Anda di halaman 1dari 36

F1 Upaya Promosi Kesehatan

PENYULUHAN& PEMBAGIAN MASKER GRATIS

F1-

Peserta: Masyarakat Desa Sungai Baung


Hari/tanggal: Kamis, 21 Januari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Penyuluhan 3M Covid-19 & Pembagian Masker Gratis
LATAR BELAKANG
Indonesia masih bergelut melawan virus Corona hingga saat ini, sama dengan negara lain di
dunia. Kasus virus Corona yang pertama kali diketahui melumpuhkan Kota Wuhan, China pada
akhir 2019 tersebut terus berlanjut hingga penyebaran virus Corona mewabah ke seluruh dunia,
termasuk Indonesia.
Pemerintah Indonesia terus mengumumkan adanya penambahan kasus baru konfirmasi positif
virus corona, sejak diumumkan pertama kali pada 2 Maret 2020. Berdasarkan data dari
covid19.go.id pada tanggal 9 September 2020, banyaknya kasus positif Covid-19 di Indonesia
berjumlah 203.342 kasus. Dari jumlah tersebut, 49.806 kasus Covid-19 di antaranya berada
dalam perawatan dan 8.336 orang lainnya meninggal dunia. Seluruh provinsi di Indonesia telah
melaporkan kasus positif infeksi Covid-19 di wilayahnya.
Jumlah kasus Covid-19 terus bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tak
sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan
Covid-19. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah rantai penularan Covid-19
adalah dengan menerapkan PHBS yang baik, seperti mencuci tangan dengan sabun, diikuti
dengan penggunaan masker dan menjaga jarak minimal 1 meter. Selain penyakit akibat virus
Corona, PHBS yang baik juga dapat mengurangi jumlah kasus penyakit menular di masyarakat.

PERMASALAHAN
- Kurangnya pemahaman masyarakat tentang bahaya penularan Covid-19
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang 3M Covid-19
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan 3M Covid-19 yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Penyuluhan mengenai bahaya penularan virus Corona
- Penyuluhan tentang penerapan 3M COVID-19 (Memakai masker, Mencuci tangan, dan
Menjaga Jarak)
- Simulasi pemakaian masker dan cuci tangan yang baik dan benar
- Pembagian masker gratis

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan di dua tempat, antara lain:
1. Hari/tanggal : Kamis, 21 Januari 2021
Pukul : 09.10 WIB s.d. 09.45 WIB
Tempat : Puskesmas Sungai Baung
Peserta : 20-30 orang

2. Hari/tanggal : Kamis, 10 September 2020


Pukul : 10.00 WIB s.d. 10.30 WIB
Tempat : Pasar Tradisional Desa Pagarawan
Peserta : 15-20 orang

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan jumlah masyarakat yang
berpartisipasi dan timbulnya kesadaran dan perilaku warga untuk menerapkan 3M Covid-19,
serta perkembangan jumlah kasus Covid-19 di masyarakat.

SKRINING KESEHATAN ANAK SEKOLAH


F1

Peserta: Masyarakat, Dokter Pendamping


Hari/tanggal: Rabu, 18 November 2020
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Skrining Kesehatan Anak Sekolah di TK Satu Atap
LATAR BELAKANG
Usia sekolah merupakan 30% dari populasi penduduk di Indonesia. Populasi ini berkisar
dariusia 6 sampai dengan 21 tahun dan sebagian besar (70%) berada di bangku sekolah. Oleh
karena jumlah yang besar dan mudah dijangkau serta terorganisasi, maka anak usia sekolah
merupakan sasaran yang strategis.Masalah kesehatan yang dialami anak sekolah sangat
kompleks dan bervariasi. Pada anak TK dan SD biasanya berkaitan dengan prilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) sedangkan untuk tingkat SLTP dan SLTA umumnya berkaitan dengan
perilaku berisiko. Beberapapenelitian menunjukkan bahwa sebagian anak SD mengalami
masalah kesehatan berupa KurangEnergi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), Anemia Defisiensi Zat Besi, Obesitas, Kecacingan, penyakit periodontal dan kelainan
refraksi.
Program skrining kesehatan anak usia sekolah diutamakan sebagai upaya peningkatan
kesehatan(promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif). Salah satu upaya preventif
tersebutadalah upaya penjaringan/skrining yang dilakukan terhadap anak yang baru masuk
sekolah dasar. Kegiatan skrining bertujuan untuk mengetahui secara dini masalah kesehatananak
sekolah sehingga dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk mencegah memburuknya penyakit,
mengumpulkan data dan informasi masalah kesehatan anak sekolah untuk dijadikan bahan untuk
penyusunan perecanaan, pemantauan dan evaluasi program UKS.

PERMASALAHAN
- Kurangnya kesadaran anak mengenai diri yang sehat dan terawat
- Kurangnya kesadaran anak mengenai masalah kesehatan
- Kurangnya pengetahuan anak mengenai cara merawat dan menjaga kesehatan diri

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan penilaian dan wawancara kesehatan fisik anak secara menyeluruh
- Melakukan penilaian dan pemeriksaan fisik umum terhadap kesehatan tubuh anak secara
menyeluruh
- Melakukan edukasi dan konseling mengenai PHBS dan menjaga kesehatan tubuh

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 18 November 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 11.00 WIB
Tempat : TK Satu Atap
Peserta : Siswa TK Satu Atap

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan jumlah anak sekolah yang
berpartisipasi, meningkatnya pengetahuan anak mengenai kesehatan diri dan cara menjaga dan
merawat kesehatan diri, jumlah anak dengan masalah kesehatan dan tindak lanjut ke puskesmas.
Kamis, 26 November 2020
1. Judul Laporan
Penyuluhan Buku Sehat KIA Kemenkes Bab Imunisasi di Posyandu Talang Akar
2. Latar Belakang
Setiap tahun penduduk Indonesia bertambah 5 juta sehingga perlu dilakukan pantauan
pada ibu hamil dan anak sampai balita agar kesehatan dan pertumbuhan serta
perkembangan termonitor dengan baik, untuk menghindari peningkatan Angka Kematian
Ibu serta peningkatan Angka Stunting pada anak. Buku KIA menggantikan KMS (Kartu
Menuju Sehat). Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa buku KIA menjadi satu-
satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dimulai dari kehamilan,
melahirkan, dan selama nifas, hingga bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun. Pemerintah
mengharapkan semua ibu hamil dan yang memiliki anak usia 0-5 tahun punya buku KIA,
karena selain sebagai catatan data, didalamnya juga banyak pesan bergambar yang
bermanfaat untuk ibu dan anak.
Di dalam buku KIA, ibu diberikan informasi tentang kelengkapan imunisasi yang
harus diberikan pada anak sesuai dengan ketentuam IDAI secara lengkap, karena
imunisasi selain melindungi anak dari penyakit infeksi menular, imunisasi juga membantu
orang sekitar yang mengalami immunosompromised. Dengan begitu, ibu dapat segera
mendatangi pusat pelayanan kesehatan dan diberikan imunisasi sesuai dengan anak ibu.

