Anda di halaman 1dari 10

RESUME

PDRB

Mohammad Kamal Reza,S.E.,M.E

kelompok :

1. Firmansyah (4202114079)
2. Irvan rayhan(4202114077)
3. Cassandra Effrida Susilo (4202114068)
4. Lorensia Febriana Eva (4202114036)

POLITEKNIK NEGERI
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
D4 PONTIANAK
2021
1. Pengertian PDRB
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu daerah dalam
suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik RegionalBruto (PDRB), baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas
dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun
tertentu sebagai dasar. Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010. PDRB
atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi,
sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhanekonomi dari tahun ke
tahun.
Untuk menghitung angka-angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, dan
dijelaskan berikut ini:

1. Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerahdalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun).
2. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun).
3. Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri
dari: (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi
pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori, dan (5)
ekspor neto, (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).
2. Kegunaan Data PDRB
Data PDRB adalah salah satu indikator ekonomi makro yang dapat menunjukkan kondisi
perekonomian daerah setiaptahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari
data ini antara lain:
1. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya;
2. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap lapangan usaha dari tahun ke
tahun.
3. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan
struktur perekonomian atau peranan setiap lapangan usaha dalam suatu daerah.
Lapangan usaha yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu
daerah.
4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per
satu orang penduduk.
5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan
nyata ekonomi per kapita penduduk suatu daerah.

3. Perubahan Tahun Dasar PDRB


Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan perubahan tahun dasar dalam penyusunan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2000 menjadi tahun 2010. Perubahan
tahun dasar dilakukan karena selama sepuluh tahun terakhir telah terjadi banyak perubahan
baik pada tatanan global maupun lokal yang berpengaruh pada perekonomian nasional. PDRB
tahun dasar 2010 berpedoman pada Sistem Neraca Nasional (SNN) 2008. SNN 2008 adalah
rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas ekonomi yang sesuai
dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi. Perubahan juga
dilakukan pada pembaharuan konsep definisi, klasifikasi, cakupan dan metodologi.

Metode penghitungan
Selama ini, penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Susenas. Penghitungan PKRT
didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk menghasilkan
perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya, masih diperlukan adanya
beberapa penyesuaian (adjustment). Penyesuaian dilakukan dengan menggunakan data
pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa
komoditi tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih
mencerminkan PKRT yang sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah
mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai
untuk beberapa komoditas. Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok
komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu.
Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku
(ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate
PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb:
1. Estimasi PKRT hasil Susenas:
a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah
penduduk pertengahan tahun
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah
penduduk pertengahan tahun
2. Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau
indikator suplai komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu;
3. Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP,
4. Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat) dan 7 kelompok
COICOP;
6. PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil poin
ke 5.

Kategori O :
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi terbesar dalam PDRB menurut pengeluaran.
Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana sebagian besar produk domestik dan produk impor
digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangg Data di bawah, menunjukkan bahwa
dalam kurun waktu 2016-2020 konsumsi akhir rumah tangga mengalami peningkatan
signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan
kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk
mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan
mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Porsi pengeluaran konsumsi
rumah tangga terhadap PDRB mengalami penurunan dalam periode 5 tahun terakhir (Tabel 6).
Titik tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu 55,10 persen dan titik terendah terjadi pada tahun
2020 yaitu 51,67 persen.
Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta
Mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masa-
masa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar
domestik (termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja
untuk konsumsi,termasuk konsumsi rumah tangga.Secara umum, rata-rata konsumsi per
rumah tangga terus meningkat dari tahun 2016-2019, baik menurut adh Berlaku maupun adh
Konstan 2010, namun beda halnya pada tahun 2020 terjadi penurunan rata-rata konsumsi per
rumah tangga. Pada tahun 2016, secara umum setiap rumah tangga di Kalbar menghabiskan
dana sekitar 78.611,52 ribu rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk
makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan, dsb). Pengeluaran ini
terus meningkat menjadi 93.958,44 ribu rupiah pada tahun 2019, kemudian tahun 2020
mengalami penurunan menjadi sebesar 93.160,94 ribu rupiah. Hal ini disebabkan masyarakat
yang menekan konsumsi pengeluaran disaat pandemi/
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kalbar 2016-2020
Provinsi Kalimantan Barat terbagi atas 12 kabupaten dan 2 kota. Kabupaten/kota memiliki
peranan terbesar terhadap perekonomian provinsi ini, yaitu: Kota Pontianak dan Kabupaten
Kubu Raya. Kota Pontianak berkontribusi sebesar 18,63 persen pada tahun 2016 dan menjadi
17,57 persen pada tahun 2020. Kabupaten Kubu Raya berkontribusi sebesar 12,92 persen
pada tahun 2016 dan menjadi 13,49 persen pada tahun 2020. Sementara itu, kabupaten
dengan kontribusi terkecil adalah Kabupaten Kayong Utara yang menyumbang 1,93 persen
pada tahun 2016 dan 1,96 persen pada tahun 2020. PDRB per kapita Provinsi Kalimantan
Barat pada tahun 2016 sebesar 33,19 juta rupiah per penduduk, kemudian meningkat menjadi
41,68 juta rupiah per penduduk pada tahun 2020. Kabupaten/kota dengan PDRB per kapita
tertinggi adalah Kota Pontianak sebesar 49,35 juta rupiah per penduduk pada tahun 2016 dan
meningkat menjadi 57,46 juta rupiah per penduduk pada tahun 2020.

