Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EKONOMI DEMOGRAFI

Dampak Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pendidikan Rendah yang


Tinggi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS) semester genap mata
kuliah Ekonomi Demografi kelas AD

Dosen pengajar :

Prof. Dr. M Pudjihardjo, S.E, M.S.

Disusun oleh :

Azira Norasida

( NIM. 215020100111036 )

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ekonomi Demografi
yang berjudul “Dampak Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pendidikan Rendah yang Tinggi
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara” dengan sebaik-baiknya.

Saya berterimakasih kepada Prof. Dr. M. Pudjihardjo, S.E, M.S. selaku dosen
pengajar mata kuliah Ekonomi Demografi. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dengan memberikan doa, saran, dan juga kritik sehingga
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya menerima
kritik dan saran dari para pembaca guna adanya evaluasi untuk pembuatan makalah di waktu
yang akan datang. Akhir kata, saya harapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penyusun pada khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya

Blitar, 27 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………….4
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………5
1.3. Tujuan………………………………………………………………………………….. 6
BAB II........................................................................................................................................6
KAJIAN TEORI.........................................................................................................................6
2.1. Pertumbuhan Ekonomi………………………………………………………………… 6
2.2. Pengangguran………………………………………………………………………….. 7
2.3. Pendidikan Rendah……………………………………………………………………..9
BAB III.....................................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................................10
3.1. Penyebab Tingkat Pengangguran di Indonesia Tinggi……………………………….. 10
3.2. Penyebab Tingkat Pendidikan Rendah di Indonesia Tinggi…………………………..12
3.3. Dampak Keduanya terhadap Pertumbuhan Ekonomi…………………………………14
3.4. Upaya untuk Menekan Laju Pengangguran dan Pendidikan Rendah di Indonesia 14
BAB IV....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
4.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………… 18
4.2. Saran………………………………………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak,
Banyaknya jumlah penduduk ini membawa dampak negatif dan positif bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Suatu negara dianggap berhasil apabila pertumbuhan ekonominya
berjalan dengan baik. Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur
dari tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pembangunan
ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memperlancar
proses pembangunan ekonomi. Keduanya saling berhubungan erat.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting


dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis
tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu
daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan
jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan
atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu
negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan menggambarkan
bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik

Menurut Tambunan (2001:38), ”Pertumbuhan ekonomi menjadi sangat


penting dan lajunya harus jauh lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk
agar peningkatan pendapatan masyarakat perkapita dapat tercapai”. Salah satu
tolak ukur pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pendapatan
nasional, sedangkan ukuran pendapatan nasional yang sering digunakan adalah
Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu nilai semua barang dan jasa yang diproduksi
oleh suatu negara pada periode tertentu. Dan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah dapat menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Namun Indonesia memiliki beberapa permasalahan yang menghambat


pertumbuhan ekonomi. Beberapa permasalahan tersebeut seperti tingkat pengangguran
dan juga tingkat pendidikan rendah yang tinggi. Sudah tidak asing lagi bagi kita kata
penggangguran dan pendidikan rendah, karena kedua hal ini sudah menjadi
permasalahan negara kita sejak lama. Apabila diamati lebih dalam keduanya ini saling
berhubungan. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Akankah Indonesia selamanya
mengalami hal tersebut?

Menurut Arsyad (1999), pembangunan ekonomi adalah sebagai suatu proses


yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara. Salah
satu tujuan pembangunan adalah mengurangi pengangguran, dengan sendirinya dapat
menambah lapangan kerja bagi masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat tersebut (Zulhanafi dkk, 2013). Masyarakat dapat disebut sejahtera apabila
masyarakat tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Permasalahan yang dihadapi oleh banyak negara yang menyangkut kesejahteraan
masyarakat adalah ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(Sri, 2010).

1.2. Rumusan Masalah

2. Apa penyebab tingkat pengangguran yang tinggi?


3. Apa penyebab tingkat pendidikan rendah yang tinggi?
4. Apa saja dampak keduanya bagi pertumbuhan ekonomi negara?
5. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menekan laju keduanya?

