DINAS KESEHATAN
KERANGKA ACUAN KEGIATAN/TERM OF REFERENCE (KAK) PELAKSANAAN KEGIATAN UPAYA DETEKSI DINI, PREVENTIF DAN RESPONS
PENYAKIT PADA KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) UPTD PUSKESMAS BINTAUNA PANTAI TAHUN 2024
I. Pendahuluan
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat menular ke manusia yang disebabkan oleh agen biologi, antara lain : virus, bakteri, jamur dan parasi. Penyakit menular
masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kematian, kecacatan, membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar tidak
meluas antar daerah maupun antar Negara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/wabah, sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan
Di wilayah kerja Puskesmas Bintauna Pantai berdasarkan hasil pemantauan, pelacakan kasus, penemuan dan pengobatan, Survey, POPM, Monitoring Evaluasi
Program dan Pencatatan Pelaporan tahun 2022 dan 2023 dengan data penyakit menular sebagai berikut :
(1) Hasil pemeriksaan pada populasi berisiko HIV/AIDS tahun 2022 yang dites HIV sebanyak 89 (100%). Kasus di tahun 2022 tidak ada kasus dan tahun 2023
(2) Cakupan pelayanan imunisasi tahun 2022 dengan target 106, capaian 87 (82,1%). Target tahun 2023 semester I 112 capaian 51 (45,5%).
(3) Cakupan pelayanan kesehatan orang TB sesuai standar tahun 2022 target 21 capaian 12 kasus (57,14%). Target tahun 2023 semester I sebanyak 10 kasus dan
(4) Capaian Program Kusta tahun 2022 sebanyak 5 kasus dan tahun 2023 semester I sebanyak 1 kasus.
(5) Tahun 2022 dan tahun 2023 semester I jumlah kasus filariasis tidak ada kasus.
(6) Capaian POPM Kecacingan Bulan Maret Tahun 2022 sebanyak 98% dan bulan September sebanyak 99,9%
(7) Capaian POPM Kecacingan Bulan Maret Tahun 2023 sebanyak 97,8%
(8) Jumlah kasus DBD positif tahun 2022 sebanyak 1 kasus dan tahun 2023 semester 1 tidak ada kasus.
(9) Jumlah kasus malaria tahun 2022 dan tahun 2023 semester I tidak ada kasus.
(10) Jumlah kasus gigitan hewan penular rabies tahun 2022 tidak ada kasus dan tahun 2023 semester 1 sebanyak 2 kasus.
(11) Jumlah kasus ispa tahun 2022 sebanyak 628 dan tahun 2023 semester 1 sebanyak 213 kasus
(12) Jumlah kasus diare tahun 2022 sebanyak 68 kasus dan tahun 2023 semester 1 sebanyak 34 kasus
Terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala dilapangan antara lain kurangnya pengetahuan masyarakat, stigma masyarakat yang masih tinggi terhadap penyakit
menular, sikap orang tua yang negatif tentang imunisasi, motivasi orang tua yang rendah terhadap imunisasi, masih banyaknya masyarakat yang sering bepergian dan
membawa anak sehingga mengakibatkan cakupan imunisasi anak tersebut tidak terkontrol, keterbatasan waktu yang dimiliki orang tua, dukungan keluarga yang
kurang.
Paradigma kesehatan saat ini telah berubah dari upaya kuratif menjadi upaya preventif. Berbagai upaya lintas sektor pun dikembangkan untuk menangani berbagai
kesehatan terutama dalam menghadapi perubahan pola epidemiologi penyakit, dari penyakit yang sebelumnya sudah menghilang kini kembali muncul (reemerging
disease), penyakit baru akibat mutasi misalnya virus, dan beberapa penyakit endemis lain. Penyakit menular masih menjadi perhatian serius dimana tingkat penularan
yang tinggi akan berkontribusi pada peningkatan mortalitas, sedangkan penyakit tidak menular cenderung meningkatkan mordibitas dan menurunkan kualitas hidup
seseorang.
