F1-
PERMASALAHAN
- Kurangnya pemahaman masyarakat tentang bahaya penularan Covid-19
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang 3M Covid-19
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan 3M Covid-19 yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan di dua tempat, antara lain:
1. Hari/tanggal : Kamis, 21 Januari 2021
Pukul : 09.10 WIB s.d. 09.45 WIB
Tempat : Puskesmas Sungai Baung
Peserta : 20-30 orang
PERMASALAHAN
- Kurangnya kesadaran anak mengenai diri yang sehat dan terawat
- Kurangnya kesadaran anak mengenai masalah kesehatan
- Kurangnya pengetahuan anak mengenai cara merawat dan menjaga kesehatan diri
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 18 November 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 11.00 WIB
Tempat : TK Satu Atap
Peserta : Siswa TK Satu Atap
3. Rumusan Masalah
Apakah dengan penyuluhan untuk membaca buku KIA Bab Imunisasi kepada ibu-ibu
pengunjung bisa meningkatkan pengetahuan dan minat ibu-ibu untuk melakukan imunisasi
secara rutin dan lengkap?
4. Perencanaan
Strategi yang akan dilakukan adalah:
Mengumpulkan semua ibu yang membawa anaknya untuk dilakukan imunisasi
Pemaparan materi Bab Imunisasi
Menjelaskan isi halaman pada Bab Imunisasi pada buku sehat KIA Kemenkes RI
Diskusi tanya jawab dengan pasien
5. Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada Kamis, 26 November 2020 di Posyandu Talang Akar
oleh dr. Farhan Hadi. Penyuluhan dilakukan untuk melaksanakan edukasi mengenai Buku
KIA bab Imunisasi pada 17 ibu yang ingin melakukan imunisasi pada anaknya di Puskesmas
Sungai Baung. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah:
Melakukan edukasi :
- Jadwal imunisasi
- Jenis vaksin apa yang akan diberikan pada anak
- Pentingnya imunisasi untuk anak dan lingkungan
- Pentingnya melakukan pencatatan imunisasi anak, sehingga Buku KIA harus dijaga
dengan baik
Memperagakan cara pembacaan buku KIA bab Imunisasi halaman 38 dan 49
Diskusi dan Triangulasi oleh dr. Farhan Hadi
3 F1
PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran lingkungan dalam penularan penyakit DBD
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan penyakit DBD
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit DBD
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 2 Desember 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 09.35 WIB
Tempat : Puskesmas Talang Ubi
Peserta : Pasien DBD
SKABIES
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Selasa, 15 Desember 2020
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Edukasi Pemberantasan Tungau dalam Pencegahan Penyakit Menular Skabies
LATAR BELAKANG
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)Sarcoptes scabei, yang
termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuransangat kecil dan hanya bisa dilihat
dengan mikroskop atau bersifatmikroskopis. Penyakit skabies sering disebut kutu badan.
Penyakit ini jugamudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
dansebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melaluisentuhan langsung
dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju,seprai, handuk, bantal, air, atau sisir
yang pernah dipergunakan penderita danbelum dibersihkan dan masih terdapat tungau
sarcoptesnya.
Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-selajari, siku,
selangkangan. Skabies identik dengan penyakit anak pondokpesantren, penyebabnya adalah
kondisi kebersihan yang kurang terjaga,sanitasi yang buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan
terlalu lembab dankurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit
scabiesmenular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehinggadalam
pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh padasemua orang dan
lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karenaapabila dilakukan pengobatan secara
individual maka akan mudah tertularkembali penyakit skabies.
PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian skabies terutama di pondok pesantren/asrama
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran lingkungan dalam penularan penyakit
skabies
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan penyakit skabies
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit skabies
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 26 Januari 2021
Pukul : 10.00 WIB s.d. 10.30 WIB
Tempat : Puskesmas Talang Ubi
Peserta : Pasien skabies
DEMAM TIFOID
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Kamis, 15 April 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Edukasi Jamban Sehat dalam Pencegahan Penyakit Menular Demam Tifoid
LATAR BELAKANG
Demam tifoid ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik perkotaanmaupun
pedesaan.Penyakit demam tifoid erat kaitannya dengan hygiene dansanitasi lingkungan seperti
hygiene perseorangan dan hygiene makanan yang tidaksehat, lingkungan yang kumuh,
kebersihan tempat-tempat umum yang kurangserta perilaku masyarakat yang tidak mendukung
untuk hidup sehat.Demam tifoidbersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat
sehinggapenyakit demam tifoid harus mendapatkan perhatian serius karenapermasalahannya
yang sangat kompleks sehingga menyulitkan upaya pengobatandan pencegahan.
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu penyebab terjadi kejadiandemam tifoid. Hal ini
dibuktikan pada suatu penelitian dimana ada lima faktor yang mempengaruhi kejadian demam
tifoid, antara lain: kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan jajan makanan di luar rumah, sumber air
bersih, riwayat tifoid anggota keluarga, dan kepemilikan jamban.
PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian demam tifoid di wilayah kerja puskesmas
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan penyakit demam tifoid
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran sanitasi lingkungan dalam penularan
penyakit demam tifoid
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit demam
tifoid
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 15 April 2021
Pukul : 10.00 WIB s.d. 10.30 WIB
Tempat : Puskesmas Abab
Peserta : Pasien demam tifoid
3 F2
------------------------------------------------------------------------------------
DIARE
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Senin, 22 Februari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Edukasi PHBS dalam Pencegahan Penyakit Menular Diare
LATAR BELAKANG
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Halini
dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian terutamapada
balita. Di dunia, terdapat 1,7 milliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya. Sedangkandi
Indonesia, menurut prevalensi yang di dapat dari berbagai sumber, salah satunya padapenderita
diare di Indonesia berasal dari semua umur, namun prevalensi tertinggi penyakitdiare di derita
oleh balita, terutama pada usia <1 tahun (7%) dan 1-4 tahun.
Penyebab diare pada balita tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan hidup sehat dari setiap
keluarga dan sanitasi lingkungan yang tidak sehat. Berdasarkan hal tersebut dapatdisimpulkan
bahwa yang mempengaruhi terjadinya diare melalui faktor lingkungan yaitumulai dari sarana air
bersih, jamban (sarana pembuangan tinja), dan kondisi kesehatan rumah,serta kebiasaan mencuci
tangan. Semua hal tersebut merupakan bagian yang penting darisanitasi lingkungan.
PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian diare di wilayah kerja puskesmas
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan diare
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran sanitasi lingkungan dalam penularan
penyakit diare
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit diare
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 22Februari 2021
Pukul : 12.30 WIB s.d. 13.00 WIB
Tempat : Poliklinik puskesmas
Peserta : Pasien gastroentritis akut/diare
DIARE
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Senin, 22 Februari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Edukasi Kesehatan Sanitasi Lingkungan dalam Pencegahan Penyakit Menular Diare
LATAR BELAKANG
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Halini
dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian terutamapada
balita. Di dunia, terdapat 1,7 milliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya. Sedangkandi
Indonesia, menurut prevalensi yang di dapat dari berbagai sumber, salah satunya padapenderita
diare di Indonesia berasal dari semua umur, namun prevalensi tertinggi penyakitdiare di derita
oleh balita, terutama pada usia <1 tahun (7%) dan 1-4 tahun.
Penyebab diare pada balita tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan hidup sehat dari setiap
keluarga dan sanitasi lingkungan yang tidak sehat. Berdasarkan hal tersebut dapatdisimpulkan
bahwa yang mempengaruhi terjadinya diare melalui faktor lingkungan yaitumulai dari sarana air
bersih, jamban (sarana pembuangan tinja), dan kondisi kesehatan rumah,serta kebiasaan mencuci
tangan. Semua hal tersebut merupakan bagian yang penting darisanitasi lingkungan.
PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian diare di wilayah kerja puskesmas
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan diare
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran sanitasi lingkungan dalam penularan
penyakit diare
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit diare
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 22 Februari 2021
Pukul : 12.30 WIB s.d. 13.00 WIB
Tempat : Poliklinik puskesmas
Peserta : Pasien gastroentritis akut/diare
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Senin, 21 Desember 2020
JUDUL LAPORAN
1. Kegiatan Kelas Ibu Hamil di Desa Talang Bulang
2. Kegiatan Kelas Ibu Hamil di Desa Karang Agung
3. Kegiatan Kelas Ibu Hamil di Desa Pagarawan
LATAR BELAKANG
Indikator kritis status kesehatan para perempuan dinilai berdasarkan tingginya angka
kematian ibu (AKI).Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu tersebut antara lain; akibat
perdarahan sebesar 28%, eklamsia sebesar 24%, dan infeksi sebesar 11%, sedangkan penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan sebesar
37%,dan anemia pada saat kehamilan sebesar 40% .
Angka kematian ibu dan bayi masih tinggi dan belum mencapai standar kesehatan
nasional. Walaupun sumber dana sector kesehatan terus bertambah, disokong dengan
peningkatan SDM kesehatan yang terus bertambah kuantitasnya, namun dirasa belum dapat
sepenuhnya menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.Untuk mempercepat pencapaian
program MDG’s diperlukan upaya percepatan penurunan AKI dengan harapan kesadaran
terhadap pentingnya kesehatan selama kehamilan menjadi meningkat. Oleh karena itu, program
yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan untuk mendukung langkah tersebut adalah
dengam mengadakan kelas ibu hamil.
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
perawatan bayi baru lahir,mitos,penyakit menular dan akte kelahiran.Kelas ibu bisa juga
dikembangkan dalam kegiatan Posyandu, PAUD dan BKB yang nantinya akan melibatkan
kader, petugas kesehatan dan penyuluh KB dalam pelaksanaannya. Pada akhirnya dengan adanya
Kelas Ibu ini , diharapkan meningkatnya jumlah ibu hamil dan ibu balita yang memiliki dan
memanfaatkan buku KIA, sehingga secara holistik bisa menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) dalam menyokong Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan
Keluarga.
PERMASALAHAN
- Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya menjaga kesehatan ibu dan janin
selama kehamilan
- Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai resiko kehamilan dan tanda bahaya dalam
kehamilan
- Kurangnya kesadaran ibu hamil mengenai pentingnya melakukan skrining penyakit
menular seksual dan ante natal care (ANC) pada kehamilan
- Masih tingginya angka kematian ibu hamil di Indonesia
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 21 Desember 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 11.30 WIB
Tempat : Poskesdes Talang Bulang
Peserta : Seluruh ibu hamil Desa Talang Bulang
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Kamis, 14 Januari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Sosialisasi Update Buku KIA Revisi Tahun 2020
LATAR BELAKANG
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) selalu diperbaharui menyesuaikan dengan
informasi terkini setiap tahunnya dengan perubahan total setiap lima tahun.Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 284/Menkes/SK/III/2004 tentang Buku Kesehatan Ibu dan
Anak menetapkan bahwa Buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas, hingga bayi yang
dilahirkan berumur 5 tahun, termasuk pelayanan KB, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang anak.
Dari data Survei Kesehatan Nasional (Sirkesnas 2016) didapatkan bahwa 81,5% ibu
hamil menyatakan memiliki buku KIA tetapi hanya 60,5% di antaranya yang mampu
menunjukkannya. Padahal hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) dan Survei
Kesehatan Nasional (Sirkesnas 2016) menunjukkan adanya keterkaitan antara kepemilikan Buku
KIA dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu yang memiliki Buku KIA
sering melakukan pemeriksaan kehamilan dan melakukan persalinan dengan bantuan tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan. Hal ini berbanding terbalik dengan ibu yang tidak memiliki
Buku KIA.
Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus memiliki, membaca dan memahami isi Buku KIA.
Satu anak perlu memiliki satu buku KIA untuk memantau tumbuh kembangnya. Buku KIA harus
disimpan, tidak boleh rusak / hilang serta perlu dibawa saat berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Ibu bisa menanyakan informasi dari Buku KIA yang belum dipahami dan
berkonsultasi tentang masalah kesehatan ke kader atau petugas kesehatan.
