PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau dalam arti yang lebih luas disebut sebagai
Hospital Associated Infection (HAIs), merupakan jenis infeksi yang
berhubungan erat dengan proses perawatan pasien. Jadi target yang diselidiki
dalam hal ini terutama adalah pasien-pasien yang sedang mengalami
perawatan. Dengan demikian semakin lama perawatan risiko terjadinya IRS
juga akan semakin meningkat. Begitu juga semakin banyak tindakan
perawatan yang bersifat invasif akan meningkatkan terjadinya IRS. Dengan
alasan ini, risiko terjadinya IRS akan semakin meningkat pada pusat-pusat
perawatan atau rumah sakit yang besar akan semakin ditingkatkan sehubungan
dengan jenis pasien yang harus ditangani dan macam tindakan yang harus
dilakukan.
Rumah Sakit merupakan infeksi yang terjadi saat perawatan. Untuk
menentukan apakah suatu infeksi termasuk IRS atau bukan, perlu bukti-bukti
kuat yang membuktikan bahwa infeksi tersebut memang belum ada dan juga
tidak pada waktu inkubasi saat pasien dirawat. Penyakit infeksi merupakan
jenis penyakit yang tidak terjadi secara spontan, tetapi memerlukan proses
yang disebut sebagai masa inkubasi. Patokan 2 atau 3 hari setelah perawatan
bukan merupakan patokan yang tetap, karena masa inkubasi dari masing-
masing jenis mikroba penyebab infeksi mempunyai waktu inkubasi 2 – 3 hari,
tetapi jenis-jenis infeksi lain bisa berkisar dari beberapa hari, minggu, bulan
atau bahkan tahun (misalnya Tuberkulosis, HIV atau lepra). Untuk itu, sering
kali perlu data-data penunjang, baik dari anamnesa, pemeriksaan fisik atau
bahkan laboratorium untuk membuktikan jenis infeksi ini.
Surveilans adalah pengumpulan data kesehatan yang penting secara terus
menerus sistematis, analisis dan interpretasi dan didesiminasikan kepada pihak
pihak yang berkepentingan secara berkala untuk digunakan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu tindakan pelayanan kesehatan.
B. Tujuan Surveilans
Tujuan dari surveilans Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah :
Memperoleh data dasar
Menurunkan laju infeksi Rumah Sakit.
Identifikasi dini kejadian Luar Biasa ( KLB ) infeksi Rumah Sakit.
Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah yang
memerlukan penanggulangan
Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan
Sebagai unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi Rumah Sakit
C. Jenis Surveilans
Jenis Surveilans :
1) Surveilans ISK
Pengumpulan data kejadian infeksi Saluran Kemih akibat
penggunaan alat kateter urine secara sistematik, analisis dan
interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam
perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan yang di desiminasikan secara
berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.
2) Surveilans IDO
pengumpulan data infeksi area insisi akibat suatu tindakan
pembedahan dan faktor resiko terjadinya infeksi, analisis dan
interpretasi yang terus menerus, untuk digunakan dalam
perencanaan dan evaluasi suatu tindakan yang didesiminasikan
secara berkala, kepada pihak-pihak yang memerlukan.
3) Surveilans VAP
pengumpulan data kejadian pneumonia akibat pemakaian ventilasi
mekanik lebih dari 48 jam, data dikumpulkan secara sistematik,
dianalisa dan diinterpretasi untuk digunakan dalam perencanaan,
penerapan dan evaluasi kemudian di desiminasikan secara berkala
kepada pihak-pihak yang memerlukan.
4) Surveilans IADP
pengumpulan data kejadian infeksi aliran darah akibat penggunaan
alat intravaskuler secara sistematik, analisis dan interpretasi yang
terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang
di desiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang
memerlukan.
5) Surveilans Infeksi RS lainnya yaitu pengumpulan data infeksi
dekubitus dan fhlebitis.
D. PENATA LAKSANAAN
Perawat IPCLN yang bertugas mengisi formulir surveilans harian yang ada
di komputer ruangan yang terkoneksi dengan server SIMRS, kemudian
dimonitoring oleh IPCN.
Setiap infeksi mempunyai kriteria tersendiri dan rumus yang digunakan.
Jadi surveilans aktif adalah :
Pengumpulan data setiap hari
Perhitungan ISK, IDO, IADP, VAP / HAP, flebitis, dan dekubitus
setiap bulan
Laporan setiap bulan, triwulan, semester, tahunan
1) IDO
Infeksi Daerah Operasi (IDO) adalah Infeksi pada luka insisi (kulit
dan subcutan) akibat suatu tindakan pembedahan. Surveilans IDO
dilakukan selama 30-90 hari atau sampai 1 tahun untuk pasien
dengan implant. Dari penentuan Panitia mutu RS, target angka
kejadian IDO minimal < 2 %.
Kriteria IDO :
Nyeri lokal dan sakit
Demam ( ≥ 38° C)
Keluar cairan purulen dari luka insisi
Kultur positif dari cairan yang keluar atau jaringan yang
diambil secara aseptik
Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengkak
lokal, kemerahan, kecuali bila hasil kultur negative.
