Anda di halaman 1dari 17

INTERNATIONAL TRADE FOR INDONESIA’S ECONOMIC GROWTH

Zana Zein Hardimantoa, Firdha kusuma Wardania, Ridwan Nurkholisa, Oktaviani Laila Nur Rahmawatia,
Rizky Nur Amaliaa, Ilham Pradanaa
a
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret, Indonesia1

ABSTRACT
Economic growth is one of the benchmarks for increase or not the economy in
Indonesia is due to the low factor of production of goods and services that will affect the
ongoing economic development. This research was conducted with the aim to know the
effect of exports, imports and exchange rates on economic growth in Indonesia in 1991-
2021. This study used a quantitative approach with time series data analysis and multiple
linear regression methods, R2 test, t test and F test with eviews10 software. The results
showed that the export variable had a positive and significant effect on economic growth.
Meanwhile, import and exchange rate variables have a negative and significant impact on
economic growth. The results also show that the variables of exports, imports and
exchange rates together show a significant influence on economic growth in Indonesia.
Keywords: Export, Import, Exchange Rate, Economic Growth

ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur maju tidaknya perekonomian di
Indonesia karena tinggi rendahnya faktor produksi barang dan jasa akan mempengaruhi
berlangsungnya pembangunan ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh ekspor, impor dan kurs terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
pada tahun 1991-2021. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis
data time series dan metode regresi linear berganda, uji R2, uji t serta uji F dengan bantuan
software eviews10. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel ekspor bepengaruh positif
dan signfikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel impor dan kurs
bepengaruh negatif dan signfikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil juga menujukkan
bahwa variabel ekspor, impor dan kurs secara bersama-sama menunjukan adanya pengaruh
yang signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Kata kunci: Ekspor, Impor, Kurs, Pertumbuhan Ekonomi
PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi suatu bangsa saat ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan
ekonomi global. Perkembangan ekonomi setiap negara sebagian besar dipengaruhi oleh
ikatan ekonomi yang ada di antara mereka. Untuk memanfaatkan ekonomi global yang
semakin terbuka, kondisi ini menjadikan daya saing sebagai faktor penentu dalam
persaingan internasional. Keadaan neraca pembayaran suatu negara menunjukkan manfaat
dari semakin bebasnya ekonomi global. Neraca pembayaran merupakan catatan transaksi
ekonomi antara penduduk dan bukan penduduk Indonesia selama periode waktu tertentu.
Keseimbangan pembayaran suatu negara dianggap surplus jika terjadi kelebihan cadangan
devisa dan spekulasi dibandingkan dengan kewajiban yang harus dibayarkan negara
tersebut (Astuti & Ayuningtyas, 2018). Defisit neraca perdagangan terjadi ketika nilai
impor lebih tinggi dalam suatu perdagangan internasional.
Secara umum, negara berkembang seperti Indonesia lebih menitikberatkan pada
pembangunan ekonomi hal tersebut dikarenakan jika perekonomian mengalami
pertumbuhan yang signifikan maka akan mempengaruhi laju pembangunan di berbagai
bidang lainnya. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi tidak pernah dapat
dipisahkan karena pertumbuhan ekonomi akan memperlancar pembangunan ekonomi
sedangkan pembangunan ekonomi akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan sebagai tumbuhnya kegiatan ekonomi yang meningkatkan
produksi barang dan jasa masyarakat (Habanabakize, 2020). Secara lebih detail,
perkembangan Produk Domestik Bruto dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.

Grafik 1 Perkembangan Produk Domestik Bruto di Indonesia Tahun 1991-2021


1400000000000
1200000000000
1000000000000
800000000000
600000000000
400000000000
200000000000
0
91 93 95 97 99 01 03 05 07 09 11 13 15 17 19 21
19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Sumber : Badan Pusat Statistik (data diolah)

