Anda di halaman 1dari 6

Akuntansi Biaya

1. Perilaku kos adalah suatu istilah umum untuk menggambarkan apakah suatu kos
jumlahnya tetap atau berubah dalam kaitannya dengan perubahan tingkat aktivitas
atau volume (Hansen & Mowen, 2005). Jika suatu kos jumlahnya tidak berubah
sementara tingkat aktivitas bisnis bertambah atau berkurang maka kos tersebut
disebut dengan kos tetap. Jika suatu kos jumlahnya secara total berubah sejalan
dengan perubahan tingkat aktivitas bisnis maka kos tersebut disebut dengan kos
variabel. Jika perilaku kos mencerminkan kedua karakteristik perubahan tersebut
maka disebut kos campuran (mixed cost).
BMP EKMA4315/Modul 2 2.3

a. Kapasitas yang jumlahnya sama dengan yang dibutuhkan dan digunakan Biasanya terjadi
karena perusahaan tidak membeli sendiri kapasitas, melainkan menyewa sejumlah yang
dibutuhkan. Contohnya adalah biaya listrik yang dihitung berdasarkan total penggunaan.
b. Kapasitas yang jumlahnya melebihi jumlah yang dibutuhkan dan digunakan sehingga
akan ada kapasitas yang menganggur (unused atau idle capacity). Kapasitas menganggur
terjadi karena perusahaan membeli kapasitas yang umumnya tersedia di pasar dengan
ukuran-ukuran tertentu (discrete capacity). Contohnya adalah suatu pabrik yang
melakukan kapasitas pemotongan mencapai 200.000 potong per tahun membeli mesin
pemotong dengan kapasitas potong mencapai 240.000 potongan per tahun karena
hanya itu yang tersedia di pasaran. Akibatnya terjadi kapasitas menganggur sebanyak
40.000 potongan.
BMP EKMA4315/Modul 2 2.13

Metode-metode pemisahan kos campuran

 Metode Titik Tertinggi dan Terendah


Metode ini menggunakan catatan output dan kos aktivitas masa lalu, lalu dipilih
kos aktivitas dan output tertinggi dan kos aktivitas dan output terendah untuk
diselisihkan. Tarif kos variabel diperoleh dengan cara membagi selisih kos
aktivitas dengan selisih output.
 Metode Diagram Pencar
Metode ini menggambarkan pola penyebaran data selama beberapa periode
amatan. Dari pola tersebut dilakukan pengamatan secara visual kemudian ditarik
garis secara serampangan yang membelah tengah pola penyebaran data tersebut.
 Metode Kuadrat Terkecil (Least Square)
Dalam persamaan garis regresi : y = a + bx, dimana y merupakan variable tidak
bebas (dependent variable), yaitu variabel yang perubahannya ditentukan oleh
perubahan pada variabel x yang merupakan variabel bebas (independent
variable). Variabel y menunjukkan biaya, sedangkan variabel x menunjukkan
volume kegiatan.
 Metode Regresi Berganda
Metode perhitungan dengan menggunakan kuadrat terkecil untuk membuat
suatu persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel.
 Pertimbangan Manajemen
Seorang manajer acapkali menggunakan pertimbangan (judgement) dalam
memperlakukan kos yang terjadi di unitnya. Pertimbangan ini umumnya
didasarkan pada pengetahuan dan pengalamannya di masa lalu. Dengan
pertimbangan matang yang dimilikinya, manajemen dapat dengan cepat
menaksir atau memutuskan berapa persen porsi kos tetap dan berapa persen
porsi kos variabel.

