Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

DI INDONESIA PADA TAHUN 2011 - 2020

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Srata I


Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh :
YOGA BUDI RAMADHAN
B 300 170 242

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i
ii
iii
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
DI INDONESIA PADA TAHUN 2011 - 2020
Abstrak
Pemerintah dalam mengambil kebijakan tentunya perlu mengetahui faktor faktor
apa saja yang mempengaruhi suatu variabel agar dapat merumuskan kebijakan
yang tepat untuk mengendalikan variabel tersebut. Selain itu pemerintah sebagai
pemangku kebijakan haruslah tahu dampak dari pengambilan kebijakan
tersebut.Inflasi merupakan salah satu variabel ekonomi yang sangat luas
dampaknya dan juga faktornya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh variabel jumlah uang beredar, nilai ekspor, suku bunga terhadap inflasi
di Indonesia.Penelitian ini menggunakan data sekunder berbentuk data runtut
waktu yang kemudian akan di olah menggunakan regresi linier berganda. Dari
hasil regresi linier berganda akan tampak pengaruh dari masing – masing variabel
independen terhadap variabel dependen.
Kata kunci: inflasi, jumlah uang beredar, nilai ekspor, suku bunga.

Abstract

The government in making policies, of course, needs to know what factors


influence a variable in order to formulate appropriate policies to control these
variables. In addition, the government as a policy maker must know the impact of
making these policies. Inflation is one of the economic variables that has a very
broad impact and also its factors. This study aims to analyze the effect of the
variable money supply, export value, interest rates on inflation in Indonesia. This
study uses secondary data in the form of time series data which will then be
processed using multiple linear regression. From the results of multiple linear
regression, it will be seen the influence of each independent variable on the
dependent variable.
Keywords: inflation, money supply, export value, interest rate.

1. PENDAHULUAN
Inflasi merupakan sebuah fenomena ekonomi yang muncul akibat diterapkannya
standar fiat dalam perekonomian. Standar fiat yang dimaksud adalah negara
memberikan kewenangan terhadap bank sentral untuk menerbitkan serta
mengedarkan uang atas dasar kepercayaan. Hal ini diterapkan karena standarisasi
uang dengan emas tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan uang dalam
perekonomian yang semakin maju dengan cepat.
Kenaikan harga - harga barang dan jasa secara umum atau bisa juga
disebut sebagai inflasi ini adalah sebuah fenomena ekonomi yang sangat menarik
untuk diteliti. Inflasi menjadi variabel yang menarik untuk diteliti salah satunya
karena dampaknya yang luas bagi perekonomian suatu negara dan juga faktor
penyebabnya yang juga cukup kompleks.

1
Inflasi memiliki berbagai macam dampak bagi perekonomian suatu
negara, baik dampak positif maupun dampak negatif akan tetapi seringkali lebih
banyak menimbulkan dampak negatifnya. Salah satu dampak positif yang
ditimbulkan oleh inflasi seperti kenaikan output perekonomian akibat kenaikan
harga direspon positif oleh produsen. Dampak negatif pada perekonomian
diantaranya mengurangi kegairahan penanam modal, tidak terjadinya
pertumbuhan ekonomi, memperburuk distribusi pendapatan dan mengurangi daya
beli masyarakat (Sutawijaya, 2012).
Indonesia sebagai salah satu dari banyak negara berkembang memiliki
karakteristik di mana inflasi masih cukup tinggi dan naik turun secara cepat
(Volatile). Pada kondisi di mana inflasi naik turun yang begitu cepat akan
menyebabkan taraf kemakmuran Sebagian masyarakat akan menurun. Terlebih
lagi inflasi juga akan mempengaruhi investasi produktif menjadi berkurang, biaya
produksi yang meningkat dan ekonomi yang tidak stabil Luwihadi dan Arka
(2017). Di indonesia inflasi juga sangat merugikan masyarakat karena inflasi
dapat menurunkan nilai uang secara riil yang dipegang masyarakat. Masyarakat
yang memiliki pendapatan tetap akan menurun daya belinya akibat inflasi
sehingga berkurang kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya. Inflasi juga
dapat menurunkan niat masyarakat untuk menyimpan uangnya dalam bentuk fisik
atau menabung jika hal ini terjadi maka akan berpengaruh pada dunia usaha dan
investasi yang kemudian akan menghambat pertumbuhan output perekonomian.
Gambar 1. Grafik Perkembangan Inflasi di Indonesia
Tahun 2011-2020 (persen)
3.5