PERMASALAHAN
- Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya menjaga kesehatan ibu dan janin
selama kehamilan
- Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai resiko kehamilan dan tanda bahaya dalam
kehamilan
- Kurangnya pengetahuan ibu mengenai pemantauan kesehatan anak sejak lahir hingga
umur 5 tahun
- Kurangnya tenaga kesehatan untuk menjangkau dan mengedukasi masyarakat terutama
ibu hamil mengenai kesehatan ibu dan anak
- Masih tingginya angka kematian ibu hamil dan anak di Indonesia
- Melakukan sosialisasi perbedaan buku KIA versi cetakan 2019 dan revisi 2020
- Melakukan sosialisasi mengenai ruang lingkup pendataan pelayanan KIA oleh bidan,
kader, dokter, dan dokter spesialis
- Melakukan pembagian buku KIA revisi tahun 2020
- Melakukan diskusi dan tanya jawab
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 14 Januari 2021
Pukul : 09.00 WIB s.d. 12.30 WIB
Tempat : Poskesdes Suka Maju
Peserta : Seluruh bidan/bidan desa
3 F3
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
LOMBA BAYI/BALITA SEHAT DESA KIMAK
F3 - KIA
PERMASALAHAN
- Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan dan tumbuh kembang bayi dan
balita yang sesuai usia
- Kurangnya kesadaran orang tua untuk melakukan skrining kesehatan dan pemeriksaan
tumbuh kembang bayi dan balita secara berkala
- Kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya imunisasi dalam pencegahan
penyakit menular pada bayi dan balita
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 5 Oktober 2020
Pukul : 09.30 WIB s.d. 12.45 WIB
Tempat : Posyandu Desa Kimak
Peserta : Seluruh bayi dan balita di Desa Kimak
MONITORING & EVALUASI
Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan jumlah bayi dan balita
yang berpartisipasi, antusiasme orang tua untuk mengikutsertakan bayi dan balita dalam program
imunisasi serta memeriksakan kesehatan serta tumbuh kembang bayi dan balita secara rutin.
F4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Selasa, 24 November 2020
JUDUL LAPORAN
1. Kegiatan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Remaja Putri di SMAN 1 Talang
Ubi
2. Kegiatan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Remaja Putri di MTS Nurul
Falah
LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selama
masa ini banyak persoalan yang dihadapi para remaja yang berkaitan dengan masalah gizi.
Masalah yang berkaitan dengan gizi yang paling sering dijumpai pada remaja putri adalah
anemia, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria.
WHO menjelaskan bahwa anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur
dan jenis kelamin. Anemia defisiensi zat besi merupakan jenis kasus anemia yang sering
ditemukan. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah
sel darah merah dibawah nilai normal sesuai dengan usia seseorang.
Masalah anemia masih merupakan masalah gizi di dunia terutama di negara berkembang
dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Menurut WHO, terdapat 47,5% wanita usia subur di
Asia Tenggara dan 45,7% yang menderita anemia. Prevalensi anemia di Indonesia menurut
Riskesdas tahun 2010 terdapat lebih dari 10% anak umur ≤14 tahun mengalami anemia dan
menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia meningkat, terdapat 26,4% anak
umur 5 – 14 tahun mengalami anemia. Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah
remaja di Indonesia mencapai 147 juta jiwa atau sekitar 18,5% dari total penduduk Indonesia.
Menurut Riskesdas tahun 2013, menyatakan bahwa proporsi anemia berdasarkan jenis kelamin
pada perempuan 23,4% lebih tinggi dibandingkan anemia pada laki-laki 18,4%.
Kelompok remaja putri merupakan salah satu kelompok yang lebih rentan terkena
anemia. Salah satu penyebab tejadinya anemia karena kebutuhan zat gizi besi pada remaja putri
meningkat karena masih dalam masa pertumbuhan dan adanya siklus menstruasi setiap bulan
sehingga menyebabkan remaja putri mudah terkena anemia defisiensi besi. Selama masa usia
reproduktif, wanita akan mengalami kehilangan darah akibat peristiwa menstruasi.
