., Zhang, L., Fan, G., Xu, J., Gu, X., Cheng,
Z., Yu, T., Xia, J., Wei, Y., Wu, W., Xie, X., Yin, W., Li, H., Liu, M., … Cao, B. (2020).
Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The
Lancet, 395(10223), 497–506. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5
Jihani, M. A. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasien dengan Tindakan Membeli Obat
Sendiri Tanpa Resep Dokter (Swamedikasi) Antibiotika pada Apotek Swasta di Wilayah
Kerja Puskesmas Mataram Tahun 2014 .Academia.
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease (COVID-
19) 18 Mei 2020.accessed 18 May 2020. Available at https://covid 19.kemkes.go.id/situasi-
infeksi-emerging/info-corona-virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-
covid-19-18-mei-2020/#.XswMw2gzbIU
Kementrian Kesehatan RI. 2020. QnA : Pertanyaan dan Jawaban Terkait COVID-19 . accessed 1
May 2020, Available at https://covid19.kemkes.go.id/qna-pertanyaan-dan-jawaban-terkait-
covid-19/#.XtNJ6DozbIV
Masturoh, I. dan Anggita, N. T. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi tahun 2018
cetakan pertama. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan - Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
72
Maheshwari, S. et al. (2020). Knowledge, attitude, and practice towards coronavirus disease 2019
(COVID-19) among medical students: A cross-sectional study’. Journal of Acute Disease,
9(3),100.doi: 10.4103/2221-6189.283886.
Notoatmodjo, S. 2014. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Park, S. E. 2020. Epidemiology , virology , and clinical features of severe acute respiratory
syndrome -coronavirus-2 ( SARS-CoV-2 ; Coronavirus Disease-19 ). 63(4), 119–124.
Pascarella, G., Strumia, A., Piliego, C., Bruno, F., Del Buono, R., Costa, F., Scarlata, S., & Agrò,
F. E. 2020. COVID-19 diagnosis and management: a comprehensive review. Journal of
Internal Medicine, March, 1–15. https://doi.org/10.1111/joim.13091
PDPI.2020. Pneumonia COVID-19 Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta.
Ramphul, K., & Mejias, S. G. 2020. Coronavirus Disease: A Review of a New Threat to Public
Health. Cureus, 19(3140). https://doi.org/10.7759/ cureus. 7276
Rothan, H. A., & Byrareddy, S. N. 2020. The epidemeology and pathogensis of coronavirus
(Covid-19) outbreak. Journal of Autoimmunity,109(January),1–4.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto, R., Singh, G.,
Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Khie, L., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum,
M., Annisa, F., Jasirwan, O. M., Yunihastuti, E.2020 . Coronavirus Disease 2019 :
Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019 : Review of Current Literatures.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45–67
Taghrir, M. H., Borazjani, R. and Shiraly, R. (2020) .COVID-19 and iranian medical students; A
survey on their related-knowledge, preventive behaviors and risk perception. Archives of
Iranian Medicine, 23(4), 249–254. doi: 10.34172/aim.2020.06.
Tay, M. Z., Poh, C. M., Rénia, L., MacAry, P. A., & Ng, L. F. P. 2020. The trinity of COVID-19:
immunity, inflammation and intervention. Nature Reviews Immunology, 1–12.
https://doi.org/10.1038/s41577-020-0311-8
73
World Health Organization. 2020. Laboratory testing for 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) in
suspected human cases [Www Document]. accessed 20 april 2020. Available at:
https://www.who.int/publications/i/item/10665-331 501
World Health Organization. 2020. Modes of transmission of the COVID-19 virus. accessed 20
April 2020.Available at at https://www.who.int/news-room/com mentaries/detail/modes-of-
transmission-of-virus-causing-covid-19-implicatio ns-for-ipc-precaution-recommendations
World Health Organization. 2020 , Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the virus
that causes it. accessed 25 April 2020, Available at:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-
guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it
World Health Organization. 2020. Coronavirus : Symptoms. accessed 25 April May 2020,
Available at: https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_3
World Health Organization. 2020. WHO Director-General's opening remarks at the media
briefing on COVID-19 – 11 March 2020. Accessed 25 April 2020
Available at: https://www.Who.int/dg/ speeches/detail/ who-director-general-s-opening-remarks-
at-the-media-briefing-on-covid-19---11-march-2020
74
World Health Organization. 2020. Tatalaksana klinis infeksi saluran pernapasan akut berat
(SARI) suspek penyakit COVID-19. Accessed 24 May 2020. Available at
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/tatalaksa sana-klinis-
suspek-penyakit-covid1935867f18642845f1a1b8fa0a0081efcb. pdf?sfvrsn=abae3a22_2
Zhong, B. L., Luo, W., Li, H. M., Zhang, Q. Q., Liu, X. G., Li, W. T., & Li, Y. 2020. Knowledge,
attitudes, and practices towards COVID-19 among Chinese residents during the rapid rise
period of the COVID-19 outbreak: a quick online cross-sectional survey. International
Journal of Biological Sciences, 16(10), 1745–1752. https://doi.org/10.7150/ijbs.45221
Zou, X., Chen, K., Zou, J., Han, P., Hao, J., & Han, Z. 2020. Single-cell RNA-seq data analysis
on the receptor ACE2 expression reveals the potential risk of different human organs
vulnerable to 2019-nCoV infection. Front
Kemenkes RI (2021) FAQ Pelaksanaan Vaksinasi Covid, 2020. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) “Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Nomor Hk.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),” in
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Koesnoe, S. (2021) Teknis Pelaksanaan Vaksin Covid dan Antisipasi KIPI. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Pharmaceutical Research and Manufacturers of America (2013) Vaccine Fact Book 2013.
Washington: Pharmaceutical Research and Manufacturers of America.
75