Anda di halaman 1dari 12

Tujuan

1. Untuk mengetahui analisis aspek sosial kependudukan dalam RTRW


2. Untuk mengetahui analisis aspek ekonomi wilayah dalam RTRW
3. Untuk mengetahui analisis aspek sarana dan prasarana dalam RTRW

Analisis ekonomi wilayah

Analisis ekonomi wilayah dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang berkelanjutan melalui
keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang lebih luas. Dalam pengertian
tersebut, analisis ekonomi diarahkawn untuk menciptakan ketelkaitan ekooomi antar kawasan di
dalam wilayah kabupaten dan keterkaitan ekooomi antar wilayah kabupaten. Dari analisis ini,
diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik perekonomian wilayah dan ciri-ciri
ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi wilayah basis ekonomi kabupaten, sektor-sektor
unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah
kabupaten.

- Pengertian ekonomi wilayah

Secara sederhana Ilmu Ekonomi Wilayah merupakan cabang ilmu ekonomi yang analisisnya
menekankan aspek ruang ke dalam analisis ekonomi. Ilmu Ekonomi Wilayah merupakan gabungan
antara ilmu ekonomi tradisional dengan teori lokasi. Secara lebih luas, ilmu ekonomi wilayah adalah
sebagai disiplin ilmu terpisah yang menggabungkan antara ilmu geografi, ilmu ekonomi, ilmu
lingkungan, sosial, dan lain sebagainya yang juga bisa disebut sebagai Ilmu Wilayah dengan
pendirinya yaitu Walter Isard. Dari sudut pandang Ilmu Ekonomi, ekonomi wilayah adalah suatu ilmu
yang membahas semua persoalan yang dihadapi oleh suatu wilayah.

Kebutuhan Data pada Ekonomi Wilayah

Data perekonomian yang dibutuhkan untuk analisis ekonomi wilayah adalah sebagai berikut:

1. Produk Domestik Regional Bruto;

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah data dan informasi dasar tentang kegiatan
ekonomi pada suatu daerah dan merupakan nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB):

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Perkembangan PDRB
ADHB dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya
perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam
tingkat harganya dan menunjukkan pendapatan yang dapat dinikmati oleh penduduk suatu
daerah serta menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada setiap tahun. PDRB ADHB ini digunakan untuk melihat struktur ekonomi pada suatu tahun.
Oleh karenanya untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan
produktivitas secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara
menghitung PDRB ADHK.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK):

PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung dengan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar.
Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna dalam perencanaan ekonomi, proyeksi, dan
untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. PDRB menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja
dan barang modal yang dipakai dalam proses produksi dapat memberikan gambaran tentang
tingkat produktivitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha tersebut.

2. Pendapatan per kapita;

Pendapatan per kapita adalah ukuran jumlah uang yang diperoleh per orang di suatu negara
atau wilayah geografis. Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk menentukan pendapatan
rata-rata per orang untuk suatu daerah dan untuk mengevaluasi standar hidup dan kualitas
hidup penduduk. Pendapatan per kapita untuk suatu negara dihitung dengan membagi
pendapatan nasional negara tersebut dengan penduduknya. Penghitungan pendapatan per
kapita mencakup pria, wanita, dan anak, bahkan bayi yang baru lahir, sebagai anggota populasi.

Fungsi penghitungan pendapatan per kapita adalah untuk mengetahui apakah suatu wilayah
bisa disebut sejahtera atau tidak. Pengukuran pendapatan per kapita juga berguna dalam
menilai keterjangkauan suatu daerah, yang dapat digunakan bersamaan dengan data harga real
estate. Pendapatan per kapita dapat membantu menentukan apakah terjangkau tidaknya harga
perumahan. Daerah yang terkenal mahal, misalnya seperti di kota-kota besar, mempertahankan
rasio harga rumah rata-rata yang sangat tinggi terhadap pendapatan per kapita.

Sektor bisnis juga dapat menggunakan pendapatan per kapita ketika mereka akan membuka
toko di suatu kota atau wilayah. Jika populasi kota memiliki pendapatan per kapita yang tinggi,
perusahaan mungkin memiliki peluang yang lebih baik untuk menghasilkan pendapatan dari
penjualan barang-barang mereka karena orang akan memiliki lebih banyak uang untuk
berbelanja dibandingkan kota dengan pendapatan per kapita yang rendah.

