Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Pertumbuhan Ekonomi & Kebijakan Ekonomi Makro”


Disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Ekonomi Makro
Dosen Pengampu:
Fuad Maulana Kurnia, S.E., M.M.

Disusun Oleh:
Diva Liana Ramadhani 6220120030
Faza Rizki Awwallia Rahmah 6120122087
Muhammad Zanuar Hadiansyah 6120122018
Windi 6120122007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE DHARMA NEGARA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya yang berjudul “Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Pengantar
Ekonomi Makro. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan makalah
ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
kesempurnaan makalah ini.

Dan penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dosen
pengampu, Bapak Fuad Maulana, S.E, M.M. atas bimbingan beliau, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah inidan juga para kerabat yang ikut membantu
penyelesaian makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan wawasan bagi para
pembaca tentang Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro.

Bandung, 27 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Tinjauan Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 3

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................... 5

2.3 Faktor Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................... 8

2.4 Indikator Pertumbuhan ................................................................................ 8

2.5 Tinjauan Kebijakan Ekonomi Makro ……………………………………...11

2.6 Bentuk-bentuk Kebijakan Ekonomi Makro ………………………………12

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..19

A. Kesimpulan……………………………………………………………….19

B. Saran ……………………………………………………………………..20

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1:Keseimbangan IS-LM dengan kebijakan fiskal ekspansif………………16

Gambar 2:Keseimbangan IS-LM dengan kebijakan moneter ekspansif 16

Gambar 3:Keseimbangan IS-LM dengan kebijakan fiskal dan moneter ekspansif…17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian


suatu negara secara Sementara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih
baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang di wujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang
menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara. Tak terkecuali bagi
negara yang masih berkembang seperti Indonesia, pertumbuhan ekonomi akan
selalu menjadi pusat perhatian untuk melihat tingkat perekonomian negara
tersebut. Untuk dapat mencapai tingkat perekonomian yang tinggi namun tetap
stabil tidaklah mudah, harus di ikuti oleh kemampuan variable makro ekonomi
dalam mengatasi setiap permasalahan (Seprillina, 2013).
Kebijakan makro ekonomi adalah bentuk kebijakan yang diambil oleh
pemerintah suatu Negara yang pada prinsipnya bertujuan untuk menstabilkan
perekonomian dan mengatasi masalah- masalah yang dihadapi guna menciptakan
pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif. Pertumbuhan Ekonomi Dengan
Kebijakan Ekonomi Makro sangat erat kaitannya karena dengan diterapkannya
Kebijakan Ekonomi Makro yang benar maka pertumbuhan ekonomi juga akan
semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Pertumbuhan Ekonomi
2. Sebutkan Teori- teori pertumbuhan Ekonomi Menurut para ahli?

1
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
4. Apa saja yang menjadi indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah?
5. Apa itu Kebijakan Ekonomi Makro?
6. Bagaimana dan Seperti apa bentuk-bentuk Kebijakan Ekonomi Makro?

1.3 Tujuan Penulisan:


1. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai Pertumbuhan
Ekonomi, Teori dan faktornya, serta memahami Indikator pertumbuhan di
wilayah.
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai Kebijakan Ekonomi Makro, dan
Bentuk- bentuk kebijakannya.
3. Untuk memenuhi salah satu tugas Pengantar Ekonomi Makro di Semester 2.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan tentang Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan dalam suatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian
ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukan oleh perubahan output
nasional. Adanya perubahan output dalam perekonomian merupakan analisis
ekonomi jangka pendek.
Menurut Sukirno, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam
jangka panjang dari satu periode ke periode lainnya.1Sedangkan menurut Lincolin
Arsyad, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan gross domestic
product (GDP)/ gross national product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan
itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah
perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Sedangkan menurut Ali Ibrahim
Hasyim, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih
baik selama periode tertentu. Ada tiga komponen dasar yang diperlukan dalam
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa;
(1) Meningkatnya secara terus menerus persediaan barang;
(2) teknologi maju sebagai faktor utama yang menentukan drajat pertumbuhan
dalam menyediakan aneka ragam barang kepada penduduknya;
(3) penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan penyesuaian di
bidang kelembagaan dan ideologi,sehingga inovasi yang dihasilkan oleh IPTEK
umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
Adanya pertumbuhan ekonomi mengindikasikan bahwa adanya
keberhasilan dalam pembangunan ekonomi. Beberapa faktor lama dipandang oleh
ahli-ahli ekonomi sebagai sumber penting yang dapat mewujudkan pertumbuhan
ekonomi antara lain:

3
a. Tanah dan kekayaan alam lainnya.
Kekayaan alam suatu negara meliputi luas kesuburan tanah, keadaan iklim
dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan laut yang dapat diperoleh, dan jumlah
dan jenis kekayaan barang tambang yang
ada. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk membangun
perekonomian suatu negara, terutama pada masa permulaan proses pertumbuhan
ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat
diusahakan dengan menguntungkan, hambatan (kekurangan modal, kekurangan
tenaga ahli, dan kekurangan pengetahuan) akan dapat diatasi dan pertumbuhan
ekonomi dipercepat.
b. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong
maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi.Penduduk yang bertambah
akan memperbesar tenaga kerja, dan pertambahan tersebut memungkinkan negar
itu menambah produksi. Apabila di dalam perekonomian berlaku keadaan di mana
pertambahan tenaga kerja tidak dapat menaikkan produksi yang tingkatnya adalah
lebih cepat dari tingkat pertambahan penduduk, pendapatan per kapita akan
menurun. Dengan demikian penduduk yang berlebih-lebihan akan menimbulkan
kemrosotan ke atas kemakmuran rakyat.
c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan teknologi
yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting sekali
dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi itu.
Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi
tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih
rendah dari pada yang dicapai masa kini. Tanpa adanya perkembangan teknologi,
produktivitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan dan tetap
berada pada tingkat yang sangat rendah. Oleh karena itu perkembangan per kapita
hanya mengalami perkembangan yang kecil sekali.
d. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang peranan yang cukup
penting dalam pertumbuhan ekonomi. Apabila di dalam masyarakat terdapat
beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat

4
menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha untuk
menghapuskan hambatan-hambatan tersebut.
e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Pandangan Adam Smith, menunjukkan bahwa sejak lama orang menyadari
tentang pentingnya peranan luas pasar dalam pertumbuhan ekonomi. Apabila luas
pasar terbatas tidak terdapat dorongan kepada para pengusaha untuk
menggunakan teknologi modern yang tingkat produktivitasnya sangat tinggi.
Selain itu ada 3 indikator sebagai penentu pertumbuhan ekonomi,
Indikator dalam menentukan apakah pertumbuhan ekonomi bergerak positif atau
tidak ada 3 jenis. Ketiga indikator itu adalah pendapatan per-kapita dan
peningkatan pendapatan nasional, jumlah pengangguran lebih kecil ketimbang
jumlah tenaga kerjanya, dan menurunnya tingkat kemiskinan. Ketika 3 indikator
tersebut ditemukan dalam sebuah negara, maka bisa dikatakan pertumbuhan
ekonomi negara tersebut sedang bergerak ke arah yang positif.
Sebaliknya, jika indikator-indikator tidak ditemukan atau bahkan mengacu
ke kondisi yang berlawanan, kondisi ekonomi negara tersebut sedang mengalami
kemunduran ekonomi. Jika dibiarkan terlalu lama, negara yang mengalami
kemunduran ekonomi dapat menjadi negara yang gagal dan masyarakatnya tidak
sejahtera.

