Disusun Oleh:
Diva Liana Ramadhani 6220120030
Faza Rizki Awwallia Rahmah 6120122087
Muhammad Zanuar Hadiansyah 6120122018
Windi 6120122007
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya yang berjudul “Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Pengantar
Ekonomi Makro. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan makalah
ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
kesempurnaan makalah ini.
Dan penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dosen
pengampu, Bapak Fuad Maulana, S.E, M.M. atas bimbingan beliau, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah inidan juga para kerabat yang ikut membantu
penyelesaian makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan wawasan bagi para
pembaca tentang Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan……………………………………………………………….19
B. Saran ……………………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..21
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
4. Apa saja yang menjadi indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah?
5. Apa itu Kebijakan Ekonomi Makro?
6. Bagaimana dan Seperti apa bentuk-bentuk Kebijakan Ekonomi Makro?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Tanah dan kekayaan alam lainnya.
Kekayaan alam suatu negara meliputi luas kesuburan tanah, keadaan iklim
dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan laut yang dapat diperoleh, dan jumlah
dan jenis kekayaan barang tambang yang
ada. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk membangun
perekonomian suatu negara, terutama pada masa permulaan proses pertumbuhan
ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat
diusahakan dengan menguntungkan, hambatan (kekurangan modal, kekurangan
tenaga ahli, dan kekurangan pengetahuan) akan dapat diatasi dan pertumbuhan
ekonomi dipercepat.
b. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong
maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi.Penduduk yang bertambah
akan memperbesar tenaga kerja, dan pertambahan tersebut memungkinkan negar
itu menambah produksi. Apabila di dalam perekonomian berlaku keadaan di mana
pertambahan tenaga kerja tidak dapat menaikkan produksi yang tingkatnya adalah
lebih cepat dari tingkat pertambahan penduduk, pendapatan per kapita akan
menurun. Dengan demikian penduduk yang berlebih-lebihan akan menimbulkan
kemrosotan ke atas kemakmuran rakyat.
c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan teknologi
yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting sekali
dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi itu.
Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi
tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih
rendah dari pada yang dicapai masa kini. Tanpa adanya perkembangan teknologi,
produktivitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan dan tetap
berada pada tingkat yang sangat rendah. Oleh karena itu perkembangan per kapita
hanya mengalami perkembangan yang kecil sekali.
d. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang peranan yang cukup
penting dalam pertumbuhan ekonomi. Apabila di dalam masyarakat terdapat
beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat
4
menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha untuk
menghapuskan hambatan-hambatan tersebut.
e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Pandangan Adam Smith, menunjukkan bahwa sejak lama orang menyadari
tentang pentingnya peranan luas pasar dalam pertumbuhan ekonomi. Apabila luas
pasar terbatas tidak terdapat dorongan kepada para pengusaha untuk
menggunakan teknologi modern yang tingkat produktivitasnya sangat tinggi.
Selain itu ada 3 indikator sebagai penentu pertumbuhan ekonomi,
Indikator dalam menentukan apakah pertumbuhan ekonomi bergerak positif atau
tidak ada 3 jenis. Ketiga indikator itu adalah pendapatan per-kapita dan
peningkatan pendapatan nasional, jumlah pengangguran lebih kecil ketimbang
jumlah tenaga kerjanya, dan menurunnya tingkat kemiskinan. Ketika 3 indikator
tersebut ditemukan dalam sebuah negara, maka bisa dikatakan pertumbuhan
ekonomi negara tersebut sedang bergerak ke arah yang positif.
Sebaliknya, jika indikator-indikator tidak ditemukan atau bahkan mengacu
ke kondisi yang berlawanan, kondisi ekonomi negara tersebut sedang mengalami
kemunduran ekonomi. Jika dibiarkan terlalu lama, negara yang mengalami
kemunduran ekonomi dapat menjadi negara yang gagal dan masyarakatnya tidak
sejahtera.
6
Teori Ekonomi Modern
Teori pertumbuhan ekonomi modern didukung oleh Walt Whitman Rostow.
