Oleh :
YOGA BUDI RAMADHAN
B 300 170 242
Abstract
1. PENDAHULUAN
Inflasi merupakan sebuah fenomena ekonomi yang muncul akibat diterapkannya
standar fiat dalam perekonomian. Standar fiat yang dimaksud adalah negara
memberikan kewenangan terhadap bank sentral untuk menerbitkan serta
mengedarkan uang atas dasar kepercayaan. Hal ini diterapkan karena standarisasi
uang dengan emas tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan uang dalam
perekonomian yang semakin maju dengan cepat.
Kenaikan harga - harga barang dan jasa secara umum atau bisa juga
disebut sebagai inflasi ini adalah sebuah fenomena ekonomi yang sangat menarik
untuk diteliti. Inflasi menjadi variabel yang menarik untuk diteliti salah satunya
karena dampaknya yang luas bagi perekonomian suatu negara dan juga faktor
penyebabnya yang juga cukup kompleks.
1
Inflasi memiliki berbagai macam dampak bagi perekonomian suatu
negara, baik dampak positif maupun dampak negatif akan tetapi seringkali lebih
banyak menimbulkan dampak negatifnya. Salah satu dampak positif yang
ditimbulkan oleh inflasi seperti kenaikan output perekonomian akibat kenaikan
harga direspon positif oleh produsen. Dampak negatif pada perekonomian
diantaranya mengurangi kegairahan penanam modal, tidak terjadinya
pertumbuhan ekonomi, memperburuk distribusi pendapatan dan mengurangi daya
beli masyarakat (Sutawijaya, 2012).
Indonesia sebagai salah satu dari banyak negara berkembang memiliki
karakteristik di mana inflasi masih cukup tinggi dan naik turun secara cepat
(Volatile). Pada kondisi di mana inflasi naik turun yang begitu cepat akan
menyebabkan taraf kemakmuran Sebagian masyarakat akan menurun. Terlebih
lagi inflasi juga akan mempengaruhi investasi produktif menjadi berkurang, biaya
produksi yang meningkat dan ekonomi yang tidak stabil Luwihadi dan Arka
(2017). Di indonesia inflasi juga sangat merugikan masyarakat karena inflasi
dapat menurunkan nilai uang secara riil yang dipegang masyarakat. Masyarakat
yang memiliki pendapatan tetap akan menurun daya belinya akibat inflasi
sehingga berkurang kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya. Inflasi juga
dapat menurunkan niat masyarakat untuk menyimpan uangnya dalam bentuk fisik
atau menabung jika hal ini terjadi maka akan berpengaruh pada dunia usaha dan
investasi yang kemudian akan menghambat pertumbuhan output perekonomian.
Gambar 1. Grafik Perkembangan Inflasi di Indonesia
Tahun 2011-2020 (persen)
3.5
2.5
1.5
0.5
0
Jan-11
Jan-12
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jan-18
Jan-19
Jan-20
Jul-11
Jul-12
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Jul-18
Jul-19
Jul-20
2
Gambar grafik 1 memperlihatkan perkembangan inflasi di Indonesia
Tahun 2011-2020. Inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, dalam penelitian ini diasumsikan bahwa
faktor yang mempengaruhi naik turunnya inflasi antara lain; Suku Bunga, Jumlah
Uang Beredar, dan Nilai Ekspor. Inflasi tertinggi terdapat pada tahun 2013 dan
inflasi terendah pada tahun 2019.
Angka inflasi yang begitu tinggi dan volatile di Indonesia yang
menyebabkan begitu banyak dampak negatif bagi perekonomian dan masyarakat.
Oleh karena itu harus dilakukan pengendalian inflasi agar inflasi dapat di target
pada tingkat rendah dan stabil. Tingkat inflasi yang rendah dan stabil diyakini
dapat menggerakan perekonomian. Dengan inflasi yang dapat mencapai target
rendah dan stabil dapat mendorong konsumen untuk membeli barang dan jasa dan
juga dapat mendorong produsen untuk melakukan produksi. Maka dari itu
penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor – faktor yang menyebabkan inflasi.
Faktor – faktor penyebab inflasi di Indonesia ini penting untuk diteliti agar
pengendalian inflasi menjadi stabil.
Inflasi merupakan variabel ekonomi yang dipengaruhi oleh faktor faktor
ekonomi lainnya. Menurut penelitian Maramis dkk (2016) faktor faktor yang
mempengaruhi inflasi adalah Jumlah Uang Beredar , Harga Minyak Dunia, Nilai
Tukar Rupiah dan Juga BI Rate. Selain itu penelitian Meyvita (2016) faktor –
faktor yang mempengaruhi adalah BI Rate, Nilai tukar, Jumlah Uang beredar,
Ekspor Bersih. Sedangkan menurut Jumhur (2018) jumlah uang beredar, nilai
ekspor, dan impor berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia.