2.5

1.5

0.5

0
Jan-11

Jan-12

Jan-13

Jan-14

Jan-15

Jan-16

Jan-17

Jan-18

Jan-19

Jan-20
Jul-11

Jul-12

Jul-13

Jul-14

Jul-15

Jul-16

Jul-17

Jul-18

Jul-19

Jul-20

Sumber: BPS Indonesia 2011-2020

2
Gambar grafik 1 memperlihatkan perkembangan inflasi di Indonesia
Tahun 2011-2020. Inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, dalam penelitian ini diasumsikan bahwa
faktor yang mempengaruhi naik turunnya inflasi antara lain; Suku Bunga, Jumlah
Uang Beredar, dan Nilai Ekspor. Inflasi tertinggi terdapat pada tahun 2013 dan
inflasi terendah pada tahun 2019.
Angka inflasi yang begitu tinggi dan volatile di Indonesia yang
menyebabkan begitu banyak dampak negatif bagi perekonomian dan masyarakat.
Oleh karena itu harus dilakukan pengendalian inflasi agar inflasi dapat di target
pada tingkat rendah dan stabil. Tingkat inflasi yang rendah dan stabil diyakini
dapat menggerakan perekonomian. Dengan inflasi yang dapat mencapai target
rendah dan stabil dapat mendorong konsumen untuk membeli barang dan jasa dan
juga dapat mendorong produsen untuk melakukan produksi. Maka dari itu
penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor – faktor yang menyebabkan inflasi.
Faktor – faktor penyebab inflasi di Indonesia ini penting untuk diteliti agar
pengendalian inflasi menjadi stabil.
Inflasi merupakan variabel ekonomi yang dipengaruhi oleh faktor faktor
ekonomi lainnya. Menurut penelitian Maramis dkk (2016) faktor faktor yang
mempengaruhi inflasi adalah Jumlah Uang Beredar , Harga Minyak Dunia, Nilai
Tukar Rupiah dan Juga BI Rate. Selain itu penelitian Meyvita (2016) faktor –
faktor yang mempengaruhi adalah BI Rate, Nilai tukar, Jumlah Uang beredar,
Ekspor Bersih. Sedangkan menurut Jumhur (2018) jumlah uang beredar, nilai
ekspor, dan impor berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia.
Inflasi muncul akibat penerapan standar fiat dalam perekonomian yang
membuat bank sentral memiliki kewenangan dalam mencetak uang dan
mengedarkan uang hanya dengan standar kepercayaan. Oleh karena itu munculah
masalah Ketika jumlah uang yang diedarkan melebihi kebutuhan masyarakat atau
kebutuhan perekonomian maka harga harga barang akan bergerak naik secara
umum atau dalam kata lain terjadilah inflasi.

3
Gambar 2. Grafik Perkembangan Jumlah Uang Beredar Di Indonesia
Tahun 2011-2020 (persen)
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Jan-12
Jan-11