Dalam sistem kesehatan nasional, upaya pemberantas penyakit dilakukan secara simultas dan berjenjang. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan primer menjadi
ujung tombok dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Pelakanaan kegiatan program pengendalian dan Pemberantas penyakit (P2P)
dilaksanakan sesuai visi UPTD Puskesmas Bintauna Pantai yaitu menjadikan Puskesmas Bintauna Pantai sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang bermutu
di Kecamatan Bintauna.
Penyakit menular sering ditemukan dalam pelayanan puskesmas jaman dahulu meliputi diare, ispa (bukan pneumonia), DBD, Campak, TB Paru, HIV, PTM (Penyakit
Tidak Menular). Kondisi lingkungan yang mendukung penularan disertai dengan upaya penjaringan yang belum maksimal mengakibatkan tingginya angka morbilitas
dan morbiditas. Angka kesakitan (mobilitas) akibat penyakit tidak menular selama ini sudah ditangani sesuai dengan standar pedoman yang berlaku akan tetapi upaya
Berdasarkan paparan tersebut, maka dianggap perlu untuk membuat suatu kerangka acuan yang meliputi rincian kegiatan pencegahan penyakit dalam upaya untuk
menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit baik menular maupun tidak menular.
(1) Deteksi dini/skrining faktor risiko dan penyakit tidak menular prioritas di masyarakat dan institusi. Deteksi dini/skrining pada kelompok usia 15 Tahun
keatas termasuk lansia yang dilakukan skrining. Deteksi/Skrining PTM dilakukan 2 kali setiap Bulan Berjalan yang di laksanakan di Posyandu Bayi Balita/Posbindu
PTM dan Posyandu Lansia di 5 Desa Yaitu Desa Bintauna Pantai, Desa Minanga, Desa Kopi, Desa Bunia dan Desa Batulintik. Adapun pelaksanaan kegiatan di
(2) Pelaksanaan Follow Up Layanan Quitline Terintegrasi dengan Layanan UBM di FKTP yang dilakukan Skrining perilaku merokok untuk Upaya Bebas
Merokok pada usia 10-18 tahun di sekolah. Terdapat bahan pendukung kegiatan survey Upaya Bebas Merokok pada usia 10 s.d 18 tahun di sekolah berupa form
survey, mouthpiece, sarung tangan, tissue alcohol, dan gown medis disposable. Kegiatan ini kunjungan di sekolah oleh tenaga kesehatan/konselor UBM untuk
melaksanakan pemantauan dan pendampingan kepada Klien UBM pada tahapan maintenance, relapse, pendampingan penanganan efek putus nikotin / Withdrawal
effect
b) Pelayanan Imunisasi
(1) Pelayanan Imunisasi (imunisasi rutin, antigen baru, BIAS, sweeping, DOFU, Catch up, ORI, BLF) di Posyandu/Sekolah/Pos Imunisasi lainnya. Pelayanan
Imunisasi merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap fasyankes untuk memastikan bahwa cakupan imunisasi tinggi dan merata. Kegiatan pelayanan
imunisasi dapat digunakan untuk pemberian imunisasi bayi, baduta, BIAS ( dilaksanakan II tahap untuk sasaran Anak Sekolah Dasar ), dan Outbreak Response
Immunization (ORI) pada daerah yang mengalami KLB PD3I, selain itu juga digunakan untuk untuk kegiatan pelacakan/ sweeping/ DOFU/ BLF/ imunisasi tambahan
lainnya, termasuk untuk kegiatan penguatan kapasitas masyarakat dan perangkat daerah melalui kegiatan sosialisasi penyelenggaraan imunisasi antara lain imunisasi
rutin lengkap.
(2) Investigasi kejadian kasus KIPI Kegiatan berupa kunjungan rumah terhadap bayi balita dan anak sekolah yang telah di imunisasi di
posyandu/RS/Fasyankes dalam rangka pelacakan kasus KIPI Serius dan Non serius, kegiatan ini dilakukan oleh 2 petugas nakes yaitu Dokter/Surveilans/Pj. Imunisasi.
