Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

ANGKA KEJADIAN INFEKSI

RSUD dr.R.GOETENG TAROENADIBRATA


PURBALINGGA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk dan Rahmat-Nya,
sehingga Laporan Angka Kejadian Infeksi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga telah selesai disusun.

Laporan Angka Kejadian Infeksi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata


Purbalingga ini dibuat sebagai upaya untuk mendapatkan data dasar infeksi rumah
sakit, menurunkan laju infeksi rumah sakit, identifikasi dini KLB infeksi rumah sakit,
memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan, dan untuk memenuhi
akreditasi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data dan informasi sehingga laporan
ini selesai dibuat.

Sangat disadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan lebih lanjut. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Purbalingga, 18 Juli 2018


Ketua
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

dr. Indra Adhi Nugraha, Msc, SpPD


NIP. 19750315 201001 1 009
I.   Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia,


termasuk Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari
komunitas (Community acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah
sakit (Hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah
infeksi nosokomial. Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
bertujuan untuk perawatan atau penyembuhan pasien, apabila dilakukan tidak
sesuai prosedur maka berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi
pasien yang lain atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri. Karena tidak
dapat ditentukan secara pasti asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi
nosokomial (Hospital acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu
“Healthcare-associated infections” (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas
tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
serta tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas
kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien (Akib et
al, 2008).
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan
memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai
"pengendalian". Secara hirarkis hal ini telah ditata sesuai dengan efektivitas
pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection Prevention and Control– IPC),
yang meliputi: pengendalian bersifat administratif, pengendalian dan 10 rekayasa
lingkungan, dan alat pelindung diri (Slamet et al, 2013).
Program yang termasuk pencegahan dan pengendalian infeksi yaitu, (1)
Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi; (2) Surveilans (HAIs dan
Proses: audit kepatuhan petugas untuk cuci tangan dan memakai APD); (3)
Penerapan kewaspadaan isolasi; (4) Pendidikan dan pelatihan PPI; (5)
Penggunaan antimikroba rasional; (6) Kesehatan karyawan (Rosa, 2015).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit adalah
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). Angka infeksi rumah sakit
bervariasi menurut jenis infeksi, antara lain InfeksiSaluranKemih (ISK), Infeksi
Luka Operasi (ILO), Ventilator Associated Pneumonia (VAP), dan Infeksi
Aliran Darah Primer (IADP). Kejadian infeksi di rumah sakit bukan saja
meningkatkan mortalitas dan morbiditas pasien, tetapi juga menambah biaya
perawatan yang sangat membebani pasien dan rumah sakit.
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan
memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai
"pengendalian". Secara hirarkis hal ini telah di tata sesuai dengan efektivitas
pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection Prevention and Control – IPC),
yang meliputi: pengendalian bersifat administratif, pengendalian dan rekayasa
lingkungan, dan alat pelindung diri (APD).
Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah untuk membantu
mengurangi penyebaran infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan,
dengan penilaian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi oleh National Infection
Control Policies. Tujuan utamanya adalah untuk mendukung promosi kualitas
pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien, petugas kesehatan, dan orang lain
dalam perawatan kesehatan dan lingkungan dengan cara yang hemat biaya
(WHO, 2014).
Dalam struktur organisasi RS Komite PPI telah disusun pula Pedoman PPI
dan Program PPI 2018, yang menjadi acuan kerja  Mutu PPIRS. Kegiatan
surveilans bertujuan untuk memperoleh data infeksi yang memantau penurun
angka infeksi nosokomial serta mengidentifikasi kejadian luar biasa (outbreak)
dalam mendorong ssetiap petugas yang terkait dengan asuhan pasien untuk
melakukan tindakan preventif yang direkomendasikan oleh Komite Rsud dr. R
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
II. PEMBAHASAN
Surveillance sebagai salah satu program Pencegahan dan
pengendalian Infeksi(PPI) harus dilaksanakan untuk memantau mutu
pelayanan. "data dasar infeksi rumah sakit yang didapatkan dari hasil
surveillance dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengukur
keberhasilan program PPI.
a. Pelaksanaan Surveilans
1. IPCLN melakukan penghitungan angka Phlebitis, Infeksi Luka Operasi
(ILO) dan Infeksi Saluran Kencing (ISK), Ventilator Associated
Pneumonia (VAP), dan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) yang
dilakukan dengan mengisi check list monitoring infeksi pasien rawat inap
2. Data surveilans harian infeksi rumah sakit kemudian dipindahkan ke dalam
formulir surveilans bulanan infeksi rumah sakit oleh IPCLN.
3. Data surveilans bulanan infeksi rumah sakit kemudian di input ke
computer untuk dilakukan rekapitulasi dan dibuat laporan per ruangan
4. Apabila ditemukan tanda-tanda infeksi, maka dicari data sekunder sebagai
pendukung, antara lain:
- Formulir survey infeksi rumah sakit,
- Data rekam medis,
- Catatan hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium dan radiologi),
dan
- Wawancara dengan pasien/keluarga pasien.
- Setelah data pendukung lengkap, selanjutnya dilakukan pengkajian oleh
Komite PPI.
5. Hasil pengkajian kemudian disampaikan ke unit terkait dalam bentuk
rekomendasi.
6. Pemantauan terhadap pelaksanaan hasil rekomendasi
7. Apabila pelaksanaan hasil rekomendasi belum efektif, maka dilakukan
pengkajian ulang.
III. HASIL SURVEILANS
1. Infeksi jarum infus perifer (Plebhitis)
Tanda-tanda infeksi : merah seperti terbakar, bangkak, sakit bila ditekan,
ulkus sampai eksudat purulen atau mengeluarkan cairan bila ditekan.
Berdasarkan hasil rekapitulasi formulir surveilans bulan Juli – Desember
2018 didapatkan data untuk angka kejadian plebhitis sebagai berikut:
a. Bulan Juli – Desember 2018
Total hari Pemasangan Infus Jumlah Plebhitis Permill