Inflasi muncul akibat penerapan standar fiat dalam perekonomian yang
membuat bank sentral memiliki kewenangan dalam mencetak uang dan
mengedarkan uang hanya dengan standar kepercayaan. Oleh karena itu munculah
masalah Ketika jumlah uang yang diedarkan melebihi kebutuhan masyarakat atau
kebutuhan perekonomian maka harga harga barang akan bergerak naik secara
umum atau dalam kata lain terjadilah inflasi.
3
Gambar 2. Grafik Perkembangan Jumlah Uang Beredar Di Indonesia
Tahun 2011-2020 (persen)
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Jan-12
Jan-11
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jan-18
Jan-19
Jan-20
Jul-11
Jul-12
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Jul-18
Jul-19
Jul-20
Sumber: Statistik Kemendag 2011-2020
Gambar grafik 2 memperlihatkan perkembangan jumlah uang beredar di
Indonesia tahun 2011-2020. Secara umum setiap tahunnya mengalami kenaikan,
hanya pada tahun 2014 jumlah uang beredar menurun. Kondisi seperti ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar Negeri
Bersih (Net Foreign Assets/NFA) dan Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic
Assets/NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih antara lain terdiri dari Tagihan Bersih
Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Central Government/NCG) dan Tagihan
kepada sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan dan
perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan.
Salah satu cara untuk mengendalikan inflasi menurut teori kuantitas uang
adalah dengan mengendalikan jumlah uang beredar Prasasti dan Slamet (2020).
Jumlah uang beredar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan inflasi dan jika
jumlahnya terlalu rendah maka akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. maka
dari itu jumlah uang beredar harus dikendalikan pada tingkatan yang sesuai
dengan kebutuhan perekonomian.
Variabel lain yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi adalah suku bunga.
Suku bunga mewakili pembayaran pada masa akan datang untuk transfer pada
masa lalu Prasasti dan Slamet (2020). Suku bunga merupakan variabel yang
dianggap penting karena variabel ini dapat mempengaruhi masyarakat dalam
4
mengalokasikan dananya apakah untuk konsumsi, ditabung atau untuk investasi.
Selain itu suku bunga juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Jika suku
bunga tinggi maka masyarakat akan mengalokasikan dananya untuk ditabung di
bank sehingga jumlah uang beredar berkurang, sebaliknya jika suku bunga terlalu
rendah maka masyarakat cenderung tidak akan menabung dan mengalokasikan
uangnya untuk hal lain sehingga jumlah uang beredar cenderung tinggi. Perilaku
suku bunga yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar ini pada akhirnya
akan berdampak pada inflasi.
Variabel selanjutnya yang juga mempengaruhi inflasi adalah variabel nilai
ekspor. Nilai ekpor adalah bentuk dari perdagangan internasional yang terjadi
Ketika terdapat penjualan barang dari dalam negeri ke luar negeri. Pada
perekonomian terbuka nilai ekspor dapat mempengaruhi inflasi karena ekspor
mempengaruhi jumlah barang di dalam negeri yang tersedia bagi konsumen
domestik dan karenanya mempengaruhi harga. Selain itu ekspor juga merupakan
salah satu sumber devisa bagi suatu negara yang pada akhirnya juga
mempengaruhi inflasi (Jumhur,2018).
Dari latar belakang diatas variabel inflasi harus dijaga agar tetap stabil
sehingga jalanya perekonomian juga dapat stabil. Dalam penelitian ini variabel
suku bunga yang diwakili dengan BI Rate, Jumlah uang beredar dan variabel nilai
ekspor akan menjadi variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap
variabel dependen yaitu Inflasi di Indonesia.
