Strategi pertumbuhan adalah strategi bersaing yang berusaha mengembangkan (membesarkan) perusahaan sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan tersebut, misalnya, berhasil meningkatkan volume penjualan, besarnya pangsa pasar yang dikuasai, besarnya laba yang diperoleh, wilayah pemasaran yang dijangkau, ragam produk yang dihasilkan, harta kekayaan yang dioperasikan, penguasaan teknologi, jumlah karyawan, dan ukuran lain yang ditetapkan. Sampai kini, nampaknya strategi pertumbuhan merupakan strategi korporat yang paling banyak diterapkan. Hanya dengan pertumbuhan, perusahaan dapat berkembang yang pada gilirannya mampu mencapai tujuan perusahaan, keuangan dan strategik. Tujuan tersebut sepertinya tidak hendak tercapai jika perusahaan hanya sampai pada tahap bertahan hidup. Apalagi ketika kini halangan memasuki pasar semakin kecil dan persaingan antar perusahaan semakin tajam. 2.2 Jenis-Jenis Strategi Pertumbuhan Secara ringkas, jenis strategi pertumbuhan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Konsentrasi b. Perluasan pasar c. Pengembangan produk d. Integrasi horizontal e. Integrasi vertikal f. Diversifikasi konsentrik g. Diversifikasi konglomerasi a. Konsentrasi Strategi konsentrasi berusaha mengarahkan sumber daya dan dana yang dimiliki untuk digunakan mengembangkan satu jenis produk tertentu yang menggunakan satu jenis teknologi pokok tertentu yang berada dalam satu pasar tertentu. Kalaulah terjadi pengembangan produk, produk tersebut memiliki kaitan terknologi yang sangat dekat dan masih berada dalam pasar yang sama. Sekiranya dalam perkembangannya nanti perusahaan berhasil dan manajemen menginginkan menerapkan strategi pertumbuhan yang lebih agresif, misal melalui diversifikasi, pilihan jenis usaha (produk) dalam strategi konsentrasi biasanya akan dijadikan dasar dalam perumusan penentuan bisnis inti (core business) perusahaan. Secara detail, ragam pilihan strategi konsentrasi dapat dilihat pada uraian berikut ini. Pertama, perusahaan berusaha meningkatkan tingkat penggunaan barang dari konsumen yang sudah dimiliki, yang dapat dilakukan melalui : · Meningkatkan jumlah pembelian · Meningkatkan kecepatan tingkat kadaluwarsa barang · Memperkenalkan penggunaan lain (baru) dari barang · Memberikan insentif harga sebagai dorongan peningkatan penggunaan barang Kedua, perusahaan berusaha menarik pelanggan yang dimiliki pesaing dan dialihkan menjadi calon konsumen perusahaan. Pilihan ini dapat dilakukan dengan cara : · Memperjelas diferensiasi barang · Menggiatkan promosi barang · Menawarkan potongan harga Terakhir, perusahaan juga dapat memilih mencoba menarik calon pembeli baru yang selama ini belum menjadi konsumen perusahaan dan belum menjadi pelanggan pesaing, yang dapat dilakukan dengan cara : · Mendorong mencoba memakai barang, dengan inisiatif harga maupun mencoba contoh barang · Menaikkan dan atau menurunkan harga · Mempromosikan di media lain (baru) Strategi konsentrasi amat dikenal dan diterapkan oleh banyak perusahaan karena strategi ini memberikan cukup banyak kemudahan. Tidak kalah pentingnya, strategi konsentrasi juga merupakan pilihan strategi yang mengandung risiko usaha yang relatif kecil, karena strategi tersebut tidak menuntut kesiapan dana yang melimpah, khususnya dana modal kerja. Sekalipun demikian, ini tidak berarti bahwa strategi konsentrasi dapat diterapkan dengan kemungkinan tingkat keberhasilan yang tinggi pada setiap situasi. Pilihan tersebut bersidat kontekstual. Ada beberapa prasyarat yang diperlukan. Pertama, strategi konsentrasi tepat diterapkan bila perusahaan beroperasi pada jenis industri yang tidak (begitu) terpengaruh oleh perkembangan (penyempurnaan) teknologi. Pada umumnya berada pada tahapan akhir pertumbuhan industri atau malahan telah mulai berada pada tahapan awal kedewasaan. Apalagi jika halangan memasuki pasar, khususnya yang disebabkan oleh besarnya persyaratan modal, amat tinggi. Kedua, pilihan menerapkan strategi konsentrasi dinilai tepat jika pasar sasaran yang dituju tidak begitu mudah mengalami kejenuhan. Apalagi, jika pasar terus berkembangm setidaknya permintaan barang diperkirakan stabil. Tidak mengalami penurunan yang signifikan. Tidak ada siklus naik turunnya permintaan. Ketiga, keputusan pilihan