Oleh :
IE-392030
Abstrak
Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui dampak fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap
ekspor dan impor di Indonesia. Data yang digunakan pada periode Januari 2002 sampai
Januari 2015. Selain itu paper ini juga ingin mengetahui serta menganalisis pengaruh Ekspor,
Impor, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Inflasi terhadap Cadangan Devisa Indonesia baik secara
simultan maupun parsial pada periode 2006 sampai 2015. Selanjutnya dihubungkan dengan teori
makro ekonomi yang sudah didapatkan. Sampel data dalam analisis pengaruh Ekspor, Impor,
Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Inflasi terhadap Cadangan Devisa Indonesia ini berjumlah 120
data yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Variabel respon dalam penelitian ini adalah
cadangan devisa Indonesia, sedangkan prediktornya adalah ekspor, impor, nilai tukar rupiah, dan
tingkat inflasi. Uji yang digunakan adalah uji secara simultan dan uji secara parsial.
I. PENDAHULUAN
Fluktuasi yang terjadi di pasar modal terkait dengan perubahan yang terjadi pada faktor
ekonomi seperti kurs valuta asing. Penyebab utama naik atau turunnya nilai mata uang asing
di Indonesia karena permintaan dan penawaran mata uang tersebut. Permintaan dan penawaran
mata uang asing dibutuhkan oleh banyak pihak yang berkepentingan seperti pemerintah,
lembaga keuangan, dunia usaha, perseorangan dan lain sebagainya.
Nilai tukar atau kurs (exchange rate) sendiri didefinisikan sebagai harga satuan mata
uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri (Salvatore, 1997). Nilai tukar antara dua
negara adalah harga di mana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan (Mankiw,
2000). Fluktuasi nilai tukar satu mata uang terhadap lainnya dipengaruhi oleh banyak faktor
yakni jumlah pasokan dan permintaan dari dua mata uang tersebut, kinerja ekonomi, prospek
inflasi, perbedaan suku bunga, arus modal, dukungan teknis dan tingkat resistensi, dan
sebagainya. Faktor faktor ini pada umumnya yang menyebabkan nilai mata uang berubah
dari waktu ke waktu.
Dalam fluktuasi mata uang ada penguatan (apresiasi) dan pelemahan (devaluasi).
Keduanya memiliki dampak positif dan negatif. Sebagai contoh jika nilai mata uang rupiah
mengalami apresiasi dampak positifnya adalah masyarakat Indonesia dapat membeli lebih
banyak barang- barang dibutuhkan yang berasal dari luar negeri dan masyarakat Indonesia
sendiri akan lebih mudah berlibur dan berbelanja keluar negeri karena lebih murah. Akan tetapi
dampak negatifnya adalah pada barang domestik menjadi mahal sehingga untuk barang
domestiknya mengalami penurunan permintaan dari masyarakatnya sendiri maupun luar negeri
(ekspor). Jika nilai mata uang rupiah mengalami devaluasi dampak positifnya adalah barang-
barang domestik menjadi lebih murah sehingga mendorong ekspor, akan tetapi berdampak
negatif barang-barang luar negeri yang dibutuhkan akan menjadi lebih mahal.
Indonesia adalah salah satu negara yang banyak mengimpor barang modal maupun
barang konsumsi, perubahan kurs akan sangat mempengaruhi pada daya beli masyarakatnya
yang akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Arus perdagangan dapat
dipengaruhi oleh kebijakan nilai tukar dalam upaya untuk menjaga daya saing ekspor dan
menekan impor untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. Dengan mengamati
perkembangan kinerja perdagangan internasional Indonesia selama ini, terlihat bahwa nilai
tukar masih digunakan sebagai alat oleh otoritas moneter untuk mendorong ekspor (Waluyo
dan Siswanto, 1998).
Nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar
riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara. (Mankiw, 2003:127).