3. APBD;

Undang-undang No 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, Pasal 1 ayat 8 menyebutkan


bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu daftar yang sistematis tentang
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang memuat anggaran pendapatan dan
pengeluran daerah dan telah disetujui oleh DPRD untuk masa waktu satu tahun.

Komponen penyusun anggaran APBD yaitu penerimaan dan pengeluaran. Pemasukan APBD
berasal dari pendapatan asli daerah (PAD), dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus
(DAK), dan bagi hasil. Di hampir seluruh pemerintah daerah di Indonesia, penerimaan dana APBD
sangat bergantung kepada alokasi DAU dan DAK. Kedua dana tersebut sepenuhnya disalurkan
dari pemerintah pusat lewat Kementerian Keuangan. DAU adalah dana yang berasal dari APBN,
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaa desentralisasi. Sementara DAK adalah
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu.
Sedangkan untuk pengeluaran APBD biasanya didominasi oleh biaya belanja pegawai, belanja
atau pengadaan barang, dan pembangunan infrastruktur. Jika penerimaan dana APBD masih
lebih besar dari pengeluaran, maka disebut APBD surplus.

Dikutip dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, surplus APBD
adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja daerah pada tahun anggaran yang
sama. Apabila pengertian APBD mengalami surplus, tidak selalu berarti daerah tersebut memiliki
kelebihan kas, namun hal tersebut terjadi karena anggaran pendapatan daerah lebih besar dari
anggaran belanja daerah. Surplus anggaran APBD adalah pendapatan tersebut dapat
dianggarkan oleh daerah untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah,
pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/daerah lain, dan pembentukan dana cadangan,
misalnya untuk dana Pilkada maupun untuk pembangunan infrastruktur.

4. Jumlah dan besar investasi pemerintah dan swasta;

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran yang nyata dari dampak suatu kebijakan
pembangunan ekonomi. Pertumbuhan tersebut dimaksudkan sebagai laju pertumbuhan yang
terbentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan
tingkat perubahan ekonomi. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional,
dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.

Selain variabel Investasi Pemeritah, variabel lain yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi adalah akumulasi modal swasta yang secara akumulatif memiliki nilai investasi dan
output/produksi yang lebih besar dan selanjutnya dapat mendorong meningkatnya pendapatan
masayarakat. Investasi swasta secara parsial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kenaikan investasi akan memicu kenaikan
pertumbuhan ekonomi karena kenaikan investasi mengindikasikan telah terjadinya kenaikan
penanaman modal atau pembentukan modal. Kenaikan penanaman modal atau pembentukan
modal berakibat terhadap peningkatan produksi barang dan jasa di dalam perekonomian.
Peningkatan produksi barang dan jasa ini menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan
ekonomi.

5. Jumlah pengangguran dan tenaga kerja di sektor formal dan informal;

Tenaga kerja merupakan suatu faktor yang mempengaruhi output suatu daerah. Angkatan kerja
yang besar akan terbentuk dari jumlah penduduk yang besar. Namun pertumbuhan penduduk
dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang buruk terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut
Todaro (2000) pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong timbulnya masalah
keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi semakin jauh. Terdapat asumsi
bahwa semakin banyak tenaga kerja semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi suatu negara,
karena tenaga kerja yang tinggi mengindikasikan aktivitas perekonomian suatu negara juga
tinggi dan output yang dihasilkan oleh suatu negara tersebut juga tinggi.

6. Jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara.

Sektor pariwisata memiliki peranan penting sebagai salah satu sumber bagi penerimaan devisa,
serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah, khususnya dalam mengurangi jumlah
pengangguran dan meningkatkan produktivitas suatu negara. Perkembangan pariwisata juga
mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan
permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan
produksi barang dan jasa. Pariwisata dapat meningkatkan pendapatan devisa, menciptakan
lapangan kerja, merangsang pertumbuhan industri pariwisata, oleh karena itu dapat memicu
pertumbuhan ekonomi, terlebih dapat mendorong di berbagai negara untuk mengembangkan
sektor pariwisata. Pariwisata berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai
jalur termasuk pendapatan mata uang asing dan menarik investasi internasional. Pariwisata juga
memiliki peran yang penting dalam meningkatkan devisa negara dengan mengupayakan
peningkatan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara.

