Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pernafasan merupakan usaha untuk mempertahankan konsentrasi


oksigen, karbondioksida dan ion hidrogen dalam cairan tubuh.Sumbatan jalan
nafas karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera
dibersihkan.Karena apabila tidak dapat bernafas, maka kita tidak dapat
memberikan pernafasan buatan.Ventilasi mekanik (ventilator) merupakan
suatu alat yang mampu membantu sebagian atau mengambil alih semua
pertukaran gas paru untuk mempertahankan hidup (Loeb, 1991).Adapun
tujuannya untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal untuk
memenuhi kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia dan
memaksimalkan transport oksigen (Purnawan, 2010).Indikasi pemasangan
ventilator secara umum adalah karena tidak mampu melakukan pernapasan
spontan ataupun pernapasannya tidak mampu untuk mengembankan dada dan
memberikan oksigen ke paru (Hudak&Gallo, 1990).
Ventilasi mekanik merupakan bagian penting dalam unit perawatan
intensif (ICU).Pneumonia nosokomial (nosocomial infection) dan pneumonia
akibat penggunaan ventilator (ventilator associated pneumonia-VAP)
merupakan kejadian yang banyak terjadi di ruang perawatan intensif/Intensive
Care Unit (ICU) lebih beresiko untuk kejadian infeksi nosocomial (Koeman,
2006). Berdasarkan data dari National Nosocomial InfectionSurveillance
System, VAP merupakan penyebab infeksi nosokomial kedua terbanyak
setelah infeksi saluran kemih, yang mengenai 27% dari pasien kritis (Chan E
Y, Ruest A, Meade MO, Cook DJ, 2007).Pasien-pasien dengan kondisi
terintubasi memiliki resiko terkena pneumonia lebih tinggi 21% bila
dibandingkan dengan pasien-pasien yang tidak mendapatkan saluran napas
buatan (Peter JP, Burkhard L, 2008).Pneumonia yang didapat pada unit rawat
intensif merupakan infeksi saluran napas bawah yang didahului dengan
adanya sejumlah bakteri atau terjadinya infeksi saluran napas atas.Aspirasi
bakteri dari saluran pernapasan atas merupakan penyebab penting terjadinya
kolonisasi bakteri di trachea (Latief Said, 2007)
Pada pasien sakit kritis yang terintubasi, pipa endotrakhea dan pipa
orofaring yang digunakan untuk melindungi jalan napas dapat bertindak
sebagai vektor untuk migrasi dari organisme patogen. Kombinasi kebersihan
mulut dan sistem respirasi yang buruk dapat meningkatkan resiko pneumonia
terkait ventilator/ventilator associated pneumonia (VAP).2 Tingkat kematian
yang terkait dengan VAP meningkat dari 20% menjadi 40% di berbagai unit
perawatan intensif (Koeman, 2006).

B. Tujuan
a. Tujuan umum

Untuk mengetahui efektifitas oral hygiene dengan suction


menggunakan cairan Chlorhexidine 0,2% terhadap pencegahan
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada pasien yang terpasang
ventilator mekanik.

b. Tujuan khusus
1. Menentukan kelemahan dan kelebihan jurnal
2. Mengetahui manfaat jurnal sehingga dapat diambil sebagai implikasi
keperawatan di ICU RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
BAB II
RESUME JURNAL

1. Nama peneliti dan tahun penelitian


Penelitan ini dilakukan oleh Putri Yanti, Erwin, Jumaini.

2. Tempat dan waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012 di ruang ICU RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru.

3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas oral hygiene
dengan suction menggunakan cairan clorhexidine 0,2% terhadap pencegahan
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada pasien yang terpasang
ventilator mekanik.

4. Metode Penelitian
Desain penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan rancangan Quasi
experimental dengan pendekatan Randomized posttest only control design.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang yang terbagi atas 15 sampel sebagai
kasus (eksperimen) dan 15 sampel sebagai kontrol.

5. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian didapatkan rata-rata jenis kelamin adalah laki-laki
yakni 18 responden (60%).Penelitian tanpa melihat jenis kelamin
responden.Sebagian besar laki-laki dalam penelitian ini mempunyai diagnosa
CKB dan stroke haemoragic yang membuat mereka mempunyai indikasi
untuk menggunakan alat ventilator mekanik.
Setelah dilakukan intervensi dengan memberikan intervensi tindakan Oral
hygiene menggunakan larutan Chlorhexidine 0,2% dengan menggunakan
suction pada kelompok eksperimen,sedangkan pada kelompok kontrol hanya
dilakukan tindakan perawatan oral hygiene sesuai standar ruangan didapatkan
rata-rata skore VAP kelompok eksperimen lebih rendah (0,133) dibandingkan
dengan rata-rata score nilai kelompok kontrol (2,33). Hasil uji statistik
didapatkan nilai p= 0,005 berarti p value <(0,05) maka Ho ditolak,sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata skore VAP
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan larutan Chlorhexidine 0,2% dengan
menggunakan suction sangat efektif.Hasil tersebut secara tidak langsung
menunjukkan bahwa kejadian VAP pada kelompok eksperimen lebih sedikit
dibandingkan dengan kelompok kontrol.

6. Saran Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan
standar operasional terhadap tindakan oral hygiene dengan suction
menggunakan larutan clorhexidine terhadap pencegahan terjadinya VAP
2. Bagi Perawat
Perawat mampu melakukan oral hygiene dengan larutan clorhexidine
0,2% pada setiap tindakan suction di ruang ICU sebagai langkah tindakan
pencegahan VAP.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini menjadi sumber informsi dalam pengembangan ilmu
keperawatan

7. Kelemahan Jurnal
a. Dalam jurnal tidak dituliskan bagaimana prosedur tindakan yang
dilakukan
b. Dalam penelitian ini sampel yang ada adalah pasien kritis dengan
diagnosa CKB dan stroke haemoragic saja. Sehingga efektifitas untuk
diagnose penyakit yang lain belum diketahui
8. Kelebihan Jurnal
a. Dalam penelitian ini sampel mendapatkan perlakuan langsung sehingga
efektifitas telah teruji
b. Sampel dalam penelitian ini sama-sama mendapatkan perlakuan oral
hygiene
c. Penelitian ini tidak dibatasi oleh jenis kelamin
BAB III
KORELASI ISI JURNAL

A. Hasil Penelitian jurnal

Berdasarkan penelitian didapatkan rata-rata jenis kelamin adalah laki-


laki yakni 18 responden (60%).Penelitian tanpa melihat jenis kelamin
responden.Sebagian besar laki-laki dalam penelitian ini mempunyai diagnosa
CKB dan stroke haemoragic yang membuat mereka mempunyai indikasi
untuk menggunakan alat ventilator mekanik.
Setelah dilakukan intervensi dengan memberikan intervensi tindakan
Oral hygiene menggunakan larutan Chlorhexidine 0,2% dengan menggunakan
suction pada kelompok eksperimen,sedangkan pada kelompok kontrol hanya
dilakukan tindakan perawatan oral hygiene sesuai standar ruangan didapatkan
rata-rata skore VAP kelompok eksperimen lebih rendah (0,133) dibandingkan
dengan rata-rata score nilai kelompok kontrol (2,33). Hasil uji statistik
didapatkan nilai p= 0,005 berarti p value <(0,05) maka Ho ditolak,sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata skore VAP
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan larutan Chlorhexidine 0,2% dengan
menggunakan suction sangat efektif. Hasil tersebut secara tidak langsung
menunjukkan bahwa kejadian VAP pada kelompok eksperimen lebih sedikit
dibandingkan dengan kelompok kontrol.

