Anda di halaman 1dari 11

Ekonomi Wilayah

KONSEP PENDAPATAN REGIONAL

Dosen Pengampu :
Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.T., M.T., M.Sc.
Mega Ulimaz, S.T., M.T.
Devi Triwidya Sitaresmi, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
M. Muzzamil Azhari (08161039)
Hairun Nisa (08171023)
Mega Srihandayani (08171039)
Riskha Nursyafitri (08171069)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN
2020
Daftar Isi
Daftar Isi..........................................................................................................................i
BAB I..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................3
2.1 Konsep Pendapatan Regional...................................................................................3
2.2 Konsep Added Value................................................................................................3
2.3 Perhitungan Nilai Konstan........................................................................................5
2.4 Perhitungan Pendapatan Regional............................................................................6
2.4.1 Metode Langsung...........................................................................................6
2.4.2 Metode Tidak Langsung..................................................................................7
BAB III............................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................8
3.2 Lesson Learned.......................................................................................................8
Daftar Pustaka.................................................................................................................9

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | i


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Badan Pusat Statistik dalam Pedoman Praktis Penghitungan PDRB
Kabupaten/Kota Tahun 2008, perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah
memerlukan berbagai macam data statistik sebagai dasar penentuan strategi dan
kebijaksanaan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Pada hakekatnya,
pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan
pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan
mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan
tersier (BPS, 2008). Dengan begitu arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan
agar pendapatan masyarakat naik secara progresif, dan dengan tingkat pemerataan yang
sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu
disajikan statistik pendapatan regional secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan
perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya di bidang ekonomi.
Pendapatan regional didefiniskan sebagai nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa
yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah selama satu tahun
(Sukirno, 1985). Selanjutnya menurut Tarigan (2004), pendapatan regional adalah tingkat
pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total
pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.
Dalimunthe (2017) berpendapat, salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu ialah melalui data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan,
sehingga akan diperoleh gambaran tingkat pertumbuhan ekonomi maupun tingkat
kemakmuran masyarakat di suatu wilayah.
Perhitungan PDRB sendiri bertujuan untuk mengetahui gambaran ekonomi makro
secara sektoral sebagai hasil pelaksanaan pembangunan khususnya pembangunan dibidang
ekonomi di suatu wilayah tertentu. Angka-angka perhitungan tersebut dapat dipakai juga
sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh
berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini dalah sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep mengenai “added value”

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | 1


2. Mengetahui metode perhitungan dari nilai konstan
3. Mengetahui metode perhitungan pendapatan regional

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam penyusunan makalah ini, yaitu untuk mengetahui konsep
pendapatan regional, yakni tingkat pendapatan masyarakat pada wilayah yang
bersangkutan.

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendapatan Regional
Pendapatan regional adalah tingkat besarnya pendapatan masyarakat pada wilayah
analisis. Menurut Sukirno (1985) dapat didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang
dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah selama
satu tahun. Sedangkan menurut Tarigan (2004), Pendapatan regional adalah tingkat
pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Adapun tingkat pendapatan dapat diukur dari
total endapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.
Menganalisis suatu region (wilayah) atau merencanakan pembangunan regional tidak
terlepas dari dari membahas tingkat pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Ada
beberapa parameter yang bisa digunakan untuk mengukur adanya pembangunan wilayah.
Salah satunya adalah meningkatnya pendapatan masyarakat. Selain itu, ada peningkatan
lapangan kerja dan pemerataan lapangan kerja dan.atau pendapatan juga sangat terkait
dengan peningkatan pendapatan wilayah. Dalam pendapatan wilayah haruslah ada
keterkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat di wilayah tersebut, yaitu yang
dimaksud adalah pendapatan rata-rata (income per capita) masyarakat.

2.2 Konsep Added Value


Dalam membicarakan pendapatan dan pertumbuhan regional, sangat perlu diketahui
tentang/arti nilai tambah. Salah satu pengertian yag biasa terjadi adalah apabila orang
menganggap bahwa pendapatan regional adalah identic dengan nilai produksi yang
dihasilkan pada wilayah tersebut. Nilai produksi tidak sama dengan nilai tambah karena di
dalam nilai produksi terdapat nlai produksi di antara (intermediate cost), yaitu biaya
pembelian/biaya perolehan dari sektor lain yang telah dihitung sebai produksi di sektor lain
atau berasal dari impor (dihitung sebagai nilai produksi di Negara pengekspor). Menghitung
pendapatan produksi sebagai pendapatan regional dapat mengakibatkan perhitungan ganda
(double counting). Misalnya seorang penjual mie ayam mengahasilkan sekitar 50 porsi/hari
yang dijualnya dengan harga Rp. 10.000,00 sehingga nilai penjualannya/ nilai produksinya
Rp 50.000,00. Padahal untuk menghasilkan mie ayam tersebut penjual harus membeli
berbagai jenis input seperti tepung, telur, minyak, sayuran, bumbu-bumbu, daging ayam,
gula, garam, kecap , cabai dan bahan bakar. Bahan-bahan yang digunakan tersebut telah
dihitung di sektor lain. Misal, tepung dihitung di sektor industry, sayuran dan bumbu telah
dihitung di sektor pertanian dan daging ayam di sektor peternakan. Jika bahan baku yang
digunakan diimpor dari negara lain, berarti nilai bahan baku tersebut telah dihitung sebagai