Misalnya, USD 1 bernilai seharga Rp 9.500,- di pasar uang. Sedangkan nilai tukar riil berkaitan
dengan harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan
tingkat, dimana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara
untuk barang-barang dari negara lain. Nilai tukar riil di antara kedua mata uang kedua negara
dihitung dari nilai tukar nominal dikalikan dengan rasio tingkat harga di kedua negara tersebut.
Perdagangan internasional Indonesia masih menggunakan nilai tukar, hal ini telah
dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia masih merupakan negara importir, dimana belum bisa
memaksimalkan sumber dayanya sendiri. Berikut adalah grafik nilai tukar rupiah terhadap
mata uang dolar Amerika dan yen jepang pada 5 tahun terakhir 1 januari 2010 sampai 31
Desember 2015.
16,000.00
14,000.00
12,000.00
10,000.00
8,000.00
6,000.00
4,000.00
2,000.00
0.00
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
April
Jan-10
April
Jan-11
Jan-12
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Oktober
April
Oktober
Oktober
April
Oktober
April
Oktober
April
Oktober
Grafik 1. Nilai Tukar Rupiah
Sumber & diolah : BPS
Statistics
USD JPY
N Valid 72 72
Missing 0 0
Minimum 8508,00 9574,00
Maximum 14657,00 12364,00
Dari grafik nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, rupiah mengalami pelemahan
pada tahun 2015. Nilai tukar terhadap dollar mencapai Rp 14.657,00 pada September 2015.
Melemahnya nilai tukar rupiah pada tahun 2015 disebabkan oleh faktor ekstrenal dan internal.
Faktor eksternal seperti adanya aksi borong dollar yang dilakukan spekulan asing menjelang
akhir tahun 2014, kebijakan moneter Eropa dan Jepang yang melemahkan mata uang asing
lainnya, membaiknya perekonomian Paman Sam dan keinginan AS menaikkan suku bunga
lebih cepat dari perkiraan.
Selain itu faktor internal adalah adanya kecenderungan perusahaan dalam negeri
membayar utang dalam bentuk dollar, produk impor yang membanjiri pasaran dan ekspor
negara kita yang mulai melemah yang membuat pemasukan ke dalam negeri menjadi merosot.
Nilai tukar mata uang suatu negara bersifat relatif, dinyatakan dalam perbandingan
dengan mata uang negara asing. Perbedaan nilai tukar mata uang ini disebabkan oleh beberapa
hal seperti tingkat inflasi yang rendah dan konsisten akan memiliki nilai tukar mata uang yang
lebih kuat dibandingkan dengan negara yang tingkat inflasinya lebih tinggi. Adanya kebijakan
perubahan pada tingkat suku bunga, stabilitas politik dan ekonomi serta kebijakan pemerintah
lainnya.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyebab utama naik atau turunnya nilai mata
uang asing di Indonesia karena permintaan dan penawaran mata uang tersebut. Lebih jelasnya
bila permintaan terhadap mata uang asing di Indonesia mengalami peningkatan dengan asumsi
ceteris paribus maka nilai mata uang asing tersebut akan menguat bila dibandingkan rupiah.
Begitu pula sebaliknya, bila permintaan terhadap mata uang asing mengalami penurunan
dengan asumsi ceteris paribus maka nilai mata uang asing tersebut cenderung melemah
dibandingkan rupiah.
20,000.00
18,000.00
16,000.00
14,000.00
12,000.00
10,000.00
8,000.00
6,000.00
4,000.00
2,000.00
0.00
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Juli
Jan-02
Jan-06
Jan-10
Jan-14
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-07
Jan-08
Jan-09
Jan-11
Jan-12
Jan-13
Jan-15
Berdasarkan data bulanan untuk nilai tukar USD, JPY, data bulanan ekspor dan data
bulanan impor dari Januari 2002 hingga Desember 2015, nilai tukar rupiah terhadap dolar pada
awal tahun 2002, berada pada Rp 9.395,00 dan nilai tukar rupiah terhadap yen adalah Rp
8.008,00. Kedua garis nilai tukar rupiah berada pada posisi paling atas, dimana ekspor dan
impor Indonesia juga masih rendah. Kemudian nilai tukar mengalami fluktuasi, dan
memberikan pengaruh pada jumlah ekspor dan impor.