September

September

September
Ruang

Nopember

Nopember

Nopember
Desember

Desember

Desember
Oktober

Oktober

Oktober
Agustus

Agustus

Agustus
Juli

Juli

Juli
Anggrek 363 363 335 335 332 387 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Bougenville 388 391 421 332 414 301 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Cempaka 520 484 553 561 556 484 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Dahlia 536 430 405 423 379 392 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Edelweis 317 317 291 268 298 286 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Flamboyan 299 215 269 188 265 312 3 2 0 0 0 0 10,03 9,30 0 0 0 0

Gardena lama 175 175 216 203 240 244 1 1 0 0 0 0 5,71 5,71 0 0 0 0

Gardena baru lt 1 189 209 203 187 207 210 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gardena baru lt 2 193 102 119 108 205 186 2 1 1 0 0 1 10,36 9,80 8,40 0 0 5,38

Gardena baru lt 3 114 7 0 73 164 185 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


Kenanga 314 278 290 254 287 307 1 0 2 1 2 1 3,18 0 6,90 3,94 6,97 3,26

Lavender 1092 944 964 956 1080 1127 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Menur 581 504 488 469 464 491 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2,13 0 0

Imc/igd 179 187 196 180 174 149 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Icu 114 92 103 50 81 89 0 0 1 0 0 0 0 0 9,71 0 0 0

Perinatologi 96 192 186 186 8 46 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 5470 4890 5039 4773 5154 5196 7 4 4 2 2 2 1,28 0,82 0,79 0,42 0,39 0,38

‰ Total Semester II 1,28 0,82 0,79 0,42 0,39 0,38             3,76

Gambar 1.1 Tabel Angka Kejadian Plebhitis Di RSUD dr R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga bulan Juli-Desember 2018 Per 1000 hari
pemakaian Alat (‰)
ANGKA KEJADIAN PLEBHITIS PER
RUANGAN PERIODE JULI-DESEMBER
2018
12.00
10.00
Juli
8.00 Agustus
6.00 September
Oktober
4.00
PERMILL

Nopember
2.00 Desember
0.00
k le a ia is n a 1 2 3 a r r d u
gre nvil pak ahl lwe oya lam u lt u lt u lt ang nde enu c/ig Ic
g e m D de b na ar ar ar en ve M Im
An oug Ce E lam de a b a b a b K La
B F ar en en en
G rd rd rd
Ga Ga Ga
RUANGAN

Gambar 1.2 Grafik Angka Kejadian Plebitis bulan Juli-Desember 2018 Per
1000 hari pemakaian Alat (‰) Per Ruang

ANGKA KEJADIAN PLEBHITIS RSUD dr.