1.3. Tujuan

2. Mengetahui penyebab tingkat pengangguran yang tinggi di Indonesia.


3. Mengetahui penyebab tingkat pendidikan rendah yang tinggi di Indonesia.
4. Mengetahui dampak keduanya bagi pertumbahan ekonomi negara.
5. Mengetahu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju keduanya.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Definisi pertumbuhan ekonomi atau yang dalam Bahasa Inggris disebut dengan
economic growth, merupakan proses kenaikan output per kapita yang dimiliki suatu
negara dalam jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan ekonomi suatu negara
yang terjadi dalam periode tertentu atau akumulasi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan
ekonomi juga di definisikan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik dalam periode
tertentu.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu tolok ukur bagi keberhasilan
pembangunan suatu negara, khususnya dibidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diukur
dari tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk lingkup nasional
dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk lingkup wilayah.Selain
dipengaruhi faktor internal, pertumbuhan ekonomi suatu negara juga dipengaruhi
faktor eksternal, terutama setelah era ekonomi yang semakin mengglobal. Secara
internal, tiga komponen utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Teori pertumbuhan ekonomi diukur dari PDB sebagai total nilai barang
dan jasa yang dihasilkan oleh semua faktor produksi yang ada dalam wilayah
suatu negara dalam jangka waktu tertentu (Sukirno, 2004). Pertumbuhan PDB
menggambarkan tingkat pertumbuhan kegiatan perekonomian suatu negara yang bisa
dijadikan indikator perkembangan perekonomian suatu negara. Gross National
Product (GNP) = PDB + (hasilfaktor produksi milik domestik yang ada di luar negeri–
hasil faktor produksimilik luar negeri yang ada di dalamnegeri). Di negara maju
GNP lebih besar dari PDB karena jumlah hasil investasi penduduknya di luar negeri
lebih besardari jumlah investasi warga negara asing di negerinya ataunet investment
positif. Faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi setiap bangsa sebagai berikut :1)
akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah, dan
sumberdaya manusia, 2) P ertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, 3)
Kemajuan teknologi, 4) Sistem kelembagaan (Tambunan, 2009).
Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam suatu periode yaitu :

Dimana :
Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)
PDBRt = Produk Domestik BrutoRiil periode t (berdasarkan harga konstan)
PDBRt-1 = PDBR satu periode sebelumnya

2.2. Pengangguran

Salah satu permasalahan yang di hadapi oleh negara-negara berkembang


termasuk Indonesia adalah masalah pengangguran. Masalah pengangguran merupakan
salah satu masalah makro ekonomi yang menjadi penghambat pembangunan daerah
karena akan menimbulkan masalah-masalah sosial lainya (Yehosua,dkk, 2019)
Pengangguran adalah keadaan dimana angkatan kerja yang ingin memperoleh
pekerjaan tapi belum mendapatkannya (Yanuar, 2009). Angkatan kerja adalah
jumlah yang bekerja dan yang tidak bekerja berumur 15–55 tahun. Kesempatan
kerja adalah jumlah pekerja berumur 15–55 tahun atau yang termasuk dalam
angkatan kerja yang memiliki pekerjaan. Pengangguran menunjukkan jumlah pekerja
yang tidak bekerja dan secara aktif sedang mencari pekerjaan atau selisih antara
angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia. Tingkat pengangguran
dinyatakan sebagai persentase dari angkatan kerja yaitu rasio jumlah pengangguran
dengan angkatan kerja x 100%.
Pengangguran (unemployment) didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki
pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan (Nanga, 2001: 253).
Orang yang menganggur dapat didefinisikan orang yang tidak bekerja dan secara
aktif mencari pekerjaan selama empat minggu sebelumnya, sedang menunggu pamggilan
kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan atau sedang menunggu melapor atas
pekerjaan yang baru dalam waktu empat minggu (Sandy Dharmakusuma, 1998: 45).
Menurut Afrida (2003: 134), pada dasarnya orang mengatakan bahwa penyebab
dari pengangguran adalah ketidakseimbangnya antara penawaran tenaga kerja dengan
permintaan tenaga kerja. Sebagian tenaga kerja yang menawarkan tenaganya mencari
pekerjaan dan berhasil mendapatkannya (employ) sisanya yang gagal atau belum
mendapatkan pekerjaan dapat dikategorikan sebagai penganggur, asal ia masih
pekerjaan. Istilah penganggur merupakan terjemahan dari unemployed, namun agar
dapat diartikan penganggur, terhadap syarat yang harus dipenuhi. Syarat itu adalah ia
harus aktif mencari pekerjaan sehingga lebih banyak dikategorikan sebagai pencari kerja.
Setiawan (2013: 2) mengatakan bahwa pengagguran dapat terjadi sebagai akibat dari
tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanya
lapangan pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil
presentasenya. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan
kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja. Atau dengan kata lain, di dalam
pasar tenaga kerja jumlah penawaran akan tenaga kerja yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan jumlah permintaan tenaga kerja.

