Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMERATAAN PENDAPATAN DAN PEMBANGUNAN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu:
Ayu Febriyanti Dewi R, S.M

Disusun Oleh:

1. Aldo Firman Sahroni ( 221124674 )


2. Kurnia Putri Dwi Lestari ( 221124501 )
3. Nuris Adelia ( 221124512 )

PROGAM STUDI MANAJEMEN

ITB WIDYA GAMA LUMAJANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar dan lagi Maha
Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pemerataan Pendapatan
dan Pembangunan” sesuai waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu
membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada rekan dan teman
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya, semoga Allah meridhoi dan dicatat sebagai ibadah
disisi-Nya, Amin.

Lumajang, 22 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................5
1.4 Manfaat......................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 PDRB Per Kapita.......................................................................................6
2.2 Distribusi Pendapatan Perkapita................................................................7
2.3 Teori Distribusi Makro..............................................................................7
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerataan pembangunan telah digariskan dalam Undang-Undang


Dasar 1945 alinea keempat, yang menyatakan bahwa fungsi sekaligus tujuan
Negara Indonesia yakni memajukan kesejahteraan umum. Salah satu proses
pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo
(1988) dalam Husna dkk (2011), pembangunan adalah “upaya suatu
masyarakat bangsa yang merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam
berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang lebih maju dan baik,
sesuai dengan pandangan masyarakat itu”. Jadi, pembangunan dimaksudkan
agar ada perubahan positif yang terjadi dalam semua bidang, baik dari segi
ekonomi, sosial, budaya, infrastruktur, dan bidang lainnya. Tujuan akhir dari
pembangunan itu sendiri yakni tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat.
Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat melalui pertumbuhan
ekonominya.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi
barang dan jasa, yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto
(PDB) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
pada tingkat daerah baik Propinsi, Kabupaten maupun Kota. Pandangan
demikian merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari proses pelaksanaan
pembangunan di Indonesia. Ahli-ahli ekonomi mengartikan pertumbuhan
ekonomi daerah sebagai kenaikan dalam Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil
dari tingkat pertumbuhan penduduk (Sukirno, 1995: 14). Dari pengertian ini
dapat diketahui, bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
salah satu ukuran yang dijadikan dasar perhitungan laju pertumbuhan ekonomi
daerah. Kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bagi suatu daerah
merupakan cerminan keberhasilan daerah tersebut dalam menjalankan
pembangunan ekonomi daerah tersebut.1

4
5

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) perkapita?


2. Bagaimana cara memperoleh distribusi pendapaan perkapita?
3. Apa yang dimaksud dengan teori distribusi makro?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) perkapita


2. Untuk mengetahui cara memperoleh distribusi pendapaan perkapita
3. Untuk mengetahui maksud dari teori distribusi makro

1.4 Manfaat

1. Dapat menjelaskan dan mempelajari tentang maksud PDRB perkapita


2. Dapat menjelaskan dan mempelajari tentang cara memperoleh distribusi
pendapatan perkapita
3. Dapat menjelaskan dan mempelajari tentang teori distribusi makro
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PDRB Per Kapita

PDRB per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk yang didapat dari
hasil bagi antara PDRB dengan populasi suatu wilayah pada tahun tertentu.
Semakin tinggi pendapatan per kapita, maka wilayah tesebut semakin
makmur. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam
suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh
unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB
menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber
daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu,
PDRB hanya konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
secara rill dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak
dipengaruhi oleh faktor harga.

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro


yang menggambarkan seberapa jauh keberhasilan pembangunan yang akan
datang. Untuk mengkur besarnya laju pertumbuhan tersebut dapat dihitung
dari data PDRB atas dasar konstan. Telah disebutkan bahwa indikator PDRB
per kapita lebih mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat daripada
tingkat PDRB saja, karena unsur kepadatan penduduk sudah diperhitungkan
di dalamnya. Dengan PDRB yang besar tetapi unsur dibagi dengan jumlah

6
7

penduduk yang besar pula akan menghasilkan nilai rata-rata yang rendah
dibanding kalau jumlah penduduknya sedikit. 2.