B. Kondisi riil klinis atau Lapangan


Kondisi di lapangan dalam hal ini di RSUD dr Goeteng
Taroenadibrata Purbaligga khususnya di ruang ICU (intensive care unit)
pasien dengan ventilator jarang sekali di jumpai dalam dua bulan terakhir ini.
Dalam dua bulan terakhir ini terdapat dua pasien dengan ventilator. Pada
pasien yang terpasang ventilator tidak dilakukan oral hygiene secara
maksimal, yang dilakukan adalah suction untuk mengurangi penumpukan
secret pada selang intubasi. Prosedur oral hygiene yang ada di RSUD dr
Goeteng Taroenadibrata khususnya ruang ICU adalah dengan menggunakan
NaCL 0.9%.
C. Isi Jurnal
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian didapatkan data rata-rata jenis kelamin adalah
laki-laki yakni 18 responden (60%).Penelitian ini dilakukan tanpa melihat
jenis kelamin responden.Sebagian besar laki-laki dalam penelitian ini
mempunyai diagnosa CKB dan stroke haemoragic yang membuat mereka
mempunyai indikasi untuk menggunakan alat ventilator mekanik.
Pemasangan ventilator mekanis ini juga erat kaitannya dengan adanya
gangguan fungsi respiratorik yang disebabkan oleh obat-obatan, penyakit,
tekanan tinggi intrakranial atau keadaan lain yang menyebabkan pasien
tidak mampu untuk bernafas tanpa bantuan mesin (Dzulfikar, 2006). Hal
ini sesuai dengan pernyataan dari Arifin (2002) ; Hafid (2000) yang
menyatakan bahwa CKB lebih banyak dialami oleh kelompok dewasa
muda antara 15 - 30 tahun daripada anak-anak dan orang tua dan lebih
banyak terjadi pada laki-laki dari pada wanita hal ini dikarenakan usia
dewasa muda dan laki-laki lebih mobile atau lebih banyak menggunakan
kendaraan.

2. Indikator Ventilator Associated Pneumonia (VAP)


VAP adalah infeksi nasokomial pneumonia yang terjadi setelah 48 jam
pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik baik melalui pipa
endotrachea maupun pipa tracheostomy. Indikator yang di gunakan untuk
menilai kejadian VAP ini dilihat dari data kinik yaitu Demam >380c
(>100,40 F) yang bukan disebabkan gangguan lain, peningkatan jumlah
leukosit diatas batas nilai normal (nilai leukosit>10.000/ µL) dan adanya
sputum purulen. (Ibrahim, 2000 dalam Kurniadi, 2010).Distribusi
frekuensi nilai indikator Ventilator. Associated Pneumonia (VAP)
sebelum tindakan oral hygiene. Pada kelompok eksperimen didapatkan
nilai 0,27 sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,57. Hasil uji statistik
T Test didapatkan nilai p value= 0,456 berarti p value > α (0,05) maka Ho
gagal ditolak, sehingga analisa dapat dilanjutkan sedangkan untuk
distribusi frekuensi nilai indikator Ventilator Associated Pneumonia
(VAP) setelah tindakan oral hygiene pada kelompok eksperimen
didapatkan nilai 0,133 sedangkan pada kelompok kontrol adalah 2,33.
Hasil uji statistik T Test didapatkan nilai p value= 0,005. Hasil tersebut
secara tidak langsung menunjukkan bahwa kejadian VAP pada kelompok
eksperimen lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol.Hal ini
dikarenakan CHX merupakan salah satu alternatif yang baik untuk
dekontaminasi oropharyngeal. Antiseptik CHX memiliki aktivitas yang
luas untuk melawan mikroorganisme gram-positif, termasuk pathogen
multiresistan seperti methicillin- resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
dan vancomycin-resistant enterococci (VRE) (Alicia , 2004).