Grafik 1 menjelaskan bahwa perkembangan Produk Domestik Bruto di Indonesia


pada tahun 1991-2021 mengalami pertumbuhan secara fluktuatif pada setiap tahunnya.
Namun, penurunan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 1998, di mana Indonesia
mengalami resesi hebat pada tahun 1998. Ekonomi mengalami kontraksi hingga 13,13
persen, nilai tukar rupiah sangat melemah hingga di atas Rp 16.000 per dolar Amerika
Serikat, sementara inflasi di Indonesia pada tahun 1998 melambung hingga 77,63 persen
sehingga menyebabkan perekonomian domestik menjadi lemah (Maesaroh, 2022).
Perekonomian mulai membaik pada tahun 1999 yaitu pertumbuhan ekonomi dari minus
13,13 persen menjadi 0,79 persen pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie. Tahun
2000 perekonomian tumbuh sebesar 4,92 persen, namun pada tahun 2001 perekonomian
tumbuh melambat menjadi 3,64 persen. Pada tahun 2003 hingga tahun 2012 perekonomian
Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Perlambatan ekonomi kembali terjadi pada
tahun 2013 yaitu dari 5,56 persen dan 5,02 pada tahun 2014. Pada tahun 2015,
perekonomian Indonesia terlihat sangat lemah, hal tersebut dapat dilihat nilai rupiah terus
menerus melemah terhadap dollar AS, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar
4,48 persen. Ekonomi Indonesia mulai mengalami pertumbuhan kembali pada tahun 2016
yaitu sebesar 5,03 persen, yang kemudian dilanjutkan pada tahun selanjutnya yaitu sebesar
5,17 persen. Pada tahun 2018, investasi menyumbang sebesar 6,01 persen bagi
pertumbuhan ekonomi, ekspor sebesar 4,33 persen, konsumsi pemerintah 4,56 persen,
konsumsi non rumah tangga 10,79 persen, dan impor sebesar 7,10 persen. Sehingga total
PDB pada tahun 2018 tercatat sebesar Rp 56 juta atau 3,927 dollar AS.
Penurunan perekonomian kembali terjadi pada tahun 2020 yaitu sebesar -2,07
persen. Hal tersebut menyebabkan perekonomian mengalami deflasi atau penurunan yang
cukup signifikan yang disebabkan oleh adanya pandemi covid-19. Dampak penurunan
cukup besar yaitu investasi dari 3,25 persen menjadi 1,94 persen. Hal tersebut berdampak
pada meningkatnya jumlah pengangguran dan berkurangnya lapangan pekerjaan. Tidak
hanya itu, aktivitas ekspor dan impor juga mengalami penurunan, di mana nilai ekspor
menurun dari -0,87 persen menjadi -7,70 persen. Sedangkan impor menjadi -17,71 persen.
Meskipun ekspor dan impor mengalami penurunan yang cukup signifikan dapat
mempengaruhi nilai dari ekspor neto pada saat konstraksi perekonomian.
Tujuan kebijakan moneter yaitu menjaga kinerja perekonomian supaya membaik
sesuai prakiraan ditengah keuangan global yang menurun. Sehingga pemerintah berupaya
akan menguatkan nilai tukar rupiah yang sejalan dengan kembalinya investasi atau
masuknya aliran modal asing. Hal tersebut dapat dilihat pada kuartal III tahun 2021 di
mana nilai tukar rupiah mengalami penguatan sebesar 0,49 persen secara rata-rata dan 0,30
persen secara point to point dibandingkan level Mei 2021 (Pratiwi, 2022).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh surplus atau defisit neraca
pembayaran. Dalam ilmu ekonomi, hubungan antara perdagangan internasional dan
pertumbuhan ekonomi merupakan isu yang sering dibahas namun masih sering
diperdebatkan keterkaitannya. Teori klasik Adam Smith menyatakan bahwa pertumbuhan
output PDB total dan pertumbuhan penduduk merupakan dua faktor utama yang
menentukan pertumbuhan ekonomi. Suatu negara dapat meningkatkan outputnya dari total
PDB dengan memanfaatkan aktivitas spesialisasi ekonomi. Jika terdapat pasar dnegan
cakupan besar yang mampu menerima keseluruhan output yang dihasilkan, maka
spesialisasi dapat dicapai. Smith mengklaim bahwa perdagangan internasional dapat
membantu perusahaan memperluas pangsa pasarnya. Ada dua jenis kelompok kegiatan
perdagangan untuk kegiatan perdagangan internasional yaitu kegiatan ekspor dan kegiatan
impor (Pridayanti, 2013). Mengekspor berarti melakukan usaha untuk menjual barang-
barang kita ke negara lain atau negara di luarnya sesuai dengan peraturan pemerintah,
mengharapkan pembayaran dalam mata uang asing, dan berkomunikasi dalam bahasa
asing.
Suatu negara akan mengekspor produk yang produksinya menggunakan faktor
produksi yang sangat murah dan melimpah, ekspor berdampak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara (Sultanuzzaman et al., 2019). Negara akan diuntungkan
dari kegiatan ini karena akan meningkatkan pendapatan nasional dan mempercepat
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Sebaliknya, impor adalah proses membeli barang
ke dalam perekonomian suatu negara melalui pembelian atau pemrosesan. Suatu negara
akan mengimpor barang atau produk yang menggunakan faktor produksi yang tidak atau
jarang dimiliki oleh negara tersebut, impor berdampak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi pada suatu negara.
Dibandingkan produksi sendiri, kegiatan perdagangan internasional ekspor impor
akan menguntungkan negara meskipun demikian perdagangan internasional juga tidak