Menurut saya, metode yang lebih baik dalam memisahkan kos campuran adalah metode
Kuadrat Terkecil karena hasil perhitungan yang cukup akurat dan cepat.
BMP EKMA4315/Modul 2 2.14-2.20

Manjaemen Operasi
Jika saya adalah manajer operasi perusahaan jasa, saya terutama akan mempertimbangkan
kedekatan dengan pelanggan. Hal ini dikarenakan perusahaan jasa berinteraksi langsung dengan
pelanggan karena bisnis utama perusahaan jasa adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Faktor ini termasuk akses yang mudah dijangkau oleh konsumen yang menjadi target pasar kami.
Dengan dekat dengan konsumen yang menjadi target pasar kami, kami akan lebih memahami
kebutuhan dan harapan pelanggan terhadap layanan kami, sehingga memudahkan kami untuk
melakukan perbaikan sehingga Anda dapat memastikan keberlanjutan bisnis kami dalam jangka
panjang.

Akuntansi Keuangan Menengah II

1. Klasifikasi aktiva tetap tak berwujud


a. Tipe A
Yakni aktiva telap tak berwujud yang adanya (umurnya) dibatasi oleh undang-
undang, peraturan, perjanjian atau oleh sifat aktiva itu sendiri.
Contohnya adalah hak paten, hak cipta, lisensi, franchise, dan lain-lain.
b. Tipe B
Yakni aktiva tetap tak berwujud yang tidak terbatas waktunya. Aktiva semacam
ini pada waktu diperoleh tidak ada petunjuk mengenai umurnya.
Contohnya, goodwill, nama dan merek dagang, proses dan ramuan rahasia, dan
sebagainya.
c. Tipe C
Yakni kelebihan nilai investasi dalam saham untuk perusahaan induk pada
perusahaan anak di atas nilai kepentingannya pada kekayaan bersih di
perusahaan anak. Kelebihan ini dianggap sebagai aktiva tetap tak berwujud
dalam laporan konsolidasi.
BMP EKMA4314/Modul 2 2.23
2. Masalah akuntansi aktiva tetap tak berwujud sama, seperti pada masalah akuntansi
aktiva tetap berwujud, yakni:i
 Penentuan harga perolehan
 Alokasi harga perolehan, dan
 Masalah pemberhentian.
Persoalan khusus dalam akuntansi aktiva tetap tak berwujud ini bahwa tiap jenis
aktiva tetap tak berwujud mempunyai kekhasan tersendiri. Bila ingin mengetahui
akuntansi aktiva tetap tak berwujud maka harus mengetahui akuntansi tiap jenis
aktiva tersebut.

Alokasi harga perolehan aktiva tetap tak berwujud disebut amortisasi. Dalam
amortisasi ini, salah satu yang perlu lebih mendapat perhatian adalah masalah umur
ekonomis. Umur ekonomis suatu aktiva tetap tak berwujud dipengaruhi atau
ditentukan oleh undang-undang, pengaruh persaingan, ketinggalan zaman, dan
sebagainya. Nilai residu pada aktiva tetap tak berwujud boleh dikatakan nol alias
tidak ada.

Amortisasi aktiva tetap tak berwujud dipercepat terutama bila ada gejala nilai aktiva
tersebut sudah tidak memadai lagi.

Aktiva tetap tak berwujud diberhentikan karena sebab-sebab dijual ditukarkan, dan
dihapuskan karena sebab-sebab tertentu. Pencatatan amortisasi adalah dengan
mendebit biaya amortisasi dan mengkredit langsung pada rekening aktiva tetap tak
berwujud yang bersangkutan.

Rekening akumulasi amortisasi jarang digunakan. Di neraca aktiva tetap tak


berwujud harus dijelaskan semaksimal mungkin agar si pembaca neraca tidak
tersesat.
BMP EKMA4314/Modul 2 2.36

Komunikasi Bisnis

Agar pesan bisnis efektif, diperlukan pemahaman terhadap proses penyusunan pesan bisnis. Proses
penyusunan pesan bisnis bersifat fleksibel. Tidak ada proses penyusunan pesan bisnis yang terbaik.
Walaupun demikian, sejumlah langkah umum dalam penyusunan pesan bisnis yang efektif perlu
diperhatikan. Proses penyusunan pesan bisnis umumnya terdiri atas 3 (tiga) tahap sederhana, yaitu