Jan-13

Jan-14

Jan-15

Jan-16

Jan-17

Jan-18

Jan-19

Jan-20
Jul-11

Jul-12

Jul-13

Jul-14

Jul-15

Jul-16

Jul-17

Jul-18

Jul-19

Jul-20
Sumber: Statistik Kemendag 2011-2020
Gambar grafik 2 memperlihatkan perkembangan jumlah uang beredar di
Indonesia tahun 2011-2020. Secara umum setiap tahunnya mengalami kenaikan,
hanya pada tahun 2014 jumlah uang beredar menurun. Kondisi seperti ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar Negeri
Bersih (Net Foreign Assets/NFA) dan Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic
Assets/NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih antara lain terdiri dari Tagihan Bersih
Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Central Government/NCG) dan Tagihan
kepada sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan dan
perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan.
Salah satu cara untuk mengendalikan inflasi menurut teori kuantitas uang
adalah dengan mengendalikan jumlah uang beredar Prasasti dan Slamet (2020).
Jumlah uang beredar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan inflasi dan jika
jumlahnya terlalu rendah maka akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. maka
dari itu jumlah uang beredar harus dikendalikan pada tingkatan yang sesuai
dengan kebutuhan perekonomian.
Variabel lain yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi adalah suku bunga.
Suku bunga mewakili pembayaran pada masa akan datang untuk transfer pada
masa lalu Prasasti dan Slamet (2020). Suku bunga merupakan variabel yang
dianggap penting karena variabel ini dapat mempengaruhi masyarakat dalam

4
mengalokasikan dananya apakah untuk konsumsi, ditabung atau untuk investasi.
Selain itu suku bunga juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Jika suku
bunga tinggi maka masyarakat akan mengalokasikan dananya untuk ditabung di
bank sehingga jumlah uang beredar berkurang, sebaliknya jika suku bunga terlalu
rendah maka masyarakat cenderung tidak akan menabung dan mengalokasikan
uangnya untuk hal lain sehingga jumlah uang beredar cenderung tinggi. Perilaku
suku bunga yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar ini pada akhirnya
akan berdampak pada inflasi.
Variabel selanjutnya yang juga mempengaruhi inflasi adalah variabel nilai
ekspor. Nilai ekpor adalah bentuk dari perdagangan internasional yang terjadi
Ketika terdapat penjualan barang dari dalam negeri ke luar negeri. Pada
perekonomian terbuka nilai ekspor dapat mempengaruhi inflasi karena ekspor
mempengaruhi jumlah barang di dalam negeri yang tersedia bagi konsumen
domestik dan karenanya mempengaruhi harga. Selain itu ekspor juga merupakan
salah satu sumber devisa bagi suatu negara yang pada akhirnya juga
mempengaruhi inflasi (Jumhur,2018).
Dari latar belakang diatas variabel inflasi harus dijaga agar tetap stabil
sehingga jalanya perekonomian juga dapat stabil. Dalam penelitian ini variabel
suku bunga yang diwakili dengan BI Rate, Jumlah uang beredar dan variabel nilai
ekspor akan menjadi variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap
variabel dependen yaitu Inflasi di Indonesia.

2. METODE
2.1 Alat dan Model Analisis

=̂ ̂ +̂ +̂ + ̂ ......................................(1)
di mana:
INF = Inflasi (%)
JUB = Jumlah Uang Beredar (Juta Rupiah)
R = Suku Bunga (%)
EX = Expor (Juta Rupiah)
̂ = Konstanta
̂ ̂ ̂ = Koefisien Regresi
̂ = Unsur Kesalahan (error term)
log = Logaritma Natural
t = Tahun

5
Model jangka pendeknya dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
= ̂ + ̂ + ̂ + ̂ + ̂ + ̂
+ ̂ ̂ + ̂ ..................................................... (2)
di mana:
INF = Inflasi (%)
JUB = Jumlah Uang Beredar (Juta Rupiah)
R = Suku Bunga (%)
EX = Expor (Juta Rupiah)
ECT = logJUBt-1+ Rt-1+ logEXt-1
Δ = Operator Pembedaan
̂ =λ
λ = Disequilibrium
̂ = λ β0
̂, ̂, ̂ = koefisien regresi jangka pendek JUB, R dan EX
̂ = -λ (1– ̂) ; ̂ = koefisien regresi jangka panjang JUB
̂ = -λ (1– ̂) ; ̂ = koefisien regresi jangka panjang R
̂ = -λ (1– ̂) ; ̂ = koefisien regresi jangka panjang EX
̂ = Unsur Kesalahan (error term)
log = Logaritma Natural
t = Tahun
Estimasi dari model di atas akan meliputi langkah-langkah seperti
berikut: estimasi parameter model dengan metode Error Correction Model
(ECM), uji asumsi klasik, uji kebaikan model dan uji validitas pengaruh.
2.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data time
series yang merupakan data yang disusun berdasarkan waktu. Selain itu jenis data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang telah ada sebelumnya.
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, penelitian terdahulu,
data pemerintahan, buku- buku, jurnal dan publikasi lainya.