3. Rumusan Masalah
Apakah dengan penyuluhan untuk membaca buku KIA Bab Imunisasi kepada ibu-ibu
pengunjung bisa meningkatkan pengetahuan dan minat ibu-ibu untuk melakukan imunisasi
secara rutin dan lengkap?

4. Perencanaan
 Strategi yang akan dilakukan adalah:
 Mengumpulkan semua ibu yang membawa anaknya untuk dilakukan imunisasi
 Pemaparan materi Bab Imunisasi
 Menjelaskan isi halaman pada Bab Imunisasi pada buku sehat KIA Kemenkes RI
 Diskusi tanya jawab dengan pasien
5. Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada Kamis, 26 November 2020 di Posyandu Talang Akar
oleh dr. Farhan Hadi. Penyuluhan dilakukan untuk melaksanakan edukasi mengenai Buku
KIA bab Imunisasi pada 17 ibu yang ingin melakukan imunisasi pada anaknya di Puskesmas
Sungai Baung. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah:
 Melakukan edukasi :
- Jadwal imunisasi
- Jenis vaksin apa yang akan diberikan pada anak
- Pentingnya imunisasi untuk anak dan lingkungan
- Pentingnya melakukan pencatatan imunisasi anak, sehingga Buku KIA harus dijaga
dengan baik
 Memperagakan cara pembacaan buku KIA bab Imunisasi halaman 38 dan 49
 Diskusi dan Triangulasi oleh dr. Farhan Hadi

6. Monitoring dan Evaluasi


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan penyuluhan membaca buku KIA bab
Imunisasi pada ibu yang membawa anaknya untuk imunisasi di Puskesmas Talang Ubi adalah
dengan triangulasi langsung pada peserta edukasi.

3 F1

F2 Upaya Kesehatan Lingkungan

DEMAM BERDARAH DENGUE


Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Rabu, 2 Desember 2020
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Edukasi Pemberantasan Sarang Nyamuk dalam Pencegahan Penyakit Menular DBD
LATAR BELAKANG
Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas
lampiranKeputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/ MENKES/SK/1992, dimanamenitikberatkan
pada upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasansarang nyamuk (PSN) selain
penatalaksanaan penderita DBD denganmemperkuat kapasitas pelayanan kesehatan dan sumber
daya, memperkuatsurveilans epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap
KejadianLuar Biasa (KLB) DBD.
Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat inibelum tersedia, maka
cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalahdengan pengendalian vektor penular
(Aedes aegypti). Pengendalian vektorini dapat dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan PSN 3M
Plus. Pencegahanpenyakit demam berdarah melalui program kebersihan lingkungan, yakni
memutus mata rantai sebaran nyamuk penyebab demam berdarah.
Gerakan 3M plus adalah tiga cara plus dilakukan pada saat PSN, minimal satu minggu
sekali agar rumah bebas dari jentik nyamuk. Rumah bebas jentik sangat bermanfaat
karenapopulasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara
nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.

PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran lingkungan dalam penularan penyakit DBD
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan penyakit DBD
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit DBD

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan edukasi tentang bagaimana gejala-gejala terjadinya demam dengue
ataudemam berdarah dengue, bagaimana bentuk dari nyamuk Aedes aegyptii dan
tempatsarang nyamuk serta tempat untuk berkembang biak
- Melakukan edukasimengenai cara melakukan pemberantasan pada sarang nyamuk (3M
Plus), dankapan harus dilakukan
- Melakukan tanya jawab secara langsung

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 2 Desember 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 09.35 WIB
Tempat : Puskesmas Talang Ubi
Peserta : Pasien DBD

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan meningkatnya pengetahuan
pasien mengenai penyakit DBD dan cara menjaga kesehatan diri dan lingkungan dalam
pencegahan penularan penyakit DBD, serta meningkatnya pelaksanaan 3M Plus di masyarakat.

SKABIES
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Selasa, 15 Desember 2020
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Edukasi Pemberantasan Tungau dalam Pencegahan Penyakit Menular Skabies
LATAR BELAKANG
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)Sarcoptes scabei, yang
termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuransangat kecil dan hanya bisa dilihat
dengan mikroskop atau bersifatmikroskopis. Penyakit skabies sering disebut kutu badan.
Penyakit ini jugamudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
dansebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melaluisentuhan langsung
dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju,seprai, handuk, bantal, air, atau sisir
yang pernah dipergunakan penderita danbelum dibersihkan dan masih terdapat tungau
sarcoptesnya.
Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-selajari, siku,
selangkangan. Skabies identik dengan penyakit anak pondokpesantren, penyebabnya adalah
kondisi kebersihan yang kurang terjaga,sanitasi yang buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan
terlalu lembab dankurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit
scabiesmenular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehinggadalam
pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh padasemua orang dan
lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karenaapabila dilakukan pengobatan secara
individual maka akan mudah tertularkembali penyakit skabies.

PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian skabies terutama di pondok pesantren/asrama
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran lingkungan dalam penularan penyakit
skabies
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan penyakit skabies
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit skabies

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan edukasi tentang bagaimana gejala-gejala terjadinya skabies
- Melakukan edukasi tentang bagaimana bentuk dari tungau dan tempatsarang tungau serta
tempat untuk berkembang biak.
- Melakukan edukasi mengenai cara melakukan pemberantasan tungau, dankapan harus
dilakukan
- Melakukan tanya jawab secara langsung

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 26 Januari 2021
Pukul : 10.00 WIB s.d. 10.30 WIB
Tempat : Puskesmas Talang Ubi
Peserta : Pasien skabies

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan meningkatnya pengetahuan
pasien mengenai penyakit skabies dan cara menjaga kesehatan diri dan lingkungan dalam
pencegahan penularan penyakit skabies.

DEMAM TIFOID
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Kamis, 15 April 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Edukasi Jamban Sehat dalam Pencegahan Penyakit Menular Demam Tifoid
LATAR BELAKANG
Demam tifoid ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik perkotaanmaupun
pedesaan.Penyakit demam tifoid erat kaitannya dengan hygiene dansanitasi lingkungan seperti
hygiene perseorangan dan hygiene makanan yang tidaksehat, lingkungan yang kumuh,
kebersihan tempat-tempat umum yang kurangserta perilaku masyarakat yang tidak mendukung
untuk hidup sehat.Demam tifoidbersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat
sehinggapenyakit demam tifoid harus mendapatkan perhatian serius karenapermasalahannya
yang sangat kompleks sehingga menyulitkan upaya pengobatandan pencegahan.
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu penyebab terjadi kejadiandemam tifoid. Hal ini
dibuktikan pada suatu penelitian dimana ada lima faktor yang mempengaruhi kejadian demam
tifoid, antara lain: kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan jajan makanan di luar rumah, sumber air
bersih, riwayat tifoid anggota keluarga, dan kepemilikan jamban.

PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian demam tifoid di wilayah kerja puskesmas
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan penyakit demam tifoid
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran sanitasi lingkungan dalam penularan
penyakit demam tifoid
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit demam
tifoid

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan edukasi tentang bagaimana gejala-gejala terjadinya dan cara penularan
penyakit demam tifoid
- Melakukan edukasi tentang bagaimana cara pencegahan penularan penyakit demam tifoid
- Melakukan edukasi mengenai peran sanitasi lingkungan dalam pencegahan penularan
penyakit demam tifoid
- Melakukan edukasimengenai kriteria atau syarat jamban sehat
- Melakukan tanya jawab secara langsung

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 15 April 2021
Pukul : 10.00 WIB s.d. 10.30 WIB
Tempat : Puskesmas Abab
Peserta : Pasien demam tifoid

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan meningkatnya pengetahuan
pasien mengenai penyakit demam tifoid dan cara menjaga kesehatan diri dan lingkungan dalam
pencegahan penularan penyakit demam tifoid, meningkatnya persentase kepemilikan jamban
sehat dan sumber air bersih di masyarakat.

3 F2
------------------------------------------------------------------------------------
DIARE
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Senin, 22 Februari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Edukasi PHBS dalam Pencegahan Penyakit Menular Diare
LATAR BELAKANG
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Halini
dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian terutamapada
balita. Di dunia, terdapat 1,7 milliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya. Sedangkandi
Indonesia, menurut prevalensi yang di dapat dari berbagai sumber, salah satunya padapenderita
diare di Indonesia berasal dari semua umur, namun prevalensi tertinggi penyakitdiare di derita
oleh balita, terutama pada usia <1 tahun (7%) dan 1-4 tahun.
Penyebab diare pada balita tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan hidup sehat dari setiap
keluarga dan sanitasi lingkungan yang tidak sehat. Berdasarkan hal tersebut dapatdisimpulkan
bahwa yang mempengaruhi terjadinya diare melalui faktor lingkungan yaitumulai dari sarana air
bersih, jamban (sarana pembuangan tinja), dan kondisi kesehatan rumah,serta kebiasaan mencuci
tangan. Semua hal tersebut merupakan bagian yang penting darisanitasi lingkungan.
PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian diare di wilayah kerja puskesmas
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan diare
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran sanitasi lingkungan dalam penularan
penyakit diare
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit diare

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan edukasi tentang bagaimana gejala-gejala terjadinya dan cara penularan
penyakit diare
- Melakukan edukasi tentang bagaimana cara pencegahan penularan penyakit diare
- Melakukan edukasi mengenai peran sanitasi lingkungan dalam pencegahan penularan
penyakit diare
- Melakukan edukasimengenai PHBS
- Melakukan tanya jawab secara langsung

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 22Februari 2021
Pukul : 12.30 WIB s.d. 13.00 WIB
Tempat : Poliklinik puskesmas
Peserta : Pasien gastroentritis akut/diare

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan meningkatnya pengetahuan
pasien mengenai penyakit diare dan cara menjaga kesehatan diri dan lingkungan dalam
pencegahan penularan penyakit diare, meningkatnya persentase cuci tangan di masyarakat.

DIARE
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Senin, 22 Februari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Edukasi Kesehatan Sanitasi Lingkungan dalam Pencegahan Penyakit Menular Diare
LATAR BELAKANG
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Halini
dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian terutamapada
balita. Di dunia, terdapat 1,7 milliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya. Sedangkandi
Indonesia, menurut prevalensi yang di dapat dari berbagai sumber, salah satunya padapenderita
diare di Indonesia berasal dari semua umur, namun prevalensi tertinggi penyakitdiare di derita
oleh balita, terutama pada usia <1 tahun (7%) dan 1-4 tahun.
Penyebab diare pada balita tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan hidup sehat dari setiap
keluarga dan sanitasi lingkungan yang tidak sehat. Berdasarkan hal tersebut dapatdisimpulkan
bahwa yang mempengaruhi terjadinya diare melalui faktor lingkungan yaitumulai dari sarana air
bersih, jamban (sarana pembuangan tinja), dan kondisi kesehatan rumah,serta kebiasaan mencuci
tangan. Semua hal tersebut merupakan bagian yang penting darisanitasi lingkungan.
PERMASALAHAN
- Meningkatnya angka kejadian diare di wilayah kerja puskesmas
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara penularan diare
- Kurangnya kesadaran pasien mengenai peran sanitasi lingkungan dalam penularan
penyakit diare
- Kurangnya pengetahuan pasien mengenai cara pencegahan penularan penyakit diare

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan edukasi tentang bagaimana gejala-gejala terjadinya dan cara penularan
penyakit diare
- Melakukan edukasi tentang bagaimana cara pencegahan penularan penyakit diare
- Melakukan edukasi mengenai peran sanitasi lingkungan dalam pencegahan penularan
penyakit diare
- Melakukan edukasimengenai jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah
(SPAL), tempat pengelolaan sampah (TPS) yang baik dan sehat
- Melakukan tanya jawab secara langsung

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 22 Februari 2021
Pukul : 12.30 WIB s.d. 13.00 WIB
Tempat : Poliklinik puskesmas
Peserta : Pasien gastroentritis akut/diare

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan meningkatnya pengetahuan
pasien mengenai penyakit diare dan cara menjaga kesehatan diri dan lingkungan dalam
pencegahan penularan penyakit diare, membaiknya sanitasi lingkungan di masyarakat.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