Rostow mengemukakan pandangannya bahwa pertumbuhan ekonomi terbagi
dalam 5 tahap, yakni:
Masyarakat tradisional: Tahap ketika kegiatan produksi masih sederhana dan
hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi.
Pra lepas landas: Tahap ketika masyarakat dalam proses transisi penerapan ilmu
modern pada pertanian dan industri.
Lepas landas: Tahap di mana masyarakat mendorong dan memperkuat
pertumbuhan ekonomi secara luas melalui investasi efektif serta tabungan
produktif.
Dorongan menuju kedewasaan: Tahap saat perekonomian tumbuh secara teratur,
lapangan usaha bertambah, serta semakin masifnya penerapan teknologi modern
yang diikuti peningkatan investasi dan tabungan.
Konsumsi Tinggi: Tahap saat sektor industri memimpin dan pendapatan per
kapita riil terus meningkat sehingga konsumsi masyarakat juga meningkat.
Teori Harrod- Domar
Menurut teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar ada beberapa yang di
asumsikan yaitu:
1) Perekonomian dalam keadaan kerja penuh (full employment) dan barang-barang
modal dalam masyarakat digunakan secara penuh.
2) Perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sector
perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.
3) Besarnya tabungan masyarakat dan pendapatan nasional adalah proporsional,
artinya fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4) Kecendrungan untuk menabung (marginal propensity to save-MPS) besarnya
tetap, demikian juga rasio antara modal output (capital- output ratio- COR) dan
rasio pertambahan modal output(incremental capital- output ratio- ICOR).
Teori Ekonomi Sektor
Teori pertumbuhan ekonomi sektor (Sector Theory Of Growth), Teori ini
dikembangkan berdasarkan hipotesis Clark Fisher yang mengemukakan bahwa
kenaikan pendapatan per kapita akan dibarengi oleh penurunan dalam proporsi
sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian (sektor primer) dan kenaikan
dalam sektor industry manufaktur (sektor sekunder) dan kemudian dalam industri
7
jasa dalam asumsi mempersempit faktor penentu pertumbuhan yang hanya
menjadi barang modal dan tenaga kerja(sektor tersier). Laju pertumbuhan dalam
sektor yang mengalami perubahan (sector Lift). Dianggap sebagai determinan
utama dari perkembangan suatu wilayah.
Ket:
r t-1 = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun yang dihitung
PDRB (t -1) = Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya.
8
Ketidakseimbangan Pendapatan
Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak didistribusikan
secara adil, 80% populasi terbawah akan menerima 80% persen dari total
pendapatan, sedangkan 20% populasi teratas menerima 20% total pendapatan.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan pengelompokan penduduk
dibagi tiga, yaitu 40% populasi terendah, 40 % populasi sedang, dan 20% populasi
teratas. Indikator ketidakseimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai
keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah.
Perubahan Struktur Perekonomian
Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan akan
mengakibatkan perubahan struktur perekonomian, dimana terjadi kecendrungan
bahwa kontribusi (peran) sektor petanian terhadap nilai PDRB akan menurun,
sedangkan kontribusi sektor industry akan meningkat. Sektor industri memiliki
peranan sangat penting dalam pembangunan nasional dan regional, sektor industri
dapat menyediakan lapangan kerja yang luas, memberikan peningkatan
pendapatan kepadamasyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari exspor.
Oleh karena itu, perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan selain
sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada sektor industri.
Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah satu masalah
yang stategis dan sangat mendesak dalam pembangunan di Indonesia. Penduduk
Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 jiwa, tingkat pengangguran cukup tinggi
dan cenderung bertambah luas akibat krisis financial Negara-negara di dunia.
Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas tersebut, diperlukan peranan
pemerintah. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah pembangunan
prasarana (misalnya jalan). Pembangunan jalan yang menjangkau ke seluruh
kantong-kantong produksi, akan mendorong peningkatan produksi
berbagai komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) serta barang-barang hasil
industri. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi akan menunjang
berkambangnya berbagai kegiatan di sektor-sektor lainnya ( pertanian,
perdagangan, industri, pariwisata dan lainnya).