3. HASIL PENELITIAN
3.1 Analisis Deskriptif
1. Perkembangan Inflasi
Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi

6
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada
barang lainnya (Bank Indonesia, 2017).
Gambar 3. Grafik Perkembangan Inflasi di Indonesia
Tahun Januari 2011 – Desember 2020 (persen)

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Jan-11

Jan-12

Jan-13

Jan-14

Jan-15

Jan-16

Jan-17

Jan-18

Jan-19

Jan-20
Jul-11

Jul-12

Jul-13

Jul-14

Jul-15

Jul-16

Jul-17

Jul-18

Jul-19

Jul-20
Sumber: Bank Indonesia Tahun 2016-2020

Gambar grafik 3 memperlihatkan perkembangan inflasi di Indonesia


periode Januari 2011 – Desember 2020. Inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi
setiap tahunnya. Inflasi tertinggi terjadi pada periode Agustus 2013 yaitu sebesar
8,79%. Sedangkan inflasi terendah terjadi sebesar 1,32% pada periode Agustus
2020. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, dalam penelitian ini diasumsikan
bahwa faktor yang mempengaruhi naik turunnya inflasi antara lain; Suku Bunga,
Jumlah Uang Beredar, dan Ekspor.
2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti
luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral
(giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup
tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta
asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki
sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun
(Rahmana, 2017).

7
Gambar 4. Grafik Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia
Periode Januari 2011 – Desember 2020 (miliar rupiah)

8000000.00

7000000.00

6000000.00

5000000.00

4000000.00

3000000.00

2000000.00

1000000.00

0.00
Jan-12

Jan-19
Jan-11

Jan-13

Jan-14

Jan-15

Jan-16

Jan-17

Jan-18

Jan-20
Jul-11

Jul-12

Jul-13

Jul-14

Jul-15

Jul-16

Jul-17

Jul-18

Jul-19

Jul-20
Sumber: BPS Indonesia Tahun 2016-2020.

Gambar grafik 4 memperlihatkan perkembangan jumlah uang beredar di


Indonesia periode Januari 2011 – Desember 2020, jumlah uang beredar di
Indonesia terlihat mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah uang beredar
tertinggi terjadi pada periode Desember 2020 yaitu sebesar Rp 4498361,28 miliar.
Sedangkan jumlah uang beredar terendah terjadi pada periode Februari 2011 yang
hanya sebesar Rp 2420191,14 miliar. Peningkatan jumlah uang beredar yang
berlebihan akan mendorong peningkatan harga melebihi harga yang diharapkan
sehingga dalam jangka panjang akan menganggu pertumbuhan ekonomi.
3. Perkembangan Suku Bunga
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank
Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi kedepan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia
akan menurunkan BI Rate apabila inflasi kedepan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan.

8
Gambar 5. Grafik Perkembangan Suku Bunga di Indonesia
Periode Januari 2011 – Desember 2020 (persen)

9.00

8.00

7.00

6.00

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00

Jan-18
Jan-11

Jan-12

Jan-13

Jan-14

Jan-15

Jan-16

Jan-17

Jan-19

Jan-20
Jul-11

Jul-12

Jul-13

Jul-14

Jul-15

Jul-16

Jul-17

Jul-18

Jul-19

Jul-20
Sumber: Bank Indonesia Tahun 2016-2020.

Gambar grafik 5 memperlihatkan perkembangan suku bunga di Indonesia


periode Januari 2011 – Desember 2020 terlihat mengalami fluktuasi setiap
tahunnya. Suku bunga tertinggi terjadi pada periode November 2014 yaitu sebesar
7,75%. Sedangkan, suku bunga terendah terjadi pada periode Desember 2020
yang hanya sebesar 3,75%. Apabila terjadi peningkatan jumlah uang beredar di
masyarakat, maka BI menaikan tingkat suku bunga, akan mempengaruhi tingkat
bunga tabungan dan kredit pada bank umum. Hal ini akan menyebabkan investasi
akan mengalami penurunan yang berdampak pada penurunan output. Selanjutnya,
menyebabkan tingkat harga semakin tinggi.
4. Perkembangan Ekspor
Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan
sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah
disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Ekspor juga dapat diartikan sebagai
pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan-perusahaan di dalam negeri.
Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah kemampuan dari negara
tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran
luar negeri (Utami, 2019).