F3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta KB

KELAS IBU HAMIL


F3 - KIA

Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Senin, 21 Desember 2020
JUDUL LAPORAN
1. Kegiatan Kelas Ibu Hamil di Desa Talang Bulang
2. Kegiatan Kelas Ibu Hamil di Desa Karang Agung
3. Kegiatan Kelas Ibu Hamil di Desa Pagarawan
LATAR BELAKANG
Indikator kritis status kesehatan para perempuan dinilai berdasarkan tingginya angka
kematian ibu (AKI).Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu tersebut antara lain; akibat
perdarahan sebesar 28%, eklamsia sebesar 24%, dan infeksi sebesar 11%, sedangkan penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan sebesar
37%,dan anemia pada saat kehamilan sebesar 40% .
Angka kematian ibu dan bayi masih tinggi dan belum mencapai standar kesehatan
nasional. Walaupun sumber dana sector kesehatan terus bertambah, disokong dengan
peningkatan SDM kesehatan yang terus bertambah kuantitasnya, namun dirasa belum dapat
sepenuhnya menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.Untuk mempercepat pencapaian
program MDG’s diperlukan upaya percepatan penurunan AKI dengan harapan kesadaran
terhadap pentingnya kesehatan selama kehamilan menjadi meningkat. Oleh karena itu, program
yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan untuk mendukung langkah tersebut adalah
dengam mengadakan kelas ibu hamil.
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
perawatan bayi baru lahir,mitos,penyakit menular dan akte kelahiran.Kelas ibu bisa juga
dikembangkan dalam kegiatan Posyandu, PAUD dan BKB yang nantinya akan melibatkan
kader, petugas kesehatan dan penyuluh KB dalam pelaksanaannya. Pada akhirnya dengan adanya
Kelas Ibu ini , diharapkan meningkatnya jumlah ibu hamil dan ibu balita yang memiliki dan
memanfaatkan buku KIA, sehingga secara holistik bisa menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) dalam menyokong Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan
Keluarga.
PERMASALAHAN
- Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya menjaga kesehatan ibu dan janin
selama kehamilan
- Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai resiko kehamilan dan tanda bahaya dalam
kehamilan
- Kurangnya kesadaran ibu hamil mengenai pentingnya melakukan skrining penyakit
menular seksual dan ante natal care (ANC) pada kehamilan
- Masih tingginya angka kematian ibu hamil di Indonesia

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

- Melalukan edukasi ulang sesuai buku KIA


- Melakukan penilaian dan pemeriksaan buku KIA untuk menilai seberapa patuh ibu dalam
memeriksakan kehamilannya
- Melakukan edukasi dan konseling mengenai penyakit infeksi menular seksual
- Melakukan skrining penyakit menular seksual seperti HIV, Hepatitis B dan Sifilis

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 21 Desember 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 11.30 WIB
Tempat : Poskesdes Talang Bulang
Peserta : Seluruh ibu hamil Desa Talang Bulang

Kegiatan dilaksanakan pada:


Hari/tanggal : Kamis, 25 Maret 2021
Pukul : 09.00 WIB s.d. 11.30 WIB
Tempat : Poskesdes Karang Agung
Peserta : Seluruh ibu hamil Desa Karang Agung

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan pelayanan ini adalah berdasarkan jumlah ibu
hamil yang mengikuti kelas ibu hamil, timbulnya pemahaman dan kesadaran ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilan ke tenaga medis, jumlah ibu hamil yang melahirkan ditolong oleh
tenaga medis, serta angka kematian ibu dan bayi.

PENYULUHAN BUKU KIA 2020


F3 - KIA

Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Kamis, 14 Januari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Sosialisasi Update Buku KIA Revisi Tahun 2020
LATAR BELAKANG
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) selalu diperbaharui menyesuaikan dengan
informasi terkini setiap tahunnya dengan perubahan total setiap lima tahun.Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 284/Menkes/SK/III/2004 tentang Buku Kesehatan Ibu dan
Anak menetapkan bahwa Buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas, hingga bayi yang
dilahirkan berumur 5 tahun, termasuk pelayanan KB, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang anak.
Dari data Survei Kesehatan Nasional (Sirkesnas 2016) didapatkan bahwa 81,5% ibu
hamil menyatakan memiliki buku KIA tetapi hanya 60,5% di antaranya yang mampu
menunjukkannya. Padahal hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) dan Survei
Kesehatan Nasional (Sirkesnas 2016) menunjukkan adanya keterkaitan antara kepemilikan Buku
KIA dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu yang memiliki Buku KIA
sering melakukan pemeriksaan kehamilan dan melakukan persalinan dengan bantuan tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan. Hal ini berbanding terbalik dengan ibu yang tidak memiliki
Buku KIA.
Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus memiliki, membaca dan memahami isi Buku KIA.
Satu anak perlu memiliki satu buku KIA untuk memantau tumbuh kembangnya. Buku KIA harus
disimpan, tidak boleh rusak / hilang serta perlu dibawa saat berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Ibu bisa menanyakan informasi dari Buku KIA yang belum dipahami dan
berkonsultasi tentang masalah kesehatan ke kader atau petugas kesehatan.
PERMASALAHAN
- Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya menjaga kesehatan ibu dan janin
selama kehamilan
- Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai resiko kehamilan dan tanda bahaya dalam
kehamilan
- Kurangnya pengetahuan ibu mengenai pemantauan kesehatan anak sejak lahir hingga
umur 5 tahun
- Kurangnya tenaga kesehatan untuk menjangkau dan mengedukasi masyarakat terutama
ibu hamil mengenai kesehatan ibu dan anak
- Masih tingginya angka kematian ibu hamil dan anak di Indonesia

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

- Melakukan sosialisasi perbedaan buku KIA versi cetakan 2019 dan revisi 2020
- Melakukan sosialisasi mengenai ruang lingkup pendataan pelayanan KIA oleh bidan,
kader, dokter, dan dokter spesialis
- Melakukan pembagian buku KIA revisi tahun 2020
- Melakukan diskusi dan tanya jawab

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 14 Januari 2021
Pukul : 09.00 WIB s.d. 12.30 WIB
Tempat : Poskesdes Suka Maju
Peserta : Seluruh bidan/bidan desa

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan pelayanan ini adalah berdasarkan jumlah peserta
yang hadir, pemahaman bidan dan kader mengenai perbedaan revisi buku KIA terbaru dan lama,
serta pemahaman bidan dan kader mengenai ruang lingkup pelayanan dan pendokumentasian
sesuai buku KIA terbaru revisi 2020.

3 F3
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
LOMBA BAYI/BALITA SEHAT DESA KIMAK
F3 - KIA

Peserta: Masyarakat, Kepala Desa, Bidan Desa


Hari/tanggal: Senin, 5 Oktober 2020
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Lomba Bayi dan Balita Sehat Desa Kimak
LATAR BELAKANG
Periode emas dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dari
sejak masa kanak-kanak. Pertumbuhan dan perkembangan manusia terjadi secara bertahap, yaitu
bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Masa balita merupakan tahap pertumbuhan anak
mulai dari bayi sampai usia 5 tahun. Masa balita merupakan pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada usia ini, otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan
istilah periode emas atau “the golden age”. Pada periode emas yaitu dari usia nol sampai dua
tahun, anak harus mendapatkan kecukupan secara menyeluruh baik dari sisi kesehatan, gizi,
pengasuhan dan pendidikan. Oleh karena itu, setiap orang tua dituntut untuk mampu memberikan
berbagai rangsangan atau stimulus untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
balita sesuai usianya.
Lomba bayi dan balita sehat bertujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan balita.
Lomba ini dibagi dalam dua kategori. Lomba bayi sehat untuk usia 0-12 bulan dan lomba balita
sehat untuk usia 1-5 tahun. Melalui kegiatan lomba bayi dan balita sehat diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan orang tua agar mampu memelihara serta
meningkatkan status kesehatan bayi dan balitanya.