Sedangkan dalam ilmu kependudukan (demografi), orangyang mencari kerja


masuk dalam penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia
angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Tetapi tidak semua penduduk yang berusia 15-64
tahun dihitung sebagai angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah
penduduk berusia 15-64 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja. Tingkat
pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang tidak atau belum mendapatkan
pekerjaan (Rahardja, 2008: 376).

Pengangguran merupakan salah satu penyakit ekonomi yang sangat berpengaruh


terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Pengangguran mengakibatkan orang tidak
memiliki pendapatan dan mendorong mereka jatuh ke jurang kemiskinan. Secara umum
pemerintah mengatasi pengangguran dengan mengupayakan memperluas kesempatan
kerja, baik di sektor pemerintahan maupun sektor swasta.

Masalah pengangguran selalu menjadi permasalahan yang sulit terpecahkan


disetiap negara. Sebab jumlah penduduk yang bertambah semakin besar tiap tahunnya,
akan menyebabkan meningkatnya jumlah orang pencari kerja, dan seiring itu tenaga
kerja juga akan bertambah. Jika tenaga kerja tidak dapat terserap ke dalam lapangan
pekerjaan maka mereka akan tergolong ke dalam orang yang menganggur.

Menurut (BPS, 2017) pengangguran dapat dikelompokkan atas 4 yaitu :

1) Pengangguran penuh / terbuka yaituorang yang termasuk angkatan kerjatapi


tidak bekerja dan tidak mencarikerja
2) Setengah menganggur terpaksa yaituorang yang bekerja kurang dari 35 jamper
minggu karena sesuatu sebab diluar kemauannya karena tidak / belum berhasil
memperoleh pekerjaan meskipun mereka mencari danbersedia menerima pekerjaan
dengan upah lebih rendah dari yang diharapkan.
3) Setengah menganggur sukarela yaitu orang yang memilih lebih baik
menganggur dari pada menerima pekerjaan yang dirasa tidak sesuai dengan
pendidikannya atau upah yang lebih rendah dari yang diharapkan.
4) Orang yang bekerja kurang dari yang sebenarnya (seharusnya) dapat dikerjakan
dengan pendidikan/keterampilan yang dimilikinya.