Tingkat dan Penyebaran Kemudahan
9
Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari (seperti
sandang, pangan, papan, memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan,
kesempatan melakukan ibadah,rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan
kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya mendapatkan bahan
baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air bersih, dan jasa-jasa seperti jasa
angkutan, pemasaran, perbankan dan lainnya)
Produk Domestik Regional Bruto
Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah
dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut
definisi, PDRB adalah jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu
tertentu tanpa melihat factor kepemilikan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencerminkan
kenaikan produksi barang dan jasa dari tahun ke tahun. Menurut badan pusat
statistik (BPS) ada tiga cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga
pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran
1. Pendekatan produksi
PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya
dikelompokan menjadi Sembilan sector lapangan usaha yaitu:
a) Pertanian
b) Pertambangan dan Penggalian
c) Industri Pengolahan
d) Listrik, gas, dan air bersih
e) Bangunan dan Konstruksi
f) Perdagangan, hotel dan restoran
g) Pengangkutan dan komunikasi
h) Jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan
i) Jasa-jasa lainnya
10
2. Pendekatan Pengeluaran
PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah penjumlahan semua komponen
permintaan akhir1, dari:
a) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung (nirlaba)
b) Konsumsi pemerintah
c) Pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi) dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun).
d) Pembentukan stok
e) Ekspor netto (exspor dikurang impor)
3. Pendekatan pendapatan
PDRB menurut pendekatan pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan Perhitungan
tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam
pengertian PDRB ,kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen
pendapatan ini menurut sektor disebut nilai tambah bruto (NTB sektoral). Jadi,
PDRB yang dimaksud adalah jumlah dari NTB seluruh sektor lapangan usaha.
14
2. Kebijakan fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan
pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Kebijakan fiskal yang ekspansif dilakukan untuk meningkatkan output dengan cara
meningkatkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan pajak sedangkan kebijakan
fiskal sebaliknya dengan cara menurunkan pengeluaran pemerintah dan meningkatkan
pajak. Outputnegara ditentukan oleh empat unsur yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah dan transaksi luar negeri (ekspor dan impor).
Kebijakan fiskal yang ekspansif dengan cara meningkatkan pengeluaran pemerintah
mengakibatkan output meningkat, begitu juga apabila dilakukan dengan penerimaan
pajak yang menurun. Hal ini mengakibatkan pendapatan disposibel perseorangan akan
meningkat sehingga konsumsinya juga meningkat. Dengan asumsi tabungan dianggap
tetap, secara agregat hal ini akan meningkatkan konsumsi agregat dan akan meningkatkan
output. Begitu juga sebaliknya dengan kebijakan fiskal yang kontraktif. Kebijakan fiskal
yang kontraktif yaitu dengan cara menaikkan pajak dapat juga dengan cara menurunkan
pengeluaran pemerintah tentunya akan mengurangi output.
Menganalisis kebijakan fiskal dapat menggunakan kurva IS (investment saving).
Kurva IS menggambarkan tentang permintaan agregat di pasar barang dan jasa berbeda
dengan kurva LM pada pasar uang. Kurva IS menghubungkan antara tingkat bunga
dengan output. Kurva IS diderivasi dari kurva pengeluaran agregat yang dihubungkan
dengan tingkatbunga. Apabila bunga menurun akan menggeser kurva AE ke atas melaui
pengaruhnya ke investasi dan sebaliknya bila bila bunga meningkat akan menggeser
kurva AE ke bawah. Sehingga dapat disimpulkan hubungan tingkat bunga dengan output
adalah negatif.
Untuk menganalisis kebijakan fiskal dan moneter terhadap output digunakan
kurva IS- LM sebagai alat analisisnya. Berikut merupakan keseimbangan IS-LM dan
kebijakan kebijakan yang diterapkan.
15
i
LM1
i2
i1
IS2
IS1
Y1 Y2 Y
i LM2
LM1
i2
i1
IS1
Y2 Y1 Y
Gambar 2. Keseimbangan IS-LM dengan kebijakan moneter ekspansif
16
i LM1
LM2
i2
i
IS2
IS1
Y1 Y2 Y3 Y
Kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk meningkatkan output. Apabila melalui kebijakan fiskal saja katakanlah
pemerintah meningkatkan pengeluarannya guna meningkatkan output, namun lama-
kelamaan akan meningkatkan suku bunga dan bila berlangsung terus menerus hal ini
tidak baik untuk perekonomian karena beban bunga semakin mahal bagi pengusaha,
sehingga dapat menimbulkan kelesuan usaha dan akan menurunkan output lagi pada
akhirnya.