2. METODE
2.1 Alat dan Model Analisis
=̂ ̂ +̂ +̂ + ̂ ......................................(1)
di mana:
INF = Inflasi (%)
JUB = Jumlah Uang Beredar (Juta Rupiah)
R = Suku Bunga (%)
EX = Expor (Juta Rupiah)
̂ = Konstanta
̂ ̂ ̂ = Koefisien Regresi
̂ = Unsur Kesalahan (error term)
log = Logaritma Natural
t = Tahun
5
Model jangka pendeknya dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
= ̂ + ̂ + ̂ + ̂ + ̂ + ̂
+ ̂ ̂ + ̂ ..................................................... (2)
di mana:
INF = Inflasi (%)
JUB = Jumlah Uang Beredar (Juta Rupiah)
R = Suku Bunga (%)
EX = Expor (Juta Rupiah)
ECT = logJUBt-1+ Rt-1+ logEXt-1
Δ = Operator Pembedaan
̂ =λ
λ = Disequilibrium
̂ = λ β0
̂, ̂, ̂ = koefisien regresi jangka pendek JUB, R dan EX
̂ = -λ (1– ̂) ; ̂ = koefisien regresi jangka panjang JUB
̂ = -λ (1– ̂) ; ̂ = koefisien regresi jangka panjang R
̂ = -λ (1– ̂) ; ̂ = koefisien regresi jangka panjang EX
̂ = Unsur Kesalahan (error term)
log = Logaritma Natural
t = Tahun
Estimasi dari model di atas akan meliputi langkah-langkah seperti
berikut: estimasi parameter model dengan metode Error Correction Model
(ECM), uji asumsi klasik, uji kebaikan model dan uji validitas pengaruh.
2.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data time
series yang merupakan data yang disusun berdasarkan waktu. Selain itu jenis data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang telah ada sebelumnya.
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, penelitian terdahulu,
data pemerintahan, buku- buku, jurnal dan publikasi lainya.
3. HASIL PENELITIAN
3.1 Analisis Deskriptif
1. Perkembangan Inflasi
Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
6
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada
barang lainnya (Bank Indonesia, 2017).
Gambar 3. Grafik Perkembangan Inflasi di Indonesia
Tahun Januari 2011 – Desember 2020 (persen)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Jan-11
Jan-12
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jan-18
Jan-19
Jan-20
Jul-11
Jul-12
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Jul-18
Jul-19
Jul-20
Sumber: Bank Indonesia Tahun 2016-2020
7
Gambar 4. Grafik Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia
Periode Januari 2011 – Desember 2020 (miliar rupiah)
8000000.00
7000000.00
6000000.00
5000000.00
4000000.00
3000000.00
2000000.00
1000000.00
0.00
Jan-12
Jan-19
Jan-11
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jan-18
Jan-20
Jul-11
Jul-12
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Jul-18
Jul-19
Jul-20
Sumber: BPS Indonesia Tahun 2016-2020.
8
Gambar 5. Grafik Perkembangan Suku Bunga di Indonesia
Periode Januari 2011 – Desember 2020 (persen)
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Jan-18
Jan-11
Jan-12
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jan-19
Jan-20
Jul-11
Jul-12
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Jul-18
Jul-19
Jul-20
Sumber: Bank Indonesia Tahun 2016-2020.
9
Gambar 6. Grafik Perkembangan Ekspor di Indonesia
Periode Januari 2011 – Desember 2020 (juta US$)
20000.0
18000.0
16000.0
14000.0
12000.0
10000.0
8000.0
6000.0
4000.0
2000.0
0.0
Jan-12
Jan-14
Jan-16
Jan-18
Jan-20
Jan-11
Jan-13
Jan-15
Jan-17
Jan-19
Jul-11
Jul-12
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Jul-18
Jul-19
Jul-20
Sumber: BPS Indonesia Tahun 2016-2020.
10
0,01. Kedua kondisi ini memperlihatkan bahwa model terestimasi benar-benar
merupakan model ECM, sehingga melalui mekanisme koreksi kesalahan,
hubungan ekuilibrium teoritik jangka panjang antara variabel independen dan
variabel dependen dalam model jangka panjang ECM, akan dapat tercapai.
3.3 Uji Statistik
1. Uji Eksistensi Model
Tabel 1 terlihat nilai p (p value), probabilitas, atau signifikansi empirik
stastistik F estimasi model ekonometrik memiliki nilai 0,043189 (< 0,05); jadi
H0 ditolak. Simpulan, model terestimasi ECM eksis.
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan daya dari model terestimasi. Dari
Tabel 1 terlihat R2 memiliki nilai sebesar 0,233736 artinya 23,3% variasi
Inflasi dapat dijelaskan oleh variable Jumlah Uang Beredar (JUB), Suku
Bunga (R), dan Ekspor (EX). Sisa-nya, 76,8%, dipengaruhi oleh variabel-
variabel atau faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model estimator
ECM.