2.3. Pendidikan Rendah

Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian manusia


baik dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga para beberapa orang ahli
mengartikan pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan melalui pengajaran dan latihan.
Dengan pendidikan kita bisa lebih dewasa karena pendidikan tersebut memberikan
dampak yang sangat positif bagi kita, dan juga pendidikan tersebut bisa memberantas
buta huruf dan akan memberikan keterampilan, kemampuan mental, dan lain sebagainya.
Seperti yang tertera didalam UU No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha dasar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.
Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, demi maju mundurnya
kualitas masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang ada pada
rakyat bangsa tersebut.3 Seperti yang dikatakan oleh harahap dan poerkatja, pendidikan
adalah usaha yang secara sengaja dari orang tua yang selalu diartikan mampu
menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Pendidikan akan
memberikan dampak positif bagi para generasi muda dan juga pendidikan.
Lalu apakah itu pendidikan rendah?. Istilah Pendidikan Rendah dipergunakan
pertama kali untuk mengkategorikan beragam sekolah tingkat dasar pada jaman Belanda.
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan pada jaman Belanda dibedakan berdasarkan
status masyarakat, dan salah satu literatur menyebutkan ada 3 kelompok besar
masyarakat yaitu Kelas orang Eropa dan Belanda, Kelas Orang Indonesia Elit dan Cina,
dan Kelas orang Indonesia kelas bawah/kebanyakan.
Tahun 1965 berdasarkan Penetapan Presiden RI No. 19 tentang Pokok-Pokok
Sistem Pendidikan Nasional Pancasila, terdapat sebuah konsep baru tentang pendidikan
di Indonesia. Dalam pasal 8, istilah Pendidikan Dasar dipergunakan untuk menggantikan
istilah Pendidikan dan Pengadjaran Rendah. Dalam konsep pendidikan Dasar ini, bentuk
persekolahan yang dimaksud dinamakan Sekolah Dasar (SD) dengan masa belajar 9
tahun, terhitung sejak siswa berusia 6 tahun. Alasan mengapa digantikan istilahnya
karena kata “rendah” memiliki nuansa penggunaan yang cenderung negatif, misalnya
untuk menyatakan lapisan masyarakat, maka dipergunakan istilah “Masyarakat Kelas
Rendah” atau Masyarakat Kelas Bawah”. Untuk menghilangkan kesan sebagai
pendidikan yang dikhususkan untuk kelas bawah, atau menghilangkan pengelompokkan
sekolah berdasarkan sistem Belanda, maka kata “Dasar” dipakai sebagai alternatif yang
lebih mewakili pendidikan untuk seluruh rakyat tanpa pengkelasan status.
Pada saat ini istilah Pendidikan Rendah yang sering kita dengar digunakan untuk
mengkategorikan masyarakat yang pendidikannya hanya ditempuh selama 6 tahun atau
bahkan kurang dari 6 tahun. Pendidikan dasar masyarakat itu 9 tahun yaitu SD 6 tahun
dan SMP 3 tahun. Di Indonesia karena banyaknya faktor yang menjadikan masyarakat
tidak mampu meneruskan pendidikan mereka, alhasih di Indonesia banyak orang yang
memiliki pendidikan rendah. Dan hal inilah yang menjadi penghambat untuk
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Penyebab Tingkat Pengangguran di Indonesia Tinggi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran Indonesia sebesar 9,1
juta orang pada Agustus 2021. Jumlah ini naik dari 8,7 juta orang pada Februari 2021,
tetapi menurun jika dibandingkan 9,8 juta orang pada periode yang sama tahun lalu.

Namun pengangguran Indonesia menurun jika dilihat dari tingkat pengangguran


terbuka (TPT). Tercatat TPT Indonesia sebesar 6,49% pada Agustus 2021. TPT ini
menurun dari 9,72% pada Februari 2021 dan 7,07% pada Agustus 2020. BPS
melaporkan, ada delapan provinsi yang memiliki TPT di atas rata-rata nasional. TPT
tertinggi berasal dari Kepulauan Riau sebesar 9,91%.
Kemudian disusul Jawa Barat sebesar 9,82%, Banten 8,98%, dan Jakarta 8,5%.
Lalu, Sulawesi Utara sebesar 7,06%, Maluku 6,93%, Kalimantan Timur, 6,83%, dan
Sumatera Barat 6,52%. Selain itu, pandemi Covid-19 masih memberikan dampak negatif
terhadap kondisi ketenagakerjaan Indonesia, tetapi dampaknya tidak sebesar tahun
sebelumnya saat pertama kali Indonesia menghadapi ancaman virus. Sebanyak 21,32 juta
orang penduduk usia kerja terdampak Covid-19, turun 7,8 juta orang dari Agustus 2020
yang sebesar 29,12 juta. Adapun pengangguran akibat Covid-19 menurun 740 orang dari
2,56 juta pada Agustus 2020 menjadi 1,82 juta. Lalu, pekerja yang mengalami
pengurangan jam kerja menurun 6,62 juta orang dari 24,03 juta pada Agustus 2020
menjadi 17,41 juta. BPS juga mencatat sebanyak 700 orang bukan merupakan angkatan
kerja. Jumlah itu turun 60 orang dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 760
orang. Terakhir, pegawai yang sementara tidak bekerja menurun 380 orang menjadi 1,39
juta orang.
Update terbaru Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2022 sebesar 5,83
persen, turun sebesar 0,43 persen poin dibandingkan dengan Februari 2021.
Lalu, apa saja sebenarnya penyebab tingginya pengangguran di Indonesia?
Berikut penyebab-penyebab tingginya pengangguran di Indonesia :
1. Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang muncul karena adanya waktu
yang diperlukan untuk menyesuaikan kualifikasi pekerja dengan pekerjaan yang
tersedia.
2. Pengangguran struktural yaitu pengangguran yang muncul karena keterampilan
yang diminta oleh pemberi kerja tidak sesuai dengan keterampilan pencari
kerja atau tidak adanya kesesuaian lokasi antara pekerjaan dan pencari
kerja. Hal ini terjadi karena perubahan selera,teknologi, pajak atau
kompetisi yang mengurangi permintaan keterampilan tertentu dan menaikkan
permintaan keterampilan lain.
3. Pengangguran musiman yaitu pengangguran karena adanya perubahan permintaan
dan penawaran tenaga kerja.
4. Pengangguran siklikal yaitu fluktuasi pengangguran karena siklus bisnis.