dinilai tepat jika produk yang dihasilkan perusahaan dinilai oleh masyarakat pembeli memiliki keunggulan yang sulit untuk ditiru oleh pesaing. Apalagi jika sampai dinilai unik (khas). Terakhir, pilihan strategi konsentrasi akan menjanjikan keberhasilan jika masukan yang diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk tersebut stabil, dalam kuantitas dan harga. Disamping beberapa aspek positif yang dimiliki, strategi konsentrasi bukan tidak mengandung kelemahan. Konsentrasi pada satu jenis produk tertentu dalam pasar tertentu membawa konsekuensi bahwa seluruh sumber daya dan dana hanya tercurahkan pada satu keranjang pilihan. Tidak tersedia alternatif. Akibatnya, jika terjadi perubahan lingkungan bisnis, misalnya karena ada perubahan selera konsumen, penyempurnaan teknologi, tersedianya barang pengganti baru, perusahaan akan sulit mempertahankan laju pertumbuhan yang selama ini telah dicapai. Demikian pula jika terjadi penurunan permintaan dan percepatan daur kehidupan industri menuju pada tahapan kedewasaan atau stagnasi. Ada juga kekhawatiran bahwa penerapan strategi konsentrasi membawa akibat lambatnya laju pertumbuhan perusahaan, karena terbatasnya peluang bisnis. Lahan investasi dan basis persaingan nampak kurang leluasa untuk dimasuki. Terkesan serba terbatas. b. Perluasan Pasar Strategi perluasan pasar biasanya dinilai sebagai strategi yang mengandung risiko relatif kecil setelah strategi konsentrasi. Bahkan, karakter, keunggulan, kelemahan, konteks yang berlaku pada strategi konsentrasi – dalam batas tertentu – juga berlaku pada strategi perluasan pasar. Oleh karena itu, manajer seringkali memadukan kedua macam strategi tersebut. Strategi perluasan pasar pada dasarnya berusaha menambah jangkauan pemasaran dari jenis barang yang sekarang telah diprodusir. Kalaulah ada modifikasi produk, biasanya dilakukan sebatas yang amat tidak esensial. Tidak berkaitan dengan atribut pokok produk. Hanya sekedar kosmetik. Untuk keperluan ini dapat dilakukan dengan cara menambah pasar sasaran, memodifikasi (memperbanyak) saluran distribusi, memperbaiki (menambah) intensitas promosi. Perusahaan dapat memperluas wilayah pemasaran secara bertahap sejak dari pasar lokal, regional, nasional sampai pasar internasional. Perusahaan dapat juga mencoba menarik segmen pasar baru dengan cara mengembangkan produk yang diharapkan memiliki daya tarik untuk kelompok konsumen tersebut, disamping melakukan modifikasi bauran pemasaran yang lain. c. Pengembangan Produk Strategi ini berusaha melakukan perubahan produk secara substansial. Bahkan, jika perlu perusahaan bersedia mengembangkan produk baru, sekalipun amat jarang sampai pada tahapan benar-benar menciptakan produk baru (inovasi produk). Produk baru tersebut sedikit banyak masih terkait dengan item produk yang selama ini telah dimiliki. Jadi, strategi pengembangan produk jelas-jelas bukan sekedar perubahan kosmetik. Perubahan menyangkut karakter (ciri) dan atribut produk. Pengembangana produk juga sering dikaitkan dengan usaha memperpanjang daur hidup barang, khususnya barang yang memiliki merek yang handal dan reputasi tinggi. Jadi, dibanding dua strategi pertumbuhan yang sebelumnya telah dijelaskan, strategi pengembangan produk memiliki risiko usaha yang relatif lebih tinggi. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa karakter strategi ini telah menyimpang jauh dari dua strategi sebelumnya. Ketiganya belum sampai mencapai tahapan untuk membangun unit usaha strategis baru. Perusahaan hanya memiliki satu unit usaha strategis (a single business). Jadi belum sampai pada bentuk diversifikasi usaha. Secara detail, strategi pengembanga produk dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut. Pertama, dilakukan dengan jalan mengembangkan (merubah) ciri dan atribut produk. Pilihan ini dapat dikerjakan melalui beberapa teknik, antara lain: · Adaptasi · Modifikasi (warna, gerak, suara, aroma, bentuk) · Menambah (kuat, panjang, tebal, nilai lebih) · Mengurangi (kecil, ringan, pendek, tipis) · Mengganti (bahan, proses, kekuatan) · Mengatur ulang (pola, tata letak, urutan, komponen) · Membalik (lokasi yang sebelumnya tidak lazim) · Kombinasi Kedua, perusahaan juga dapat melakukan dengan cara mengembangkan produk yang memiliki