3. Uji Validitas Pengaruh (Uji t)
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Pengaruh Variabel Indepeden
Variabel Sig.t Kriteria Kesimpulan
logJUBt 0,6694 < 0.10 Tidak Signifikan
Rt 0,3847 < 0,10 Tidak Signifikan
logEXt 0,4768 < 0,10 Tidak signifikan
logJUBt-1 0,0018 < 0,01 Signifikan pada α = 0,01
Rt-1 0,0250 < 0,05 Signifikan pada α = 0,05
logEXt-1 0,0397 < 0,05 Signifikan pada α = 0,05
11
akan naik sebesar 6,51094s%. Variabel suku bunga dalam jangka panjang
memiliki koefisien regresi sebesar 0,20816. Pola hubungan variabel inflasi dengan
variabel suku bunga adalah linier-linier. Dalam jangka panjang, jika suku bunga
naik 1%, maka inflasi akan naik sebesar 0,20816%; sebaliknya jika suku bunga
turun sebesar 1% maka inflasi akan turun sebesar 0,20816%. Variabel ekspor
dalam jangka panjang memiliki koefisien regresi sebesar 4,94907. Pola hubungan
variabel inflasi dengan variabel ekspor adalah linier-linier. Dalam jangka panjang,
jika ekspor naik 1%, maka inflasi akan naik sebesar 4,94907%; sebaliknya jika
ekspor turun sebesar 1% maka inflasi akan turun sebesar 4,94907%.
3.4 Interpretasi Ekonomi
1. Jumlah Uang Beredar
Dalam jangka pendek jumlah uang beredar tidak memiliki pengaruh
terhadap inflasi di Indonesia. Hal ini karena kebijakan pemerintah dalam
mengendalikan inflasi tingkat inflasi tidak efektif. Selain itu, karena periode
penelitian yang sangat singkat sehingga tidak dapat secara tepat memperlihatkan
kondisi yang terjadi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Perlambang (2010) yang menemukan bahwa jumlah uang beredar tidak signifikan
terhadap inflasi di Indonesia selama tahun 2004-2009.
Dalam jangka panjang jumlah uang beredar memiliki pengaruh negatif
terhadap tingkat inflasi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang
mengatakan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi.
Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan
harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat
menganggu pertumbuhan ekonomi. Perbedaan hasil penelitian dengan hipotesis
awal dikarenakan peningkatan jumlah uang beredar di masyarakat dibarengi
dengan permintaan uang yang tinggi. Hal ini menyebabkan sisi penawaran dan
permintaan uang seimbang, sehingga investasi pada sektor rill akan meningkat.
Meningkatknya investasi akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang
semakin baik, dan dapat menekan laju inflasi. Hasil ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Subiyanto & Mumpuni (2012) yang menemukan
bahwa jumlah uang beredar dalam jangka panjang berpengaruh negatif terhadap
inflasi di Indonesia selama tahun 1999-2009.
12
2. Suku Bunga
Dari hasil pengolahan data metode ECM didapatkan bahwa jangka pendek
suku bunga tidak memiliki pengaruh terhadap inflasi. Hal ini dikarenakan proses
transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga kepada permintaan agregat
belum berjalan dengan baik. Kenaikan suku bunga yang fluktuatif dapat
menyebabkan sulitnya dunia usaha untuk membayar beban bunga dan kewajiban.
Suku bunga yang tinggi akan menambah beban perusahaan, sehingga secara tidak
langsung akan mengurangi profit perusahaan. Pembenahan masalah inflasi di
Indonesia jika hanya dilakukan dengan instrumen-instrumen moneter yang
bersifat jangka pendek tidak akan cukup dalam mengatasi permasalah inflasi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dan
Kristiyanti (2018) yang menemukan bahwa suku bunga tidak memiliki pengaruh
terhadap inflasi di Indonesia selama periode 2014-2016.
Sedangkan dalam jangka panjang, suku bunga memiliki pengaruh positif
terhadap inflasi. Hal ini dikarenakan kenaikan suku bunga akan menyebabkan
permintaan investasi menurun. Sehingga ada beberapa rencana investasi yang
dibatalkan, akibatnya kapasitas produksi akan menurun. Bianya produksi akan
meningkat karena meningkatnya biaya modal dan harga output, yang berdampak
pada kanaikan inflasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sinambela (2011), Rahmawati (2011) dan Nugroho (2012) yang menemukan
bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap inflasi.
3. Nilai Ekspor
Dalam jangka pendek ekspor tidak memiiki pengaruh terhadap inflasi di
Indonesia. Hal ini dikarenakan kebijakan fiskal yang ditempuh oleh pemerintah
dengan meningkatkan pajak yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.
Hal ini akan menekan tingkat harga, atau melakukan kebijakan yang berkaitan
dengan output misalnya kebijakan penurunan bea masuk impor, sehinggaa impor
barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri
cenderung menurunkan harga, sehingga dalam jangka pendek ekspor tidak
signifikan mempengaruhi inflasi. Hal ini didukung oleh penelitian Silvia et.al
(2013) yang menemukan bahwa ekspor tidak berpengaruh terhadap inflasi.