Karakteristik analisis ekonomi wilayah, sekurang-kurangnya meliputi:

- Basis ekonomi wilayah;

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan
oleh besarnya penigkatan ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Teori basis ini
digolongkan kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis yaitu
sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar di daerah tersebut maupun luar daerah.
Secara tidak langsung daerah mempunyai kemampuan untuk mengekspor barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah lain. Sektor non basis adalah sektor yang
menyediahkan barang dan jasa untuk masyarakat di dalam batas wilayah perekonomian
tersebut. Berdasarkan teori ini, sektor basis perlu dikembangkan dalam rangka memacu
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Inti dari teori ini adalah bahwa arah dan pertumbuhan
suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut.

- Prospek pertumbuhan ekonomi wilayah di masa yang akan datang; dan

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolok ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan
adanya pembangunan dalam suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara
tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi dalam daerah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan
pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu
daerah adalah data mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang
berlaku ataupun atas dasar harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan karena menjadi indikator
keberhasilan kinerja pemerintah dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik dan sejahtera
bagi rakyatnya. Oleh sebab itu, setiap negara senantiasa berusaha untuk menggenjot
pertumbuhan ekonominya agar mencapai optimal bahkan maksimal. Berhasil tidaknya
pencapaian pertumbuhan ekonomi suatu negara dicirikan dengan hal-hal berikut:

1. Produktivitas meningkat
2. Laju pertumbuhan penduduk dan produk per kapita tinggi
3. Laju perubahan struktural tinggi
4. Adanya gelombang urbanisasi, yakni perpindahan penduduk dari desa ke kota
5. Ekspansi negara maju

Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara mengindikasikan tingkat kesejahteraan


rakyat yang tinggi pula. Faktor yang bisa dijadikan indikator pertumbuhan ekonomi diantaranya
Produk Domestik Bruto (PDB), pendapatan per kapita, kesejahteraan penduduk, serta tingkat
penyerapan tenaga kerja dan pengangguran.
Investasi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan salah satu
indikator yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Investasi akan berdampak positif pada
proses produksi dalam bisnis yang semakin giat, dan akan berimbas pada meningkatnya
konsumsi rumah tangga. Investasi berperan dalam pemulihan ekonomi dan memiliki korelasi
positif terhadap pembangunan infrastruktur negara. Pendapatan nasional atau PDB yang
meningkat akan mendukung upaya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.

Investasi juga dapat membantu menumbuhkan iklim bisnis. Semakin banyak penanaman modal
yang dilakukan, maka semakin banyak pula bisnis baru yang bermunculan. Hal ini akan
berdampak kepada ketersediaannya lapangan pekerjaan serta penyerapan tenaga kerja yang
akan mendukung pertumbuhan daya beli, sehingga dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.

- Sarana dan prasarana penunjang pertumbuhan ekonomi.

Sarana dan prasarana penunjang pertumbuhan ekonomi adalah sarana penunjang yang
memungkinkan penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi yang berupa
bangunan atau pelataran usaha untuk pelayanan perbelanjaan dan niaga serta tempat kerja.
Sarana ini sangat berpengaruh dalam pembangunan sarana dan prasarana wilayah dan kota
yang berkelanjutan di masa yang akan datang. Sarana penunjang pertumbuhan ekonomi antara
lain pasar, warung, pertokoan, pusat perbelanjaan, prasarana transportasi, elektrifikasi,
telekomuniksai, dan air bersih.

Beberapa metode analisis untuk ekonomi wilayah

- PDRB

Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari
seluruh sektor perekonomian di daerah tersebut. Menghitung PDRB bertujuan untuk membantu
membuat kebijakan daerah atau perencanaan, evaluasi hasil pembangunan, memberikan
informasi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian daerah. Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di
suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

PDRB meliputi komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai
tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh
sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.