Dokter yang menangani menyatakan infeksi
Klasifikasi jenis operasi (kategori operasi)
Berdasarkan
Bersih
Bersih tercemar
Tercemar
Kotor
Klasifikasi kondisi pasien
ASA 1 : Pasien sehat
ASA 2 : Pasien dengan gangguan sistemik
ringan- sedang
ASA 3 : Pasien dengan gangguan sistemik
berat
ASA 4 : Pasien dengan gangguan sistemik
berat yg mengancam kehidupan
ASA 5 : Pasien tidak diharapkan hidup
walaupun dioperasi atau tidak.
Durasi operasi
Sesuai dengan waktu yg ditentukan nilai } 0
Lebih dari waktu yg ditentukan nilai } 1
Cara perhitungan :
jumlah Kejadian
Angka infeksi IDO : X 100 %
jumlah operasi
Laboratorium
leukosit > 12000/mm3 atau < 4000/mm3
Kulture aspirasi trakheal ≥ 10 5 ppm/ ml
Jumlah Kejadian HA P
HAP Angka infeksi : X 1000 ‰
jumlah Hari Tirah Baring
1) IADP
IADP atau Infeksi Aliran Darah Primer adalah ditemukannya
organisme dari hasil kultur darah semi-kuantitatif / kuantitatif
disertai tanda klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya dengan
infeksi ditempat lain dan / atau dokter yang merawat menyatakan
telah terjadi infeksi, akibat pemasangan kateter intra vaskuler,
setelah > 48 jam. (Buku Pedoman Surveilans Kemkes 2011)
Dari penentuan Panitia Mutu Rumah Sakit, target angka kejadian
IADP minimal < 3,5 %.
Kriteria IADP :
Terdapat kuman pathogen yang diketahui hasil satu
kali atau lebih dari biakan darah
Dengan salah satu gejala klinis seperti :
Demam ≥ 380 C
Menggigil
Hipotensi ≤ 36° C
Pada pasien berumur < 1 tahun paling sedikit satu
dari tanda-tanda :
Demam > 380 C
hipotermia ≤ 370 C
apneu
bradikardia
Dokter yang merawat menyatakan infeksi
Cara perhitungan :
Jumlah Pasien dengan IADP
Angka Kejadian IADP : X 1000 ‰
Jumlah Hari PemasanganCVC
1) Phlebitis
Phlebitis adalah peradangan vena disebabkan oleh kateter atau
iritasi kimiawi zat dan obat-obatan yang diberikan secara intra
vena. Dari penentuan Panitia mutu Rumah Sakit, target angka
kejadian flebitis < 4,5 ‰
Secara klinis :
Ada nyeri, nyeri tekan, bengkak, pengerasan, eritema dan hangat
pada vena.
Jika infeksi
Kemerahan, demam, sakit, bengkak, adanya pus atau kerusakan
pada kulit, hasil kultur positip
Jenis Flebitis :
Plebitis Kimiawi
Terjadi karena :
pH dan osmolaritas cairan infus yang
ekstrem pH ↓, osmolaritas ↑
Mikropartikel yang terlarut yang
terbentuk bila partikel obat tidak larut
sempurna selama pencampuran pemberian
obat intravena menggunakan filter 1 sampai
5 µm.
Pemilihan material kateter intravaskuler yang
digunakan silikon dan poliuretan kurang
bersifat iritasi dibanding politetrafluoroetilen
(Teflon)
Plebitis Bakterial
Hand hygiene tidak dilakukan, Hand
Hygiene yang tidak tepat dan benar
Preparasi kulit tidak baik sebelum
pemasangan infus
Teknik aseptik tidak baik saat akan
pemberian obat atau cairan
Kateter dipasang terlalu lama
Tempat tusukan kateter tidak / jarang
diinspeksi secara visual
Alat – alat yang di gunakan rusak atau bocor
atau kadaluarsa
Larutan infus terkontaminasi karena teknik
aseptik yang kurang baik pada saat
pencampuran larutan
Faktor virulen instrinsik dari
mikroorganisme itu sendiri
Plebitis Kimiawi
Penempatan kateter intravaskuler yang tidak
tepat
Ukuran kateter intravaskuler yang tidak
sesuai dengan ukuran vena
Cara pemasangan, pengawasan dan
perawatan yang kurang baik
Laju pemberian yang tidak sesuai
Cara Perhitungan :
Jumlah Kejadian Plebhitis
Angka Kejadian Flebitis : X 1000 ‰
Jumlah Hari Terpasang Infus
6) Dekubitus
Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) ulkus dekubitus adalah suatu
daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya aliran
darah di daerah yang bersangkutan. Dari penentuan Panitia Mutu
Rumah Sakit, target angka kejadian dekubitus minimal < 4,5 %.
Kriteria dekubitus :
Pasien paling tidak mempunyai 2 gejala dan tanda berikut yang
tidak diketahui penyebab lainya : kemerahan, sakit atau
pembengkakan di tepian luka dekubitus