Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PROGRAM KOMITE PPI

TAHUN 2020

RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA


PURBALINGGA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jabatan fungsional perawat merupakan elemen yang penting bagi
perawat dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya. Saat
ini pengaturan kenaikan pangkat di pelayanan kesehatan masih belum
optimal. Hal ini menyebabkan sebagian besar perawat berada pada posisi
jabatan fungsionalnya dalam waktu yang lama. Menurut penelitian
Setyoraharjo (1999) di Puskesmas kota Semarang terdapat (56,04%) perawat
memerlukan waktu naik pangkat ≥ 4 tahun, padahal ketentuan sistem angka
kredit kenaikan pangkat dapat di proses dalam waktu 2-4 tahun. Styowati
(2009) juga melaporkan mayoritas perawat di puskesmas Kabupaten
Banjarnegara belum naik pangkat. Jadi kenaikan pangkat dan golongan
menjadi kendala utama perawat di tatanan pelayanan kesehatan.
Indikator kenaikan pangkat perawat diukur dari angka kredit. Menurut
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PERMENPAN-RB) Nomor 35 Tahun 2019 angka kredit adalah satuan nilai
dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang
harus dicapai oleh perawat dalam rangka pembinaan karier. Melalui peraturan
ini, pemerintah mendorong semua tenaga keperawatan memiliki dan
mempercepat kenaikan jabatan fungsionalnya dari 2 tahun sampai 4 tahun
dengan dua kategori, yaitu perawat terampil dan perawat ahli. Perawat
yangtidak naik pangkat selama kurun waktu yang ditentukan maka akan
berdampak pada pembebasan dan penurunan jabatan serta penahanan
tunjangan. Perawat yang tidak naik pangkat dalam waktu yang telah
ditentukan PERMENPAN akan berdampak pada kinerja dalam memberikan
pelayanan keperawatan.
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan makanan
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan
jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang banyak, menyerap anggaran
biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor
ekonomi, pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota,
provinsi bahkan antar negara.
Diare, campak, difteri, demam berdarah, keracunan makanan adalah
jenis penyakit yang sering menyebabkan KLB di Indonesia. Jenis KLB
penyakit lainnya juga terjadi walaupun jarang adalah KLB Polio, HFMD,
Malaria, dan yang sekarang sedang terjadi adalah wabah pandemi Covid-19.
Kasus pertama Covid-19 di Indonesia, dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020
berasal dari Kota depok, Provinsi Jawa Barat. Munculnya kasus pertama ini
diikuti dengan terdeteksinya kasus-kasus baru yang merupakan kluster kasus
Covid-19 yang pertama. Kemudian dalam waktu yang singkat ditemukan
kasus Covid-19 lainnya di beberapa daerah yang tersebar hampir di seluruh
Provinsi di Indonesia.
Penanggulangan KLB dan wabah penyakit menular diatur dalam UU
Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, Peraturan Pemerintah
No.40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular,
Peraturan Menteri Kesehatan No.501 tahun 2010 tentang Penyakit Tertentu
yang Dapat Menimbulkan Wabah.
Kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang
cepat dan tepat, perlu diidentifikasi adanya ancaman KLB beserta kondisi
rentan yang memperbesar risiko terjadinya KLB agar dapat dilakukan
peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan KLB.
Atas.
B. TUJUAN
Tujuan disusunnya laporan kegiatan ini tidak lain sebagai bentuk
pertanggung jawaban penyusun sebagai peserta pada kegiatan Pendidikan dan
Latihan (Diklat) “ PENANGGULANGAN KLB DAN WABAH BAGI TIM
GERAK BAGI TIM GERAK CEPAT (TGC) ”.
C. METODE PELAKSANAAN
1. Waktu dan tempat
Kegiatan Pendidikan dan Latihan (Diklat) “Penanggulangan KLB dan
wabah bagi tim gerak bagi tim gerak cepat (TGC) ”diselenggarakan di
Balai Pelatihan Kesehatan Propinsi Jawa Tengah (Kampus Gombong,
Kebumen) selama 9 (sembilan) hari dari tanggal 10 Desember s/d 18
Desember 2020.
2. Materi
Kegiatan ini diisi/disajikan beberapa materi, diantaranya :
a. Kebijakan Surveilans Imunisasi dan Penyakit Prov Jateng
b. Konsep Dasar Survailance Epidemiologi Penyakit Menular
c. Kebijakan dan Strategi Jawa Tengah Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Emerging
d. Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
e. Manajemen Kasus
f. Penyelidikan Epidemiologi
g. Pengelolaan Spesimen Penyakkit Menular
3. Ringkasan Materi Diklat
a. Kebijakan Survailance Imunisasi dan Penyakit Provinsi Jawa Tengah :
• Pemberian vaksinasi COVID-19, disertai dengan penerapan
protokol kesehatan yang ketat, merupakan upaya akselerasi
dalam rangka penanggulangan pandemi
• Kegiatan vaksinasi COVID-19 meliputi tahapan perencanaan,
pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi, dimana keseluruhan
tahapan ini akan didukung oleh sistem informasi terintegrasi
• Perlu dilakukan komunikasi publik yang efektif untuk
meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi
COVID-19
b. Konsep Dasar Survailance Epidemiologi Penyakit Menular :
• Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk
dapat mengambil tindakan (WHO)
• Surveilans epidemiologi (OPERASIONAL) adalah kegiatan
analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit
atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan
Surveilans epidemiologi sering dipahami hanya sbg kegiatan
pengumpulan data untuk penanggulangan KLB
• Pengertian seperti itu menyembunyikan makna analisis &
penyebaran informasi epidemiologi sebagai bagian yang sangat
penting dari proses kegiatan surveilans epidemiologi.
• Kegiatan Pemantauan masalah kesehatan dan Non kesehatan
meliputi :
 Surveilance Penyakit Menular ( Malaria, TB dan
lainsebagainya )
 Survailance Penyakit Tidak Menular ( DM, Hipertensi,
Jantung dan lain sebagainya )
 Survailance Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA,
IMUNISASI DLL)
 Survailance Gizi (STATUS GIZI )
 Survailance Kesehatan Lingkungan (Sanitasi Dasar,
Pencemaran )
 Survailance Pangan (SKPG)
 Survailance Kecelakaan Lalulintas.
• Prinsip Dasar Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi
 Analisis masalah kes. & faktor determinannya.
 Dilakukan secara sistematis & terus-menerus
 Dilakukan secara sistematis & terus-menerus
• Sasaran Pengamatan Survailance Epidemiologi
 Individu
 Populasi Setempat
 Populasi Nasional
 Populasi Internasional
c. Kebijakan dan Strategi Jawa Tengah Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Emerging :
• Dalam hal penyakit infeksi emerging, upaya pencegahan dan
pengendalian dilakukan melalui tiga area kunci yaitu pencegahan
terjadinya epidemi dan pandemi, deteksi dini sebagai bagian dari
kewaspadaan dini, dan respon cepat dan adekuat.
d. Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
• Penguatan surveilans vektor dan kasus berbasis laboratorium
• Mengedepankan pencegahan dan promotif
• Penemuan kasus dini dan penguatan tata laksana diseluruh
fasyankes
• Pengendalian faktor risiko secara terpadu
• Peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon cepat
penanggulangan KLB
• Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM P2PTVZ
• Perencanaan logistik sesuai kebutuhan
• Peningkatan komitmen, koordinasi, kolaborasi, kontribusi dan
sinergi multisektor
• Dukungan Regulasi
• Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dilakukan melalui
intervensi pada faktor resiko di seluruh siklus kehidupan.
• Intervensi dilakukan melalui pendekatan lintas sector dan lintas
program dalam perwujudan daya saing daerah.
• Kegiatan aktif kesasaran merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan cakupan program
• Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan RAD
adalah tersedia SDM, dapat dilaksanakan, integrasi dan
dilaksanakan di semua level.
e. Manajemen Kasus
• Pengendalian atau manajemen penyakit secara terpadu berbasis
wilayah dimulai dari pengendalian sumber penyakit.
• Pengendalian pada sumber penyakit merupakan upaya preventif
promotif. Sumber penyakit menular dan penyakit tidak menular
pada dasarnya dapat dibedakan.
• Sumber penyakit menular : penderita penyakit menular itu
sendiri, manajemen kasus penyakit menular merupakan upaya
promotif sekaligus preventf, karena mencegah agar tidak timbul
penularan lebih lanjut dalam masyarakat.
• Sumber penyakit tidak menular : sumber agents penyakit berupa
bahan toksik fisik seperti radiasi dan kebisingan contoh cerobong
asap, titik buangan limbah rumah tangga, asap rokok dan lain
lain. Untuk menghilangkan potensi bahaya dari sumber tersebut
beberapa teknik ditempuh.
f. Penyelidikan Epidemiologi
• Mengetahui penyebab terjadinya Penyelidikan epidemiologi dan
mencegah penyebaran yang lebih luas.
• Mengetahui karakteristik Penyelidikan epidemiologi menurut
umur, jenis kelamin, waktu, tempat, riwayat kesakitan.
• Mengidentifikasi faktor risiko Penyelidikan Epidemiologi
• Memberikan rekomendasi upaya penanggulangan Penyelidikan
Epidemiologi
g. Penanganan Spesimen
• Tahapan Pemeriksaan Spesimen Laboratorium
• Pemeriksaan Spesimen Laboratorium
• Pencatatan dan pelabelan spesimen
• Pelaporan hasil
• Pengelolaan limbah spesimen
4. Kesimpulan dan Saran
Kegiatan ini dinilai sangat positif karena menambah wawasan peserta dan
memudahkan peserta untuk menyusun laporan survailance epidemiologi
pada kasus KLB atau pada kejadian wabah lainnya sehingga akan
terjamin validitas dan kecepatan penyampaian untuk menentukan terapi
dan penempatan pasien sesuai dengan jenis infeksi dan penularannya.
Saran yang bisa dilakukan atau disampaikan, ada baiknya kegiatan serupa
atau berkelanjutan dilakukan agar seluruh karyawan tenaga kesehatan
yang ada di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga untuk
mengikuti kegiatan tersebut.

Purbalingga, 22 Desember 2020


Peserta Diklat TGC

Achmad Zaeni Prijanto, S. Kep. Ns


NIP. 197204231993031004

Anda mungkin juga menyukai