Rumus PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Jenis Pengeluaran

PDRB = Pengeluaran Konsumsi (Rumah Tangga, LNPRT, Pemerintah) +


Pembentukan Modal Tetap Bruto + Perubahan Inventori - Net Ekspor
Barang dan Jasa
- Location Quotient (LQ)

Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan
sektor basis atau leading sektor. LQ adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan
relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap
sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Dengan
kata lain, LQ dapat menghitung perbandingan antara output sektor i di kota dan output sektor i
di provinsi. Sektor basis atau sektor unggulan disini berarti sektor bisnis yang tidak akan habis
apabila dieksploitasi oleh pemerintah wilayah.

Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis
sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu pertumbuhan
ekonomi. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui
pendekatan perbandingan. Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi
perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur
konsentrasi relative kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor
unggulan sebagai leading sektor suatu kegiatan ekonomi industri. Dasar pembahasannya sering
difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.

Teknik LQ belum bisa memberikan kesimpulan akhir dari sektor-sektor yang teridentifikasi
sebagai sektor strategis. Namun untuk tahap pertama sudah cukup memberi gambaran akan
kemampuan suatu wilayah dalam sektor yang teridentifikasi. Rumus matematika yang digunakan
untuk membandingkan kemampuan sektor-sektor dari wilayah tersebut adalah

1. Pendekatan Tenaga Kerja

2. Pendekatan Nilai Tambah / Pendapatan

Keterangan:

Li = jumlah tenaga kerja sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Lt = total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Ni = jumlah tenaga kerjan sektor i pada tingkat wilayah yang lebih diatas

Nt = total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih diatas

Vi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Vt = total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Yi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas

Yt = Total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih atas

Jika hasil perhitungan di atas menghasilkan:


 LQ > 1 artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.
Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi
kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
 LQ = 1 komoditas itu tergolong non-basis, tida memiliki keunggulan komparatif.
Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak
mampu untuk diekspor.
 LQ < 1 komoditas ini juga termasuk non-basis. Produksi komoditas di suatu wilayah
tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari
luar.

Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan, demikian halnya dengan
metode LQ. Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas unggulan antara lain:

1. LQ merupakan suatu alat analisis yang digunakan dengan mudah dan sederhana, serta
cepat penggunaannya.
2. LQ dapat digunakan sebagai analisis awal untuk suatu wilayah, kemudian dapat
dilanjutkan dengan alat analisis lainnya.
3. Perubahan tingkat spesialisasi dari setiap sektor dapat pula diketahui dengan
membandingkan LQ dari tahun ke tahun.
4. Penerapannya tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian
analisis cukup dengan spread sheet dari Excel atau program Lotus jika datanya tidak
terlalu banyak.

Dari segi keterbatasannya, metode LQ terbatas dalam:

1. Karena kesederhanaan pendekatan LQ ini, maka yang dituntut adalah akurasi data.
Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnya jika data yang digunakan
tidak valid.
2. Pengumpulan data yang sangat valid sangat sulit dilakukan di lapangan sehingga
mempersulit pengumpulan data.
3. Deliniasi wilayah kajian. Untuk menetapkan batasan wilayah yang dikaji dan ruang
lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang
aneh, tidak sama dengan apa yang kita duga.
4. Perlu diketahui bahwa nilai LQ dipengaruhi oleh berbagai faktor. Nilai hasil
perhitungannya bias, karena tingkat disagregasi peubah spesialisasi, pemilihan peubah
acuan, pemilihan entity yang diperbandingkan, pemilihan tahun dan kualitas data.

Komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 merupakan standar normatif untuk ditetapkan
sebagai komoditas unggulan. Namun jika banyak komoditas di suatu wilayah yang
menghasilkan LQ > 1, sedangkan yang dicari hanya satu, maka yang harus dipilih adalah
komoditas yang memiliki LQ paling tinggi. Karena nilai LQ yang semakin tinggi di suatu
wilayah menunjukkan semakin tinggi pula potensi keunggulan komoditas tersebut. Dengan
demikian, metode analisis LQ dapat digunakan secara mudah dan efisien jika ingin
menghitung sektor unggulan suatu tempat. Kekurangan-kekurangan yang ditemui di
lapangan dapat dikurangi dengan teliti dan rajin dalam mengumpulkan data. Hasil yang
didapatkan adalah akurasi dan sektor unggulan yang dapat diberdayakan dan dikembangkan
oleh seluruh masyarakat yang ada di suatu wilayah.
Berdasarkan data PDRB, kontribusi sektoral maupun laju pertumbuhan ekonomi dapat
dilakukan perhitungan menggunakan metode Location Quotient (LQ) untuk mencari
keunggulan komparatif dengan cara mengidentifikasi sektor basis dan non basis. Data yang
dipergunakan adalah data atas dasar harga konstan dengan tujuan untuk melihat
perkembangan perekonomian secara riil yang pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh
adanya perubahan harga atau inflasi/deflasi. Sektor-sektor yang termasuk dalam sektor basis
menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif. Dengan bertambah
banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah maka arus pendapatan yang masuk ke
wilayah tersebut (monetary inflow) akan bertambah karena adanya kegiatan ekspor.
Sebaliknya, kegiatan non basis menyebabkan keluarnya pendapatan dari wilayah tersebut ke
wilayah lain (monetary outflow) yang disebabkan wilayah bersangkutan mengimpor
kekurangan akan permintaan di sektor tersebut untuk memenuhi kebutuhan di dalam
wilayah.