Untuk mengetahui jumlah PDRB per kapita maka perlu dihitung dengan
menggunakan rumus PDRB per kapita :

2.2 Distribusi Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita diperoleh berdasarkan besarnya nilai PDRB


masing-masing provinsi dikurangi dengan nilai penyusutan modal buatan
manusia (man-made capital) dan nilai pajak yang tidak langsung. Dalam hal
ini karena data penyusutan modal buatan manusia dan pajak tidak langsung
untuk masing-masing provinsi tidak seluruhnya tersedia di masing-masing
provinsi, maka nilai penyusutan modal buatan manusia dan pajak tidak
langsung pada masing-masing provinsi diestimasi dengan cara menggunakan
persentase data nilai penyusutan modal buatan manusia dan pajak tidak
langsung nasional terhadap nilai PDB. Angka persentase atau rasio tersebut
selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai penyusutan modal buatan
manusia dan pajak tidak langsung masing0masing provinsi dengan cara
mengalikan angka rasio nasional dengan nilai PDRB masing-masing
provinsi.3

2.3 Teori Distribusi Makro

Teori distribusi pendapatan secara makro menjelaskan pembagian relatif


(relative share) dari berbagai faktor produksi dalam pendapatan nasional. Jadi
teori distribusi makro menjelaskan bagaimana bagian pendapatan tenaga kerja
(labor share), bagian pendapatan tanah (lahan) (land share) dan pembagian
pendapatan kapital (capital share), serta bagian pendapatan keahlian (skill
atau entrepreneurship share) dalam keseluruhan pendapatan nasional
8

ditentukan. Apa yang sebenarnya menentukan tinggi-rendahnya harga faktor


produksi>Suatu faktor produksi layak mendapatkan balas jasa sesuai dengan
sumbangan yang diberikannya terhadap produksi total, yaitu produktivitas
marginalnya.

1. Hubungan antara Pendapatan Per Kapita dan Distribusi Pendapatan

Kesejahteraan hidup yang lebih tinggi akan dapat dicapai bila


pendapatan per kapita meningkat disertai dengan distribusi pendapatan
yang semakin merata. Masalah distribusi pendapatan sebaiknya
dibedakan antara distribusi perorangan “Size Distribution” yang
membahas mengenai distribusi pendapatan antar individu atau antar
rumah tangga, sedangkan distribusi fungsional “Functional
distribution”membicarakan mengenai distribusi pendapatan antar faktor
produksi seperti antara tenaga kerja, modal dan tanah. Di antara
pengukuran dua pengukuran itu, para ekonom cenderung lebih banyak
menggunakan cara yang pertama karena lebih bermnafaat menunjukkan
tingkat pemerataan atau keadilan dalam perekonomian suau negara.

Pada umumnya dapat dihipotesiskan pertumbuhan ekonomi yang


cepat tentu akan dibarengi dengan distribusi pendapatan yang tidak
merata, karena pertumbuhan ekonomi yang cepatmenghendaki
digunakannya teknologi yang bersifat padat modal dan bukan padat
karya. Teknologi padat modal akan berdampak pada semakin tidak
meratanya distribusi pendapatan. Lebih jauh lagi diargumentasikan
bahwa untuk pertumbuhan ekonomi yang cepat justru distribusi
pendapatan yang tidak merata itulah yang diperlukan, karena harus ada
sekelompok penduduk yang penghasilannya tinggi dan mampu
membenuk tabungan untuk disalurkan menjadi investasi yang diperlukan
bagi pertumbuhan.

Di pihak lain ada argumentasi bahwa keadaan ini berbeda dengan


keadaan negara maju pada waktu mereka mulai dengan pembangunan
ekonominya. Kelompok kaya yang ada di negara berkembang tidak
meanbung, melainkan mereka menggunakan pendpatannya yang tinggi
9

untuk keperluan konsumsi mewah guna membeli barang-barang


imporyang bermerek dan melakukan perjalananke luar negeri dan
berbelanja di sana. Selanjutnya kelompok miskin di negara sedang tidak
berkembang di samping pendapatnya yang rendah membuat ekonomi
menjadi lamban. Oleh karena itu sebaiknya distribusi yang tidak merata
perlu dihapuskan dan pendekatan pembangunan yang baru menghendaki
adanya pertumbuhan yang disertai dengan pembagian pendapatan
sekaligus.