Pelaksanaan surveilans KIPI akan membantu menyelesaikan masalah kasus KIPI karena bayi balita dan anak sekolah yang menderita KIPI akan tertangani dengan
cepat dan tepat, sehingga tidak menyebabkan orang tua trauma dalam memberikan imunisasi kepada bayi balita serta anak sekolah dan akan semakin meningkatkan
mutu dan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi. Adapun kasus KIPI yang sering terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bintauna Pantai yaitu KIPI Non Serius atau
KIPI ringan yang meliputi demam dan bengkak pada lokasi suntikan. Jumlah trend kasus di 5 desa wilayah kerja Puskesmas Bintauna Pantai sebanyak 6-7 kasus setiap
bulannya.
c) Penemuan kasus aktif dan pemantauan pengobatan penyakit menular, serta program pemberian obat pencegahan masal (POPM)
(1) Pemberian Obat Pencegah Massal (POPM) untuk pencegahan penyakit Filariasis dan Kecacingan, dan pemantauan minum oralit dan Zink pada balita
diare serta care seeking Pneumonia, pemberian obat dilaksanakan untuk sasaran anak dalam pemberian obat cacing yang dilakukan 2 kali dalam setahun dan
pemantauan setelah Pemberian Obat Pencegah Massal. Pemberian Obat Pencegahan Massal ( cacingan ) pada anak dengan sasaran 1-12 tahun pada Anak Usia Sekolah
Dasar, Posyandu, PAUD, TK. dan POPM Kemoprofilaksis Kusta, pelaksanaan kemoprofilaksis meliputi penyuluhan, skrining dan pemberian single dose Rifampisin -
Pengamatan efek samping obat. Dilaksanakan pada semua Puskesmas yang melaporkan adanya kasus kusta pada 5 tahun terakhir.
(1) Penemuan kasus PD3I (AFP, campak rubela, dan PD3I lainnya), Kegiatan penemuan/ pencarian kasus PD3I, dilakukan setiap minggu atau sesuai hasil
evaluasi ataupun analisis pelaporan bersama dengan masyarakat bidan, perawat, atau nakes lain dengan memperhatikan pedoman/ ketentuan yang mengatur teknis
penemuan kasus tiap jenis penyakit. Sasaran kegiatan sesuai populasi yang beresiko menurut pedoman. Adapun target di 5 desa dalam setahun sebanyak 3 kasus yaitu
(2) Tracing Loss to Follow up (LTFU) dan pendampingan minum obat bagi ODHIV. - Sasaran kegiatan adalah ODIV yang tidak akses pengobatan minimal 1
bulan, ODIV yang memiliki kesulitan untuk akses pengobatan. Di wilayah Puskesmas Bintauna Pantai tercatat 2 kasus HIV di Desa Bunia.
(3) Penemuan kasus hepatitis B (HBsAg reaktif) pada bayi usia 9-12 bulan di masyarakat dan pemantauan ibu hamil reaktif HbsAg, Kegiatan berupa
kunjungan rumah dalam rangka pemeriksaan RDT HBsAG dan RDT Anti HBs pada bayi yang lahir dari reaktif HBsAG.
(4) Intensifikasi penemuan kasus Kusta Frambusia serta tatalaksana kontak kasus Kusta Frambusia, untuk kegiatan ini dilakukan dengan penemuan kasus
kusta dan tatalaksana kontak kasus kusta. Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali dalam setahun di 10 sekolah wilayah kerja Puskesmas Bintauna Pantai, pelacakan
pemeriksaan kasus kontak dan kasus mangkir dilaksanakan 4 kali dalam setahun di 3 desa (Desa bunia, Batulintik, Minanga), pemberian obat kemoprofilaksis
dilaksanakan 1 kali dalam setahun di 3 desa (Desa bunia, Batulintik, Minanga), pemantauan minum obat dan pemeriksaan fungsi saraf dilaksanakan 4 kali dalam
setahun di 5 desa.