9
Gambar 6. Grafik Perkembangan Ekspor di Indonesia
Periode Januari 2011 – Desember 2020 (juta US$)

20000.0
18000.0
16000.0
14000.0
12000.0
10000.0
8000.0
6000.0
4000.0
2000.0
0.0
Jan-12

Jan-14

Jan-16

Jan-18

Jan-20
Jan-11

Jan-13

Jan-15

Jan-17

Jan-19
Jul-11

Jul-12

Jul-13

Jul-14

Jul-15

Jul-16

Jul-17

Jul-18

Jul-19

Jul-20
Sumber: BPS Indonesia Tahun 2016-2020.

Gambar grafik 6 terlihat perkembangan ekspor di Indonesia tahun periode


Januari 2011 – Desember 2020 cenderung bergerak secara fluktuatif setiap
tahunnya. Pada Agustus 2011 mencapai titik tertinggi yaitu mencapai angka
sebesar 18647,8 juta US$. Pada Juli 2016 mengalami penurunan yaitu sebesar
9649,5 juta US$. Meningkatnya ekspor akan meningkatkan pengeluaran agregat.
Hal ini akan meningkatkan pembelanjaan masyarakat atas barang dan jasa, dan
akan berimbas pada naiknya harga-harga barang dan jasa di dalam negeri
sehingga akan berdampak pada kenaikan tingkat inflasi.
3.2 Analisis Ekonometrika
Tabel 1. Hasil Estimasi Regresi Error Correction Model (ECM)
ΔINFt = 14,67860 – 1,108632 ΔlogJUBt – 0,178547 ΔRt + 0,282466 Δlog EXt
(0,6694) (0,3847) (0,4768)
- 1,972952 logJUBt-1 – 0,207998 Rt-1 + 1,037331 log EXt-1 + 0,262677 ECTt
(0,0018)* (0,0250)** (0,0397)** (0,0018)*
R2 = 0,233736; DW = 1,483027; F = 2,265967; Prob F = 0,043189
Keterangan: *Signifikan pada α 0,01; **Signifikan pada α 0,05; ***Signifikan pada α 0,10.
Angka dalam kurung adalah signifikansi (p value) t statistik.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa koefisien ECT memiliki nilai sebesar


0,262677, yang berarti memenuhi syarat 0 < λ < 1. Koefisien ini memiliki nilai p
0,0018 (< 0,01), yang berarti nilai koefisien disequilibrium signifikan pada α =

10
0,01. Kedua kondisi ini memperlihatkan bahwa model terestimasi benar-benar
merupakan model ECM, sehingga melalui mekanisme koreksi kesalahan,
hubungan ekuilibrium teoritik jangka panjang antara variabel independen dan
variabel dependen dalam model jangka panjang ECM, akan dapat tercapai.
3.3 Uji Statistik
1. Uji Eksistensi Model
Tabel 1 terlihat nilai p (p value), probabilitas, atau signifikansi empirik
stastistik F estimasi model ekonometrik memiliki nilai 0,043189 (< 0,05); jadi
H0 ditolak. Simpulan, model terestimasi ECM eksis.
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan daya dari model terestimasi. Dari
Tabel 1 terlihat R2 memiliki nilai sebesar 0,233736 artinya 23,3% variasi
Inflasi dapat dijelaskan oleh variable Jumlah Uang Beredar (JUB), Suku
Bunga (R), dan Ekspor (EX). Sisa-nya, 76,8%, dipengaruhi oleh variabel-
variabel atau faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model estimator
ECM.
3. Uji Validitas Pengaruh (Uji t)
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Pengaruh Variabel Indepeden
Variabel Sig.t Kriteria Kesimpulan
logJUBt 0,6694 < 0.10 Tidak Signifikan
Rt 0,3847 < 0,10 Tidak Signifikan
logEXt 0,4768 < 0,10 Tidak signifikan
logJUBt-1 0,0018 < 0,01 Signifikan pada α = 0,01
Rt-1 0,0250 < 0,05 Signifikan pada α = 0,05
logEXt-1 0,0397 < 0,05 Signifikan pada α = 0,05