PERMASALAHAN
- Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan dan tumbuh kembang bayi dan
balita yang sesuai usia
- Kurangnya kesadaran orang tua untuk melakukan skrining kesehatan dan pemeriksaan
tumbuh kembang bayi dan balita secara berkala
- Kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya imunisasi dalam pencegahan
penyakit menular pada bayi dan balita

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan penilaian dan wawancara kelengkapan riwayat kelahiran bayi, riwayat
imunisasi, dan tumbuh kembang bayi dan balita
- Melakukan penilaian dan pemeriksaan fisik umum terhadap kesehatan tubuh bayi dan
balita
- Melakukan edukasi dan konseling program imunisasi dan pemantauan tumbuh kembang
bayi dan balita
- Seleksi bayi dan balita sehat berdasarkan jumlah poin penilaian bayi dan balita sehat
- Pengumuman dan pemberian hadiah bayi dan balita sehat se-Desa Kimak tahun 2020

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 5 Oktober 2020
Pukul : 09.30 WIB s.d. 12.45 WIB
Tempat : Posyandu Desa Kimak
Peserta : Seluruh bayi dan balita di Desa Kimak
MONITORING & EVALUASI
Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan jumlah bayi dan balita
yang berpartisipasi, antusiasme orang tua untuk mengikutsertakan bayi dan balita dalam program
imunisasi serta memeriksakan kesehatan serta tumbuh kembang bayi dan balita secara rutin.
F4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH


F4 - Gizi

Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Selasa, 24 November 2020
JUDUL LAPORAN
1. Kegiatan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Remaja Putri di SMAN 1 Talang
Ubi
2. Kegiatan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Remaja Putri di MTS Nurul
Falah

LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selama
masa ini banyak persoalan yang dihadapi para remaja yang berkaitan dengan masalah gizi.
Masalah yang berkaitan dengan gizi yang paling sering dijumpai pada remaja putri adalah
anemia, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria.
WHO menjelaskan bahwa anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur
dan jenis kelamin. Anemia defisiensi zat besi merupakan jenis kasus anemia yang sering
ditemukan. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah
sel darah merah dibawah nilai normal sesuai dengan usia seseorang.
Masalah anemia masih merupakan masalah gizi di dunia terutama di negara berkembang
dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Menurut WHO, terdapat 47,5% wanita usia subur di
Asia Tenggara dan 45,7% yang menderita anemia. Prevalensi anemia di Indonesia menurut
Riskesdas tahun 2010 terdapat lebih dari 10% anak umur ≤14 tahun mengalami anemia dan
menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia meningkat, terdapat 26,4% anak
umur 5 – 14 tahun mengalami anemia. Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah
remaja di Indonesia mencapai 147 juta jiwa atau sekitar 18,5% dari total penduduk Indonesia.
Menurut Riskesdas tahun 2013, menyatakan bahwa proporsi anemia berdasarkan jenis kelamin
pada perempuan 23,4% lebih tinggi dibandingkan anemia pada laki-laki 18,4%.
Kelompok remaja putri merupakan salah satu kelompok yang lebih rentan terkena
anemia. Salah satu penyebab tejadinya anemia karena kebutuhan zat gizi besi pada remaja putri
meningkat karena masih dalam masa pertumbuhan dan adanya siklus menstruasi setiap bulan
sehingga menyebabkan remaja putri mudah terkena anemia defisiensi besi. Selama masa usia
reproduktif, wanita akan mengalami kehilangan darah akibat peristiwa menstruasi.
PERMASALAHAN
- Kurangnya informasi remaja putri mengenai tablet tambah darah
- Kurangnya pengetahuan mengenai cara dan jadwal mengonsumsi tablet tambah darah
- Perlunya upaya preventif dan promotif terhadap penyakit anemia defisiensi besi
khususnya untuk remaja putri

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

- Melakukan pembagian tablet tambah darah untuk remaja putri sesuai jumlah siswi
- Melakukan edukasi dan konseling mengenai tujuan, fungsi, jadwal minum, serta efek
samping tablet tambah darah
- Melakukan edukasi mengenai bahaya anemia meliputi penyebab, tanda gejala serta
komplikasi anemia defisiensi besi

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 24 November 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 11.30 WIB
Tempat : SMAN 1 Talang Ubi
Peserta : Seluruh siswi SMAN 1 Talang Ubi

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan pelayanan ini adalah berdasarkan jumlah siswi
yang mendapat tablet tambah darah, timbulnya kesadaran dan pemahaman remaja putri dalam
mencegah dan mengenali tanda-tanda anemia, serta angka kejadian anemia pada remaja putri.

PEMBERIAN OBAT CACING PADA ANAK SEKOLAH


F4 - Gizi

Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Selasa, 8 Desember 2020
JUDUL LAPORAN
1. Kegiatan Pemberian Obat Cacing pada Anak Sekolah di SDN 16 Talang Ubi
2. Kegiatan Pemberian Obat Cacing pada Anak Sekolah di MTs Nurul Ikhsan
3. Kegiatan Pemberian Obat Cacing pada Anak Sekolah di SDN 4 Desa Pagarawan
LATAR BELAKANG
Penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara beriklim tropis dan sub tropis. Penyakit ini termasuk kedalam kelompok
penyakit terabaikan bersama Filariasis, Kusta dan Frambosia
Masalah kecacingan terutama terjadi pada daerah dengan kondisi higiene dan Sanitasi
yang kurang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang kurang, infeksi cacing
perut ini dapat mempengaruhi status Gizi, proses tumbuh kembang dan merusak kemampuan
kognitif pada anak yang terinfeksi kasus-kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa disebabkan oleh
karena kecacingan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang bebas dari infeksi cacing,
tubuhnya memiliki kemampuan untuk menyerap protein, karbohidrat, vitamin A dan zat besi
secara optimal, sehingga dapat meningkatkan status gizi dan kemampuan tumbuh
kembangnya.Strategi pemberian obat cacing masal dilakukan secara terintegrasi dengan program
pemberian vitamin A pada anak usia balita dan melalui program UKS untuk anak sekolah.Tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk menurunkan angka prevalensi kecacingan pada anak usia
prasekolah dan anak usia sekolah melalui pemberian obat cacing terintegrasi.
PERMASALAHAN
- Masih tingginya angka prevalensi kecacingan pada anak
- Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit gizi buruk dan keterikatannya
dengan penyakit kecacingan pada anak
- Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya evaluasi gizi anak, pemeriksaan
rutin dan obat profilaksis penyakit kecacingan pada anak