R. GOETENG TAROENADIBRATA
PERIODE BULAN JULI-DESEMBER 2018
6.00

5.00

4.00
Permill

3.00

2.00

1.00

0.00
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Gambar1.3 Grafik Kejadian Plebhitis di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata


Purbalingga Bulan Juli-Desember 2018
Analisa
- Kencenderungan angka Phlebitis pada trimester II masih dibawah
target dikarenakan penerapan bundles IADP/ infus yang optimal
pelaksanaanya.
- Standar Kejadian Plebhitis < 5 ‰
- Hasil pencapaian bulan Juli masih sebesar 1,28 ‰ dengan adanya 7
kejadian dengan lama pemasangan cateter IV 5470 hari.
- Hasil pencapaian bulan Agustus masih sebesar 0,82 ‰ dengan
adanya 4 kejadian dengan lama pemasangan cateter IV 4890 hari.
- Hasil pencapaian bulan September masih sebesar 0,79 ‰ dengan
adanya 4 kejadian dengan lama pemasangan cateter IV 5039 hari.
- Hasil pencapaian bulan Oktober masih sebesar 0,42 ‰ dengan
adanya 2 kejadian dengan lama pemasangan cateter IV 4773 hari.
- Hasil pencapaian bulan Nopember masih sebesar 0,39 ‰ dengan
adanya 2 kejadian dengan lama pemasangan cateter IV 5154 hari.
- Hasil pencapaian bulan Desember mengalami penurunan, dengan
angka 0,38 ‰ dengan 2 kejadian dengan lama pemasangan cateter
IV 5196 hari.
- Faktor yang menyebabkan kejadian phlebitis antara lain kondisi
pasien itu sendiri (immune compromise, hipoalbumin dsb) dan
penggunaan cairan infuse dengan konsentrasi tinggi.
- Selama observasi ditemukan berbagai ketidaksesuaian, antara lain:
petugas yang kurang memperhatikan hand hygiene dan penggunaan
APD, khususnya penggunaan sarung tangan, balutan kateter infus
yang kotor / basah tidak segera diganti, serta kurangnya persiapan
alat untuk pemasangan infus (tidak lengkap) serta penggunaan
kapas alkohol yang belum menggunakan swab.
- Pada pasien anak sering ditemukan lebih dari satu kali tusukan
pada saat pemasangan IVL, sehingga prinsip steril kurang
diperhatikan

2. Infeksi luka operasi

Infeksi Daerah Operasi (IDO) adalah infeksi yang terjadi dalam kurun waktu
30 hari setelah tindakan operasi tanpa pemasangan implant atau dalam kurun
90 hari  bila operasi dengan pemasangan implant, dan infeksi diduga ada
kaitannya dengan prosedur operasi. Ditandai dengan pus yang keluar dari
luka operasi.
Target yang harus dicapai < 1,5 %
Berdasarkan hasil surveilans untuk semester II didapatkan hasil sebagai
berikut :
- Bulan Juli 2018 angka kejadian infeksi luka operasi sebesar 0,32 % dari
628 jenis operasi yang dilakukan yang mencakup jenis operasi bersih,
bersih tercemar sampai kotor
- Bulan Agustus 2018 angka kejadian infeksi luka operasi sebesar 1,29 %
dari 544 jenis operasi yang dilakukan yang mencakup jenis operasi
bersih, bersih tercemar sampai kotor
- Bulan September 2018 angka kejadian infeksi luka operasi sebesar 0,82
% dari 486 jenis operasi yang dilakukan yang mencakup jenis operasi
bersih ,bersih tercemar sampai kotor
- Bulan Oktober 2018 angka kejadian infeksi luka operasi sebesar 0,00 %
dari 381 jenis operasi yang dilakukan yang mencakup jenis operasi
bersih, bersih tercemar sampai kotor
- Bulan Nopember 2018 angka kejadian infeksi luka operasi sebesar 0,96
% dari 418 jenis operasi yang dilakukan yang mencakup jenis operasi
bersih, bersih tercemar sampai kotor
- Bulan Desember 2018 angka kejadian infeksi luka operasi sebesar 0,38
% dari 532 jenis operasi yang dilakukan yang mencakup jenis operasi
bersih ,bersih tercemar sampai kotor
Total Pasien Operasi Jumlah IDO Prosentase