PERMASALAHAN
- Kurangnya informasi remaja putri mengenai tablet tambah darah
- Kurangnya pengetahuan mengenai cara dan jadwal mengonsumsi tablet tambah darah
- Perlunya upaya preventif dan promotif terhadap penyakit anemia defisiensi besi
khususnya untuk remaja putri
- Melakukan pembagian tablet tambah darah untuk remaja putri sesuai jumlah siswi
- Melakukan edukasi dan konseling mengenai tujuan, fungsi, jadwal minum, serta efek
samping tablet tambah darah
- Melakukan edukasi mengenai bahaya anemia meliputi penyebab, tanda gejala serta
komplikasi anemia defisiensi besi
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 24 November 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 11.30 WIB
Tempat : SMAN 1 Talang Ubi
Peserta : Seluruh siswi SMAN 1 Talang Ubi
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Selasa, 8 Desember 2020
JUDUL LAPORAN
1. Kegiatan Pemberian Obat Cacing pada Anak Sekolah di SDN 16 Talang Ubi
2. Kegiatan Pemberian Obat Cacing pada Anak Sekolah di MTs Nurul Ikhsan
3. Kegiatan Pemberian Obat Cacing pada Anak Sekolah di SDN 4 Desa Pagarawan
LATAR BELAKANG
Penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara beriklim tropis dan sub tropis. Penyakit ini termasuk kedalam kelompok
penyakit terabaikan bersama Filariasis, Kusta dan Frambosia
Masalah kecacingan terutama terjadi pada daerah dengan kondisi higiene dan Sanitasi
yang kurang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang kurang, infeksi cacing
perut ini dapat mempengaruhi status Gizi, proses tumbuh kembang dan merusak kemampuan
kognitif pada anak yang terinfeksi kasus-kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa disebabkan oleh
karena kecacingan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang bebas dari infeksi cacing,
tubuhnya memiliki kemampuan untuk menyerap protein, karbohidrat, vitamin A dan zat besi
secara optimal, sehingga dapat meningkatkan status gizi dan kemampuan tumbuh
kembangnya.Strategi pemberian obat cacing masal dilakukan secara terintegrasi dengan program
pemberian vitamin A pada anak usia balita dan melalui program UKS untuk anak sekolah.Tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk menurunkan angka prevalensi kecacingan pada anak usia
prasekolah dan anak usia sekolah melalui pemberian obat cacing terintegrasi.
PERMASALAHAN
- Masih tingginya angka prevalensi kecacingan pada anak
- Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit gizi buruk dan keterikatannya
dengan penyakit kecacingan pada anak
- Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya evaluasi gizi anak, pemeriksaan
rutin dan obat profilaksis penyakit kecacingan pada anak
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 8 Desember 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 10.15 WIB
Tempat : SDN 16 Talang Ubi
Peserta : Siswa kelas I, II dan III
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Kamis, 1 Oktober2020 – Jumat, 2 Oktober 2020
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Rapid Test Covid-19 Massal di Universitas Bangka Belitung
LATAR BELAKANG
Kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami penambahan kasus baru konfirmasi positif sejak
diumumkan pertama kali pada 2 Maret 2020. Tercatat per tanggal 30 September 2020, Indonesia
melaporkan jumlah kasus positif Covid-19berjumlah 282.724 kasus, menempati peringkat kedua
terbanyak di Asia Tenggara setelah Filipina. Dalam hal angka kematian, Indonesia menempati
peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 10.601 kematian. Namun, angka kematian
diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak dihitungnya kasus
kematian dengan gejala Covid-19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites.
Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan Covid-19. Salah satu tindakan
yang dapat dilakukan untuk memutus rantai penularan Covid-19 adalah melakukan tracing atau
pelacakan seluruh kontak erat dengan cara melakukan tes atau deteksi cepat.