3. Efektifitas oral hygiene dengan suction menggunakan cairan


Chlorhexidine 0,2% terhadap pencegahan Ventilator Associated
Pneumonia (VAP)
Oral hygiene merupakan salah satu intervensi keperawatan pada
pasien yang terpasang ventilator mekanik dengan tujuan untuk
mempertahankan kesehatan mulut klien dan mencegah terjadinya infeksi
dan risiko VAP. Intervensi keperawatan oral hygiene dengan suction pada
pasien yang terpasang ventilator merupakan tindakan yang dirasa cukup
sulit oleh sebagian perawat. Komponen utama yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan oral hygiene, dengan suction adalah teknik
melakukan tindakan, waktu pelaksanaan dan jenis cairan yang digunakan.
Memodifikasi tindakan oral hygiene dengan suction menggunakan cairan
Chlorhexidine 0,2% merupakan alternatif untuk mengurangi residu cairan
mulut dan mencegah risiko terjadinya VAP pada pasien dengan terpasang
ventilator mekanik.
Rata-rata frekuensi nilai indikator pada tindakan oral hygiene dengan
suction menggunakan CHX adalah 0,133, sedangkan untuk kelompok
tanpa CHX adalah 2,33. Hasil uji statistik T Test didapatkan nilai p value=
0,005 berarti p value < α (0,05) maka Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil nilai indikator
oral hygiene antara klien yang menggunakan CHX dengan tanpa
menggunakan CHX dalam pencegahan VAP, sehingga penggunaan CHX
sebagai oral hygiene dirasakan lebih efektif dibandingkan dengan tanpa
menggunakan CHX Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan olah Koeman, Hak, Ramsay, Joore Kaasjager, Hans dan
Van Der Ven (2006). Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan data
bahwa chlorhexidine mampu menurunkan kolonisasi mikroorganisme
oropharyngeal baik gram positif maupun gram negatif secara signifikan,
dimana chlorhexidine lebih berefek pada mikroorganisme gram-
positif.Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penggunaan
topikal dekontaminasi oral dengan CHX mampu menurunkan insidensi
VAP.
Penggunaan jenis cairan Chlorhexidine 0,2% ini, Genuit, Bochicchio,
Napolitano, McCarter, Roghman (2004) juga pernah melakukan penelitian
tentang efek penggunaan Chlorhexidine 0,2% terhadap risiko terjadinya
penumonia.
Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan data bahwa Chlorhexidine
mampu untuk menurunkan risiko terjadinya pneumonia yang disebabkan
oleh pemasangan ventilasi mekanik. Artikel Sony (2010) juga turut
menyatakan bahwa Chlorhexidine berfungsi untuk antiseptik di 3 reservoir
VAP (Ventilator Associated Pneumonia) yaitu di oral, nasal dan
mencegah bakteri dental plak pada pasien cedera kepala berat yang di
rawat diruangan ICU. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada keefektifan
penggunaan CHX untuk oral hygiene dengan suction pada pasien yang
terpasang ventilator dengan tanpa menggunakan CHX dalam pencegahan
VAP, sehingga penggunaan CHX sebagai oral hygiene dirasakan lebih
efektif dibandingkan dengan tanpa menggunakan CHX.

D. Hasil Penelitian Lain

Hasil penelitian lain yaitu penelitian untuk mengetahui perbedaan


kejadian Ventilator Associated Pneumonia pada oral hygiene menggunakan
chlorhexidine gluconat 0.12% dan listerine yang dilakukan di ruang ICU
(intensive care unit) RS Dr Hasan Sadikin Bnadung. Penelitian tersebut
dilakukan dengan menggunakan sampel pasien kritis yang terpasang ventilasi
mekanik dan terintubasi.Jumlah sampel chlorhexidine gluconatedan listerin
masing-masing 20 sampel. Data kejadian VAP dikumpulkan setelah 48 jam
(pada hari ketiga) perawatan melalui daftar check list pemeriksaan yang
menggunakan Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS). Mengetahui
perbedaan pengaruh oral hygiene yang menggunakan chlorhexidine gluconate
0,12% dengan listerine terhadap kejadian VAP digunakan Chi Square Test.
Hasilnya adalah kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
pada sampel yang menggunakan oral hygiene chlorhexidine glukonate 0,12%
sebanyak 3 orang (15%). Sedangkan yang tidak mengalami VAP sebanyak 17
orang (85%).Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada sampel
yang menggunakan oral hygiene listerine sebanyak 13 orang (65%),
sedangkan yang tidak mengalami VAP sebanyak 7 orang (35%). Kejadian
VAP pada kelompok perlakuan yang menggunakan chlorhexidine gluconate
0,12% lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok Listerine.
E. Pencegahan VAP
Pencegahan terhadap VAP (Ventilator Associated Pneumonia) dibagi
menjadi 2 kategori (Kollef., MH,2005) yaitu :
1. Strategi farmakologi yang bertujuan untuk menurunkan pertumbuhan
kuman patogen dalam saluran cerna, meliputi :
a. Mencegah penggunaan antibiotik yang tidak perlu
b. Membatasi profilaksis tukak lambung pada penderita risiko tinggi
c. Menggunakan sukralfat sebagai profilaksis tukak lambung
d. Menggunakan antibiotik untuk dekontaminasi saluran cerna secara
selektif
e. Dekontaminasi dan menjaga kebersihan mulut
f. Menggunakan antibiotik yang sesuai pada penderita risiko tinggi