Linbeck (1999) menyatakan bahwa pengangguran merupakan akibat dari


kesalahan kelembagaan dalam instansi pemerintah maupun swasta yang berimbas pada
pengaturan pasar, demografis, hukum dan regulasi. Pentingnya fitur kelembagaan dalam
kaitannya dengan pengangguran berimplikasi pada permintaan dan penawaran tenaga
kerja, pengaturan upah, hingga efektifitas pencarian dan pencocokan di pasar tenaga
kerja.

Selain itu pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena kondisi
ekonomi, Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat, Pengembangan
sektor ekonomi non-real, pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan,
keterbatasan lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja,
kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja, memiliki pedidikan yang tinggi
tapi tidak memilki peluang kerja dikarena tidak memiliki akses sehingga berpotensi
untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan dikemukakan Kwik pada
seminar “Pasar Kerja yang Ramah Pasar” di Hotel Borobudur Jakarta, 9 September 2003.
Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan
kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang
usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang
menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain.
3.2. Penyebab Tingkat Pendidikan Rendah di Indonesia Tinggi

Pendidikan adalah suatu bekal dasar yang bertujuan dalam mengembangkan


kemampuan dan kepribadian bangsa. Dengan adanya pendidikan suatu bangsa dapat
menjunjung nilai-nilai moral dan mampu bersaing sehat dalam segala bidang, salah
satunya adalah bidang ekonomi. Kualitas pendidikan yang baik nantinya akan
menghasilkan output output yang baik pula, namun sayangnya kualitas pendidikan di
Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Berdasarkan survei United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di
Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk
kualitas para guru, kualitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan tingkat pendidikan rendah di Indonesia
tinggi, salah satunya lemahnya kualitas guru. Banyak guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam
Pasal 39 UU No 20 Tahun 2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan
pelatihan, melakukan penelitian, dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja,
sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar.

Kesempatan memperoleh pendidikan di Indonesia masih terbatas pada tingkat


sekolah dasar. Dapat dilihat pada diagram di atas, jumlah lulusan paling banyak yaitu
pada tingkat sekolah dasar. Data sebelum tahun itu, salah satunya data balitbang
Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama
tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun
1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi.
Angka partisipasi murni pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa).
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan
dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia
secara keseluruhan.
Selain faktor diatas, faktor ekonomi menjadi juga menjadi alasan utama mereka
untuk tidak melajutkan pendidikan. Banyak dari masyarakat terpencil atau perekonomian
kelas menengah terpaksa tidak dapat melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang yang
lebih tinggi.
Hal-hal diataslah yang menjadi faktor penyebab kualitas pendidikan di Indonesia
dapat dikatakan rendah dan akhirnya tingkat pendidikan rendah di Indonesia tinggi.
Faktor-faktor tersebut akan menjadi masalah yang sulit diselesaikan mengingat dari
pemerataan pendidikan di Indonesia. Namun, apabila masalah ini tidak segera ditangani
maka akan mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun-tahun yang akan
datang. Karena apabila pendidikan masyakatnya rendah maka sumber daya manusianya
juga rendah dan itu akan mempengaruhi kualitas masyarakatnya dalam bekerja.