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | 3


pendapatan di wilayah yang mengekspornya. Bahan-bahan yang berasal dari sektor lain
disebut “biaya antara”. Bibit termasuk biaya antara karena nilai produksinya telah dihitung
pada periode sebelumnya. Dengan demikian dalam nilai produksi telah terdapat nilai
produksi dari sektor/kegiatan lain dan ini menimbulkan perhitungan ganda (double counting)
apabila tidak dikurangkan.
Dalam menghitung nilai tambah suatu sektor, biaya antara harus dikeluarkan atau
dikurangkan dari nilai jual produksi pada lokasi tempat produksi. Nilai tambah inilah yang
menggambarkan tingkat kemampuan menghasilkan pendapatan di wilayah tersebut. Adapun
nilai tambah (added value) terdiri dari:
a. Upah dan gaji
b. Laba dan keuntungan
c. Sewa tanah
d. Bunga uang
e. Penyusutan
f. Pajak tidak langsung bruto
Berikut merupakan contoh perhitungan nilai tambah sederhana. Misalnya, seorang
petani mengolah sebidang tanah seluas 1 hektar yang ditanami jagung. Untuk meproduksi
jagung petani tersebut mengeluarkan biaya sebagai berikut:
1. Membeli bibit 25 kg (per/kg=Rp. 8.000,00) = Rp. 200.000,00
2. Menyewa traktor untuk lahan 1 ha = Rp. 300.000,00
3. Tenaga kerja yang digaji 50 hk (per/org=Rp. 8000,00) = Rp. 400.000,00
4. Pupuk 25 kg (per/kg=Rp. 2000,00) = Rp. 500.000,00
5. Pestisida 10 lt (per/lt=Rp. 50.000,00) = Rp. 500.000,00
6. Sewa mesin pipil = Rp. 500.000,00
Total Pengeluaran Rp. 2.400.000,00
Hasil produksi 5000 kg x Rp. 1.000,00 Rp. 5.000.000,00
Keuntungan Rp. 2.600.000,00
Dari contoh diatas biaya antaranya adalah bibit, pupuk, dan pestisida sebesar Rp.
1.200.000,00 sehingga nilai tambah dari kegiatan tersebut adalah Rp. 5.000.000,00 – Rp.
2.100.000,00 = Rp. 3.800.000,00. Ini adalah bagian yang bagian yang bisa dinikmati
masyarakat setempat seandainya seluruh faktor-faktor produksi itu dimiliki oleh masyarakat
setempat dengan catan dari penghasilan tersebut perlu dikurangkan biaya penyusutan dan
pajak yang mungkin ditagih pemerntah.

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | 4


2.3 Perhitungan Nilai Konstan
Perkembangan PDRB atas dasar berlaku dari tahun ke tahun menggambarkan
perkembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi
barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Untuk dapat
mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produksi secara nyata, faktor
pengaruh harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan.
Sebelumnya, untuk menghitung PDRB Kabupaten/Kota perlu mengerti konsep dan definisi
dari unsur-unsur pokok sebagai berikut.
a. Kuantum Produksi (P) atau boleh disebut produksi, besar atau jumlah produksi yang
dihasilkan dalam jangka waktu satu tahun
b. Harga Satuan (H) merupakan harga komoditi dalam satuan rupiah
c. Nilai Produksi atau Output (O) merupakan nilai barang atau jasa yang dihasilkan
dalam jangka waktu satu tahun
d. Persentase Biaya Antara (a) merupakan angka biaya antara dalam bentuk persentase
terhadap nilai output (O)
e. Biaya Antara (A) merupakan biaya yang habis digunakan selama proses produksi
f. Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan Nilai Produksi yang dikurangi dengan nilai Biaya
Antara dan hasil penjumlahan NTB inilah yang disebut dengan PDRB
g. Indeks merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama dalam dua
waktu yang berbeda (Supranto (2000) dalam Jurnal Gaussian, Hal 109-118).
Menurut Buku Pedoman PDRB, perhitungan NTB (Nilai Tambah Bruto) atas dasar
harga konstan dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu revaluasi, ekstrapolasi, atau
deflasi. Penggunaan ketiga metode ini digunakan tergantung dengan data yang diperoleh.
Revaluasi digunakan jika data yang diperoleh adala data produksi dan harga sehingga dapat
dicari output dan nilai tambah brutonya. Ekstrapolasi digunakan jika data yang diperoleh
merupakan data nilai tambah bruto pada tahun dasar. Deflasi digunakan jika data yang
diperoleh adalah nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku. Setelah diperoleh NTB dari
masing-masing sektor ekonomi, seluruh NTB dijumlahkan sehingga diperoleh PDRB. Berikut
merupakan penjelasan ketiga metode tersebut:
A. Revaluasi
Dilakukan dengan cara mengalikan kuantum pada tahun berjalan dengan harga pada
tahun dasar. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara ang
digunakan, karena mencakup komponen input yang terlalu banyak disamping data harga
yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | 5


antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian output pada masing-
masing tahun dengan raio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.
Langkah-langkah metode ini adalah:
1) Mencari nilai output : P x H = O
2) Mencari nilai biaya antara: a x O = A
3) Mencari Nilai Tambah Bruto atas harga konstan: NTB k = O – A
B. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara
mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai
ektsrapolator dapat merupakan indeks dari maing-masing produksi yang dihasilkan ataupun
indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya
yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang diestimasi. Ekstrapolasi dilakukan
terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan. Dengan menggunakan rasio tetap
nilai tambah terhadap nilai output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga
konstan.
NTB atas harga konstan tahun ke-t = NTB tahun dasar x indeks atau dinotasikan
NTB t , k = NTB o x IPt ,0
Indeks ini dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan
ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan
dan lainnya yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang diestimasi. Indeks disini
disebut ekstrapolator. Indeks produksi yang digunakan merupakan indeks produksi yang
terdiri dari satu macam barang saja, misalnya indeks produksi ikan, indeks produksi padi,
ndeks produksi karet.
C. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah
atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga perdagangan besar, indeks
harga konsumen dan sebagainya.
NTB atas hargaberlaku
NTB atas harga konstan tahun ke-t =
indeks harga
NTB t ,b
atau dinotasikan: NTB t , k =
IH t ,0
Indeks harga yang digunakan dalam metode ini disebut deflator. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator ini biasanya merupakan indeks harga dari masing-masing barang

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | 6


yang bersangkutan, Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), Indeks Harga Konsumen
(IHK) dan sebagainya.

2.4 Perhitungan Pendapatan Regional


Pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah
analisis. Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun
pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut (Tarigan, 2015). Terdapat dua
metode dalam perhitungan pendapatan regional, yaitu:
a. Metode Langsung
Metode langsung merupakan metode perhitungan dengan menggunakan data yang
bersumber dari daerah. Metode ini akan dapat memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi
setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian data daerah adalah dapat digunakan untuk
menyempurnakan data statistik daerah yang lemah.
b. Metode Tidak Langsung
Metode perhitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDB Nasional menjadi PDRB
Provinsi dengan menggunakan beberapa indikator produksi dan atau indikator lainnya yang
cocok sebagai alokator.

b.4.1 Metode Langsung

Metode langsung dilakukkan yang terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu diantaranya


pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.
A. Pendekatan Produksi
Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa
yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangi output dari
masing-masing sektor atau sub sektor dengan biaya antaranya. Pendekatan ini bisa juga
disebut pendekatan nilai tambah. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi dalam proses produksi dari input antara
yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Nilai yang ditambahkan ini
sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi.
B. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan ini, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung
dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji surplus
usaha, penyusunan dan pajak tidak langsung netto. Untuk sektor pemerintahan dan usaha-
usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang
termasuk dalam surplus usaha adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan. Metode

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | 7


pendekatan pendapatan ini banyak dipakai pada sektor yang produksinya berua jasa seperti
sektor pemerintahan
C. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir barang dan
jasa di wilayah domestik. Jadi Produk Domestik Regional dihitung dengan cara menghitung
berbagai komponen pengeluaran akhir yang membentuk Produk Domestik Regional Bruto
tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang dan metode
penjualan eceran.
2. Metode pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan
dan pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran belanja, metode balance
sheet dan metode statistik perdagangan luar negri.

b.4.2 Metode Tidak Langsung


Metode tidak langsung adalah menghitung PDRB Provinsi dengan cara mengalokir
angka Produk Domestik Bruto Indonesia untuk tiap provinsi dengan menggunakan alokator
tertentu, alokator yang digunakan dapat berupa:
a. Nilai produk bruto atau neto setiap sektor
b. Jumlah produksi fisik
c. Tenaga kerja
d. Penduduk dan
e. Alokator lainnya yang sesuai
Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa alokator tersebut
dapat diperhitungkan persentase atau bagian masing-masing provinsi untuk nilai tambah
suatu sektor atau sub sektor.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Lesson Learned

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | 8


Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2008. Pedoman Praktis Penghitungan PDRB Kabupaten/Kota.
Dalimunthe, Desy Yuliana. 2017. Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung .
Integrated Journal of Business and Economics (IJBE) Vol.1 No.1
Fitriani, Agus Rusgiyono, Triastuti Wuryandari. 2013. Perhitungan dan Analisis Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota Berdasarkan Harga Konstan (Studi
Kasus BPS Kabupaten Kendal). Semarang: Universitas Diponegoro
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LPEF-UI Bima Grafik
Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi (edisi revisi) . Jakarta: PT.
Bumi Aksara

Ekonomi Wilayah | Konsep Pendapatan Regional | 9

Anda mungkin juga menyukai