- Capital-Output Ratio (COR) dan Incremental Capital-Output Ratio (ICOR)

COR dan ICOR adalah salah satu metode untuk menghitung atau mengukur efek
penambahan investasi modal/capital terhadap penambahan output yang dihasilkan. Konsep
penghitungan COR dan ICOR sangat bermanfaat untuk mengukur bagaimana target investasi
yang diharapkan dalam mendorong target pertumbuhan ekonomi.

COR adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara persediaan modal yang ada dengan
output yang dihasilkan, yang sering dikenal dengan Average Capital Output Ratio (ACOR).
Nilai COR diperoleh dengan cara membandingkan antara akumulasi modal yang digunakan
dengan jumlah output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu.

Sedangkan Rasio Modal-Output Marginal atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR)
adalah rasio yang menunjukkan besarnya tambahan kapasitas (investasi) baru yang
dibutuhkan untuk menaikkan atau menambah satu unit output. Perbedaan antara COR dan
ICOR adalah COR bersifat statis, sedangkan ICOR bersifat dinamis karena menunjukkan
tambahan atau kenaikan. Maka dari itu, konsep yang sering digunakan untuk melihat
perilaku investasi (efisiensi) dan kebutuhan investasi yang akan datang adalah konsep ICOR.
ICOR mengacu pada teori Harrod-Domard yaitu menunjukkan hubungan antara peningkatan
stok kapasitas produksi dan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output.

Secara sederhana ICOR dapat diartikan sebagai ukuran yang menyatakan besarnya
tambahan modal yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit pengeluaran. Hubungan
kedua variabel ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

ICOR = ∆K / ∆Y

Keterangan:

ICOR = Nilai dari Incremental Capital Output Ratio

∆K = Penambahan Modal

∆Y = Penambahan Pengeluaran
ICOR merupakan rasio antara penambahan modal dengan penambahan pengeluaran. Rasio
ini menunjukkan efesiensi penggunaan modal yang ditambahkan terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Untuk dapat menghitung berapa investasi yang harus dikeluarkan
agar dicapai penambahan PDB tertentu, maka penambahan modal dinyatakan sebagai
investasi dan penambahan pengeluaran dinyatakan sebagai penambahan PDB. Dalam hal ini
penambahan persediaan modal ∆K = investasi (I). Sedangkan penambahan pengeluaran ∆Y
sama dengan penambahan pengeluaran agregat atau penambahan PDB.

∆K = I = Investasi

∆Y = Penambahan PDB yang diharapkan

ICOR = I / ∆Y

Persamaan tersebut menyatakan berapa unit investasi yang diperlukan untuk menambah
satu unit PDB.

Contoh Perhitungan Incremental Capital Output Ratio

Misal nilai ICOR = 3, maka jumlah investasi (I) yang diperlukan adalah 3 kali penambahan
PDB (∆Y) yang diharapkan. Untuk meningkatkan PDB sebesar 1 Dollar Amerika dibutuhkan
investasi sebesar 3 Dollar Amerika. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

I = ICOR x ∆Y

Jika ICOR = 3, maka investasi (I) yang diperlukan adalah:

I = 3 x ∆Y

Penambahan DBP (∆Y) yang diharapkan adalah 1 Dollar Amerika, sehingga:

∆Y = 1 USD, maka investasi (I) yang diperlukan adalah:

I = 3 x 1 USD
= 3 USD

Pengaruh ICOR Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Dari bahasan tersebut dapat dikatakan bahwa untuk dapat menaikkan PDB sebesar 1 USD
maka diperlukan investasi sebesar 3 USD. Ini artinya perekonomian akan tumbuh 3 kali dari
nilai investasi yang dikeluarkan. Meningkatnya jumlah investasi akan diikuti dengan
meningkatnya pembelian terhadap barang-barang modal seperti mesin atau peralatan dan
sarana produksi lainnya. Barang modal ini digunakan untuk mendirikan berbagai jenis
industri dan perusahaan. Pertumbuhan sektor industri dan perusahaan merupakan bentuk
nyata terciptanya lapangan kerja. Pengaruh langsung dari tumbuhnya industri dan
perusahaan adalah meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja yang tercermin dari
turunnya tingkat pengangguran.

PDB merupakan indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan peningkatan


investasi maka perekonomian suatu negara akan tumbuh. Pertumbuhan PDB ini juga
meningkatkan perluasan lapangan kerja. Dengan kata lain, peningkatan investasi dapat
menurunkan tingkat pengangguran di suatu negara

- Analisis Shift-Share

Menurut Field dan Mac Gregor, 1987 analisis shift share adalah teknik analisis yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan
pertumbuhan dan kinerja perekonomian yang ada di beberapa wilayah yang berbeda. Dari
analisis ini kita juga dapat mengetahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah
jika dibandingkan dengan sektor lain yang ada di wilayah tersebut. Kita juga bisa mengetahui
apakah perekonomian yang ada di wilayah tersebut berkembang secara cepat atau lambat. Hasil
analisis ini juga dapat menunjukkan perkembangan perekonomian suatu wilayah dibandingkan
dengan perekonomian wilayah lainnya.

Kegunaan Analisis Shift Share:

 Melihat perkembangan sektor perekonomian disuatu wilayah terhadap perkembangan


ekonomi wilayah yang lebih luas.
 Melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif
dengan sektor-sektor lainnya.
 Melihat perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Perbedaan analisis Shift-Share dengan LQ (Location Quotient) dapat dilihat dari kinerjanya. Shift
share menjelaskan perubahan perekonomian suatu wilayah dengan membagi menjadi beberapa
jangkauan, yaitu national share, industry share, dan regional share. Sedangkan LQ hanya melihat
potensi ekonomi basis namun tidak menjelaskan kinerjanya secara time series.

Langkah dalam Analisis Shift Share:

1. Menentukan indikator kegiatan ekonomi (seperti produksi, pendapatan, nilai tambah,


kesempatan kerja, dan sebagainya); menentukan tahun dasar analisis dan tahun akhir
analisis
2. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Misalnya hanya sektor ekonomi tertentu
(contoh: sektor pertanian), berdasarkan kelompok sektor ekonomi (kelompok sektor primer,
industri, utilitas, dan jasa), berdasarkan semua sektor ekonomi, dan sebagainya.
3. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi (PDRB/kesempatan kerja) sektor pada
wilayah tertentu.

Tahapan analisis Shift Share adalah sebagai berikut:


1. Menghitung besarnya pergeseran/perubahan secara agregat di wilayah yang lebih luas,
misalnya tingkat kabupaten/regional (national agregate shift share/RASS), yaitu
pertumbuhan PDRB tingkat regional/kabupaten.
2. Menghitung besarnya pergeseran secara sektoral, tanpa memperhatikan lokasi (proportional
shift share/PSS), yaitu rasio PDRB per sektor tahun akhir dan tahun awal minus rasio PDRB
kabupaten tahun akhir dan tahun awal. Dari hasil perhitungan ini akan didapatkan sektor-
sektor yang relatif ‘maju’ atau ‘lamban’
3. Menghitung komponen pertumbuhan pangsa lokal (differential shift share/DSS), yaitu rasio
PDRB tiap sektor di setiap kecamatan tahun akhir dan tahun awal minus rasio PDRB per
sektor tahun akhir dan tahun awal. Dari hasil perhitungan ini akan diketahui sektor-sektor
yang relatif ‘maju’ atau ‘lamban’ di setiap kecamatan.