terlalu optimal terlebih ketika persaingan pasar menjadi lebih ketat dibandingkan yang
diharapkan (Habanabakize, 2020). Sebagai negara berkembang, Indonesia selalu bertujuan
untuk menghasilkan ekspor neto atau juga dikenal sebagai surplus perdagangan
internasional. Ekspor netto terjadi ketika tingkat ekspor negara lebih tinggi dibandingkan
dengan impor yang dilakukan. Jika ekspor neto positif artinya bahwa negara tersebut
melakukan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impornya. Tentunya hal ini akan
meningkatkan produktivitas yang menggambarkan bahwa perekonomian negara tumbuh
lebih cepat. Di sisi lain, jika ekspor neto negatif maka permintaan dan penawaran barang
menurun atau tingkat impor lebih besar daripada ekspor. Kondisi tersebut yang akan
menurunkan produktivitas dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Mata uang yang digunakan oleh negara-negara tersebut akan berbeda menjadi
penghambat adanya perdagangan internasional baik ekspor maupun impor yang terjadi.
Perbedaan nilai tukar mata uang lebih sering disebut sebagai kurs disebabkan oleh
perbedaan mata uang antara negara pengekspor dan pengimpor. Jumlah mata uang dalam
negeri yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing disebut sebagai nilai
tukar (Hatmanu et al., 2020). Dalam perekonomian terbuka, nilai tukar merupakan salah
satu variabel terpenting karena mempengaruhi harga, suku bunga, neraca pembayaran, dan
neraca berjalan. Sebagaimana dalam hipotesis Hatmanu et al. (2020) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan negatif antara nilai tukar terhadap ekspor netto (tingkat selisih
antar ekspor impor suatu negara). Hubungan ini menggambarkan bahwa ketika nilai tukar
(kurs) suatu negara semakin tinggi maka akan mengurangi tingkat pendapatan ekspor netto.
Berkurangnya ekspor netto pada suatu negara akan menyebabkan penurunan pada
pertumbuhan ekonomi akibat berkurangnya pendapatan yang diperoleh negara melalui
aktivitas perdagangan internasional.
Di sisi lain dalam beberapa kajian empiris menunjukkan bahwa peningkatan
kebijakan perdagangan dan perdagangan internasional merupakan pendorong pertumbuhan
ekonomi ekonomi. Menurut Nguyen & Do (2020), negara-negara yang melakukan
kebijakan perdagangan lebih bebas memungkinkan negara tersebut mampu memproduksi
output yang lebih besar dengan tingkat input lebih kecil sehingg akan mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Defisit neraca pembayaran yang memungkinkan terjadinya
penurunan permintaan atau depresiasi nilai tukar riil dapat diakibatkan oleh peningkatan
output domestik sebagai akibat dari peningkatan impor. Elastisitas pendapatan untuk ekspor
lebih menonjol daripada impor jika pada kondisi negara-negara berkembang.
Kondisi tersebut terjadi karena tidak ada PDB negara yang tumbuh lebih cepat dari
jumlah pembayaran yang harus dilakukan karena tingginya rasio utang luar negeri terhadap
PDB sehingga mengganggu kepercayaan eksternal dan internasional. Jika anggaran
pemerintah seimbang dan pihak swasta mampu membuat keputusan terbaik terkait investasi
dan tabungan, maka defisit neraca berjalan yang besar tidak menjadi masalah. Meskipun
defisit neraca berjalan tidak mengakibatkan krisis mata uang, defisit eksternal harus
menjadi perhatian ketika menerapkan kebijakan. Dengan kata lain, masalahnya bukan pada
ukuran defisit; melainkan bagaimana upaya negara dalam menangani defisit yang tidak
berkelanjutan. Defisit transaksi sebaiknya tidak lebih dari 5% dati total PDB suatu negara
agar perekonomian nasional dapat berkelanjutan dan defisit neraca dapat diatasi dan
disesuaikan (Astuti & Ayuningtyas, 2018).
Penelitian Nguyen (2020) yang bertujuan untuk mengakaji hubungan antara
investasi asing dengan perdagangan internasional ekspor impor di Negara Vietnam. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa investasi asing langsung dan aktivitas ekspor yang
dilakukan oleh Vietnam berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sehingga pemerintah Vietnam melakukan penerapan kebijakan untuk mendorong aktivitas
ekspor dan ekspor. Namun pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel impor
berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada pertumbuhan ekonomi Vietnam. Selanjutnya
Nguyen & Do (2020) dengan penelitiannya yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh
adanya investasi asing, impor dan nilai tukar terhadap kinerja ekspor Vietnam. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa negara di seluruh dunia cenderung melakukan devaluasi
mata uang untuk meningkatkan kinerja ekspor. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang nilai tukar berpengaruh terhadap perdagangan eksternal jangka
Panjang namun tidak berpengaruh pada jangka pendek. Berbeda dengan penelitian yang
tersebut, pada hasil penelitian Umaru et al. (2019) dimana pada penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di Afrika Barat. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh signifikan dan negatef
terhadap pertumbuhan ekonomi dinegara berbahasa Inggris yang ada di Afrika Barat.