Dalam jangka panjang ekspor berpengaruh positif terhadap inflasi.
Pengaruh ini dikarenakan pendapatan yang dihasilkan dari produksi eskpor
13
berhubungan dengan proporsi pendapatan yang masih tetap ada di negara asal.
Meningkatnya ekspor akan meningkatkan pengeluaran agregat. Pengeluaran
agregat akan meningkatkan pembelanjaan masyarakat atas barang dan jasa, dan
akan berimbas pada naiknya harga-harga barang dan jada dalam negeri sehingga
akan berdampak pada kenaikan tingkat inflasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nasrun et.al (2018) yang menemukan bahwa
ekspor berpengaruh positif terhadap inflasi di Indonesia selama periode 1985-
2016.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil pengujian koefisien Koefisien determinasi (R2) menunjukkan daya
dari model terestimasi, terlihat R2 memiliki nilai sebesar 0,233736 artinya 23,3%
variasi Inflasi di Indonesia Periode Januari 2011 – Desember 2020 dapat
dijelaskan oleh variable Jumlah Uang Beredar (JUB), Suku Bunga (R), dan
Ekspor (EX). Sisa-nya, 76,8%, dipengaruhi oleh variabel-variabel atau faktor-
faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model estimator ECM.
Nilai probabilitas F statistik yang diperoleh sebesar 0,043189 < 0,05. Hal
ini menunjukkan model yang digunakan dalam penelitian ini eksis atau baik.
Artinya secara serentak variabel jumlah uang beredar, suku bunga dan ekspor
berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia periode Januari 2011 –
Desember 2020.
4.2 Saran
Pemerintah hendaknya menambah jumlah uang beredar sebagai akibat dari
kebijakan moneter yang diambil agar dapat berpengaruh terhadap inflasi dalam
jangka pendek. Selain itu, perlunya suatu kebijakan pengendalian inflasi dengan
memperhatikan dampak dari penetapan kebijakan suku bunga pada sektor rill,
melaksanakan kebijakan pengendalian sisi permintaan agar meminimalisir
kenaikan harga-harga barang konsumsi secara umum.
Semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan dalam jangka
panjang, oleh karena itu pemerintah harus bisa menjaga kestabilan tingkat suku
bunga supaya tidak terjadi pelarian modal. Pemerintah juga diminta segera
melakukan pembenahan dan perubahan struktur ekonomi ke arah yang lebih baik
14
mengingat dari hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh masing-masing
variabel independen mayoritas terdapat dalam jangka panjang.
Pemerintah sebagai pengendali dari kebijakan fiskal harus dapat
menyeleksi pengeluaran-pengeluaran apa saja yang kiranya menguntungkan dan
produktif jika dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
15
Preeti dan Chhikara, K. S. (2018) „India‟s Foreign Trade and Impact of Exports
on Foreign Exchange Reserves of India‟, IMPACT: International Journal of
Research in Humanities, Arts and Literature (IMPACT: IJRHAL), 6(8), pp.
187–194.
Rahmana, I. (2017). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar , Suku Oleh.
Ridho, M. (2015) „Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri Dan Ekspor
Terhadap Cadangan Devisa Indonesia‟, e-Jurnal Perdagangan, Industri dan
Moneter, 3(1), pp. 1–25.
Romadhoni, R. I. (2019) „ANALISIS PENGARUH EKPSOR, IMPOR,
TINGKAT INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
CADANGAN DEVISA INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2017‟,
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Safitri, H. et al. (2014) „ANALISIS NERACA PERDAGANGAN MIGAS DAN
NON MIGAS INDONESIA TERHADAP VOLATILITAS CADANGAN
DEVISA 2003-2013‟, 2(4), pp. 446–455.
Santoso, A. S. (2014)`Economic Structure Analysis, Leading Sectors and
Regional Development In MalangnYear 2008-2012`, Jurnal Ekonomi
Pembangunan.
Sharma, C. dan Sunny K Singh (2014) „Determinants Of International Reserves:
Empirical Evidence From Emerging Asia‟, Journal of Chemical Information
and Modeling, 8(9), pp. 1–58. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Sumantria dan Latifah. (2019) `The Influence Of Interest Rate, Money
Circulation, Inflation, and CPI Against Export and Import In Indonesia 2012-
2018`, Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Utami, A. (2019). PENGARUH KONSUMSI, EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL SUMATERA UTARA.
Widjarno, A. (2013). Ekonomitraka Pengantar dan Aplikasinya. UPP STIM
YKPN.
16