2. Strategi non farmakologi yang bertujuan untuk menurunkan kejadian


aspirasi, meliputi :
a. Menghentikan penggunaan pipa nasogastrik atau pipa endotrakeal
sesegera mungkin
b. Posisi penderita semifowler atau setengah duduk
c. Intubasi oral atau non nasal
d. Menghindari reintubasi dan pemindahan penderita jika tidak
diperlukan
e. Ventilasi masker noninvasive untuk mencegah intubasi trakea
f. Menghindari penggunaan sedasi jika tidak diperlukan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ventilator merupakan suatu alat yang menjadi bagian penting dalam


unit perawatan intensif (ICU).Ventilasi mekanik adalah alat yang mampu
membantu sebagian atau bahkan sepenuhnya pertukaran gas di paru untuk
mempertahankan hidup.Namun dengan pengunaannya menimbulkan masalah
terkait penyakit yangmuncul karena pemasangan ventilator pada tubuh
manusia.Salah satunya adalah pneumonia.Pneumoniaakibat penggunaan
ventilator (ventilator associated pneumonia-VAP) merupakan kejadian yang
banyak terjadi di ruang perawatan intensif/Intensive Care Unit (ICU) lebih
beresiko untuk kejadian infeksi nosocomial (Koeman, 2006).
Mencegah komplikasi pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik
diantaranya adalah dengan melakukan oral hygiene yang efektif dan efisien.
Dalam penelitian ini cara yang telah terbukti efektif adalah oral hygiene
dengan suction menggunakan larutan chlorhexidine 0.2%

B. Saran

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pihak rumah sakit
dalam prosedur tindakan oral hygiene dengan suction menggunakan larutan
chlorhexidine gluconate pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik di
ruang ICU RSUD dr Goeteng Taroenadibrata.
DAFTAR PUSTAKA

Hudak&Gallo. (1990). Critical care nursing : A holistic approach.


Philadelphia : Lippincott Company
Koeman M. (2006). Oral decontamination with chlorhexidine reduce the
incidence of ventilator associated pneumonia. Am J Respir Crit
Care Med (Serial on Internet) (cited 2013 May 25); 173: 1348-55.
Available from :
http//www.ajrccm.atsjournals.org/cgi/content/short/173/12/1348
Kollef MH. (2005). The prevention of ventilator-associated pneumonia. N
Engl J
Med.340(8):627–634.
Latief Said, dkk. (2007). Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi ke 2.
Jakarta:
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI.
Livingston DH.(2000). Prevention of ventilator-associated pneumonia.
Am J
Surg.179(2 suppl 1):12–17
Loeb., S. (1991). Respiratory support.USA : Springhause Corporation
Sundana K. (2008) Ventilator pendekatan praktis di unit perawatan kritis
Edisi ke 1. Bandung : CICU RSHS
http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1918/1/
MANUSCRIPT.pdf
http://eprints.undip.ac.id/32941/1/Diyanita_W.pdf
http://jurnal.unpad.ac.id/mku/article/view/1483/1481
ANALISA JURNAL
EFEKTIFITAS ORAL HYGIENE DENGAN SUCTION MENGGUNAKAN
LARUTAN CHLORHEXIDINE 0,2% TERHADAP PENCEGAHAN
VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) PADA PASIEN YANG
TERPASANG VENTILATOR MEKANIK

OLEH :
ACHMAD ZAENI PRIJANTO

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2013

Anda mungkin juga menyukai