Ruang

September

September

September
Nopember

Nopember

Nopember
Desember

Desember

Desember
Oktober

Oktober

Oktober
Agustus

Agustus

Agustus
Juli

Juli

Juli
Anggrek 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Bougenville 110 109 134 120 127 93 2 7 4 0 4 2 1,82 6,42 2,99 0 3,15 2,15

Cempaka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Dahlia 163 143 121 134 0 130 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Edelweis 122 130 78 107 109 92 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Flamboyan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gardena lama 5 5 0 7 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gardena baru lt 1 5 1 17 7 37 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gardena baru lt 2 2 5 2 5 7 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gardena baru lt 3 32 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kenanga 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Lavender 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Menur 174 142 126 0 132 116 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


Imc/igd 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Icu 14 6 7 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Perinatologi 0 0 0 0 0 58 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 628 544 486 381 418 532 2 7 4 0 4 2 1,82 6,42 2,99 0,00 3,15 2,15

‰ Total Semester II 0,32 1,29 0,82 0,00 0,96 0,38             3,45

Gambar : 2.1 Data jumlah pasien yang dilakukan tindakan operasi dari bulan Juli – Desember 2018
PASIEN OPERASI DI RSUD dr. R.
GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA PERIODE JULI-
DESEMBER 2018
180
160
Juli
140
Agustus
120
September
100
∑ PASIEN OPERASI

Oktober
80
60 Nopember
40 Desember
20
0
k le a ia is n a 1 2 3 a r r d u gi
gre nvil pak ahl lwe oya lam u lt u lt u lt ang nde enu c/ig Ic olo
g e m D de b na ar ar ar en ve M Im at
An oug Ce E lam de a b a b a b K La r in
B F ar en en en
G rd rd rd Pe
a
G G Ga a

RUANGAN

Gambar : 2.2 Grafik Operasi per Ruang dari bulan Juli – Desember 2018

ANGKA KEJADIAN IDO RSUD dr. R.


GOETENG TARAOENADIBRATA
PURBALINGGA PERIODE JULI-
DESEMBER 2018
2.50

2.00

1.50
Prosentase

1.00

0.50

0.00
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Gambar : 2.3 Grafik Kejadian IDO per bulan dalam prosentase


3. Infeksi Saluran Kemih
Infesi  Saluran Kemih ( ISK ) adalah infeksi pada  saluran kemih akibat
pemasangan kateter urin. Ditandai dengan demam (>38o C), anyang-
anyangan (nikuri), polikisuri, disuri, nyeri supra public, dan ditemukan
organisma dari kultur urin.
Angka Kejadian ISK
- Target yang harus dicapai < 5 ‰
- Hasil pencapaian bulan Juli sesuai target 0 ‰ dengan lama pemasangan
cateter 1398 hari.
- Hasil pencapaian bulan Agustus sesuai target 0 ‰ dengan lama
pemasangan cateter 1264 hari.
- Hasil pencapaian bulan September sesuai target 0 ‰ dengan lama
pemasangan cateter 1172 hari
- Hasil pencapaian bulan Oktober sesuai target 0 ‰ dengan lama
pemasangan cateter 1071 hari.
- Hasil pencapaian bulan Nopember sesuai target 0 ‰ dengan lama
pemasangan cateter 1086 hari.
- Hasil pencapaian bulan Desember sesuai target 0 ‰ dengan lama
pemasangan cateter 1240 hari
JUMLAH KEJADIAN ISK
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
RUANG Hari Angka Hari Angka Hari Angka Hari Angka Hari Angka Hari Angka
Pema Kejadia Pema Kejadia Pema Kejadia Pema Kejadia Pema Kejadia Pema Kejadia
kaian n kaian n kaian n kaian n kaian n kaian n
Anggrek 90 0 90 0 76 0 76 0 69 0 97 0
Bougenville 195 0 194 0 157 0 166 0 162 0 148 0
Cempaka 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dahlia 319 0 179 0 238 0 174 0 213 0 185 0
Edelweis 97 0 97 0 71 0 67 0 57 0 61 0
Flamboyan 7 0 11 0 5 0 8 0 0 0 20 0
Gardena lama 20 0 20 0 26 0 29 0 17 0 17 0
Gardena baru lt 1 63 0 60 0 53 0 51 0 48 0 47 0
Gardena baru lt 2 27 0 66 0 10 0 21 0 33 0 25 0
Gardena baru lt 3 7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kenanga 1 0 1 0 13 0 2 0 0 0 0 0
Lavender 242 0 218 0 209 0 218 0 241 0 252 0
Menur 127 0 134 0 94 0 70 0 82 0 106 0
Imc/igd 105 0 129 0 131 0 145 0 101 0 97 0
Icu 98 0 62 0 89 0 44 0 63 0 65 0
Perinatologi 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 120 0
Jumlah 1398 0 1264 0 1172 0 1071 0 1086 0 1240 0
Total Semester ‰ 0 0 0 0 0 0