LANDASAN TEORI
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam
jangka panjang menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu dan dapat
dikaitkan juga sebagai keadaan kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional, Pertumbuhan ekonomi berkaitan
dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan masyarakat, apabila
terjadinya peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa akan memaksa perekonomian
untuk meningkatkan produksi barang dan jasa yang akan menyebabkan peningkatan
terhadap pertumbuhan ekonomi (Engla &Yunia, 2013).
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masayarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang
sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang dari satu periode ke periode
lainnya(Sukirno, 1998). Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan gross domestic
product (GDP)/ gross national product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak.(Lincolin, 2010). Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan proses
peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan masyarakat, apabila terjadinya
peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa akan memaksa perekonomian untuk
meningkatkan produksi barang dan jasa yang akan menyebabkan peningkatan terhadap
pertumbuhan ekonomi (Engla &Yunia, 2013).
Pembangunan pada negara berkembang seperti Indonesia lebih menekankan pada
pembangunan ekonomi, karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan
ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi akan berperan penting dalam proses
memperlancar pembagunan ekonomi (Pridayanti, 2013). Salah satu peran penting dalam
pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan pembangunan yang menjadi inti untuk mengkur
kemampuan suatu negara untuk memeperbesar outputnya dalam laju pembangunan yang
lebih cepat dibanding tingkat pertumbuhan penduduknya (Dewi, 2013)
Terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap
bangsa yakni: akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja serta kemajuan
teknologi (Todaro, 2003). Indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah sebagai berikut : ketidakseimbangan
pendapatan,perubahan struktur perekonomian, pertumbuhan kesempatan kerja, produk
domestik regional bruto (Todaro, 2003).
Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi didalam negara, kemudian akan
dijual keluar negeri dengan tujuan mendapatkan penghasilan yang lebih besar untuk negara.
Keberhasilan dalam meningkatkan ekspor juga mencerminkan peningkatan daya saing dan
sekaligus merupakan jalan satu indikasi dari tumbuhnya dinamika positif dalam
kewirausahaan suatu negara (Budi, 2013). Oleh karena itu ekspor menjadi tolak ukur
penting untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu negara dan
sebagai sarana pembangunan berkelanjutan yang merupakan sumber penting bagi negara-
negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia (Mahendra&Kesumajaya, 2015).
Impor merupakan kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Transaksi
impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam
daerah pabean Indonesia dengan mematuhi ketentuan peraturan perudang-undangan yang
berlaku (Tandjung, 2011). Aktivitas impor akan menimbulkan aliran uang ke luar negeri
dan imbalannya adalah barang dan jasa luar negeri masuk ke dalam negeri yang berpotensi
mengancam perusahaan dalam negeri karena banyaknya barang dan jasa sejenis yang
menurunkan pendapatan nasional(Junaidi, 2018). Permintaan untuk impor tergantung pada
harga relatif antara barang luar negeri dan dalam negeri. Oleh sebab itu, volume dan nilai
impor tergantung pada output dalam negeri dan harga relatif tersebut. Selain itu, impor
memiliki korelasi negatif terhadap pendapatan suatu negara. Sehingga semakin banyak
impor yang dilakukan maka akan mengurangi pendapatan negara.(Juniartha R Pinem,
2009)
Nilai tukar mata uang (exchange rate) atau sering disebut kurs merupakan harga
mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting
dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca
transaksi berjalan maupun vairabel-variabel makro ekonomi yang lainnya (Sadono, 2003).
Nilai tukar pada masa masyarakat sederhana dapat ditentukan dari banyak dan sedikitnya
produktifitas atau kerja manusia dalam menghasilkan suatu barang atau jasa(Gilarso, 2003).
Nilai tukar rupiah dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Beberapa faktor yang
mempengaruhinya adalah faktor yang secara langsung maupun faktor yang tidak langsung.
Faktor penyebab secara langsung pada permintaan dan penawaran valas dipengaruhi oleh
permintaan akan impor barang atau jasa yang memerlukan dolar maupun valuta asing
lainnya, serta ekspor modal dari dalam negeri ke luar negeri. Kemudian penawaran
terhadap valas akan dipengaruhi oleh ekspor barang dan jasa yang menghasilkan dolar atau
valuta asing lainnya, serta impor modaldari luar negeri ke dalam negeri. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi secara tidak langsung terhadap nilai tukar rupiah yaitu posisi neraca
pembayaran, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, pendapatan nasional, kebijakan moneter,
serta ekspektasi dan spekulasi (Imamul, 2007).
LITERATUR REVIEW
Telah banyak penelitian sebelumnya tentang pertumbuhan ekonomi di Indonesia
yang dipengaruhi variabel ekspor import, variabel foreign direct invesment dan kurs mata
uang. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Bagaswara, 2017), penelitian dilakukan
dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa
variabel foreign direct invesment, variabel ekspor menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan Import tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan secara bersama sama variabel
foreign direct invesment, ekspor dan import menunjukkan adanya pengaruh signifikan
terhadap variabel pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Untuk penelitian yang dilakukan (Cahya Azizah et al., 2019) menyatakan
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu salah satu indikator makro ekonomi yang
menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara. Faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah foreign direct investment, nilai tukar Rupiah
dan government expenditure. Tujuan dari penelitian yang dilakukannya adalah untuk
mengetahui pengaruh foreign direct investment, nilai tukar Rupiah dan government
expenditure terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan
Vector Error Correction Model (VECM) dan uji kointegrasi. Hasil penelitian ini, meliputi
tidak terdapat pengaruh jangka pendek antara variabel foreign direct investment, nilai tukar
Rupiah, dan government expenditure terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun
1986—2015 dan terdapat pengaruh jangka panjang antara variabel foreign direct
investment, nilai tukar Rupiah, dan government expenditure terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia tahun 1986—2015.
Senada dengan apa yang diteliti oleh (Pridayanti, 2013), tujuan dari penelitiannya
adalah untuk mengetahui pengaruh ekspor, impor dan nilai tukar terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia periode 2002-2012. Adapun data yang digunakan adalah data
sekunder yang bersifat time series dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia. Dari
penelitiannya dapat disimpulkan bahwa variabel ekspor, impor dan nilai tukar secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan
probabilitas 0,003609. Sedangkan secara parsial variabel ekspor berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan koefisien 3,637891621. Variabel
impor berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan koefisien -
2.703234926. Sedangkan variabel nilai tukar berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dengan koefisien - 0.00070722532.
Lain halnya dengan yang diteliti oleh (Putra et al., 2017) mendapatkan hasil yang
sedikit berbeda, dimana teknik analisis data menggunakan Vector Error Correction Model
(VECM) yang hasilnya tidak ada pengaruh jangka pendek antara variabel foreign direct
invesment, nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1986-2015 dan
terdapat pengaruh jangka panjang antara foreign direct investment, nilai tukar terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1986-2015.
Penelitian yang dilakukan (Wulandari & Zuhri, 2019) dengan tujuan mengetahui
pengaruh perdagangan internasional dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2007-2017. Perdagangan internasional dalam penelitian ini identik dengan
ekspor neto jadi dapat dikatakan tujuan lebih rincinya yaitu untuk mengetahui pengaruh
ekspor neto dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Variabel dependen
pada penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel independennya adalah
ekspor neto dan investasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kepustakaan. Sedangkan metode analisisnya menggunakan metode regresi linier dengan
menggunakan aplikasi Eviews. Menyatakan bahwa ekspor atau perdagangan internasional
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumubuhan ekonomi, tapi untuk investasi
berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskrptif dan
kuantitatif. Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
disajikan dalam bentuk data tahunan atau berkala (time series) mulai dari tahun 1991-2021.
Data yang diteliti adalah kurs, ekspor, impor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
1991-2021.
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program Eviews. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda.Analisis regresi linear
berganda ini digunakan untuk membahas hubungan lebih dari dua variabel, dengan metode
kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS). Analisis dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif dan kuantitatif. Model persamaan regresi linier berganda pada
analisis kuantitatif sebagai berikut (Junaidi, 2015):
Dimana:
Y=β0+β1X1 +β2X2 +β3X3 +εt
Y = Pertumbuhan ekonomi
X1= Ekspor
X2= Impor
X3=Kurs
εt = Error (variabel penggangu).
Model regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap satu variabel dependen dan umumnya dinyatakan dalam persamaan.
Selanjutnya data akan dianalisis secara kuantitatif berdasarkan Koefisien Determinasi (R2),
Uji statistik, dan uji F, sebagai berikut:
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur
besarnya sumbangan variabel bebas (X) terhadap naik turunnya atau perubahan
variabel terikat (J. Supranto). Semakin besar R2 maka presentase perubahan
variabel terikat yang disebabkan oleh variabel bebas semakin tinggi. Begitu juga
sebaliknya, jika R2 kecil maka persentase perubahan variabel-variabel terikat yang
disebabkan oleh variabel bebas semakin rendah.
2. Uji t
Uji statistic digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dengan menerangkan variabel- variabel dependen
3. Uji F
Uji f digunakan untuk menguji hipotesis koefisien secara simultan yang sering
disebut pengujian signifikan secara keseluruhan untuk memperkirakan garis yaitu
apakah variabel- variabel independen berkorelasi atau berhubungan secara linear
terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan model ekonometrika maka hasil analisis
Ordinary Least Square (OLS) dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Regresi Ordinary Least Square (OLS)
Variabel Coeffecient Std.Error t-Statistic Prob
C -0.950598 0.983553 -0.966495 0.3424
Log (Ekpor) 1.296746 0.039284 33.00935 0.0000
Log (Impor) -1.000904 0.082345 -12.15499 0.0000
Log (Kurs) -0.227521 0.030765 -7.395546 0.0000
R-Squared 0.994095 Mean dependent var 26.67353
Adjusted R-Squared 0.993438 S.D. dependen var 0.833381
S.E. of regression 0.067507 Akaike info criterion -2.433251
Sum Squared resid 0.123045 Achwarz criterion -2.248221
Log likelihood 41.71539 Hannan-quinn criter -2.372936
F-statistic 1515.006 Durbin-Waston stat 1.299566
Prob (F-statistic) 0.000000
Sumber: Data World bank, diolah eviews
Model persamaan regresi linier berganda