Rapid test yang banyak beredar saat ini adalah metode untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan
IgG, yang diproduksi oleh tubuh. WHO secara tegas tidak menyarankan rapid test antibodi
sebagai sarana untuk mendiagnosis COVID-19. Meski begitu, WHO tetap memperbolehkan
penggunaan tes ini untuk penelitian atau pemeriksaan epidemiologi.
PERMASALAHAN
- Kurangnya kegiatan pelacakan atau tracing dan penemuan kasus Covid-19 di wilayah
kabupaten Bangka
- Bertambahnya kasus baru dan kontak erat Covid-19 di masyarakat kecamatan Merawang,
terutama di wilayah institusi Universitas Bangka Belitung
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan selama 2 hari pada:
Hari/tanggal : Kamis, 1 Oktober 2020 s.d. Jumat, 2 Oktober 2020
Pukul : 08.00 WIB s.d. 10.30 WIB
Tempat : Gedung Rektorat Universitas Bangka Belitung
Peserta : 393 orang civitas akademik Universitas Bangka Belitung
SKRINING LANSIA
F5- Upaya Pemberantasan PTM
LATAR BELAKANG
Jumlah kelompok lanjut usia (lansia) di Indonesia yang terus bertambah membuat
Indonesia memasuki aging population. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut
usia tersebut, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat dan mutu kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa
tua bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga serta masyarakat sesuai dengan
keberadaannya.
Berdasarkan data Riskesdas (2018), penyakit yang terbanyak pada lansia untuk penyakit
tidak menular antara lain: hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes
melitus, penyakit jantung dan stroke. Sedangkan, penyakit menular antara lain: ISPA, diare, dan
pneumonia. Kondisi tersebut akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan
orang lain atau perawatan jangka panjang. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif dan
preventif maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan diikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan usia lanjut akan cukup besar, salah satu sarana pelayanan bagi usia lanjut
dilaksanakan melalui posyandu lansia.
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
pada lanjut usia. Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan
kesehatan lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi
lansia dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan skrining berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik
seperti olahraga dan diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan sehingga lansia yang
teratur dalam memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.
PERMASALAHAN
- Banyaknya peserta posyandu yang membutuhkan skrining kesehatan khusus lansia
- Kurangnya tenaga kesehatan untuk lansia di desa-desa
- Kurangnya kesadaran peserta lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
mengenai penyakit tidak menular
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 17 Desember 2020
Pukul : 09.30 WIB s.d. 11.45 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Talang Ubi Selatan
Peserta : 24 orang lansia
Hari/tanggal : Rabu, 31 Maret 2021
Pukul : 09.30 WIB s.d. 11.45 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Desa Betung Barat
Peserta : 35 orang lansia Desa Betung Barat
PERMASALAHAN
- Kurangnya pemahaman masyarakat tentang bahaya penularan Covid-19
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang 3M Covid-19
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan 3M Covid-19 yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari
- Bertambahnya kasus baru Covid-19 di masyarakat Kecamatan Talang Ubi
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 4 Januari 2021
Pukul : 08.30 WIB s.d. 10.30 WIB
Tempat : Kantor Camat Talang Ubi
Peserta : Tokoh masyarakat, ketua RT/RW, kepala desa
3 F5
-------------------------------------------------------
F6 Upaya Pengobatan Dasar
POSYANDU LANSIA
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 7 Januari 2021
Pukul : 09.30 WIB s.d. 11.45 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Desa Benuang
Peserta : 25 orang lansia Desa Benuang
POSYANDU LANSIA
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Selasa, 6 April 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Pelayanan Posyandu Lansia di Desa Pengabuan Timur
LATAR BELAKANG
Jumlah kelompok lanjut usia (lansia) di Indonesia yang terus bertambah membuat
Indonesia memasuki aging population. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut
usia tersebut, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat dan mutu kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa
tua bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga serta masyarakat sesuai dengan
keberadaannya.
Berdasarkan data Riskesdas (2018), penyakit yang terbanyak pada lansia untuk penyakit
tidak menular antara lain: hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes
melitus, penyakit jantung dan stroke. Sedangkan, penyakit menular antara lain: ISPA, diare, dan
pneumonia. Kondisi tersebut akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan
orang lain atau perawatan jangka panjang. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif dan
preventif maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan diikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan usia lanjut akan cukup besar, salah satu sarana pelayanan bagi usia lanjut
dilaksanakan melalui posyandu lansia.
