Dosen Pengampu:
Intan Dwi Wahyu Setyo Rini, S.T., M.T.
Disusun Oleh:
Mohammad Arif Yuniar (07171046)
Cintiya (08171009)
Frigate Rario Yusuf (08171022)
Hairun Nisa (08171023)
Muhammad Fauzi (07181052)
Penyusun
d. Jenis Bibit Pohon yang Memiliki Sistem Perakaran yang Baik dan Dapat Mampu
Bersimbiosis dengan Mikroba Tertentu
Jenis bibit pohon yang akan dipilih untuk kegiatan reklamasi pascatambang yang
memiliki sistem perakaran yang baik dan dapat mampu bersimbiosis dengan jamur dan bakteri
tertentu. Akar yang tumbuh secara baik mempunyai sistem perakaran dengan asosiasi tanaman
inang dan jamur mikoriza, sehingga dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap
kekeringan juga faktor pengganggu lain, yaitu seperti salinitas tinggi, logam berat, dan
ketidakseimbangan hara. Bila terjadi simbiosis antara bakteri maupun jamur dengan akar maka
terjalin sinergi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak karena ketersediaan unsur hara
dan air sangat terbatas pada lahan marginal (Rizki, 2010).
6. Sistem perakaran yang baik dan mampu bersimbiosis dengan mikroba tertentu
Akar memiliki peran penting sebagai penopang tumbuhnya pohon, penyerap dan
sekaligus alat transport air dan mineral bagi tanaman. Jenis yang akan dipilih untuk kegiatan
reklamasi pascatambang sebaiknya memiliki sistem perakaran yang baik dan mampu
Tanaman hasil revegetasi pada areal bekas tambang kini telah membentuk ekosistem
hutan dan telah mampu memberikan fungsi-fungsi hutan, seperti sebagai penjaga dan pemulih
kesuburan tanah, pengatur tata air, pengendali iklim mikro dan habitat berbagai jenis satwaliar.
Beberapa areal yang telah direvegetasi tersebut bahkan telah mampu memberikan habitat bagi
orangutan (Pongo pygmaeus) dan satwa liar lainnya seperti beruang madu (Helarctos
malayanus), Kucing congkok (Prionailurus bengalensis), Pelanduk napu (Tragulus napu), dan
Kijang Muntjak (Muntiacus muntjak) (Boer et. al. 2009).
Selain satwa yang telah disebutkan di atas, ternyata Rusa Sambar juga termasuk di
dalamnya. Hutan reklamasi bekas tambang batubara di Sangata, Kalimantan Timur,
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai habitat satwa khususnya satwa herbivora,
yaitu rusa sambar (Rusa unicolor) yang merupakan jenis rusa setempat. Penangkaran rusa
dimungkinkan karena areal bekas tambang ditumbuhi oleh beberapa jenis rumput dan legum
yang berpotensi dalam penyediaan hijauan pakan bagi satwa herbivora, khususnya rusa. Jenis
rumput tersebut tumbuh terhampar sebagai padang perumputan (grazing area) yang umumnya
ditanam secara sengaja untuk perbaikan ekosistem lingkungan bekas tambang. Nurrahmadani
(2013) menyatakan bahwa habitat asli rusa sambar berupa hutan payau atau berair, tetapi
dengan berkembangnya areal perkebunan kelapa sawit di habitat rusa sambar tersebut rusa
tetap mampu bertahan dan dapat berkembang biak dengan baik.
Rusa sambar menggunakan vegetasi hutan dataran rendah, hutan rawa air tawar, padang
rumput, dan semak belukar (Mustari et al. 2012). Garsetiasih (2007) menyatakan bahwa jenis
semak dan legum yang biasa dimakan rusa di antaranya pacing (Costus speciasus) dan
kaliandra (Calliandra callothyrsus). Amiati et al. (2015) menyatakan bahwa di penangkaran
selain menyukai jenis rumput-rumputan, rusa juga menyukai hijauan daun seperti babadotan
(Ageratum conyzoides), daun cabe-cabe (Asystasia spp.), dan gewor (Commelina