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

- Melakukan pembagian tablet albendazol untuk anak kelas I-III


- Melakukan edukasi dan konseling mengenai tujuan, fungsi, jadwal minum, serta efek
samping obat cacing
- Melakukan edukasi mengenai penyakit kecacingan meliputi penyebab, tanda gejala serta
komplikasi penyakit
- Melakukan edukasi mengenai pentingnya pencegahan penyakit kecacingan melalui
PHBS dan obat profilaksis

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 8 Desember 2020
Pukul : 09.00 WIB s.d. 10.15 WIB
Tempat : SDN 16 Talang Ubi
Peserta : Siswa kelas I, II dan III

Kegiatan dilaksanakan pada:


Hari/tanggal : Selasa, 14 April 2021
Pukul : 09.00 WIB s.d. 10.15 WIB
Tempat : MTs Nurul Ikhsan
Peserta : Siswa kelas I, II dan III

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan pelayanan ini adalah jumlah siswa yang mendapat
obat cacing, timbulnya kesadaran dan pemahaman anak dalam mencegah dan mengenali tanda-
tanda penyakit kecacingan, serta angka kejadian penyakit cacing dan gizi kurang/buruk pada
anak.
3 F4
--------------------------------------------------------------
F5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

RAPID TEST MASSAL UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG


F5-

Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Kamis, 1 Oktober2020 – Jumat, 2 Oktober 2020
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Rapid Test Covid-19 Massal di Universitas Bangka Belitung

LATAR BELAKANG
Kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami penambahan kasus baru konfirmasi positif sejak
diumumkan pertama kali pada 2 Maret 2020. Tercatat per tanggal 30 September 2020, Indonesia
melaporkan jumlah kasus positif Covid-19berjumlah 282.724 kasus, menempati peringkat kedua
terbanyak di Asia Tenggara setelah Filipina. Dalam hal angka kematian, Indonesia menempati
peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 10.601 kematian. Namun, angka kematian
diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak dihitungnya kasus
kematian dengan gejala Covid-19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites.
Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan Covid-19. Salah satu tindakan
yang dapat dilakukan untuk memutus rantai penularan Covid-19 adalah melakukan tracing atau
pelacakan seluruh kontak erat dengan cara melakukan tes atau deteksi cepat.
Rapid test yang banyak beredar saat ini adalah metode untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan
IgG, yang diproduksi oleh tubuh. WHO secara tegas tidak menyarankan rapid test antibodi
sebagai sarana untuk mendiagnosis COVID-19. Meski begitu, WHO tetap memperbolehkan
penggunaan tes ini untuk penelitian atau pemeriksaan epidemiologi.

PERMASALAHAN
- Kurangnya kegiatan pelacakan atau tracing dan penemuan kasus Covid-19 di wilayah
kabupaten Bangka
- Bertambahnya kasus baru dan kontak erat Covid-19 di masyarakat kecamatan Merawang,
terutama di wilayah institusi Universitas Bangka Belitung

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Menjelaskan prosedur pemeriksaan rapid test, komunikasi risiko dan informed consent
kepada karyawan dan civitas akademik UBB yang telah terdaftar
- Melakukan pengambilan sampel darah vena dengan cara flebotomi
- Melakukan pemeriksaan spesimen serum darah vena ke alat rapid tes antibodi Covid-19
- Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil rapid test antibodi Covid-19

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan selama 2 hari pada:
Hari/tanggal : Kamis, 1 Oktober 2020 s.d. Jumat, 2 Oktober 2020
Pukul : 08.00 WIB s.d. 10.30 WIB
Tempat : Gedung Rektorat Universitas Bangka Belitung
Peserta : 393 orang civitas akademik Universitas Bangka Belitung

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan jumlah karyawan yang
dilakukan rapid tes, serta pencatatan dan pelaporan jumlah kasus yang reaktif maupun non
reaktif Covid-19.

SKRINING LANSIA
F5- Upaya Pemberantasan PTM

Peserta: Masyarakat Desa Semangus


Hari/tanggal: Kamis, 17 Desember 2020
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Pelayanan Skrining PTM pada Lansia di Posyandu Talang Ubi Selatan
Kegiatan Pelayanan Skrining PTM pada Lansia di Posyandu Desa Betung Barat

LATAR BELAKANG
Jumlah kelompok lanjut usia (lansia) di Indonesia yang terus bertambah membuat
Indonesia memasuki aging population. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut
usia tersebut, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat dan mutu kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa
tua bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga serta masyarakat sesuai dengan
keberadaannya.
Berdasarkan data Riskesdas (2018), penyakit yang terbanyak pada lansia untuk penyakit
tidak menular antara lain: hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes
melitus, penyakit jantung dan stroke. Sedangkan, penyakit menular antara lain: ISPA, diare, dan
pneumonia. Kondisi tersebut akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan
orang lain atau perawatan jangka panjang. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif dan
preventif maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan diikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan usia lanjut akan cukup besar, salah satu sarana pelayanan bagi usia lanjut
dilaksanakan melalui posyandu lansia.
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
pada lanjut usia. Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan
kesehatan lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi
lansia dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan skrining berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik
seperti olahraga dan diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan sehingga lansia yang
teratur dalam memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.
PERMASALAHAN
- Banyaknya peserta posyandu yang membutuhkan skrining kesehatan khusus lansia
- Kurangnya tenaga kesehatan untuk lansia di desa-desa
- Kurangnya kesadaran peserta lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
mengenai penyakit tidak menular

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

- Melakukan pencatatan identitas dan anamnesis kepada setiap lansia


- Melakukan pemeriksaan fisik secara umum terutama tekanan darah
- Melakukan pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol pada setiap lansia
- Melakukan edukasi dan konseling mengenai penyakit tidak menular
- Melakukan edukasi mengenai pentingnya mengontrol penyakit tidak menular dengan
rutin ke puskesmas atau puskesmas pembantu atau puskesmas keliling

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 17 Desember 2020
Pukul : 09.30 WIB s.d. 11.45 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Talang Ubi Selatan
Peserta : 24 orang lansia
Hari/tanggal : Rabu, 31 Maret 2021
Pukul : 09.30 WIB s.d. 11.45 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Desa Betung Barat
Peserta : 35 orang lansia Desa Betung Barat

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan pelayanan Posyandu Lansia pada warga setempat
adalah berdasarkan jumlah pasien yang datang dan timbulnya kesadaran dan perilaku pasien
lansia untuk melakukan kontrol terhadap penyakit tidak menular yang dimiliki, serta tenaga
kesehatan dapat menjangkau masyarakat dan lansia yang terkendala jarak ke fasilitas kesehatan
primer sehingga angka PTM tidak terkontrol menurun