e) Penemuan Kasus Aktfi TBC
(1) Penemuan kasus aktif TBC, investasi kontak TBC, pelacakan kasus mangkir TBC. Kegiatan berupa penemuan kasus aktif TBC melalui skrining di tempat-
tempat khusus berisiko, investasi kontak TBC dengan kunjungan ke penduduk yang mengalami kontak serumah dan atau kontak erat dengan penderita TBC yaitu
kunjungan ke tempat tinggal penderita TBC yang tidak patuh dalam melakukan pengobatan sesuai standar untuk edukasi dan motivasi agar pasien kembali melanjutkan
pengobatan.
(2) kunjungan rumah untuk terapi pencegahan TBC, pemantauan minum obat TBC, kegiatan berupa kunjungan yang dilakukan oleh kader dan petugas
kesehatan untuk melakukan pemantauan pengobatan bagi penerima TPT dan OAT. Pemantauan minum obat TBC, pemantauan pengobatan bagi penerima TPT dan
OAT. Pemantauan yang dilakukan mengenai keluhan yang terjadi, hambatan dalam pengobatan, dukungan pendampingan minum obat (MO), kepatuhan minum obat
dilihat dari sisa obat yang tersedia di rumah penerima pengobatan tersebut
f) Survei vector (DBD, Malaria dan Leptosprirosis) dan pengendalian vector (pengasapan/fogging, penyemprotan dinding rumah (IRS), larvasidasi DBD/Malaria
dan PSN)
(1)Survei Vektor Malaria, DBD dan Reservoar Leptospirosis, Kegiatan turun lapangan oleh petugas kesehatan puskesmas dalam rangka melakukan kegiatan survei
vektor malaria, DBD, dan reservoar leptospirosis.
(2)Pengendalian vektor (pengasapan/fogging, penyemprotan dinding rumah (IRS), larvasidasi DBD/Malaria dan PSN, Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) meliputi pelaksanaan PSN oleh petugas Puskesmas dan kader (kader jumantik) ke rumah-rumah warga serta tempat umum (antara lain sekolah, pasar, kantor)
g) Inpeksi kesehatan lingkungan di Tempat Pengelolaan Pangan (TPP), Tempat Fasilitas Umum (TFU), Sarana Air Minum (SAM), dan Fasyankes
(1) Inspeksi Kesling di Sarana Tempat dan Fasilitas Umum, Sarana Tempat Pengelolaan Pangan, Sarana Air Minum, Fasyankes. Kegiatan ini merupakan kunjungan
lapangan dalam rangka pengawasan kualitas kesehatan lingkungan terhadap sarana Tempat dan Fasilitas Umum, Sarana Tempat Pengolahan Pangan, Sarana Air
Minum. Dengan acuan kunjungan Inspeksi kesling pada tempat pengelolaan pangan 6 Sampel di wilayah kerja (Kiki Bakery Desa Bintauna Pantai, Afrah Bakery Desa
Bunia, Queen Bakery Desa Minanga, Rumah Makan Gorontalo Desa Bunia, Pabrik Tahu Desa Bunia, Rumah Makan Srikandi Desa Kopi). Tempat Fasilitas Umum 20
Sampel di wilyah kerja (SDN 4 Bintauna, MI Minanga, SDN 10 Bintauna, SDN 15 Bintauna, SDN 6 Bintauna, SDN 8 Bintauna, SDN 12 Bintauna, SMPN 5 Bintauna,
SMK Paramita, Mesjid Al-Imam, Mesjid Al-Muhajirin, Mesjid Al-Ikhlas, Mesjid Al-Hidayah, Mesjid Al-Hijrah, Mesjid Al-Muttaqin, Mesjid LDII, Gereja GMIBM
Bintauna Pantai, Gereja Eklesia Minanga, BP3K Desa Kopi, SPBU Desa Batulintik) dan sarana air minum (Depot RO Mario Desa Minanga, Depot RO Desa Kopi,
(2) Surveilans kualitas air minum di tingkat rumah tangga (SKAMRT), Pengambilan sampel dan pemeriksaan uji kualitas air minum rumah tangga
dengan bantuan laboratorium (BBTKL/BBLK/BPFK/Labkesda ataupun laboratorium lainnya yang dapat memeriksakan uji kualitas air minum). Kegiatan berupa
belanja jasa pemeriksaan spesimen yang ditujukan bagi Puskesmas yang belum bisa memeriksa kualitas Air secara mandiri dengan alat sanitarian kit (sudah termasuk