Sedangkan bila melalui kebijakan moneter saja yaitu pemerintah menambah
jumlah uang beredar guna meningkatkan output akibatnya adalah suku bunga akan turun
dimana hal ini tidak baik bagi perekonomian. Sehingga yang sebaiknya adalah
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dilaksanakan secara bersamaan dengan cara
meningkatkan pengeluaranpemerintah serta menambah jumlah uang beredar maka dari
17
itu hasilnya adalah output akan meningkat dan suku bunga akan stabil atau dengan cara
menurunkan pajak dan menambah jumlah uang beredar.
Output
Output adalah hasil proses produksi dan sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi
output merupakan salah satu indikatornya selain IPM, ketimpangan dan lain-lain. Dalam
konteks ini yang dimaksud dengan output adalah pendapatan nasional. Pendapatan
nasional diIndonesia dikenal dengan Produk Domestik Bruto ( Gross Domestic Product)
dan Produk Nasional Bruto ( Gross National Product).
Produk Domestik Regional Bruto (PDB) pada dasarnya merupakan total nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di suatu region dalam periode waktu
tertentu (Rendra, 2007). Untuk menghitung PDB, ada tiga metode penghitungan yang
bisa digunakan, yaitu:
1) Metode produksi, PDB merupakan jumlah nilai produk barang-barang jasa akhir
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
2) Metode pendapatan, PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktorproduksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu.
3) Metode pengeluaran, PDB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk
konsumsi rumah tangga, lembaga sosial swasta yang tidak mencari keuntungan,
konsumsi pemerintah, pembentukan moda tetap domestik bruto, perubahan stok dan
ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor
Y = Ch + Cg + I + X – M
Keterangan: Ch = Konsumsi Rumah Tangga; Cg = Konsumsi pemerintah dan
Pertahanan; I = Investasi; X = Ekspor; M = Impor; dan Y = Produk Domestik Regional
Bruto (PDB)
Secara konsep ketiga metode penghitungan tersebut di atas memberikan jumlah yang
sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan faktor-faktor produksinya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara garis besar Pertumbuhan Ekonomi didefinisikan sebagai proses dari sebuah
perubahan kondisi perekonomian yang terjadi di suatu negara secara
berkesinambungan untuk menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka
waktu tertentu. Secara umum teori tentang pertumbuhan ekonomi dapat di
kelompokan menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori
pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis
di dasarkan pada kepercayaan dan efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ini
merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonom klasik antara lain Adam
Smith, David Ricardo.
Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teori ekonomi modern.
Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan salah satu teori pertumbuhan
ekonomi modern, teori ini menekankan arti pentingnya pembentukan investasi bagi
pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi investasi maka akan semakin baik
perekonomian, investasi tidak hanya memiliki pengaruh terhadap permintaan
agregat tetapi juga terhadap penawaran agregat
melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif yang lebih
panjang investasi akan menambah stok kapital.
Kebijakan makroekonomi adalah bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah suatu
Negara yang pada prinsipnya bertujuan untuk menstabilkan perekonomian dan
menciptakan pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif. Setiap kebijakan ekonomi
bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Bentuk-bentuk
kebijakan ekonomi makro secara umum dibagi menjadi 2, yaitu: Kebijakan Ekonomi
Moneter dan Kebijakan Ekonomi Fiskal. Kebijakan Ekonomi makro merupakan kebijakan
yang diambil oleh pemerintah, bank sentral dan
otoritas moneter yang pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro. Sedangkan Kebijakan Ekonomi
19
Fiskal adalah kebijakan ekonomi guna mengarahkan perekonomian ke arah yang lebih
baik dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro sangat erat kaitannya karena
dengan tujuan dari dibuatnya Kebijakan Ekonomi makro secara garis besar yaitu untuk
menumbuhkan perekonomian.
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21