2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi


 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal,
luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada banyak faktor, para ahli ekonomi klasik
menumpahkan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk.
Menurut Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang
paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya
alam yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu
perekonomian. Maksudnya, jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya,
maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan dalam
pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan outut tersebut akan berhenti jika semua
sumberdaya alam tersebut telah digunakan secara penuh.
5
Sumber daya insani mempunyai peranan yang pasif dalam proses
pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri
dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat. Sedangkan stok modal
menurut Smith, merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat
output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output. Jumlah dan
tingkat pertumbuhan output tergnatung pada laju pertumbuhan stok modal
(sampai “batas maksimum” dari sumber daya alam).
Sedangkan pertumbuhan penduduk menurut Adam Smith, yaitu jumlah penduduk
akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah
subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah di atas
subsisten, maka orang-orang akan kawin pada umur muda, tingkat kematian
menurun, dan jumlah kelahiran meningkat. Sebaliknya jika tingkat upah yang
berlaku lebih rendah dari tingkat upah subsisten, maka jumlah penduduk akan
menurun. Tingkat upah yang berlaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik-
menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah
yang tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat
dari pada penawaran kerja. Sementara itu permintaan tenaga kerja ditentukan oleh
stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan
permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal
(akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output.
 Teori Menurut Neo Klasik
Teori ini dikembangkan oleh Solow, merupakan penyempurnaan teori klasik.
Fokus pembahasan teori neo klasik adalah tentang akumulasi modal. Asumsi-
asumsi dari model Solow antara lain:
1). Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi),
2). Tingkat depresiasi dianggap konstan,
3). Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal,
4). Tidak ada sektor pemerintah,
5). Untuk mempermudah analisis, dapat ditambahkan asumsi bahwa
seluruh penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk = jumlah
tenaga kerja.

6
 Teori Ekonomi Modern
Teori pertumbuhan ekonomi modern didukung oleh Walt Whitman Rostow.
Rostow mengemukakan pandangannya bahwa pertumbuhan ekonomi terbagi
dalam 5 tahap, yakni:
Masyarakat tradisional: Tahap ketika kegiatan produksi masih sederhana dan
hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi.
Pra lepas landas: Tahap ketika masyarakat dalam proses transisi penerapan ilmu
modern pada pertanian dan industri.
Lepas landas: Tahap di mana masyarakat mendorong dan memperkuat
pertumbuhan ekonomi secara luas melalui investasi efektif serta tabungan
produktif.
Dorongan menuju kedewasaan: Tahap saat perekonomian tumbuh secara teratur,
lapangan usaha bertambah, serta semakin masifnya penerapan teknologi modern
yang diikuti peningkatan investasi dan tabungan.
Konsumsi Tinggi: Tahap saat sektor industri memimpin dan pendapatan per
kapita riil terus meningkat sehingga konsumsi masyarakat juga meningkat.
 Teori Harrod- Domar
Menurut teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar ada beberapa yang di
asumsikan yaitu:
1) Perekonomian dalam keadaan kerja penuh (full employment) dan barang-barang
modal dalam masyarakat digunakan secara penuh.
2) Perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sector
perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.
3) Besarnya tabungan masyarakat dan pendapatan nasional adalah proporsional,
artinya fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4) Kecendrungan untuk menabung (marginal propensity to save-MPS) besarnya
tetap, demikian juga rasio antara modal output (capital- output ratio- COR) dan
rasio pertambahan modal output(incremental capital- output ratio- ICOR).
 Teori Ekonomi Sektor
Teori pertumbuhan ekonomi sektor (Sector Theory Of Growth), Teori ini
dikembangkan berdasarkan hipotesis Clark Fisher yang mengemukakan bahwa
kenaikan pendapatan per kapita akan dibarengi oleh penurunan dalam proporsi
sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian (sektor primer) dan kenaikan
dalam sektor industry manufaktur (sektor sekunder) dan kemudian dalam industri
7
jasa dalam asumsi mempersempit faktor penentu pertumbuhan yang hanya
menjadi barang modal dan tenaga kerja(sektor tersier). Laju pertumbuhan dalam
sektor yang mengalami perubahan (sector Lift). Dianggap sebagai determinan
utama dari perkembangan suatu wilayah.

