Anda di halaman 1dari 11

STATISTIK PDRB JAWA TIMUR

(Tugas Terstruktur III)

Oleh

Amiva Vindho Ratu Reso (2154231011)


Tasyrikul Akrom (2114231023)
Yeshy (2154231013)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi sudah lama dijadikan sebagai indikator keberhasilan


pembangunan ekonomi. Namun, yang sering terjadi adalah tingginya
pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti dengan pemerataan pendapatan. Oleh
sebab itu perlu adanya pengembangan konsep pembangunan ekonomi yang tidak
hanya memakai indikator pertumbuhan ekonomi tetapi pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas untuk memasukkan dimensi pemerataan pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan dalam produksi barang maupun
jasa dalam suatu perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi ini merupakan
salah satu indikator penting di dalam melakukan suatu analisis pembangunan
ekonomi (Nuraini, 2017).

Pertumbuhan ekonomi harusnya mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat,


namun syaratnya adalah bahwa pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
harus dibarengi dengan pengendalian laju inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang
tidak dibarengi dengan pertumbuhan inflasi akan menurunkan kesejahteraan
masyarakat karena tingkat pendapatan tidak mampu mengimbangi kenaikan
harga-harga yang dicerminkan dari naiknya tingkat inflasi. Tidak meratanya
kesejahteraan masyarakat mencerminkan belum adanya tingkat pemerataan
pendapatan di masyarakat walaupun pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Oleh
karena itu perlu adanya perubahan paradigma indikator pembangunan ekonomi
dari pertumbuhan ekonomi yang hanya menghitung perubahan produk domestik
bruto (PDB) menjadi paradigma pertumbuhan ekonomi yang menambahkan
indikator lain seperti indikator pemerataan pendapatan (Nuraini, 2017)

Pada saat ini perekonomian dunia mengalami krisis ekonomi akibat covid-19.
Pemerintah dunia melakukan berbagai langkah mitigasi dan kerja sama
dalam
mencegah penyebaran Covid-19 sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi.
Kinerja ekonomi global diharapkan tumbuh positif seiring dengan program
stimulus ekonomi. Di Indonesia situasi pandemi inilah yang membuat ekonomi
berjalan dalam situasi ketidakpastian yang berkelanjutan dan memberikan tekanan
yang dalam pada pertumbuhan ekonomi sampai pada level resesi. Pemerintah
indonesia telah berupaya dengan kebijakan meningkatkan jumlah belanja bantuan
sosial, bantuan modal pada UMKM, dan anggaran kesehatan yang besar untuk
program menangani Covid-19.

1.2 Tujuan Analisis Data

Tujuan dilakukannya Analisis Data adalah sebagai berikut.


1. Mengetahui pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur.
2. Menganalisis data ekonomi Provinsi Jawa Timur sebelum dan sesudah
Covid 19.
BAB 2
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil Analisis

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur


Tahun 2016 - 2020
6
5
4 5.57 5.46 5.47 5.52
3
2
1
0
-1
-2
-3
2016 2017 2018 2019 2020

-2.39

Tabel 2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 – 2020

Laju Pertumbuhan Triwulan


Provinsi
8 Jawa Timur Tahun 2016-2020
6
4
2
0
-2
-4
-6
-8

Tabel 2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun


2016 – 2020
2.2 Pembahasan
Salah satu sumber utama terbentuknya nilai PDRB adalah dari hasil nilai transaksi
yang dilakukan oleh masyarakat di dalam suatu wilayah. Transaksi yang dihitung
merupakan transaksi yang terjadi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan
apakah dilakukan oleh masyarakat (residen) atau masyarakat lain (non-residen).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu. PDRB bisa juga
didefinisikan sebagai jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi dalam periode tahun tertentu umumnya dalam jangka
waktu satu tahun.

PDRB menurut komponen pengeluaran menunjukkan alokasi penggunaan produk


barang dan jasa oleh konsumen akhir. Besaran nilai PDRB Pengeluaran
merupakan sirkulasi arus barang dan jasa yang telah diproduksi oleh
masingmasing sektor ekonomi untuk dikonsumsi oleh seluruh komponen
pengeluaran. PDRB menurut Pengeluaran terdiri dari enam komponen, yaitu
pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga, pengeluaran konsumsi akhir lembaga
non profit yang melayani rumah tangga, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah,
pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori, ekspor luar negeri dan
impor luar negeri serta net ekspor. Secara Total nilai PDRB pengeluaran akan
sama dengan nilai PDRB sektoral baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan, artinya semua produk barang dan jasa yang dihasilkan akan terbagi
habis dengan komponen pengeluaran.