Pada pertengahan tahun 2008, nilai tukar dolar dan yen mengalami pemerosotan karena
krisis global yang dialami oleh negara negara besar, hingga mencapai Rp. 9118,00 untuk
Dolar dan Rp. 8445,00 untuk Yen, pada grafik tersebut ekspor dapat menembus 12.527,90juta
US$ dan impor 12.869,80juta US$.
Pada tahun 2009 tersebut terjadi penurunan nilai ekspor sekitar 14% dan impor 21%
dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan efek dari krisis ekonomi global yang terjadi pada
tahun 2008. Melemahnya harga komoditi dan volume perdagangan di pasar internasional
berdampak pada penurunan nilai ekspor Indonesia. Krisis ekonomi tersebut juga
mengakibatkan peningkatan impor ke Indonesia yang cukup tinggi tahun 2008, sehingga
menyebabkan inflasi tinggi.
Pada tahun 2010 dan 2011, ekspor-impor Indonesia kembali meningkat secara
signifikan. Namun pada tahun 2012-2013 kembali mengalami penurunan dan angka impornya
menjadi lebih tinggi, yang disebabkan karena terjadi penurunan harga komoditi. Kemudian
pada grafik tahun 2015, nilai tukar dolar mencapai Rp 12.625,00 dan yen mencapai Rp
10.699,16, kenaikan nilai tukar ini berdampak pada merosotnya ekspor dan impor di Indonesia.
Pertumbuhan ekspor yang kalah pesat dibanding pertumbuhan impor.
Hal ini sesuai dengan teori dalam perekonomian terbuka bahwa perhitungan
pendapatan nasional bergantung 4 komponen, yakni pada konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah dan net export (ekspor dikurangi impor). Kurs nominal bergantung pada kurs riil
P*
dan tingkat harga dikedua negara. Berdasarkan nilai kurs riil, e jika harga
P
domestik P meningkat, maka kurs nominal e akan turun dan hanya mendapatkan lebih sedikit
dollar. Disisi lain jika P* meningkat, maka kurs nominal akan meningkat, karena dolar
berkurang nilainya, maka rupiah dapat membeli lebih banyak dolar.
Secara umum dari gambaran dan kajian diatas, perdagangan internasional ekspor
merupakan transaksi penjualan barang dan jasa dari Indonesia ke luar negeri dimana
pembayaran dilakukan oleh pembeli dari luar negeri. Jika saat itu niilai tukar terhadap mata
uang asing seperti dollar atau yen melemah, maka akan meningkatkan perekonomian dalam
negeri, sehingga memperoleh jumlah output yang lebih banyak dari berbagai sektor produksi.
Rupiah pada posisi ini semakin menguat (apresiasi), sehingga modal yang digunakan akan jauh
lebih murah.
Selain itu adanya transaksi ekspor mengakibatkan mata uang asing masuk ke Indonesia,
kemudian para eksportir akan menukarkan mata uang asing tersebut menjadi rupiah agar dapat
digunakan kembali untuk modal. Uang yang diterima eksportir dalam bentuk rupiah akan
semakin banyak, maka nilai tukar rupiah akan melemah dan meningkatkan perekonomian
dalam negeri.
B. Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Ekspor dan Impor terhadap Cadangan Devisa
Cadangan devisa (foreign exchange reserves) adalah simpanan mata uang asing oleh
bank sentral dan otoritas moneter. Asset bank sentral ini dapat berupa mata uang cadangan
(reserve currency) seperti dolar, yen atau euro. Cadangan devisa dapat menjadi suatu indikator
yang penting untuk menunjukkan kuat lemahnya fundamental perekonomian suatu negara
ketika melakukan transaksi dengan negara lain seperti ekspor dan impor.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cadangan devisa yaitu ekspor, impor, nilai
tukar rupiah, dan tingkat inflasi. Ekspor dapat mempengaruhi cadangan devisa karena pada
saat melakukan kegiatan transaksi, suatu negara akan memperoleh sejumlah uang dalam bentuk
valuta asing, atau biasa disebut dengan devisa. Dimana devisa ini juga merupakan salah satu
sumber pemasukan bagi negara tersebut. Sehingga apabila kegiatan ekspor mengalami
penurunan, maka cadangan devisa akan ikut merosot.
Selain itu kegiatan impor juga dapat mempengaruhi cadangan devisa. Karena pada saat
suatu negara akan mengimpor barang dari luar negeri, maka negara tersebut akan memerlukan
sejumlah uang dalam bentuk valuta asing untuk membayar transaksi tersebut. Sehingga
ketersediaan devisa akan memegang peranan penting di dalam kegiatan impor.
Sedangkan nilai tukar mata uang memiliki hubungan yang positif dengan cadangan
devisa. Dimana dengan semakin tingginya nilai tukar mata uang suatu negera, menunjukkan
bahwa semakin kuatnya perekonomian negara bersangkutan, sehingga dapat memperoleh lebih
banyak devisa. Selain nilai tukar dapat mempengaruhi cadangan devisa, nilai tukar yang
menguat juga dapat menekan laju tingkat inflasi. Apabila laju inflasi membengkak, maka
negara tersebut akan membutuhkan lebih banyak devisa untuk dapat bertransaksi dengan
negara negara lainnya.
Dengan menggunakan data yang ada pada lampiran akan dilakukan uji simultan (Uji F)
dan Uji Parsial (Uji T) untuk kelima variabel tersebut. Dimana variabel dependennya adalah
Cadangan Devisa dan variabel independennya adalah Nilai Tukar USD, Export, Import dan
Inflasi. Uji asumsi sebelum dilakukan uji T dan uji F, diasumsikan data berdistribusi normal,
homoskedastisitas, no autokorelasi dan no multikolinearitas. Berikut merupakan hasil Statistics
Deskriptifnya.
Descriptive Statistics
Variabel eksor memiliki nilai minimum sebesar 7134,30US$ terdapat pada Februari
2009 hal ini disebabkan karena terjadi pemulihan global akibat dampak krisis global
ekonomi yang mencapai puncaknya pada triwulan IV di tahun 2008 sehingga
mengakibatkan ekspor barang mengalami penurunan tajam dibandingkan tahun
2008. Sedangkan nilai maksimun sebesar 18.647,80 terdapat pada bulan Agustus
2011, hal ini disebabkan karena adanya perkembangan makro ekonomi yang
terutama didorong oleh ekspor komoditas berbasis sumber daya alam.
Variabel impor memiliki nilai minimum sebesar 4388,98US$ pada Januari 2006,
hal ini disebabkan adanya menurunnya permintaan domestik sejalan dampak
perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik dan nilai maksimun sebesar
17417US$ pada bulan Juli 2013.
Variabel nilai tukar rupiah USD memiliki nilai minimun sebesar 8.508,00 terdapat
pada Juli 2011 di mana menguatnya nilai tukar rupiah yang disebabkan oleh
menguatnya kondisi perekonomian Indonesia dengan resiko investasi yang
sehingga mendorong minat investor asing untuk melakukan investasi di pasar
keuangan domestik dan nilai maksimun sebesar 14.657,00 terdapat pada bulan
September 2015 hal ini dikarenakan ketidakstabilan kondisi ekonomi, selain itu
perkembangan ekspor dimana ekspor digunakan sebagai alat pencetak devisa tidak
dapat dipertahankan.