SOSIALISASI 3M COVID-19 DI KANTOR DESA


F5-

Peserta: Masyarakat, Kepala Puskesmas, TNI & Polri, Kepala Camat


Hari/tanggal: Senin, 4 Januari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Pencegahan Penyakit Menular (Covid-19) melalui Sosialisasi Pelaksanaan Protokol
Kesehatan di Kantor Camat Talang Ubi
LATAR BELAKANG
Indonesia masih bergelut melawan virus Corona hingga saat ini, sama dengan negara lain
di dunia. Kasus virus Corona yang pertama kali diketahui melumpuhkan Kota Wuhan, China
pada akhir 2019 tersebut terus berlanjut hingga penyebaran virus Corona mewabah ke seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia terus mengumumkan adanya penambahan
kasus baru konfirmasi positif virus corona, sejak diumumkan pertama kali pada 2 Maret 2020.
Seluruh provinsi di Indonesia telah melaporkan kasus positif infeksi Covid-19 di wilayahnya.
Jumlah kasus Covid-19 terus bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi
tak sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan
Covid-19. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah rantai penularan Covid-19
adalah dengan menerapkan PHBS yang baik, seperti mencuci tangan dengan sabun, diikuti
dengan penggunaan masker dan menjaga jarak minimal 1 meter. Selain penyakit akibat virus
Corona, PHBS yang baik juga dapat mengurangi jumlah kasus penyakit menular di masyarakat.

PERMASALAHAN
- Kurangnya pemahaman masyarakat tentang bahaya penularan Covid-19
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang 3M Covid-19
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan 3M Covid-19 yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari
- Bertambahnya kasus baru Covid-19 di masyarakat Kecamatan Talang Ubi

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Penyuluhan mengenai bahaya penularan virus Corona
- Penyuluhan tentang penerapan 3M COVID-19 (Memakai masker, Mencuci tangan, dan
Menjaga Jarak)
- Simulasi pemakaian masker dan cuci tangan yang baik dan benar
- Pembagian masker gratis bersama aparat TNI & Polri, Tokoh Masyarakat dan Kepala
Camat Talang Ubi

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 4 Januari 2021
Pukul : 08.30 WIB s.d. 10.30 WIB
Tempat : Kantor Camat Talang Ubi
Peserta : Tokoh masyarakat, ketua RT/RW, kepala desa

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah berdasarkan jumlah peserta yang
berpartisipasi dan timbulnya kesadaran dan perilaku warga untuk menerapkan 3M Covid-19,
serta perkembangan jumlah kasus Covid-19 di masyarakat.

3 F5
-------------------------------------------------------
F6 Upaya Pengobatan Dasar

POSYANDU LANSIA

F6- Upaya Pengobatan Dasar

Peserta: Masyarakat Desa Semangus


Hari/tanggal: Kamis, 7 Januari 2021
JUDUL LAPORAN
Posyandu Lansia Desa Benuang
LATAR BELAKANG
Jumlah kelompok lanjut usia (lansia) di Indonesia yang terus bertambah membuat
Indonesia memasuki aging population. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut
usia tersebut, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat dan mutu kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa
tua bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga serta masyarakat sesuai dengan
keberadaannya.
Berdasarkan data Riskesdas (2018), penyakit yang terbanyak pada lansia untuk penyakit
tidak menular antara lain: hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes
melitus, penyakit jantung dan stroke. Sedangkan, penyakit menular antara lain: ISPA, diare, dan
pneumonia. Kondisi tersebut akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan
orang lain atau perawatan jangka panjang. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif dan
preventif maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan diikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan usia lanjut akan cukup besar, salah satu sarana pelayanan bagi usia lanjut
dilaksanakan melalui posyandu lansia.
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
pada lanjut usia. Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan
kesehatan lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi
lansia dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan skrining berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik
seperti olahraga dan diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan sehingga lansia yang
teratur dalam memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.
PERMASALAHAN
- Banyaknya peserta posyandu yang membutuhkan pengobatan dasar dan skrining
kesehatan khusus lansia
- Kurangnya tenaga kesehatan untuk lansia di desa-desa
- Kurangnya kesadaran peserta lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
mengenai penyakit tidak menular

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

- Melakukan pencatatan identitas dan anamnesis kepada setiap lansia


- Melakukan pemeriksaan fisik dan skrining penyakit tidak menular pada lansia
- Melakukan pengobatan dasar kepada setiap lansia
- Melakukan edukasi dan konseling mengenai penyakit dan cara minum obat kepada
pasien lansia
- Melakukan edukasi kepada pasien lansia yang memiliki penyakit yang mengharuskan
kontrol berkala untuk rutin ke puskesmas atau puskesmas pembantu atau puskesmas
keliling

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 7 Januari 2021
Pukul : 09.30 WIB s.d. 11.45 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Desa Benuang
Peserta : 25 orang lansia Desa Benuang

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan pelayanan Posyandu Lansia pada warga setempat
adalah berdasarkan jumlah pasien yang datang dan timbulnya kesadaran dan perilaku pasien
lansia untuk melakukan kontrol terhadap penyakit tidak menular yang dimiliki, serta tenaga
kesehatan dapat menjangkau masyarakat dan lansia yang terkendala jarak ke fasilitas kesehatan
primer sehingga angka PTM tidak terkontrol menurun.

POSYANDU LANSIA
Peserta: Masyarakat
Hari/tanggal: Selasa, 6 April 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Pelayanan Posyandu Lansia di Desa Pengabuan Timur
LATAR BELAKANG
Jumlah kelompok lanjut usia (lansia) di Indonesia yang terus bertambah membuat
Indonesia memasuki aging population. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut
usia tersebut, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat dan mutu kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa
tua bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga serta masyarakat sesuai dengan
keberadaannya.
Berdasarkan data Riskesdas (2018), penyakit yang terbanyak pada lansia untuk penyakit
tidak menular antara lain: hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes
melitus, penyakit jantung dan stroke. Sedangkan, penyakit menular antara lain: ISPA, diare, dan
pneumonia. Kondisi tersebut akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan
orang lain atau perawatan jangka panjang. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif dan
preventif maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan diikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan usia lanjut akan cukup besar, salah satu sarana pelayanan bagi usia lanjut
dilaksanakan melalui posyandu lansia.
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
pada lanjut usia. Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan
kesehatan lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi
lansia dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan skrining berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik
seperti olahraga dan diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan sehingga lansia yang
teratur dalam memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.