3.3. Dampak Keduanya terhadap Pertumbuhan Ekonomi

 Dampak pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi :


1. Mengurangi Output Negara,
2. Menurunkan taraf hidup yang diukur dengan pendapatan per kapita,
3. Memperlambat proses pembangunan dimana jika produksinasional turun
maka pendapatan negara (pajak) juga turun sehingga dana untuk
pembangunan infrastruktur juga turun,
4. Meningkatkan angka kemiskinan,dimana tingkat pengangguran yang tinggi
berdampak terhadap tingkat kemiskinan.

Samuelson (2004), dengan meningkatnya angka pengangangguran dapat


berdampak pada pertumbuhan ekonomi, hal ini dikarenakan dapat menyianyiakan
barang dan jasa yang sebenarnya dapat diproduksi oleh para pengangguran
tersebut. Dengan begitu pengangguran dapat berpengaruh terhadap jumlah
produksi barang dan jasa, dan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan
ekonomi.

Berdasarkan hal-hal di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara


pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi, dengan begitu diperlukan
kebijakan dari pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran yang ada.

 Dampak pendidikan rendah terhadap pertumbuhan ekonomi :


Tidak ada satupun negara dapat mencapai pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan tanpa investasi modal manusia secara substansial. Pendidikan
memperkaya pemahaman manusia dan dunia. Pendidikan juga meningkatkan kualitas
hidup manusia dan manfaat sosial yang lebih luas baik untuk individu maupun
masyarakat. Pendidikan meningkatkan produktivitas dan kreativitas tenaga kerja serta
meningkatkan kewirausahaan dan kemajuan teknologi. Bahkan, pendidikan
memainkan peran yang penting dalam menyelamatkan kemajuan sosial dan ekonomi
dan meningkatkan distribusi pendapatan (Ozturk dalam Riswandi, 2009)
Dari kutipan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, dampak dari
pendidikan rendah terhadap pertumbuhan ekonomi ialah produktivitas dan kreativitas
akan menurun karena kurangnya pemahaman manusia dan dunia. Apabila
prodktivitas dan kreativitas menurun maka laju perekonomian juga akan turun dan hal
tersebut berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