2.3 Faktor Pertumbuhan Ekonomi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara umum, antara lain:
a. Sumber daya alam
b. Jumlah dan mutu pendidikan penduduk
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Sistem sosial
e. Pasar
Untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi haruslah terlebih dahulu dihitung
pendapatan nasional riil yaitu PNB atau PDB yang dihitung menurut harga-harga
yang berlaku dalam tahun dasar. Nilai yang diperoleh dinamakan PNB atau PDB
harga tetap yaitu harga yang berlaku dalam tahun dasar. Tingkat pertumbuhan
ekonomi dihitung dari pertambahan PNB atau PDB riil yang berlaku dari tahun ke
tahun. Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi setiap periodenya,
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

r (t -1)=PDRBt-PDRB (t-1) X 100


PDRB(t-1)

Ket:
r t-1 = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun yang dihitung
PDRB (t -1) = Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya.

2.4 Indikator Pertumbuhan Ekonomi di wilayah


Menurut Teori yang disampaikan Prof. Rahardjo Adisasmita di dalam bukunya
ada beberapa indicator yang dapat dijadikan tolak ukur pertumbuhan Ekonomi di
wilayah yaitu :

8
 Ketidakseimbangan Pendapatan
Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak didistribusikan
secara adil, 80% populasi terbawah akan menerima 80% persen dari total
pendapatan, sedangkan 20% populasi teratas menerima 20% total pendapatan.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan pengelompokan penduduk
dibagi tiga, yaitu 40% populasi terendah, 40 % populasi sedang, dan 20% populasi
teratas. Indikator ketidakseimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai
keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah.
 Perubahan Struktur Perekonomian
Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan akan
mengakibatkan perubahan struktur perekonomian, dimana terjadi kecendrungan
bahwa kontribusi (peran) sektor petanian terhadap nilai PDRB akan menurun,
sedangkan kontribusi sektor industry akan meningkat. Sektor industri memiliki
peranan sangat penting dalam pembangunan nasional dan regional, sektor industri
dapat menyediakan lapangan kerja yang luas, memberikan peningkatan
pendapatan kepadamasyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari exspor.
Oleh karena itu, perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan selain
sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada sektor industri.
 Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah satu masalah
yang stategis dan sangat mendesak dalam pembangunan di Indonesia. Penduduk
Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 jiwa, tingkat pengangguran cukup tinggi
dan cenderung bertambah luas akibat krisis financial Negara-negara di dunia.
Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas tersebut, diperlukan peranan
pemerintah. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah pembangunan
prasarana (misalnya jalan). Pembangunan jalan yang menjangkau ke seluruh
kantong-kantong produksi, akan mendorong peningkatan produksi
berbagai komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) serta barang-barang hasil
industri. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi akan menunjang
berkambangnya berbagai kegiatan di sektor-sektor lainnya ( pertanian,
perdagangan, industri, pariwisata dan lainnya).
 Tingkat dan Penyebaran Kemudahan

9
Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari (seperti
sandang, pangan, papan, memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan,
kesempatan melakukan ibadah,rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan
kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya mendapatkan bahan
baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air bersih, dan jasa-jasa seperti jasa
angkutan, pemasaran, perbankan dan lainnya)
 Produk Domestik Regional Bruto
Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah
dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut
definisi, PDRB adalah jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu
tertentu tanpa melihat factor kepemilikan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencerminkan
kenaikan produksi barang dan jasa dari tahun ke tahun. Menurut badan pusat
statistik (BPS) ada tiga cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga
pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran
1. Pendekatan produksi
PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya
dikelompokan menjadi Sembilan sector lapangan usaha yaitu:
a) Pertanian
b) Pertambangan dan Penggalian
c) Industri Pengolahan
d) Listrik, gas, dan air bersih
e) Bangunan dan Konstruksi
f) Perdagangan, hotel dan restoran
g) Pengangkutan dan komunikasi
h) Jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan
i) Jasa-jasa lainnya