PERMASALAHAN
- Banyaknya peserta posyandu yang membutuhkan pengobatan dasar dan skrining
kesehatan khusus lansia
- Kurangnya tenaga kesehatan untuk lansia di desa-desa
- Kurangnya kesadaran peserta lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
mengenai penyakit tidak menular

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

- Melakukan pencatatan identitas dan anamnesis kepada setiap lansia


- Melakukan pemeriksaan fisik dan skrining penyakit tidak menular pada lansia
- Melakukan pengobatan dasar kepada setiap lansia
- Melakukan edukasi dan konseling mengenai penyakit dan cara minum obat kepada
pasien lansia
- Melakukan edukasi kepada pasien lansia yang memiliki penyakit yang mengharuskan
kontrol berkala untuk rutin ke puskesmas atau puskesmas pembantu atau puskesmas
keliling

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 6 April 2021
Pukul : 09.00 WIB s.d. 11.30 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Desa Pengabuan Timur
Peserta : 27 orang lansia Desa Pengabuan Timur

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan pelayanan Posyandu Lansia pada warga setempat
adalah berdasarkan jumlah pasien yang datang dan timbulnya kesadaran dan perilaku pasien
lansia untuk melakukan kontrol terhadap penyakit tidak menular yang dimiliki, serta tenaga
kesehatan dapat menjangkau masyarakat dan lansia yang terkendala jarak ke fasilitas kesehatan
primer sehingga angka PTM tidak terkontrol menurun.

PELAYANAN POLI UMUM


Peserta: Masyarakat
JUDUL LAPORAN
Pelayanan Poli Umum di Puskesmas Abab
LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan berfungsi menyediakan pelayanan secara lengkap dengan
mengutamakan upaya pencegahan dan pemulihan kesehatan yangdilaksanakan secara serasi dan
terpadu.Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakatdan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakanupaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yangsetinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan
terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin
bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Upaya
kesehatan wajib dalam puskesmas yang biasa dikenal dengan “basic six” yang terakhir yaitu
tentang upaya pengobatan dasar yang ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan
jenis kelamin, dan golongan umur.

PERMASALAHAN
- Masih banyak masyarakat yang tidak datang ke faskes puskesmas untuk berobat karena
kendala jarak dan waktu
- Kurangnya sikap bijaksana terkait kesehatan sehingga tidak melakukan pengobatan saat
mengalami penyakit

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


- Melakukan wawancara atau anamnesis terhadap keluhan pasien
- Melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh yang berkaitan dengan penyakit yang
diderita pasien
- Melakukan permintaan pemeriksaan penunjang yang berkaitan dengan penyakit yang
diderita pasien
- Melakukan penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
- Memberikan tatalaksana sesuai diagnosis termasuk penulisan resep obat maupun rujukan

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 5 April 2021
Pukul : 08.00 WIB s.d. 12.00 WIB
Tempat : Poli umum Puskesmas Abab
Peserta : 18 orang pasien
Terdapat 18 pasien yang berobat di Poli Umum, baik yang mendapatkan obat maupun dirujuk.
Kasus-kasus yang ada di antaranya HHD, hipertensi, DM tipe 2 dengan atau tanpa komplikasi,
ISPA, diare, skabies dan lainnya.
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan indikator output yang dievaluasi dari kegiatan ini adalah follow-up mengenai
kondisi pasien pada saat kontrol berikutnya.

POSYANDU BALITA
Peserta: Masyarakat Desa Tanjung Kurung
Hari/tanggal: Rabu, 13 Januari 2021
JUDUL LAPORAN
Kegiatan Posyandu Balita di Desa Talang Bulang
LATAR BELAKANG
Salah satu upaya cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber dayamanusia adalah
upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakatmerupakan salah satu faktor
yang menentukan kualitas hidup dan produktifitas kerja.Angka kematian yang tinggi pada bayi,
anak balita, ibu melahirkan dan menurunnyadaya kerja fisik, terganggunya perkembangan
mental dan kecerdasan jika ditelusuriadalah akibat langsung maupun tidak langsung dari
kekurangan gizi.
Data Depkes menunjukkan jumlah kasus gizi buruk hingga saat ini masih memprihatinkan.
Prevalensi kasus pun cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dan secara nasional, sebanyak
110 kabupaten/kota di Indonesia mempunyai prevalensi gizi kurang (termasuk gizi buruk) di atas
30%, yang menurut World Health Organization (WHO) dikelompokkan sangat tinggi.
Usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang dilakukan selama ini dititikberatkan pada
penggunaan pesan-pesan gizi sederhana melalui kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat
sendiri. Kegiatan tersebut dipusatkan di posyandu, yang merupakan UKBMyang paling
memasyarakat dewasa ini. Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk
memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu
hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh
pada keadaan status gizi anak balitanya, Karena salah satunya tujuan posyandu adalah memantau
peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil.
Posyandu yang meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, Gizi, Imunisasi, dan
penanggulangan diare dengan sasaran bayi, anak balita, pasangan usia subur dan ibu hamil.
Penyuluhan kesehatan, pemberian makanan tambahan, tablet vitamin A dosis tinggi, pemberian
oralit, dan terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap status gizi anak.
PERMASALAHAN
- Banyaknya anak yang membutuhkan pemantauan status gizi
- Kurangnya pemahaman orang tua tentang permasalahan gizi buruk pada anak
- Kurangnya kesadaran orang tua untuk melakukan pemantauan tumbuh kembang anak
meliputi penimbangan dan pengukuran pertumbuhan di posyandu secara rutin

 PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

- Melakukan penilaian dan wawancara kelengkapan riwayat kelahiran, riwayat imunisasi,


tumbuh kembang dan aktivitas anak
- Melakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan,pengukuran lingkar kepala anak, dan
pemantauan aktivitas anak
- Melakukan penilaian dan pemeriksaan fisik umum terhadap kesehatan tubuh anak secara
menyeluruh
- Melakukan edukasi dan konseling mengenai pentingnya pemantauan tumbuh kembang
anak minimal setiap bulan di posyandu
- Melakukan edukasi mengenai tanda-tanda anak kurang gizi atau gizi buruk dan bahaya
penyakitnya bagi kesehatan anak
- Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200 gram/
bulan) dan anak yang berat badannya berada di bawah garis merah KMS

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 13 Januari 2021
Pukul : 08.30 WIB s.d. 11.00 WIB
Tempat : Posyandu Desa Talang Bulang
Peserta : Semua anak Desa Talang Bulang

MONITORING & EVALUASI


Indikator output yang dievaluasi dari kegiatan pelayanan ini adalah berdasarkan jumlah anak
yang datang dan diukur status gizinya, jumlah anak yang memiliki status gizi buruk atau tidak
cukup pertumbuhannya, serta timbulnya kesadaran dan pemahaman orang tua mengenai gizi
buruk dan pentingnya pemantauan status tumbuh kembang termasuk gizi anak secara rutin.
3 F6-----------------------------

Anda mungkin juga menyukai