Sepanjang tahun 2016-2020 dari triwulan I sampai dengan IV, secara umum
menunjukkan pola adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur menurut
pengeluaran di triwulan II terhadap triwulan I. Menariknya, pola tersebut tidak
terjadi pada triwulan II 2017 dan triwulan II 2020. Pada triwulan I 2017,
pengeluaran pemerintah saat itu mengalami kontraksi karena pencairan gaji ke-13
bergeser di triwulan III. Sedangkan pada triwulan II 2020, hampir semua
aktivitas konsumsi terhambat akibat mulai merebaknya virus Covid-19 sehingga
membuat
turbulensi ekonomi dari sisi pengeluaran terkontraksi cukup dalam mencapai -
5,98 persen dibanding triwulan II 2019. Untuk pola laju pertumbungan PDRB
menurut pengeluaran selain itu bisa dikatakan berjalan normal karena pengaruh
konsumsi rumah tangga, lembaga non profit yang melayani rumah tangga dan
pemerintah pada momen-momen tertentu seperti hari raya keagaaman, bulan
Ramadhan, lebaran, liburan anak sekolah yang jatuh pada bulan Juni-Juli,
pengeluaran pemerintah pada waktu pembayaran gaji ke-13 dan tunjangan hari
raya atau gaji ke14.

Selama kurun waktu 2016-2020 pertumbuhan ekonomi secara y-on-y mengalami


pergerakan yang fluktuatif. Indikator ini menunjukkan adanya perubahan
kuantum dari sisi konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal serta ekspor dan impor. Pergerakan ini biasanya
dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang bersifat umum maupun bersifat
khusus atau momen-momen yang terjadi, sehingga berdampak pada masing
masing
komponen ekonomi. Sebagai contoh, pada tahun 2019 ada pemilihan presiden
dan wakil presiden serta anggota DPR/DPRD pada tanggal 17 April 2019
sehingga mempengaruhi pengeluaran pada organisasi politik peserta pemilu,
termasuk pada momentum Pemilihan Kepala Daerah di sejumlah wilayah di Jawa
Timur akhir 2020. Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan
mempengaruhi kenaikan harga barang-barang sehingga berakibat komponen
pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga dan lembaga non profit yang melayani
rumah tangga berkurang. Bencana alam yang terjadi akan meningkatkan
komponen pengeluaran pemerintah dengan meningkatnya biaya sosial. Demikian
juga bila terjadi kebijakan ekpor impor luar negeri secara tidak langsung akan
berdampak pada penerimaan ekspor impor luar negeri. Dimana adanya
pembatasan impor barang khususnya barang yang berdampak pada menurunnya
nilai impor luar negeri.

Pertumbuhan ekonomi secara kumulatif (c-to-c) hampir sama dengan


pertumbuhan secara y-on-y, yaitu membandingkan dua angka dalam periode
bulan yang sama di masa yang berbeda. Perekonomian secara c-to-c ini juga
mengalami pergerakan yang fluktuatif. Pertumbuhan secara kumulatif ini
dipengaruhi faktor-faktor eksternal dan internal. Faktor ekternal diantaranya
belum membaiknya perekonomian global, kenaikan harga minyak dunia dan
masih terjadinya perang dagang antara Amerika-Tiongkok yang berpotensi terus
memberi tekanan pada pertumbuhan ekonomi. Dari sisi internal, potensi risiko
terutama berasal dari pengetatan kebijakan moneter, kenaikan upah minimum,
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), naik turunnya konsumsi
masyarakat selama masa-masa tertentu seperti masa liburan sekolah, tahun ajaran
baru, puasa dan perayaan hari raya. disamping itu juga dipengaruhi oleh konsumsi
pemerintah dan lembaga-lembaga nirlaba.