Posisi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Menurut PDRB per Kapita dan Laju
Pertumbuhan, 2016 dan 2020

Kabupaten Katapang, Kubu Raya, dan Kabupaten Sanggau masuk dalam kelompok
daerah maju dan cepat tumbuh (kuadran I) pada tahun 2016 di mana pertumbuhan ekonomi
dan PDRB per kapitanya lebih tinggi daripada provinsi. Kota Singkawang dan Kota
Pontianak termasuk ke dalam kelompok relatif maju (kuadran II). Pada tahun 2020,
Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Katapang tetap dalam kelompok daerah maju dan cepat
tumbuh (kuadran I), sedangkan Kabupaten Kubu Raya termasuk ke dalam daerah relatif maju
(kuadran II). Hal ini disebabkan karena pengaruh dari adanya pandemi Covid-19 yang
menyebabkan menurunnya kinerja dan perekonomian secara signifikan.
Masalah yang di hadapi PDRB

Dari table di atas masalah yang di hadapi PDRB yaitu:

1. Pandemi covid 19

Kebijakan yang di ambil pemerintah tentang pandemi covid 19

1. program exit strategy

Exit strategy adalah rencana kontingensi yang dijalankan oleh investor,


pedagang, pemodal ventura, atau pemilik bisnis untuk melikuidasi posisi dalam
aset keuangan atau membuang aset bisnis berwujud setelah kriteria tertentu yang
telah ditentukan untuk terpenuhi atau terlampaui.

2. program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Program Pemulihan Ekonomi Nasional merupakan salah satu rangkaian kegiatan


untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap perekonomian.Selain penanganan
krisis kesehatan, Pemerintah juga menjalankan program PEN sebagai respon atas
penurunan aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekonomi, khususnya
sector informal atau UMKM. Program ini bertujuan melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha
dalam menjalankan usahanya selama pandemi Covid-19. Untuk UMKM,
program PEN diharapkan dapat 'memperpanjang nafas' UMKM dan
meningkatkan kinerja UMKM yang berkontribusi pada perekonomian Indonesia

3. reset dan transformasi ekonomi.

Transformasi ekonomi merupakan prasyarat dari peningkatan dan


kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus
pendukung bagi keberlanjutan pembangunan

Solusi dalam mengatasi masalah yang di hadapi PDRB

1. Dukungan Terhadap Bidang Kesehatan

Terkait dukungan terhadap bidang kesehatan, anggaran Rp75 triliun itu akan
digunakan untuk perlindungan kepada tenaga kesehatan, seperti pengadaan alat
pelindung diri (APD). Anggaran juga akan digunakan untuk pembelian alat-alat
kesehatan yang dibutuhkan seperti alat uji coba, reagen, ventilator, hand sanitizer,
dan lainnya.