LOGGDPt =−0.950598+1.296746 log ( EKSPOR )t −1.000904 log ( IMPOR )t −0.227521 log (KURS)t

Konstanta sebesar -0,9506 menyatakan jika variabel independen memiliki


pengaruh negatif terhadap variabel dependen, maka Pertumbuhan Ekonomi
mengalami kenaikan sebesar -0,9506%. Nilai koefisien variabel Ekspor (X1) adalah
sebesar 1.296746 yang mempunyai arti bahwa ketika terjadi kenaikan variabel
ekspor sebesar 1%, maka akan terjadi kenaikan Pertumbuhan Ekonomi (variabel
dependen Y) sebesar 1.296746%. Koefisien variabel X1 bernilai positif sehingga
ekspor berhubungan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Nilai koefisien
variabel Impor (X2) adalah sebesar -1.000904 yang mempunyai arti bahwa ketika
terjadi kenaikan variabel impor sebesar 1%, maka akan terjadi kenaikan
Pertumbuhan Ekonomi (variabel dependen Y) sebesar -1.000904%. Koefisien
variabel X2 bernilai negatif sehingga impor berhubungan negatif terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y). Nilai koefisien variabel Nilai Tukar (X3) adalah
sebesar -0.227521 yang mempunyai arti bahwa ketika terjadi kenaikan variabel nilai
tukar sebesar 1%, maka akan terjadi kenaikan Pertumbuhan Ekonomi (variabel
dependen Y) sebesar -0.227521%. Koefisien variabel X3 bernilai negatif sehingga
nilai tukar hasil berhubungan negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).
Uji Asumsi Klasik
Dalam uji asumsi klasik pengujian yang dilakukan uji heteroskedasitas,uji
autokorelasi, uji normalitas, Uji Spesifikasi Model, dan uji multikoleniaritas. Hasil
analisis data setalah dilakukan uji asumsi klasik, ditemukan bahwa model yang
digunakan terbebas dari penyimpangan asumsi klasik.
Uji multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas menggunakan metode uji VIF. Data dapat dikatakan
terbebas dari multikolinieritas apabila nilai VIF > 10