Pertumbuhan PDRB secara (q-to-q) menjelaskan perbandingan ukuran dua waktu


yang sama dalam periode berbeda dalam basis satu kuartal. Satu kuartal adalah
periode 3 bulanan. Siklus pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran berbeda di
tiap kuartalnya, katakanlah siklus di kuartal III lebih tinggi dari kuartal IV.
Dikarenakan triwulan III lima tahun terakhir sangat dipengaruhi konsumsi pada
bulan Ramadhan, lebaran, dan hari raya haji.

Pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran (q-to-q) mengalami kontraksi pada


triwulan IV, selama periode 2016-2019, yaitu masing-masing sebesar; 2,25 persen
(2016); 2,14 persen (2017); 2,01 persen (2018); dan 1,93 persen (2019). Khusus
selama tahun 2020, terjadi tiga kali kontraksi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
menurut qto-q. Pada triwulan I, kontraksi sebesar 2,10 dipengaruhi oleh faktor
musiman, sedangkan pada triwulan II, kontraksi laju pertumbuhan justru semakin
dalam mencapai 5,35 persen akibat mulai berdampaknya pandemic Covid-19 pada
seluruh aspek ekonomi dan sosial.

Namun, kondisi tersebut perlahan membaik dengan adanya peningkatan laju


pertumbuhan ekonomi pada triwulan III, di mana pemerintah telah melonggarkan
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun, karena dampak
pandemic Covid-19 yang rupanya mencapai puncak pada akhir tahun 2020,
pemerintah kemudian memberlakukan kebijakan baru, yaitu Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Mikro (PPKM). Oleh karena itu, pada triwulan IV 2020,
laju pertumbuhan kembali mengalami kontrak sebesar 0,94 persen.
BAB 3
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat setelah melakukan analisis data ini adalah:


1. Provinsi Jawa Timur dari tahun 2019 sampai sekarang menunjukkan
pergerakan perekonomian yang berkelanjutan kearah lebih baik.
Pembangunan yang terus menerus diberbagai sektor menjadi salah satu
pendorong pertambahan nilai tambah yang demikian pesat dari tahun ke
tahun. Perubahan dan perkembangan volume PDRB Jawa Timur
kemungkinan besar akan terus terjadi karena tergantung pada sejauh mana
intensitas kinerja perekonomian wilayah tersebut.
2. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur cukup stabil pada tahun
tahun 2016-2019 yaitu sekitar 5 persen. Akan tetapi pada tahun 2020 awal
megalami penurunan drastis sekitar -2,29 persen. Dan pada tahun 2021
mengalami pertumbuhan yang melonjak sebesar 7,5 persen.

3.2 Saran

Semoga kedepan diharapkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjaga


keselamatan dan kesehatan masyarakat di Jawa Timur sebagai fokus utama dan
menjaga laju pertumbuhan ekonomi adalah tugas besar yang dipikul oleh
pemerintah terkait dengan pandemi Covid- 19 ini. Pemerintah dan masyarakat
harus memformulasikan kebijkaan yang ideal agar ekonomi mereka dapat kembali
pulih.
DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Jawa Timur. https://jatim.bps.go.id/ .

Nuraini, I. (2017). Kualitas pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Timur.


Jurnal Ekonomi Pembangunan , 15 , 79-93.
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulan 2016 – 2020
LAMPIRAN

TABEL RINCIAN PDRB PROVINSI JAWA TIMUR


Tahun Persentase Persentase Pendapatan Pendapatan
Pertumbuhan Pertumbuhan Triwulanan Pertahun
Triwulanan PDRB Dalam Dalam
Pertahun Bentuk Bentuk
Rupiah Rupiah
2016 5,34% 444,31 triliun
2016 5,62% 5,55% 460,28 triliun 1.855,04
2016 5,61% 480,04 triliun triliun

2017 5,37% 480,36 triliun


2017 5,03% 5,45% 496,94 triliun 2.019,2 triliun
2017 5,16% 520,6 triliun
2018 5,50% 523,82 triliun 2.189,78
2018 5,57% 5,50% 544,44 triliun triliun
2018 5,40% 569,39 triliun
2019 5,51% 561,55 triliun, 2.352,43
2019 5,72% 5,52% 585,29 triliun triliun
2019 5,32% 607,05 triliun
2020 3,04% 585,55 triliun 2.299,46
2020 5,90% 2,39% 551,31 triliun triliun
2020 3,75% 587,54 triliun

Anda mungkin juga menyukai