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
pada lanjut usia. Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan
kesehatan lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi
lansia dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan skrining berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik
seperti olahraga dan diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan sehingga lansia yang
teratur dalam memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.
PERMASALAHAN
- Banyaknya peserta posyandu yang membutuhkan pengobatan dasar dan skrining
kesehatan khusus lansia
- Kurangnya tenaga kesehatan untuk lansia di desa-desa
- Kurangnya kesadaran peserta lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
mengenai penyakit tidak menular
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 6 April 2021
Pukul : 09.00 WIB s.d. 11.30 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Desa Pengabuan Timur
Peserta : 27 orang lansia Desa Pengabuan Timur
PERMASALAHAN
- Masih banyak masyarakat yang tidak datang ke faskes puskesmas untuk berobat karena
kendala jarak dan waktu
- Kurangnya sikap bijaksana terkait kesehatan sehingga tidak melakukan pengobatan saat
mengalami penyakit
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 5 April 2021
Pukul : 08.00 WIB s.d. 12.00 WIB
Tempat : Poli umum Puskesmas Abab
Peserta : 18 orang pasien
Terdapat 18 pasien yang berobat di Poli Umum, baik yang mendapatkan obat maupun dirujuk.
Kasus-kasus yang ada di antaranya HHD, hipertensi, DM tipe 2 dengan atau tanpa komplikasi,
ISPA, diare, skabies dan lainnya.
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah follow-up mengenai
kondisi pasien pada saat kontrol berikutnya.
POSYANDU BALITA
Peserta: Masyarakat Desa Tanjung Kurung
Hari/tanggal: Rabu, 13 Januari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Posyandu Balita di Desa Talang Bulang
LATAR BELAKANG
Salah satu upaya cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber dayamanusia adalah
upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakatmerupakan salah satu faktor
yang menentukan kualitas hidup dan produktifitas kerja.Angka kematian yang tinggi pada bayi,
anak balita, ibu melahirkan dan menurunnyadaya kerja fisik, terganggunya perkembangan
mental dan kecerdasan jika ditelusuriadalah akibat langsung maupun tidak langsung dari
kekurangan gizi.
Data Depkes menunjukkan jumlah kasus gizi buruk hingga saat ini masih memprihatinkan.
Prevalensi kasus pun cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dan secara nasional, sebanyak
110 kabupaten/kota di Indonesia mempunyai prevalensi gizi kurang (termasuk gizi buruk) di atas
30%, yang menurut World Health Organization (WHO) dikelompokkan sangat tinggi.
Usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang dilakukan selama ini dititikberatkan pada
penggunaan pesan-pesan gizi sederhana melalui kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat
sendiri. Kegiatan tersebut dipusatkan di posyandu, yang merupakan UKBMyang paling
memasyarakat dewasa ini. Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk
memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu
hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh
pada keadaan status gizi anak balitanya, Karena salah satunya tujuan posyandu adalah memantau
peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil.
Posyandu yang meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, Gizi, Imunisasi, dan
penanggulangan diare dengan sasaran bayi, anak balita, pasangan usia subur dan ibu hamil.
Penyuluhan kesehatan, pemberian makanan tambahan, tablet vitamin A dosis tinggi, pemberian
oralit, dan terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap status gizi anak.
PERMASALAHAN
- Banyaknya anak yang membutuhkan pemantauan status gizi
- Kurangnya pemahaman orang tua tentang permasalahan gizi buruk pada anak
- Kurangnya kesadaran orang tua untuk melakukan pemantauan tumbuh kembang anak
meliputi penimbangan dan pengukuran pertumbuhan di posyandu secara rutin
PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 13 Januari 2021
Pukul : 08.30 WIB s.d. 11.00 WIB
Tempat : Posyandu Desa Talang Bulang
Peserta : Semua anak Desa Talang Bulang