untuk pengambilan dan pengiriman spesimen). Kegiatan ini dilakukan dengan acuan 30 sampel di 15 rumah tangga di masing-masing wilayah kerja Puskesmas
Bintauna Pantai
h) Penyelidikan dan respon kasus atau Kejadian Luar Biasa (KLB)
(1) Verifikasi Sinyal/ Penyelidikan Epidemiologi (PE)/ Pelacakan Kontak Penyakit Berpotensi KLB/Wabah dan Penyakit Infeksi Emerging. Kegiatan berupa
verifikasi sinyal KLB/Wabah, penemuan kasus dan pelacakan kontak, serta investigasi kasus termasuk dalam KLB kegiatan ini bertujuan untuk mencegah perluasan
penularan, deteksi dini lebih awal dan mencegah kejadian luar biasa lebih cepat. Dalam penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh Petugas Surveilans dan Promkes
yang dilakukan di 5 desa yaitu Desa Bintauna Pantai, Minanga, Kopi, Bunia, dan Batulintik. Kasus yang sering terjadi yaitu Diare, DBD, GHPR, Ispa.
i) Pemberdayaan masyarakat serta pembinaan kader kesehatan dalam penanggulangan permasalahan P2P dan Penyehatan Lingkungan
(1) Pemberdayaan kader masyarakat dalam pencegahan penyakit menular, kegiatan ini dilakukan dengan sasaran kader dan TP-PKK desa untuk meeratkan
dan program penyegaran kader dalam pencegahan penyakit menular dengan target reduksi, eliminasi, dan eradaksi. Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan 1 Tahun
dalam Setahun. Kegiatan berupa FGD ( forum Grup Diskusi ) dengan melibatkan Kader, TP-PKK desa, dan aparat desa yang berpengaruh
(2) Pemberdayaan kader masyarakat terlibat dalam pelaksanaan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular, Kegiatan ini untuk memberdayakan kader
dalam mendeteksi dini faktor risiko PTM yang dilakukan melalui beberapa kegiatan diantaranya pembentukan Posbindu PTM, pelatihan kader tentang Posbindu PTM,
dan dilanjutkan monitoring faktor risiko PTM tiap bulan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah terbentuknya Posbindu PTM, terlatihnya kader untuk melakukan
pengukuran tekanan darah, lingkar perut, berat badan, dan tinggi badan. Kegiatan ini dilakukan 1 kali dalam 1 Tahun.
Berdasasrkan data tersebut maka disusunlah kerangka acuan P2P UPTD Puskesmas Bintauna Pantai tahun 2024 untuk meningkatkan cangkupan program yang disusun
II. Tujuan
a. TUJUAN UMUM
Tujuan Program pencegahan pengendalian penyakit ini adalah untuk pencegahan pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular di masyarakat yang ada
b. TUJUAN KHUSUS
viii. Meningkatkan pengendalian dan Pemberantasan Penyakit PTM (Penyakit Tidak Menular)
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaran Surveilans Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/SK/VII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaran Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 tahun 2010 tentang jenis-jenis Penyakit Menular tertentu yang dapat menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan
14. Keputusan Bersama Mentri Kesehatan RI, Menteri Pertanian RI dan Menteri Dalam Negeri RI No 279A/Menkes/SK/VIII/1978 Nomor 143 Tahun 1978
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor II Tahun 2019 tentang Penanggulangan Kusta
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 tahun 2015 tentang Penanggulangan Hepatitis
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke
Anak.