Tabel 2, terlihat variabel Inflasi (INF) dalam jangka pendek variabel


Jumlah Uang Beredar (JUB) Suku Bunga (R), dan Ekspor (EX) tidak memiliki
pengaruh signifikan. Dalam jangka panjang, variable Jumlah Uang Beredar (JUB)
Suku Bunga (R), dan Ekspor (EX) diketahui memiliki pengaruh signifikan
terhadap Inflasi (INF). Variabel jumlah uang beredar dalam jangka panjang
memiliki koefisien regresi sebesar - 6,51094. Pola hubungan variabel inflasi
dengan variabel jumlah uang beredar adalah linier-logaritma. Artinya, dalam
jangka panjang jika jumlah uang beredar naik 1%, maka inflasi akan turun sebesar
6,51094%; sebaliknya jika jumlah uang beredar turun sebesar 1% maka inflasi

11
akan naik sebesar 6,51094s%. Variabel suku bunga dalam jangka panjang
memiliki koefisien regresi sebesar 0,20816. Pola hubungan variabel inflasi dengan
variabel suku bunga adalah linier-linier. Dalam jangka panjang, jika suku bunga
naik 1%, maka inflasi akan naik sebesar 0,20816%; sebaliknya jika suku bunga
turun sebesar 1% maka inflasi akan turun sebesar 0,20816%. Variabel ekspor
dalam jangka panjang memiliki koefisien regresi sebesar 4,94907. Pola hubungan
variabel inflasi dengan variabel ekspor adalah linier-linier. Dalam jangka panjang,
jika ekspor naik 1%, maka inflasi akan naik sebesar 4,94907%; sebaliknya jika
ekspor turun sebesar 1% maka inflasi akan turun sebesar 4,94907%.
3.4 Interpretasi Ekonomi
1. Jumlah Uang Beredar
Dalam jangka pendek jumlah uang beredar tidak memiliki pengaruh
terhadap inflasi di Indonesia. Hal ini karena kebijakan pemerintah dalam
mengendalikan inflasi tingkat inflasi tidak efektif. Selain itu, karena periode
penelitian yang sangat singkat sehingga tidak dapat secara tepat memperlihatkan
kondisi yang terjadi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Perlambang (2010) yang menemukan bahwa jumlah uang beredar tidak signifikan
terhadap inflasi di Indonesia selama tahun 2004-2009.
Dalam jangka panjang jumlah uang beredar memiliki pengaruh negatif
terhadap tingkat inflasi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang
mengatakan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi.
Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan
harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat
menganggu pertumbuhan ekonomi. Perbedaan hasil penelitian dengan hipotesis
awal dikarenakan peningkatan jumlah uang beredar di masyarakat dibarengi
dengan permintaan uang yang tinggi. Hal ini menyebabkan sisi penawaran dan
permintaan uang seimbang, sehingga investasi pada sektor rill akan meningkat.
Meningkatknya investasi akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang
semakin baik, dan dapat menekan laju inflasi. Hasil ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Subiyanto & Mumpuni (2012) yang menemukan
bahwa jumlah uang beredar dalam jangka panjang berpengaruh negatif terhadap
inflasi di Indonesia selama tahun 1999-2009.