3.4. Upaya untuk Menekan Laju Pengangguran dan Pendidikan Rendah di Indonesia

 Upaya menekan laju pengangguran


1. Menyelenggarakan bursa pasar kerja
Bursa tenaga kerja merupakan penyampaian informasi kepada masyarakat luas
terkait lowongan kerja. Informasi tersebut disebarkan langsung oleh perusahaan-
perusahaan maupun pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja. Tujuan dari
bursa kerja yaitu agar terjadinya komunikasi yang baik antara perusahaan dan
pencari kerja di sebuah tempat secara langsung. Selama ini banyak informasi
lowongan kerja yang tidak tersampaikan kepada masyarakat sehingga umumnya
hanya bisa diakses oleh golongan tertentu.
2. Menggalakkan kegiatan ekonomi informal
Salah satu caranya dengan mengembangkan industri rumah tangga di banyak
tempat sehingga menyerap tenaga kerja. Dalam upaya pengembangan sektor
informal tersebut diperlukan keberpihakan dari Pemda setempat.
3. Meningkatkan keterampilan tenaga kerja
Salah satu langkah terbaik sebagai cara menurunkan angka pengangguran dan
dapat bersaing dengan negara lain adalah dengan peningkatan keterampilan melalui
pelatihan bersertifikasi internasional.
4. Meningkatkan mutu pendidikan
Pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan akan mendorong meningkatnya
kualitas sumber daya manusia dan memungkinkannya untuk memperoleh
kesempatan kerja yang lebih luas.
5. Mendirikan pusat-pusat latihan kerja
Pusat-pusat latihan kerja mesti didirikan demi melaksanakan pelatihan tenaga
kerja untuk mengisi formasi yang tersedia. Dengan begitu, SDM yang akan bekerja
memiliki pengalaman dan sertifikat bahwa dia bisa bekerja di bidang tertentu.
6. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Pemerintah perlu secara konsisten meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ketika ekonomi meningkat dan merata, peluang penciptaan kesempatan kerja pun
akan meningkat.
7. Mendorong investasi
Pemerintah perlu terus mendorong masuknya investasi dari dalam negeri
maupun luar negeri sehingga semakin banyak peluang kerja di Indonesia.
8. Meningkatkan transmigrasi
Transmigrasi merupakan strategi pemerintah untuk memeratakan jumlah
penduduk dari pulau yang berpenduduk padat ke pulau yang masih jarang
penduduknya. Adapun transmigran dapat mengoptimalkan sumber kekayaan alam
yang ada.
9. Melakukan deregulasi dan debirokrasi
Deregulasi dan debirokrasi di berbagai bidang industri dilakukan untuk
merangsang adanya investasi baru. Deregulasi adalah perubahan peraturan aturan
main terhadap bidang-bidang tertentu. Deregulasi biasanya ke arah
penyederhanaan peraturan.
Adapun debirokrasi adalah perubahan struktur aparat pemerintah yang
menangani bidang-bidang tertentu. Debirokrasi umumnya ke arah penyederhanaan
jumlah pegawai/lembaga pemerintah yang menangani sebuah urusan tertentu.

10. Memperluas lapangan kerja


Perluasan lapangan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru
terutama yang bersifat padat karya. Dengan era perdagangan bebas secara regional
dan internasional sebenarnya terbuka lapangan kerja yang semakin luas yang tidak
saja di dalam negeri juga ke luar negeri. Hal tersebut tergantung pada kesiapan
tenaga kerja untuk bersaing secara bebas di pasar tenaga kerja internasional.
 Upaya menekan laju pendidikan rendah
1. Tingkatkan anggaran pendidikan
Pemerintah haruslah bertanggung jawab dalam menanggung biaya pendidikan
bagi warganya, baik sekolah negeri atau swasta agar banyak anak-anak dari
keluarga yang tidak mampu bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Ini penting
jika ingin mendapatkan generasi yang cerdas.
2. Manajemen pengelolaan pendidikan
Manajemen pendidikan yang paling baik wajib memperhatikan
profesionalisme dan juga kreatifitas lembaga dalam penyelenggara pendidikan.
3. Bebaskan sekolah dari suasana berbisnis
Sekolah bukanlah ladang berbisnis bagi para pejabat dinas pendidikan, kepala
sekolah dan guru, serta perusahaan swasta. Akan tetapi, sekolah adalah tempat
untuk cerdaskan bangsa.
4. Memperbaiki kurikulum
Dalam penyusunan kurikulum ini hendaknya dengan mempertimbangkan
berbagai potensi alam, sumber daya manusia atau saranan serta prasarana yang
sudah ada.
5. Pendidikan agama
Ini penting sekali tak hanya sebagai penyampaian dogma atau pun
pengetahuan salah satu agama saja pada siswa, akan tetapi seabgai
penginternasionalisasian dari nilai-nilai kebaikan, cinta kasih, kerendahan hati, dan
lain-lain.
6. Pendidikan melatih kesadaran kritis
Sikap kritis dan juga toleran, nantinya akan merangsang tumbuhnya kepekaan
social serta rasa keadilan. Oleh sebab itulah diharap bisa mengatasi masalah social,
budaya, politik, dan juga ekonomi bangsa.
7. Pemberdayaan guru
Guru ini hendaknya juga harus lebih kreatif, inovatif, terampil, serta berani
dalam berinisatif di dalam mengembangkan model pengajaran secara variatif.
8. Perbaiki kesejahteraan guru
Guru adalah faktor domina di dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh sebab
itulah upaya perbaikan kesejahteraan bagi guru ini harus ditingkatkan lagi,
sehingga nantinya guru tak hanya dituntut untuk tingkatkan wawasan atau mutu
mengajarnya dan juga menghasilkan output yang baik pula.
9. Memperluas dan memeratakan mendapat pendidikan
Strategi atau upaya pemerintah mengatasi masalah pendidikan di Indonesia
bisa dilakukan dengan pemantapan prioritas pendidikan dasar 9 tahun, pemberian
beasiswa, pemberian insentif pada guru yang bertugas pada daerah terpencil,
pemantapan sistem pendidikan terpadu bagi anak dengan kelainan, dan tingkatkan
keterlibatan masyarakat di dalam meninjang pendidikan berkualitas.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak,
Banyaknya jumlah penduduk ini membawa dampak negatif dan positf bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ada beberapa masalah dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia yaitu tingkat pengangguran dan pendidikan rendah yang tinggi. Kedua hal ini
saling berhubungan. Jika pendidikan rendah meningkat, maka sumber daya manusia
yang kompeten berkurang. Berkurangnya sdm yang kompeten mempengaruhi
produktivitas dan kreativitas. Pendidikan berperan penting dalam menciptakan sumber
daya manusia yang berkompeten. Semakin banyaknya sumber daya manusia yang
kompeten maka akan mampu mengurangi angka pengangguran sekaligus menguragi
tingkat pendidikan rendah di Indonesia