berbagai tingkatan kualitas. Kemungkinan risiko tersebut lebih banyak dijumpai pada perusahaan yang sebelumnya hanya dikenal sebagai perusahaan yang menghasilkan barang yang berkualitas tinggi. Bisa jadi terkesan ada penurunan kualitas, yang pada ujungnya dapat mengurangi kebanggaan konsumen dalam memakai barang. Efek ini lebih terasa pada perusahaan yang memiliki segmen pasar yang berpendapatan amat tinggi dan gaya hidup yang khas. Disamping itu, perusahaan juga dapat mengembangkan produk dengan berbagai ukuran dan model (profilerasi produk). Strategi ini cenderung tepat diterapkan pada produk yang dituntut untuk terus menerus mengikuti perkembangan selera konsumen, khususnya yang berkaitan dengan perubahan mode. Terakhir, perusahaan juga dapat melakukan inovasi produk. Nampaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa konsumen berharap akan adanya inovasi produk secara periodik. Setidaknya ada perubahan yang substansial. Jika pilihan ini berhasil dilakukan, perusahaan memiliki kemungkinan menikmati laba yang besar pasa saat produk baru tersebut diterima masyarakat, khususnya pada tahap pertumbuhan. Apalagi, jika juga membawa efek samping kadaluwarsaan produk pesaing. d. Integrasi Horizontal Dalam pengertian yang semula dan yang sudah lazim dikenal, integrasi horisontal terjadi jika perusahaan menambah unit usaha strategis yang dimiliki yang dimiliki yang menghasilkan barang dan atau jasa yang sama dengan yang sebelumnya telah dimiliki. Pada umumnya, integragi horisontal dilakukan dengan cara melakukan akuisisi, yakni membeli perusahaan lain yang menghasilkan produk yang sama yang sebelumnya menjadi pesaing perusahaan. Oleh karena itu akuisisi jenis ini disebut akuisisi horisontal. Pengertian ini amat dekat dengan strategi diversifikasi konsentrik yang ditempuh melalui akuisisi bukan melalui pertumbuhan internal. Pada masa lalu yang jauh, integrasi horisontal memiliki daya tarik yang tinggi. Banyak manajemen yang menerapkannya. Setidaknya dalam dua dari empat kali gelombang merjer (akuisisi) di Amerika Serikat, intensitas integritas horisontal amat tinggi, yakni pada gelombang pertama (1897-1904) dan gelombang kedua (1916- 1929). Sejak akhir dasawarsa tujuh puluhan, orang mulai banyak meragukan efektivitas strategi diversifikasi usaha. Meningkatnya perhatian pada pada strategi horisontal juga disebabkan oleh adanya perubahan orientasi pertumbuhan perusahaan. Keterkaitan dan sinergi yang diharapakan terjadi pada integrasi horisontal kini lebih dimungkinkan mewujud karena ada percepatan perubahan teknologi. e. Integrasi Vertikal Integrasi vertikal terjadi jika perusahaan melakukan perluasan usaha pada bidang usaha yang sebelumnya menjadi bidang garap pemasok dari perusahaan tersebut tersebut atau bidang usaha yang menjadi garap konsumen dari perusahan tersebut. Jika memasuki bisnis baru yang sebelumnya menjadi bidang usaha pemasok, proses tersebut dinamai dengan integrasi ke belakang atau integrasi ke hulu. Jika memasuki bisnis baru yang sebelumnya menjadi bidang usaha konsumen, proses tersebut dinamai integrasi ke depan. Dengan integrasi vertikal, unit usaha strategis yang dimiliki perusahaan menjadi bertambah. Perusahaan dapat memilih penambahan unit usaha strategis baru tersebut dengan cara pertumbuhan internal maupun akuisis. f. Diversifikasi konsentrik Dikenal ada dua macam diversifikasi usaha, yakni diversifikasi konsentrik dan konglomerasi. Disversifikasi konsentrik terjadi jika perusahaan memutuskan melakukan ekspansi usaha dengan menambah unit usaha baru, baik dengan cara pertumbuhan internal maupun akuisisi, pada bidang usaha yang masih memiliki keterkaitan, langsung maupun tidak langsung, dengan bidang usaha yang sebelumnya telah dimiliki. Pada strategi diversifikasi konsentrik selalu dijumpai adanya penambahan unit baru, tidak sekedar produk baru. g. Diversifikasi konglomerasi Diversifikasi konglomerasi terjadi jika perusahaan melakukan ekspansi usaha dengan ebentuk unit usaha strategi baru pada berbagai bidang usaha yang saa sekali tidka eiliki keterkaitan dengan bidang usaha yang sebelunya telah dimiliki. Sepertinya perusahaan selalu berusaha menangkap peluang bisnis yang dinilai memiliki besaran pasar dan tingkat pertumbuhan pasar yang memadai.