20. Peraturan bersama menkes & Mendagri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan KTR
22. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096 tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Deport Air
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736 tahun 2010 tentang tata laksana Pengawasan Kualitas Air Minum
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum Kualitas Air Minum
26. Permenkes nomor 374 tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor
27. Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Nomotr: PR.01.06/A/31469/2023 tanggal 20 Juli 2023 tentang Pemberitahuan Menu dan Rincian
IV. Sasaran
NO KEGIATAN SASARAN
b. Masyarakat
2. Deteksi dini HIV/AIDS a. Sasaran Kunci : Laki-laki suka laki-laki, Wanita Pekerja Seks,
3. Deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil Ibu hamil, bayi yang ibunya terdeteksi Hepatitis ( Aktif )
5. Penemuan kasus penyakit menular Kasus penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas
6. Pelacakan kasus kontak tular vektor dan zoonotik Sasaran kontak dengan penderita atau masyarakat disekitar rumah penderita
Pencegahan Kecacingan
8. Penyuluhan / sosialisasi yang berkaitan dengan penyakit Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
menular
9. Verifikasi rumor dan sinyal massalah kesehatan serta Masyarakat dan lingkungan di wilayah kasus
komunikasi cepat
SKDR
- Balita
11 Surveilans Penyakit dan masalah kesehatan dalam rangka Masyarakat dan lingkungan di wilayah kasus
kewaspadaan dini
12 Pemberdayaan Kader Kader dan TP –PKK Desa
V. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal Pelaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit menular di Puskesmas Bintauna Pantai adalah :
2024
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Deteksi Dini TB
menular
Up kasus
pencegahan Kecacingan
8. Imunisasi
9. Pemberdayaan Kader
VI. PEMBIAYAAN
Pelaksanaan kegiatan ini memerlukan anggaran biaya dalam rangka pencapaian keluaran (output) melalui anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Bidang
Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Bintauna Pantai Tahun 2024 sebesar Rp. 267.987.500
(Dua Ratus Enam Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Delapan Puluh Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah) dengan rincian anggaran biaya (RAB) per puskesmas
yaitu:
No Rincian Menu Kegiatan Kebutuhan Biaya Rp.
72.000.000,-
1. Deteksi/penemuan dini/skrining faktor risiko dan Penyakit Tidak Menular prioritas di masyarakat
54.600.000,-
2 Pelayanan Imunisasi
17.400.000,-
3 Penemuan kasus aktif dan pemantauan pengobatan penyakit menular, serta Program Pemberian Obat
Survei vector (DBD, Malaria dan Leptosprirosis) dan pengendalian vector (pengasapan/fogging, penyemprotan 9.500.000,-
6
dinding rumah (IRS), larvasidasi DBD/Malaria dan PSN)
Inpeksi kesehatan lingkungan di Tempat Pengelolaan Pangan (TPP), Tempat Fasilitas Umum (TFU), Sarana 27.000.000,-
7
Air Minum (SAM), dan Fasyankes
Penyelidikan dan respon kasus atau Kejadian Luar Biasa (KLB) 12.000.000,-
8
Pemberdayaan masyarakat serta pembinaan kader kesehatan dalam penanggulangan permasalahan P2P dan 13.687.500,-
9
Penyehatan Lingkungan
Evaluasi terhadap pelaksaaan kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai dengan jadwal kegiatan, dengan peloaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut.
Pencacatan dengan mengunakan register dan format laporan yang telah ditetapkan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara setiap
tanggal 5 bulan berjalan, eavaluasi kegiatan dilakukan setiap tiga bulansekali sesuai dengan jadwal monitoring dan evaluasi UPTD Puskesmas Bintauna Pantai
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Bintauna Pantai
LEDIA BANGKO, S.Kep , M.Kes
NIP. 198600604 200902 2 004