Untuk negara sedang berkembang pola distribusi pendapatan tidak


jelas hubungannya dengan tingkat pendapatan per kapitanya, tetapi
sangat pasti bahwa untuk negara-negara yang lebih maju distribusi
pendapatan selalu dalam keadaan yang lebih merata (law inequality).

Salah satu alasan yang dapat dikemukakan mengapa negara yang


telah majunmemiliki distribusi pendapatan yang lebih merata adalah
karena di negara maju terdapat system kesejahteraan sosial yang
memadai dan system pajak umumnya bersifat progres.

2. Definisi Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan adalah suatau ukuran yang digunakan untuk


melihat berapa pembagian dari pendapatan nasional yang diterima
masyarakat. Ada 3 macam indikator distribusi pendapatan. Pertama,
indikator distribusi pendapatan perorangan. Kedua, Kurva Lorenz.
Ketiga, koefisien gini. Masing-masing indikatror tersebut mempunyai
relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva lorenz dari garis diagonal
maka semakin besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu juga
sebaliknya, semakin berimpit Kurva Lorenz dengan garis diagonal,
semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini,
semakin kecil nilainya, menunjukkan distribusi yang lebih merata.
Demikian juga sebaliknya. Kuznets (1995) dalam penelitiannya di
negara-negara maju berpendapat bahwa pada tahap-tahap pertumbuhan
awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap-
tahap berikutnya hal itu akan membaik. Sementara itu menurut Oshima
10

(1992) bahwa negara-negara Asia nampaknya mengikuti kurva Kusnets


dalam kesejahteraan pendapatan. Ardiani (1992) mengemukakan bahwa
kesenjangan/ketimpangan antar daerah merupakan konsekuensi logis
pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam
pembangunan itu sendiri.

a. Distribusi Ukuran
Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang
diterima masing-masing orang. Distribusi pendapatan perseorangan
(personal distribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan
( size distribution of income) merupakan indikator yang paling
sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung
menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu
atau rumah tangga. Yang diperlihatkan disini adalah seberapa
banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari mana
sumbernya, entah itu bunga simpanan atau tabungan, laba usaha,
utang, hadiah ataupun warisan.
Berdasarkan pendapatan tersebut, lalu dikelompokkan menjadi
lima kelompok, biasa disebut kuintil (quintiles) atau sepuluh
kelompok yang disebut desil (decile) sesuai degan tingkat
pendapatan mereka, kemudian menetapkan proporsi yang diterima
oleh masing-masing kelompok. Selanjutnya dihitung berapa % dari
pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing kelompok,
dan bertolak dari perhitungan ini mereka langsung memperkirakan
tingkat pemerataan atau tingkat ketimpangan distribusi pendapatan
di masyarakat atau negara yang bersangkutan.
b. Kurva Lorenz
Kurva Lorenz adalah kurva tentang ketidakmerataan pembagian
kekayaan atau pendapatan. Kurva Lorenz merupakan alat yang
banyak digunakan dalam membahas ketimpangan pendapatan.
Sumbu horizontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam
persentase kumulatif. Sedangkan sumbu vertikal menyatakan bagian
dari total pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase
11