Rumus analisis shift share:

Keterangan:

Xij’ = PDRB kecamatan ke-i dan sektor ke-j tahun akhir analisis

Xij = PDRB kecamatan ke-i dan sektor ke-j tahun awal analisis

X.j’ = PDRB sektor ke-j tahun akhir analisis

X.j = PDRB sektor ke-j tahun awal analisis

X..’ = PDRB kabupaten tahun akhir analisis

X.. = PDRB kabupaten tahun awal analisis

i = indek kecamatan; i = 1, 2, 3, …, n

n = banyaknya kecamatan

j = indek sektor; j = 1, 2, 3, …, s

s = banyaknya sektor

Inti analisis shift share adalah membandingkan laju pertumbuhan suatu wilayah/sektor dengan
laju pertumbuhan di wilayah yang lebih besar/total sektor.

 Jika RASS negative, maka laju pertumbuhan wilayah yang lebih luas juga negatif
(lamban), dan sebaliknya
 Jika PSSj negatif berarti pertumbuhan sektor ke j lamban, artinya laju pertumbuhan
sektor j lebih rendah daripada laju pertumbuhan total/wilayah, dan sebaliknya
 Jika DSSij negatif, berarti laju pertumbuhan sektor ke-j di wilayah kecamatan (i) lebih
rendah (lamban) daripada laju pertumbuhan sektor ke-j di seluruh wilayah (kabupaten).

Jika hasil perhitungan shift share menunjukkan nilai positif, berarti wilayah/sektor tersebut
maju, dan sebaliknya.
- Analisis Ketenagakerjaan

Menurut Soeparmoko (2002), Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana
Pemerintah Daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dengan
menjalin pola-pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dan pihak swasta untuk menciptakan
lapangan kerja, serta dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah yang bersangkutan.
Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah sangat ditentukan oleh kebijakan-kebijakan
pembangunan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal dari segi jumlah, produktivitas, dan efisien.

Pembangunan ekonomi daerah melibatkan multisektor dan pelaku pembangunan, sehingga


diperlukan kerjasama dan koordinasi dari semua pihak yang berkepentingan. Selain itu,
ketersediaan tenaga kerja juga sangat dibutuhkan dalam menopang pembangunan. Dengan
tersedianya tenaga kerja yang memadai maka rencana pembangunan lebih cepat terlaksana.
Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang paling penting dalam proses pembangunan, dengan
adanya tenaga kerja yang melimpah maka kegiatan ekonomi akan lebih cepat berkembang dan
mampu bersaing sehingga memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Besarnya jumlah angkatan kerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia.
Semakin banyak lapangan kerja akan meningkatkan total produksi di suatu wilayah, yang
merupakan jembatan utama yang mengaitkan pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan
manusia.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sendiri merupakan suatu indikator ketenagakerjaan
yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan
sehari-hari. Semakin besar jumlah penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja, semakin kecil
jumlah angkatan kerja yang mengakibatkan semakin kecil TPAK (Payaman J Simanjuntak,
2005:45). Dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi TPAK selain jumlah penduduk, seperti
pendidikan, jenis kelamin, usia dan lain-lain. Tingkat partisipasi angkatan kerja dapat dianalisis
menggunakan rumus TPAK, seperti yang dikemukakan Simanjuntak (2005:45) sebagai berikut:

Penduduk yang termasuk tenaga kerja yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Simanjuntak
(2005:2) menyatakan bahwa penduduk yang dianggap sebagai tenaga kerja potensial atau
penduduk usia kerja yaitu penduduk yang telah mencapai umur 15-64 tahun dan berpotensi
untuk memproduksi barang dan jasa. Sehingga tenaga kerja adalah bagian dari angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah masyarakat yang sudah memasuki usia kerja 15-64 tahun dan sudah
bekerja, sedang mencari pekerjaan dan menganggur, sedangkan bukan angkatan kerja adalah
penduduk usia kerja yang masih bersekolah, mengurus rumah tangga dan golongan lainlain atau
penerima pendapatan.

Hasil dari jumlah TPAK tersebut ditentukan tinggi rendahnya melalui tabel kriteria TPAK menurut
data BPS yaitu sebagai berikut:

Frekuensi Keterangan
> 64, 13% Tinggi
< 64, 13% Rendah
Sumber: Data BPS

Anda mungkin juga menyukai