Tabel 2 Uji multikolinieritas


Variabel Coefficient Variance Uncentered VIF Centered VIF
C 0.967376 6580.470 NA
Log (Ekspor) 0.001543 6745.446 4.010717
Log (Impor) 0.006781 475.7781 1.669419
Log ( Kurs) 0.000946 514.4651 2.933167
Sumber: data di olah eviews
dari hasil uji ini diketahui bahwa nilai VIF masing masing independen <10, maka model
terbebas dari pengaruh multikolinieritas.
Uji normalitas
Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probability Jarque-Bera lebih besar
dari nilai alpha 0,05. Uji Normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normaPengujian normalitas
yang sering digunakan adalah uji Jarque-Bera (JB).
Tabel 3 Uji Normalitas
Jarque-Bera 3.523857
Probability 0.171713
Sumber: data diolah eviews

terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikansi empirik stastistik JB adalah sebesar 0.171713
> 0,05 jadi H 0 diterima, sehingga distribusi residual normal
Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi menggunakan Pengujian Breusch-Godfrey yang dilakukan dengan
meregres variabel pengganggu (residual) Ut menggunakan autoregressive secara simultan
sama dengan nol, menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada setiap orde.
Tabel 4 Uji Autokorelasi
F-Statistic 2.285951 Prob. F(2,25) 0.1225
Obs*R-squared 4.792691 Prob. Chie Square (2) 0.0911
Sumber: data diolah eviews

Terlihat nilai p, probabilitas atau signifikansi empirik statistik Breusch Godfrey adalah
0,0911 > 0,05. Jadi H0 diterima, sehingga tidak terjadi Autokorelasi dalam model
terestimasi.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji White. Data bisa dikatakan
bebas heteroskedasitas apabila nilai p value lebih besar nilai alpha 5%.

Tabel 5 Uji Heteroskedastisitas


F-statistic 0.645007 Prob. F(3,7) 0.5928
Obs*R-squared 2.073114 Prob. Chi-Square (3) 0.5574
Scaled explained SS 1.524457 Prob. Chi-Square (3) 0.6766
Sumber: data diolah eviews

Probabilitas atau signifikansi empirik statistik white no cross term yang bernilai
0.557>0.05. Jadi H0 diterima, sehinggamodel tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam
model terestimasi.

Uji Spesifikasi Model


Uji spesifikasi model dapat dilihat dari nilai F-statistic, apabila p-value lebih besar dari
0,05 maka spesifikasi model teristimasi tepat.
Table 6 Uji Spesifikasi Model
Value df Probability
F-statistic 3.274913 (2,25) 0.0545
Likelihood ratio 7.213459 2 0.0271
Sumber: diolah eviews
terlihat nilai p (p value), probabilitas, atau signifikansi empirik stastistik ramsey reset
adalah sebesar 0,055 > 0,05. Jadi H0 diterima, sehingga spesifikasi model teristimasi tepat
atau linier.

Uji Kebaikan Model


Koefisien Determinasi
Dari hasil uji model R-squared dapat diketahui nilai R2 (R-square) adalah
0,994095. Jadi besar sumbangan pengaruh variabel independen yaitu 99,41%,
sedangkan sisanya sebesar 0,59% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak di teliti.
Hal ini menunjukan 99,41% variasi variabel dependen (pertumbuhan ekonomi)
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen (Ekspor, Impor dan Nilai
Tukar). Sementara sisanya sebesar 0,59% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukan ke dalam model. Dengan menganggap bahwa variabel lain bersifat
konstan.
Uji Eksistensi Model
Dari hasil estimasi ekonometrik, terlihat nilai p, probabilitas, atau
signifikansi empirik stastistik F model terestimasi memiliki nilai 0,000 < 0,05. Jadi
H0 ditolak, sehingga model model terestimasi eksis.
Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen
Berikut ini adalah hasil uji validitas pengaruh masing masing variabel
independen terhadap variabel dependen:

Tabel 2 Hasil Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen


Variab S K Kesimpulan
el i ri
g te
. ri
a
t
0,000 < Signifikan pada α
0, = 0,05
0
Ekspor 5
0,000 < Signifikan pada α
0, = 0,05
0
Impor 5
0,000 < Signifikan pada α
0, = 0,05
Nilai 0
Tukar 5