jumlah (kelompok) penduduk tersebut. Gambar Kurva Lorenz setiap


titik yang terdapat pada garis diagonalnya melambangkan persentase
jumlah penerimaannya (persentase penduduk yang menerima
pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi).
Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif actual antara
persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total
penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka
peroleh dari total pendapatan selama, misalnya, satu tahun. Sumbu
horizontal dan sumbu vertikal dibagi menjadi sepuluh bagian yang
sama, sumbu vertikal mewakili kelompok atau kategori (jumlah-
jumlah) pendapatan, sedangkan sumbu yang horizontal
melambangkan kelompok-kelompok penduduk atau rumah tangga
yang menerima masing-masing dari kesepuluh kelompok pendapatan
tersebut.
c. Indeks Gini
Indeks gini merupakan indikator yang menunjukkan tingkat
ketimpangan pengeluaran secara menyeluruh dan merupakan salah
satu alat untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan. Indeks
gini adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 sampai 1
menjelaskan kadar kemertaan distribusi pendapatan nasional.
Semakin kecil koefisiennya, pertanda semakin baik atau merata
distribusi. Dipihak lain, koefisien yang kian besar mengisyaratkan
yang kian timpang atau senjang. Indeks ini diperoleh dengan
membagi seluruh luas daerah antara kurva lorenz dan garis diagonal.
3. Ketidkmerataan Distribusi Pendapatan
a. Ketidakmerataan Pendapatan Nasional
Ketidakmerataan pendapatan nasional adalah tidak meratanya
pendapatan yang diperoleh oleh penduduk di suatu negara. Sehingga
adanya kesenjangan antara daerah yang berpenduduk kaya dan
daerah yang berpenduduk miskin. Distribusi atau pembagian
pendapatan antarlapis pendapatan masyarakat dapat ditelaah dengan
mengamati perkembangan angka-angka rasio gini. Koefisien gini itu
12

sendiri, perlu dicatat, bukanlah merupakan indikator paling ideal


tentang ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapis. Namun
setidak-tidaknya ia cukup memberikan gambaran mengenai
kecenderungan umum dalam pola pembagian pendapatan.
b. Ketidakmerataan pendapatan spasial
Ketidakmerataan pendapatan spasial adalah ketidakmerataan antar
daerah yang dapat terjadi akibat perbedaan sumberdaya yang
dimiliki. Ketidakmerataan distribusi antar lapisan masyarakat bukan
saja berlangsung secara nasional. Akan tetapi hal itu dapat terjadi
secara spasial. Di Indonesia pembagian pendapatan relatif lebih
merata di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan.
Dibadndingkan rasio gini antar desa dan kota untuk tahun-tahun
yang sama, koefisien lebih rendah untuk daerah pedesaan.
c. Ketidakmeratan pendapatan regional
Ketidakmerataan pendapatan regional adalah ketidakmerataan
pendapatan yang terjadi pada masyarakat suatu wilayah dengan
wilayah lain. Secara regional atau antar wilayah, berlangsung pula
ketidakmerataan distribusi pendapatan antar lapisan masyarakat.
Bukan hanya itu, diantara wilayah-wilayah di Indonesia bahkan
terdapat ketidakmerataan tingkat pendapatan itu sendiri. Jasdi dalam
perspektif antar wilayah, ketidakmeraatan terjadi baik dalam hal
tingkat pendapatan masyarakat antar wilayah yang satu dengan yang
lain, maupun dalam hal distribusi pendapatan dikalangan penduduk
masing-masing wilayah.4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pemerataan pembangunan telah digariskan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yang menyatakan bahwa
fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yakni memajukan kesejahteraan
umum. Tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri yakni tercapainya
kesejahteraan bagi masyarakat. Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat
dilihat melalui pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi berkaitan
erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur antara lain
melalui Produk Domestik Bruto ( PDB ) pada tingkat nasional dan Produk
Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada tingkat daerah baik Propinsi,
Kabupaten maupun Kota. Adapun PRDB per kapita adalah pendapatan rata-
rata penduduk yang didapat dari hasil bagi antara PRDB dengan populasi
suatu wilayah pada tahun tertentu. Semakin tinggi pendapatan per kapita,
maka wilayah tesebut semakin makmur.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gonil P, Sajomsang W, Ruktanonchai UR, et al. Pemerataan Pembangunan.


Carbohydr Polym. 2011;53(4):1689-1699. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://eprints.umm.ac.id/24482/1/
jiptummpp-gdl-ahmadafana-36865-2-
babi.pdf&ved=2ahUKEwiun6vstLH6AhUZR2wGHZbRCRcQFnoECA0Q
AQ&usg=AOvVaw2K3OJAargxvvSuzndqmL0y

Asmat PK. PDRB Per Kapita. Published online 2015.


https://www.asmatkab.go.id/page/prdb-perkapita

Suparmoko dan Yusuf F. Perekonomian Indonesia. 2nd ed. Media; 2014.

Heny nuraeni. Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan. academia.


Published online 2006.
https://www.academia.edu/22957953/DISTRIBUSI_PENDAPATAN_DA
N_PEMERATAAN_PEMBANGUNAN

14

Anda mungkin juga menyukai