Gambar : 3.1 Data jumlah pasien yang dilakukan tindakan pemasangan kateter dari bulan Juli – Desember 2018 Per 1000 hari pemakaian Alat
(‰)
KEJADIAN ISK DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA PERIODE JULI-DESEMBER 2018

350

300 JUMLAH KEJADIAN ISK Juli Hari Pemakaian


JUMLAH KEJADIAN ISK Juli Angka Kejadian
250 JUMLAH KEJADIAN ISK Agustus Hari Pemakaian
JUMLAH KEJADIAN ISK Agustus Angka Kejadian
200 JUMLAH KEJADIAN ISK September Hari Pemakaian
JUMLAH KEJADIAN ISK September Angka Kejadian
150 JUMLAH KEJADIAN ISK Oktober Hari Pemakaian
Permill ‰

JUMLAH KEJADIAN ISK Oktober Angka Kejadian


100 JUMLAH KEJADIAN ISK Nopember Hari Pemakaian
JUMLAH KEJADIAN ISK Nopember Angka Kejadian
50 JUMLAH KEJADIAN ISK Desember Hari Pemakaian
JUMLAH KEJADIAN ISK Desember Angka Kejadian
0
le a ia is a a r r d i
k n 1 2
re nvil pak ahl lwe oya lam u lt u lt u lt ang nde enu c/ig
3 Icu og
gg e m D e b a r r r n e tol
Ed lam den a ba a ba a ba Ke Lav M Im a
An oug Ce rin
B F r n n n Pe
Ga rde rde rde
G a G a G a

Ruang

Gambar : 3.2.Grafik Kejadian ISK per ruang dari bulan Juli – Desember 2018
JUMLAH HARI PEMAKAIAN POLY
CHATETER DI RSUD dr. R. GOETENG
TAROENADIBRATA PURBALINGGA
PERIODE JULI-DESEMBER 2018
1400
1200
1000 Hari Pemakaian
800
Jumlah Hari

600
400
200
0
LI US R R R R
JU ST BE O BE BE BE
U EM T M M
AG PT OK PE SE
SE NO DE
Bulan

Gambar : 3.3.Grafik Jumlah hari Pemakaian Poly Chateter dari bulan Juli –
Desember 2018

KEJADIAN ISK DI RSUD dr. R. GOETENG


TAROENADIBRATA PURBALINGGA
PERIODE JULI-DESEMBER 2018
5

4.5

3.5

3
Permill

2.5

1.5

0.5

0
JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBERDESEMBER

Gambar : 3.4.Grafik Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih dari bulan Juli
– Desember 2018
4. Infeksi aliran darah primer (IADP)
Infeksi aliran darah primer ( IADP) adalah Jenis infeksi yang terjadi
akibat masuknya mikroba melalui peralatan yang kita masukan secara
langsung ke sistem pembuluh darah. Akses langsung ke pembuluh darah ini
dapat berupa kateter vena maupun arteri yang kita lakukan terhadap pasien
baik dalam rangka perawatan maupun diagnostik, yang secara umum disebut
sebagai kateter kateter intravaskuler.
Berdasarkan data surveilan semester I tidak didapatkan adanya data
pemasangan kateter intravaskuler yang > 2 x 24 jam pada unit –unit khusus
yang menjadi salah satu dasar penentuan infeksi aliran darah primer.