Pembahasan
Pengaruh antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan e-views 9,
variabel Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Yang artinya ketika tingkat ekspor mengalami penurunan maka pertumbuhan
ekonomi akan mengalami penurunan dan sebaliknya tingkat ekspor megalami
peningkatan maka pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Apabila ekspor
mengalami peningkatan maka sumber pendapatan negara juga mengalami
peningkatan sebab ekspor yang meningkat ditandai dengan tingginya ekspor dari
pada impor.
Hal ini karena Indonesia sudah lama menjalin ekspansi pasar untuk
memperkenalkan brand lokal serta memperluas pasar dalam berbagai bidang
sehingga naiknya jumlah ekspor yang dikarenakan jumlah produksi barang
domestik mengalami peningkatan serta permintaan luar negri meningkat yang
mengakibatkan penyerapan tenaga kerja secara penuh, akibatnya pendapatan
perkapita suatu negara akan meningkat. Artinya daya beli juga meningkat Efeknya
adalah penambahan jumlah devisa yang terus bertambah yang kemudian akan
berdampak pada pertumbuhan dan kestabilan ekonomi.
Selain itu, ekspor Indonesia saat ini sangat positif untuk meningkatkaan
perekonomian indonesia dengan cara: (1) menambah modal dalam negeri untuk
ekspor; (2) melakukan transfer teknologi dan produk baru untuk ekspor; (3)
memberikan akses kepada pasar yang baru atau pasar asing; (4) menyediakan
pelatihan kepada tenaga kerja di dalam negeri yang dapat meningkatkan
kemampuan teknis dan skill management. Peningkatan ekspor ini akhirnya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan pertumbuhan GDP suatu
negara kemudian berpengaruh pada permintaan uang akibat peningkatan GDP
tersebut.
Hasil Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Kholis, bahwa Ekspor berpengaruh positif yang dapat membantu
semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui
promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan
komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam
jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias produktifitas tenaga kerja.
Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala
ekonomi yang mereka miliki
Pengaruh impor terhadap pertumbuhan ekonomi
Sedangkan untuk variabel impor berdasarkan analisis regresi menunjukan
bahwa impor berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi
dengan nilai signifikansi sebesar -1.000904. Hal ini menunjukkan terdapat
hubungan yang berbanding terbalik antara impor dengan pertumbuhan ekonomi,
yaitu jika impor mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan impor akan menurunkan permintaan masyarakat di
dalam negeri. Permintaan masyarakat yang menurun akan mengurangi tingkat
produktivitas dalam negeri dan mengurangi jumlah kesempatan kerja yang tersedia.
Penurunan ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah output yang dihasilkan
dalam negari. Penurunan jumlah output yang berupa barang dan jasa inilah yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mengalami penurunan.
Selain itu, Hal tersebut sejalan dengan Bank Indonesia, neraca pembayaran
merupakan catatan transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan
penduduk pada suatu periode tertentu. Neraca pembayaran sebuah negara dikatakan
surplus apabila terdapat kelebihan dana perdagangan dan investasi dibandingkan
kewajiban- kewajiban yang dibayarkan kepada negara sedangkan dikatakan defisit
apabila impor lebih besar dari pada ekspor. Keadaan neraca pembayaran yang
surplus atau defisit mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut Thirlwall (1979), neraca pembayaran bertindak sebagai kendala
pada tingkat pertumbuhan output. Kenaikan output domestik. karena meningkatnya
impor dapat menyebabkan defisit neraca pembayaran yang memungkinkan
penurunan permintaan atau depresiasi nilai tukar riil. Negara-negara tumbuh lebih
cepat dalam menghadapi elastisitas pendapatan yang lebih tinggi untuk ekspor dari
pada impor. Hal ini disebabkan tidak ada negara yang pertumbuhannya lebih cepat
dari pada tingkat pembayaran yang harus dibayar karena rasio utang luar negeri
terhadap PDB yang besar internasional dan eksternal.
Hal tersebut sejalan dengan teori perdagangan internasional, apabila jumlah
barang atau jasa yang di ekspor ke luar negeri semakin banyak maka di dalam
negeri harus memproduksi barang dan jasa lebih banyak juga. Kenaikan barang
impor akan menaikkan barang produksi yang diimpor dari luar negeri sehingga
produktifitas dalam negeri semakin menurun yang akan menurunkan pertumbuhan
ekonomi dalam negeri.
Pengaruh kurs dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Hasil penelitian ini menunjukkan kurs berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang
berbanding terbalik antara nilai tukar dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu jika nilai
tukar mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan
ataupun sebaliknya.
Kegiatan perdagangan internasional sangat ditentukan oleh nilai kurs mata
uang negara yang bersangkutan. Misalnya, nilai tukar naik (depresiasi) harga barang
ekspor dari Indonesia relatif akan lebih murah di luar negeri, sehingga ekspor akan
cenderung meningkat. Sebaliknya, harga barang-barang dari luar negeri (AS) relatif
menjadi mahal sehingga impor akan akan cenderung menurun. Dengan demikian,
penurunan nilai kurs mata uang sendiri akan cenderung mempengaruhi kinerja
perdagangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan erni winiarti
terkait hubungan kurs terhadap pertuumbuhan ekonomi yang hasilnya kurs memiliki
hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomu karena semakin tinggi nilai tukar