12
2. Suku Bunga
Dari hasil pengolahan data metode ECM didapatkan bahwa jangka pendek
suku bunga tidak memiliki pengaruh terhadap inflasi. Hal ini dikarenakan proses
transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga kepada permintaan agregat
belum berjalan dengan baik. Kenaikan suku bunga yang fluktuatif dapat
menyebabkan sulitnya dunia usaha untuk membayar beban bunga dan kewajiban.
Suku bunga yang tinggi akan menambah beban perusahaan, sehingga secara tidak
langsung akan mengurangi profit perusahaan. Pembenahan masalah inflasi di
Indonesia jika hanya dilakukan dengan instrumen-instrumen moneter yang
bersifat jangka pendek tidak akan cukup dalam mengatasi permasalah inflasi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dan
Kristiyanti (2018) yang menemukan bahwa suku bunga tidak memiliki pengaruh
terhadap inflasi di Indonesia selama periode 2014-2016.
Sedangkan dalam jangka panjang, suku bunga memiliki pengaruh positif
terhadap inflasi. Hal ini dikarenakan kenaikan suku bunga akan menyebabkan
permintaan investasi menurun. Sehingga ada beberapa rencana investasi yang
dibatalkan, akibatnya kapasitas produksi akan menurun. Bianya produksi akan
meningkat karena meningkatnya biaya modal dan harga output, yang berdampak
pada kanaikan inflasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sinambela (2011), Rahmawati (2011) dan Nugroho (2012) yang menemukan
bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap inflasi.
3. Nilai Ekspor
Dalam jangka pendek ekspor tidak memiiki pengaruh terhadap inflasi di
Indonesia. Hal ini dikarenakan kebijakan fiskal yang ditempuh oleh pemerintah
dengan meningkatkan pajak yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.
Hal ini akan menekan tingkat harga, atau melakukan kebijakan yang berkaitan
dengan output misalnya kebijakan penurunan bea masuk impor, sehinggaa impor
barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri
cenderung menurunkan harga, sehingga dalam jangka pendek ekspor tidak
signifikan mempengaruhi inflasi. Hal ini didukung oleh penelitian Silvia et.al
(2013) yang menemukan bahwa ekspor tidak berpengaruh terhadap inflasi.
Dalam jangka panjang ekspor berpengaruh positif terhadap inflasi.
Pengaruh ini dikarenakan pendapatan yang dihasilkan dari produksi eskpor

13
berhubungan dengan proporsi pendapatan yang masih tetap ada di negara asal.
Meningkatnya ekspor akan meningkatkan pengeluaran agregat. Pengeluaran
agregat akan meningkatkan pembelanjaan masyarakat atas barang dan jasa, dan
akan berimbas pada naiknya harga-harga barang dan jada dalam negeri sehingga
akan berdampak pada kenaikan tingkat inflasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nasrun et.al (2018) yang menemukan bahwa
ekspor berpengaruh positif terhadap inflasi di Indonesia selama periode 1985-
2016.

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil pengujian koefisien Koefisien determinasi (R2) menunjukkan daya
dari model terestimasi, terlihat R2 memiliki nilai sebesar 0,233736 artinya 23,3%
variasi Inflasi di Indonesia Periode Januari 2011 – Desember 2020 dapat
dijelaskan oleh variable Jumlah Uang Beredar (JUB), Suku Bunga (R), dan
Ekspor (EX). Sisa-nya, 76,8%, dipengaruhi oleh variabel-variabel atau faktor-
faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model estimator ECM.
Nilai probabilitas F statistik yang diperoleh sebesar 0,043189 < 0,05. Hal
ini menunjukkan model yang digunakan dalam penelitian ini eksis atau baik.
Artinya secara serentak variabel jumlah uang beredar, suku bunga dan ekspor
berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia periode Januari 2011 –
Desember 2020.
4.2 Saran
Pemerintah hendaknya menambah jumlah uang beredar sebagai akibat dari
kebijakan moneter yang diambil agar dapat berpengaruh terhadap inflasi dalam
jangka pendek. Selain itu, perlunya suatu kebijakan pengendalian inflasi dengan
memperhatikan dampak dari penetapan kebijakan suku bunga pada sektor rill,
melaksanakan kebijakan pengendalian sisi permintaan agar meminimalisir
kenaikan harga-harga barang konsumsi secara umum.
Semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan dalam jangka
panjang, oleh karena itu pemerintah harus bisa menjaga kestabilan tingkat suku
bunga supaya tidak terjadi pelarian modal. Pemerintah juga diminta segera
melakukan pembenahan dan perubahan struktur ekonomi ke arah yang lebih baik

14
mengingat dari hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh masing-masing
variabel independen mayoritas terdapat dalam jangka panjang.
Pemerintah sebagai pengendali dari kebijakan fiskal harus dapat
menyeleksi pengeluaran-pengeluaran apa saja yang kiranya menguntungkan dan
produktif jika dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bank, I. (2017). Deskripsi Variabel Moneter.