Dari hal tersebut diatas dinyatakan bahwa tidak ada angka kejadian infeksi
aliran darah primer ( IADP) Pada semester II

5. Ventilator Associated Pneumonia (VAP)


VAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim
paru – paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam
Berdasarkan data surveilan semester I tidak didapatkan adanya data
pemasangan ventilator yang > 2 x 24 jam pada unit –unit khusus yang
menjadi salah satu dasar penentuan
Dari hal tersebut diatas dinyatakan bahwa tidak ada angka kejadian infeksi
VAP Pada semester II.

IV.ANALISA DAN REKOMENDASI

No Analisa Rencana Tindak Penanggung Jawab


Lanjut
1. Angka kejadian plebhitis 1. Ada SPO tentang IPCN & IPCLN
prosedur
pada semester 1I masih
pemasangan infus
dibawah target. Hal ini 2. Ada ketetapan
waktu penggantian
bisa disebabkan karena :
infus
a) Petugas dalam 3. Sudah ada SPO
tentang penggantian
mempersiapkan
cairan infus
kegiatan pemasangan 4. Adanya
kebijakan/prosedur
iv cateter sempurna
tentang pencegahan
terkait disinfeksi HAIs
yang tidak sesuai 5. Sudah ada
kebijakan/prosedur
b) Kepatuhan cuci
tentang penanganan
tangan petugas saat HAIs
6. Telah dilakukan
sebelum
kegiatan surveilans
melaksanakan dan tindakan lanjut
dari semua kegiatan
tindakan aseptic
7. Dilakukan evaluasi
sudah baik berkala terkait
kepatuhan cuci
c) Penggunaan IV line
tangan, SPO untuk
≥ 3 hari di satu prosedur
pemasangan alat
tempat
invasive
d) Pemberian cairan
infuse konsentrasi
tinggi atau
pemberian tranfusi
2 Pada semester II 1. Sudah dilakukan IPCN & IPCLN
pelaksanaan
ditemukan angka
menjaga kebersihan
Infeksi luka operasi tangan, kepatuhan
cuci tangan,
sebanyak 19 kejadian
penggunaan APD.
Dari sejumlah operasi 2. Sudah ada
kebijakan/prosedur
sebanyak 2989 atau
tentang pencegahan
sama dengan 0,64 % dan dan penanganan
HAIs.
tidak ditemukan angka
3. Adanya dan telah
kejadian infeksi saluran dilakukan laporan
evaluasi kegiatan
kemih dari 7231 hari
sosialisasi
pemasangan kateter berkelanjutan pada
semua staf.
4. Ada budaya sadar
HAIs IDO di ruang
IBS, rawat inap dan
rawat jalan.
5. Sarana prasarana
yang sudah cukup
memadai dan sesuai
standar.
6. Dukungan pimpinan
dalam pelaksanaan
PPI di rumah sakit.
7. Petugas dan standar
di kamar operasi
sudah memenuhi
standar PPI.
8. Sudah diadakan
pelatihan dasar
untuk IPCLN.
9. Sudah terlaksananya
pelaporan HAIs
melalui SIMRS
yang dilaporkan
oleh IPCLN di
masing-masing unit
3 Budaya sadar risiko :  Sudah tertanam IPCN & IPCLN
Semua sudah sadar budaya sadar risiko
risiko infeksi HAIs di ranap, rajal,
Kegiatan yang dapat OK.
menurunkan dan  Pelaksanaan
mencegah infeksi : perilaku budaya
1. Cuci tangan sadar risiko masih
2. Menggunakan APD belum optimal.
 Kepatuhan cuci
Perilaku budaya sadar tangan belum
risiko : optimal.
1.Pelaksanaan kadang  Kepatuhan
untuk pemakaian APD pelaksanaan 5
ada yang masih belum moment dinilai
sesuai. belum optimal
2.Kepatuhan cuci tangan
belum optimal.
3.Kadang masih lupa 6
langkah cuci tangan
dan melewatkan
pelaksanaan 5 moment

Anda mungkin juga menyukai