4.2. Saran

Dalam menangani masalah pengangguran Pemerintah harus cepat tanggap


dalam pemecahan masalah pengangguran. Masalah Pengangguran memang tidak
mudah, pemerintah harus mengikutsertakan peran pendidikan dalam menurunkan
tingkat pengangguran. Sebuah Negara yang ingin berubah harus meningkatkan tingkat
pendidikannya. Hal ini tentu saja tidak lepas dari peran masyarakat juga. Masyarakat
juga perlu mengerti akan pentingnya pendidikan, karena dengan adanya pendidikan
mampu menjadikan mereka lebih berkompeten sehingga mampu menigkatkan
produktivitas serta kreativitas mereka.
DAFTAR PUSTAKA

SEPTIATIN, A. A., MAWARDI, M. M., & RIZKI, M. A. K. (2016). Pengaruh Inflasi Dan
Tingkat Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. I-Economics: A
Research Journal On Islamic Economics, 2(1), 50-65.

Wirawan, I. M. T., & Arka, S. (2015). Analisis pengaruh pendidikan, PDRB per kapita, dan
tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana, 4(5), 44542.

Putri, I. A. (2016). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengangguran terhadap


Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 4(3).

Del Rosa, Y., Agus, I., & Abdilla, M. (2019). Pengaruh Inflasi, Kebijakan Moneter dan
Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Dharma
Andalas, 21(2), 183-293.

Ishak, K. (2018). Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pengangguran Dan Inflikasi Terhadap


Indeks Pembangunan Di Indonesia. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 7(1), 22-
38.

BUDIARTI, D. (2014). Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di


Kabupaten Mojokerto Tahun 2000-2011. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 2(1).

CNN Indonesia. (2022). 10 Cara Mengatasi Pengangguran di Indonesia.


www.cnnindonesia.com. (Diakses, 27 Mei 2022)

Badan Pusat Stastik. (2022). Februari 2022: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar
5,83 persen dan Rata-rata upah buruh sebesar 2,89 juta rupiah per bulan. www.bps.go.id
(Diakses, 27 Mei 2022)

Murniramli. (2008). Pendidikan Rendah dan Pendidikan Dasar.


www.murniramli.wordpress.com (Diakses, 27 Mei 2022)

Jayani, D. H. (2021). Pengangguran Indonesia Kini Ada 9,1 Juta Orang, Turun Tipis dari
Tahun Lalu. https://databoks.katadata.co.id (Diakses, 27 Mei 2022)

Egsaugm. (2019). Apa Itu Pengangguran?. https://egsa.geo.ugm.ac.id (Diakses, 27 Mei 2022)

Anda mungkin juga menyukai