1. Perencanaan pesan
Dalam tahap ini, ditentukan hal-hal yang mendasar dari suatu pesan yang akan dikomunikasikan.
Secara rinci, tahap perencanaan tersebut meliputi:
 Penentuan tujuan
 Analisis audiens
 Penentuan ide pokok Pemilihan saluran dan media

2. Penyusunan pesan
Setelah tahap perencanaan, selanjutnya ide/gagasan dituangkan dalam pesan tertulis.
Pengorganisasian dan penyusunan dokumen dimulai dari penyusunan kata-kata, kalimat, paragraf,
serta memilih ilustrasi yang akan digunakan untuk mendukung ide/gagasan.
Tahap ini meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
 Mengorganisasikan pesan
 Memformulasikan pesan

3. Revisi pesan
Pesan yang telah disusun dikaji ulang untuk L lu apakah ide/gagasan yang diungkapkan sudah memadai.
Pemeriksaan lebih detail juga dilakukan atas format penulisan, tanda baca, dan tata bahasa. Berbagai
kegiatan pada tahap revisi pesan adalah
 Menyunting pesan
 Menulis ulang
 Memproduksi pesan Mencetak pesan
 Mencetak pesan
Perkiraan pembagian waktu yang dialokasikan pada masing-masing tahap proses penyusunan pesan
bisnis adalah merencanakan pesan 40% menyusun draft dasar 20% dan merevisi 40% dari waktu
total (Vik & Gilsdorf dalam Haryani, 2001:87).

Manajemen Sumber Daya Manusia

Pandemi Covid-19 berdampak luas, misalnya terhadap SDM pertanian. Seluruh bentuk
aktivitas menjadi tidak optimal, mulai dari on farm sampai off farm. Demikian pula dengan
menurunnya pelayanan penyediaan input sarana produksi, serta anjloknya permintaan
beberapa komoditas. Petani terus bertani dengan memprioritaskan hal-hal seperti memakai
masker, menjauhkan diri dari keramaian, dan menjaga pola hidup sehat. Sektor pertanian
harus menjamin keberlanjutan produksi pertanian dan memastikan bahwa pekerja di
dalamnya tetap menerima upah yang layak.

Proses transformasi industri 4.0 tentunya sangat membantu sektor manufaktur dalam


menyesuaikan dan menjalankan protokol kesehatan selama pandemi COVID-19 ini,
baik untuk pengaturan proses kerja maupun SDM-nya, karena digitalisasi yang sudah
dijalankan.

Pembatasan aktivitas selama pandemi Covid-19 telah memberikan pukulan berat terhadap


kinerja perekonomian nasional. Demikian halnya juga kepada sektor industri sebagai
kontribusi terbesar dalam perekonomian nasional yang merasakan imbas signfikan
baik secara langsung maupun tidak langsung.

https://kemenperin.go.id/artikel/22140/Transformasi-Industri-4.0-Permudah-Sektor-
Manufaktur-Hadapi-Pandemi

Auditing
Menurut pendapat saya, kecil kemungkinan terjadi konflik antar profesi meskipun dalam satu entitas
yang sama karena keduanya mempunyai tugas yang berbeda. Seorang auditor independen biasanya
memiliki hubungan kerja yang dekat dengan auditor internal perusahaan. Manajemen bisa saja
meminta auditor independen untuk me-review aktivitas perencanaan auditor internal untuk tahun
tersebut dan melaporkan kepada manajemen kualitas kerja mereka. Auditor independen juga
memiliki ketertarikan langsung dengan pekerjaan auditor intermal karena mereka yang menjalankan
sistem pengendalian internal perusahaan.

Jika auditor internal ingin menyediakan bantuan langsung dalam pelaksanaan audit laporan
keuangan kepada auditor independen juga diperbolehkan. Akan tetapi, pekerjaan auditor
independen tidak boleh digantikan oleh auditor internal, auditor internal hanya berperan sebagai
pelengkap pekerjaan auditor independen. Dalam melibatkan auditor internal, auditor independen
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. (1) Mempertimbangkan objektivitas dan
kompetensi auditor internal. (2) Mengevaluasi kualitas pekerjaan auditor internal.