Inflasi mencapai minimum sebesar 2,41 pada November 2009, dan mencapai
maksimum sebesar 17,92 pada tahun Februari 2006.
Variabel cadangan devisa memiliki nilai minimun sebesar 35.076,00 terdapat pada
Januari 2006 dan maksimum pada 124.638 pada Agusus 2011 Hal ini disebabkan
karena pada tahun 2011 terjadi surplus pada Neraca Perdagangan Indonesia (NPI)
yang mengakibatkan peningkatan cadangan devisa yang dianggap cukup menjadi
penyangga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan dalam meredam gejolak
eksternal, termasuk dari risiko pembalikan modal asing.
Tabel 1 Uji F
Berdasarkan Tabel 1 hasil pengujian secara simultan, diketahui bahwa nilai signifikansi
0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ekspor, Impor, Nilai Tukar Rupiah, dan
Tingkat Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesia
untuk periode 2006 sampai 2015.
Selanjutnya akan dilakukan pengujian secara parsial dengan uji T.
Tabel 2 Uji Parsial
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Variabel Ekspor menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap Cadangan
Devisa. Jika negara Indonesia sering melakukan ekspor barang ke negara lain, maka
devisa yang akan diperoleh juga semakin banyak.
Variabel Impor 0,240 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Impor tidak
berpengaruh terhadap Cadangan Devisa. Peningkatan impor dikarenakan adanya
permintaan dalam negeri akan barang impor yang meningkat, diikuti dengan bahan
baku di Indonesia lebih murah dan biaya tenaga kerja yang murah sehingga, menarik
investor melakukan penanaman modal asing di Indonesia.
Variabel Nilai Tukar Rupiah USD nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Nilai Tukar Rupiah USD berpengaruh terhadap Cadangan
Devisa. Jika nilai tukar rupiah menguat maka cadangan devisa Indonesia juga akan
meningkat, hal tersebut dikarenakan adanya dorongan minat investor yang tertarik
untuk melakukan investasi di pasar keuangan domestik sehingga cadangan devisa juga
akan meningkat.
Variabel Tingkat Inflasi nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Tingkat Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap
Cadangan Devisa. Jika inflasi dalam suatu negara tinggi maka harga barang dan juga
jasa yang ada didalam negeri juga tinggi. Hal ini menyebabkan perubahan pada nilai
mata uang berdampak negatif pada cadangan devisa
III. CONCLUSION
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah dikemukakan diatas, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
1. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, mempengaruhi perkembangan ekspor dan
impor di Indonesia. Hal ini disebabkan transaksi perdagangan intenasional masih
menggunakan nilai tukar.
2. Secara simultan dengan menggunakan uji F Ekspor, Impor, Nilai Tukar Rupiah USD,
dan Tingkat Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa
Indonesia untuk periode 2006 sampai 2015.
3. Nilai koefisien determinasi sebesar 90,4% pengaruh yang cadangan devisa dapat
dijelaskan oleh Ekspor, Impor, Nilai Tukar Rupiah USD, dan Tingkat Inflasi.
Dominick, Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional, alih bahasa oleh Haris Munandar edisi 5
cetak 1. Erlangga, Jakarta
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori dan Pengantar edisi Ketiga. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/export-growth-hs-
6-digits
http://irmalasarirasyeid.blogspot.co.id/2014/10/fluktuasi-ekonomi-dan-siklus-ekonomi.html
http://www.belonomi.com/2015/11/dampak-fluktuasi-nilai-tukar-rupiah.html
http://www.belonomi.com/2015/11/4-hal-penyebab-nilai-mata-uang-asing.html
http://www.belonomi.com/2015/11/6-faktor-penyebab-berubahnya-nilai.html
http://www.bi.go.id/id/moneter/indikator
http://m.kompasiana.com
http://www.kemenperin.go.id
V. Lampiran