Djatmiko, P. dan SBM, N. (2019) „Impact Non-Oil and Gas Exports and Oil and
Gas Exports on The Position of Indonesia Foreign Exchange Reserves‟,
Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis (JPEB), 7(1), pp. 87–100. doi:
10.21009/jpeb.007.1.8.
Ginting, A. M. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi : Studi
Kasus Di Indonesia Periode Tahun 2004-2014 Analysis of Factors Affecting
Inflation : Study Case in Indonesia Period 2004-2014. Kajian, 21(1), 21(1),
37–58. https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/766/511
Jumhur, J., Nasrun, M. A., Agustiar, M., & Wahyudi, W. (2018). Pengaruh
Jumlah Uang Beredar, Ekspor dan Impor Terhadap Inflasi (Studi Empiris
Pada Perekonomian Indonesia). Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan,
7(3), 186. https://doi.org/10.26418/jebik.v7i3.26991
Juniantara, I. P. K. dan Budhi, M. K. S. (2012) „Pengaruh Ekspor, Impor dan
Kurs Terhadap Cadangan Devisa Nasional Periode 1999-2010‟, E-Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 1(1), pp. 32–38.
Listiyono, A. B. (2019) „PENGARUH INFLASI, KURS DAN EKSPOR
TERHADAP CADANGAN DEVISA DI INDONESIA TAHUN 2012 –
2016.‟, Journal of Chemical Information and Modeling,
Maggi, Rio dan Dian Birgitta Saraswati (2013) “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Inflasi di Indonesia: Model Demand Pull Inflation”, Jurnal
Ekonomi Kuantitatif Terapan, Volume 6, No. 2.
Mankiw N. Gregory. (2003), Pengantar Ekonomi Makro. Terjemahan. Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Nugroho, P.W. & Basuki, M.U., (2012). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2000.1-2011.4. Journal Of
Economics, Vol.1 No.1, Hal. 1-10
Panjaitan, M., & Wardoyo, W. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 21(3), 97274.
Perlambang, Heru (2010), “ Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku
Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi”, Jurnal Media Ekonomi
Vol. 19 No. 2, Agusutus 2010.

15
Preeti dan Chhikara, K. S. (2018) „India‟s Foreign Trade and Impact of Exports
on Foreign Exchange Reserves of India‟, IMPACT: International Journal of
Research in Humanities, Arts and Literature (IMPACT: IJRHAL), 6(8), pp.
187–194.
Rahmana, I. (2017). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar , Suku Oleh.
Ridho, M. (2015) „Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri Dan Ekspor
Terhadap Cadangan Devisa Indonesia‟, e-Jurnal Perdagangan, Industri dan
Moneter, 3(1), pp. 1–25.
Romadhoni, R. I. (2019) „ANALISIS PENGARUH EKPSOR, IMPOR,
TINGKAT INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
CADANGAN DEVISA INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2017‟,
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Safitri, H. et al. (2014) „ANALISIS NERACA PERDAGANGAN MIGAS DAN
NON MIGAS INDONESIA TERHADAP VOLATILITAS CADANGAN
DEVISA 2003-2013‟, 2(4), pp. 446–455.
Santoso, A. S. (2014)`Economic Structure Analysis, Leading Sectors and
Regional Development In MalangnYear 2008-2012`, Jurnal Ekonomi
Pembangunan.
Sharma, C. dan Sunny K Singh (2014) „Determinants Of International Reserves:
Empirical Evidence From Emerging Asia‟, Journal of Chemical Information
and Modeling, 8(9), pp. 1–58. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Sumantria dan Latifah. (2019) `The Influence Of Interest Rate, Money
Circulation, Inflation, and CPI Against Export and Import In Indonesia 2012-
2018`, Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Utami, A. (2019). PENGARUH KONSUMSI, EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL SUMATERA UTARA.
Widjarno, A. (2013). Ekonomitraka Pengantar dan Aplikasinya. UPP STIM
YKPN.

16

Anda mungkin juga menyukai