(dollar) dan melemahnya rupiah memberikan dampak terhadap harga barang
terutama barang-barang impor dan barang-barang bahan baku produk impor untuk
produk dalam negeri, yang akhirnya memberikan pengaruh kenaikan harga barang
dan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
penulis dapat memperoleh kesimpulan, antara lain:
1. Dari hasil uji t diperoleh hasi bahwa Ekspor mempunyai pengaruh yang positif
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1991-2021.
2. Dari hasil uji t diperoleh hasil, Impor mempunyai pengaruh yang negatif signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1991-2021.
3. Dari hasil uji t diperoleh hasil, Kurs mempunyai pengaruh yang negative signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1991-2021.
4. Dari hasil uji F diketahui bahwa ketiga variabel independen dalam penelitian ini
yaitu Ekspor, Impor dan Kurs secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1991-2021.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka saran yang dapat
diambil adalah dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
indikator makroekonomi seharusnya lebih ditingkatkan lagi. Seperti meningkatkan
ekspor dan mengurangi impor dengan menciptakan peluang yang ada bagi industri
dengan meningkatkan infrastruktur dan memfasilitasi ekspor produk dalam negeri.
Selain itu dengan meningkatkan promosi produksi dan mencari pasar baru yang
lebih potensial. Kegiatan ekspor juga seharusnya lebih di dukung penuh oleh
pemerintah karena merupakan sumber devisa negara. Bagi pihak pengekspor,
pemerintah berkewajiban memberikan kemudahan dari segi peraturan ekspor.
Untuk penelitian selanjutnya yang ingin melakukan kajian ulang terhadap penelitian
ini disarankan untuk menambah variabel lain yang tidak diikutsrtakan dalam
penelitian ini serta menambah jumlah sampel penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, I. P., & Ayuningtyas, F. J. (2018). Pengaruh Ekspor Dan Impor Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan,
19(1). https://doi.org/10.18196/jesp.19.1.3836
Bagaswara, Prawira. 2017. “Pengaruh Foreign Direct Investment ( Fdi ), Ekspor Dan Impor
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia The Effect Of Foreign Direct Investment (
Fdi ), Export And Import On Indonesia ’ S Economic Growth 1998-2017 Bagaskara
Prawira , 2 Sudati Nur Sarfiah , 3.” 1:1–10.
Budi Ramanda Bustami Paidi Hidayat, SE, M. S. 2013. “Analisis Daya Saing Produk
Ekspor Provinsi Sumatera Utara.” 56–71.
Cahya Azizah, Tuty, Haryadi Haryadi, dan Etik Umiyati. 2019. “Pengaruh kurs, net ekspor,
dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.” e-Journal
Perdagangan Industri dan Moneter 7(1):39–50. doi: 10.22437/pim.v7i1.8356.
Dewi Ernita, Syamsul Amar, Efrizal Syofyan. 2013. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi,
Investasi, Dan Konsumsi Di Indonesia.” I(02):176–93.
Engla Desnim Silvia , Yunia Wardi, Hasdi Aimon. 2013. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi,
Investasi, Dan Inflasi Di Indonesia.” I(02).
Gilarso. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Rev. Yogyakarta: Kanisius.
Imamul Arifin, Giana Hadi W. ; penyunting, Ayatullah Khomaeni, Akbar Wahidin,
Bambang Supratman. 2007. Membuka cakrawala ekonomi. 1 ed. Bandung: Setia
Purnama.
Junaidi, Shierly Kusuma. 2018. “Terhadap Impor Indonesia Dari China Periode 2010-
2017.”
Juniartha R Pinem. 2009. “Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Cadangan Devisa Indonesia.” in Skripsi Universitas Sumatra Utara. Medan.
Lincolin Arsyad. 2010. Ekonomi Pembangunan. 5 ed. Yogyakarta: UPP AMP YKPN,.
Mahendra, I. Gede Yoga, dan I. Wayan Wita Kesumajaya. 2015. “Analisis Pengaruh
Investasi, Inflasi, Kurs Dollar Amerika Serikat Dan Suku Bunga Kredit Terhadap
Ekspor Indonesia Tahun 1992-2012.” E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana 4(5):525–45.
Maesaroh. (den 12 Oktober 2022). Indonesia Pernah Diterjang Tiga Resesi, Mana yang
Terburuk? ss. diakses pada 20 Desember 2022.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20221012140255-17-379180/indonesia-
pernah-diterjang-tiga-resesi-mana-yang-terburuk.
Michael P. Todaro, Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. 8 ed.
Jakarta: Erlangga.
Pratiwi, Y. R. (den Kamis Februari 2022 2022). Pemuliham Perekonomian Indonesia
Setelah Kontraksi Akibat Pandemi Covid-19. ss. diakses pada 20 Desember 2022,
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-banjarmasin/baca-artikel/14769/
Pemulihan-Perekonomian-Indonesia-Setelah-Kontraksi-Akibat-Pandemi-Covid-
19.html.
Pridayanti, Ayunia. 2013. “Pengaruh Ekspor, Impor, dan Nilai Tukar Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode 2002-2012.” Jurnal Ekonomi &
Kebijakan Publik 12(05):1–5.
Putra, Delta Ananda Arga, Imam Mukhlis, dan Sugeng Hadi Utomo. 2017. “Analisis
Pengaruh Foreign Direct Investment, Nilai Tukar, dan Government Expenditure
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.” Jurnal Pendidikan 2(2):294–303.
Sadono Sukirno. 2003. Makroekonomi : teori pengantar. Edisi keti. Depok : Rajawali Pers,
2016.
Sukirno, Sadono. 1998. Pengantar Teori Makroekonomi. 10 ed. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Supiyadi, Dedi, dan Lia Puspa Anggita. 2020. “Peran Ekspor dan Impor terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (2007-2017).” Jurnal Indonesia Membangun
19(2):1–11.
Tandjung, Marolop. 2011. Aspek dan Prosedur Ekspor-Impor. 1 ed. Jakarta: Salemba
Empat.
Wulandari, Laili, dan Saifudin Zuhri. 2019. “Pengaruh Perdagangan Internasional Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2007-2017.” Jurnal REP (Riset Ekonomi
Pembangunan) 4(2):1–189. doi: 10.31002/rep.v4i2.781.

Anda mungkin juga menyukai