BMP EKSI4308/Modul 2 2.26

Pengantar Ekonomi Mikro

1. Pergerakan kurva permintaan merupakan pergerakan yang terjadi di sepanjang kurva


permintaan yang diakibatkan oleh berubahnya jumlah produk yang diminta konsumen
sebagai akibat dari perubahan harga produk tersebut. Jadi, jelas bahwa yang menyebabkan
adanya pergerakan di sepanjang kurva permintaan adalah karena perubahan harga produk
yang bersangkutan. Pergerakan ini sejalan dengan Hukum Permintaan, yaitu ketika harga
barang naik, maka jumlah permintaan akan turun, sehingga titik pada kurva permintaan
akan bergerak ke kiri.

Pergeseran kurva

Selain pergerakan, kurva permintaan juga bisa mengalami pergeseran, baik ke kanan
maupun ke kiri. Pergeseran ini terjadi karena berubahnya jumlah produk yang diminta
konsumen sebagai akibat dari berbagai faktor kecuali faktor harga produk tersebut.

Berbagai faktor yang dimaksud diantaranya adalah pendapatan konsumen, harga produk
lain, selera, harapan, dan jumlah pembeli.

2. Kurva penawaran

Penyebab adanya pergerakan penawaran karena adanya adanya perubahan produk yang
ada hal ini sesuai dengan hukum penawaran, apabila harga mengalami kenaikan maka
jumlah barang yang di tawarkan akan mengalami kenaikan pula sehingga titik yang ada pada
kurva bergerak ke sebelah kanan. selain pergerakan kurva penawaran juga bisa mengalami
penggeseran baik kekanan maupun kekiri. pergeseran ini terjadi karena berubahnya produk
yang ditawarkan oleh produsen sebagai akibat beberapa faktor kecuali faktor harga produk
tersebut.
contoh: dengan adanya teknologi dapat meningkatkan produktivitas produsen, sehingga
dengan memproduksi tetap, maka produsen dapat memproduksi lebih banyak lagi di
bandingkan dengan sebelumnya. akibatnya jumlah penawaran meningkat dan kurva
bergerak ke sebelah kanan.

3. Faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan:


1. Ketersediaan Barang Pengganti
Faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yang pertama adalah ketersediaan
barang pengganti. Karena jika barang substitusi yang tersedia semakin banyak, maka
permintaan pun lebih cenderung elastis, hal tersebut terjadi disebabkan oleh pembeli
yang bisa membeli barang lain bahkan jika harga yang berubah hanya sedikit. Permintaan
juga bisa menjadi tidak elastis karena tidak ada pengganti yang cocok.
2. Persentase Pendapatan Pembeli
Semakin tinggi harga suatu barang maka dapat dikatakan bahwa elastisitas akan
cenderung lebih tinggi. Hal ini karena konsumen atau pembeli akan lebih berhati-hati
dalam membeli barang tersebut. Inilah yang disebut dengan efek pendapatan dan
pengaruhnya pun cukup besar.
3. Kebutuhan
Kebutuhan juga menjadi faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan. Jika suatu
barang sangat dibutuhkan maka permintaan cenderung menjadi tidak elastis karena
pembeli tetap akan membelinya tanpa memperdulikan harga tinggi atau rendah.
4. Durasi
Faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yang selanjutnya adalah durasi.
Biasanya, perubahan harga yang semakin lama maka menyebabkan elastisitas akan juga
semakin tinggi, karena konsumen memiliki waktu dan juga kesediaannya dalam
mengubah perilaku konsumsinya itu.
5. Loyalitas Merek
Loyalitas terhadap suatu merek adalah faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan
karena bisa mengurangi sensitivitas terhadap perubahan harga. Dengan demikian
permintaan akhirnya menjadi tidak elastis. Loyalitas ini terjadi akibat kebiasaan atau
karena adanya suatu penghalang untuk berganti merek.

BMP ESPA4111

Anda mungkin juga menyukai