2. Insentif Bulanan Tenaga Medis

Selain memberikan santunan kematian kepada perangkat medis, pemerintah juga


akan memberikan insentif lainnya. "Insentif dokter spesialis Rp15 juta/bulan,
dokter umum Rp10 juta/bulan, perawat Rp7,5 juta/bulan, dan tenaga kesehatan
lainnya Rp5 juta/bulan.

3. Perlindungan Sosial

Prioritas kedua, adalah anggaran untuk perlindungan sosial. “Anggaran


perlindungan sosial akan diprioritaskan untuk keluarga penerima manfaat PKH
[Program Keluarga Harapan] yang naik dari 9,2 juta keluarga menjadi 10 juta
keluarga penerima manfaat,” katanya melalui video conference dari Istana Bogor,
Jawa Barat, Selasa (31/3/2020).

Selain itu negara juga akan menaikan penerima kartu sembako dari sebelumnya
15,2 juta penerima menjadi 20 juta penerima. Bantuan kepada penerima kartu pun
naik sekitar 33 persen, dari Rp150.000 menjadi Rp200.000.

4. Tarif Listrik

Pemerintah juga akan membebaskan biaya untuk pelanggan listrik 400 VA


selama 3 bulan ke depan. “Perlu saya sampaikan untuk pelanggan listrik 450 VA,
yang jumlahnya sekitar 24 juta pelanggan akan digratiskan selama 3 bulan ke
depan, yaitu April, Mei, dan Juni 2020,” katanya.

5. Naikkan Anggaran Kartu Prakerja

Pemerintah akhirnya menaikkan anggaran Kartu Prakerja dari semula Rp10


triliun menjadi Rp20 triliun. Sementara itu, jumlah penerima manfaat ditetapkan
sebesar 5,6 juta orang dan diutamakan pekerja informal serta pelaku usaha mikro
dan kecil.

"Nilai manfaatnya sebesar Rp650.000 sampai Rp 1 juta per bulan selama 4 bulan
ke depan," kata Jokowi. Insentif ini berupa biaya pelatihan sebesar Rp1 juta dan
insentif pascapelatihan sebesar Rp600.000.

6. Pemulihan Ekonomi
Prioritas ketiga Presiden adalah untuk memulihkan ekonomi usai pandemi Covid-
19 di Indonesia mereda.Pemerintah akan menanggung PPh 21 atau pajak
penghasilan pekerja pada sektor industri pengolahan dengan penghasilan
maksimal Rp200 juta dalam satu tahun.

7. Antisipasi Defisit APBN

Jokowi menjelaskan bahwa perppu ini diterbitkan untuk antisipasi defisit APBN
yang diperkirakan mencapai 5,07 persen. Oleh karena itu pemerintah
membutuhkan relaksasi kebijakan defisit APBN di atas 3 persen.

Namun relaksasi defisit hanya untuk 3 tahun, yakni 2020 hingga 2020. Setelahnya
atau pada 2023 kembali disiplin fiskal maksmial 3 persen.

8. Nasabah KUR dapar Keringanan Angsuran

Salah satu prioritas penyiapan anggaran untuk dunia usaha dalam rangka
pemulihan ekonomi, selain pengurangan pajak penghasilan (PPh) dan pajak
pertambahan nilai (PPN) sektor tertentu, pemerintah juga berupaya melindungi
para pengusaha kecil.

9. Bidang non-Fiskal

Presiden Jokowi juga menyampaikan stimulus dalam bentuk non-fiskal. Hal ini
guna menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan, termasuk bahan baku
industri.

10. Refokusing dan Relokasi Belanja

Pemerintah tetap melakukan upaya menjaga pengelolaan fiskal yang hati-hati


melalui refokusing dan realokasi belanja untuk penanganan Covid-19, melakukan
penghematan belanja (belanja K/L maupun TKDD) yang tidak prioritas sesuai
perubahan kondisi tahun 2020 - sehingga dilakukan penghematan Rp190 triliun
dan termasuk realokasi cadangan sebesar Rp54,6 triliun.
DAFTAR PUSTAKA

Laju pertumbuhan ekonomi,https://www.beritadaerah.co.id/2021/10/22/laju-pertumbuhan-


ekonomi-kalbar-kalteng-dan-kalsel-2016-2020/
©Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat, 2021, produk domestic regional bruto,
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat

Anda mungkin juga menyukai