10
2. Pendekatan Pengeluaran
PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah penjumlahan semua komponen
permintaan akhir1, dari:
a) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung (nirlaba)
b) Konsumsi pemerintah
c) Pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi) dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun).
d) Pembentukan stok
e) Ekspor netto (exspor dikurang impor)
3. Pendekatan pendapatan
PDRB menurut pendekatan pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan Perhitungan
tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam
pengertian PDRB ,kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen
pendapatan ini menurut sektor disebut nilai tambah bruto (NTB sektoral). Jadi,
PDRB yang dimaksud adalah jumlah dari NTB seluruh sektor lapangan usaha.

2.5 Tinjauan Kebijakan Ekonomi Makro


Kebijakan makro ekonomi adalah bentuk kebijakan yang diambil oleh
pemerintah suatu Negara yang pada prinsipnya bertujuan untuk menstabilkan
perekonomian dan menciptakan pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif.
Setiap kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi
yang dihadapi. Tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro dapat dibedakan kepada
empat aspek berikut:
1) menstabilkan kegiatan ekonomi / price level stability;
2) mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi / high
employment level;
3) menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh / long-term economic growth.
Pertumbuhan ekonomi yang ideal adalah :
(a) berlangsung terus menerus, (b) disertai dengan terciptanya lapangan kerja, (c)
tidak merusak lingkungan, (d) lebih tinggi daripada laju pertumbuhan penduduk,
11
(e) disertai dengan distribusi pendapatan yang adil, (f) kontribusi sektoral yang
merata, (g) tidak meninggalkan sektor pertanian, (h) kenaikannya riil, (i)
penyumbang terbesar PDB adalah warga domestik, bukan asing; dan
4) Kestabilan nilai tukar
/ exchange rate stability. Nilai tukar merupakan nilai uang secara eksternal, yang
tinggi rendahnya berdampak pada berbagai aspek ekonomi dan sosial lainnya,
misalnya :
(a) impor dan ekspor, (b) APBN dan APBD,(c) kesehatan dan pendidikan, (d)
transportasi, (e) industri dalam negeri,
(6) politik, (7) daya beli masyarakat, (8) dunia perbankan, (9) sektor pertanian,
kelautan, peternakan, sektor properti , dan sebagainya.

2.6 Bentuk- bentuk Kebijakan Ekonomi Makro


1. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah,
bank sentral dan otoritas moneter yang pada dasarnya merupakan suatu kebijakan
yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi
makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang
melalui pengaturan jumlah uang beredar dan suku bunga Kebijakan moneter dapat
dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung . Kebijakan moneter langsung
adalah kebijakan dimana pemerintah langsung campur tangan dalam hal peredaran
uang atau kredit perbankan sedangkan kebijakan moneter tidak langsung adalah
kebijakan dimana dilakukan oleh Bank sentral dengan cara mempengaruhi
kemampuan bank-bank umum dalam memberikan kredit.
Kebijakan moneter dijalankan dengan mengganti suplai uang
terlebih dahulu, untuk memanipulasi tingkat suku bunga. Karena tingkat
suku bunga mempengaruhi hampir seluruh permintaan barang dan jasa
serta investasi, efeknya akan besar dan pervasif dalam menstimulasi
ataupun menurunkan aktivitas perekonomian. Permintaan akan suplai uang
bergantung dengan tingkat suku bunga.
Konsep utama kebijakan moneter adalah bahwa tingkat suku bunga
12
yang lebih rendah akan menyebabkan konsumsi dan investasi yang lebih
tinggi, sehingga meningkatkan tingkat permintaan agregat. Tingkat suku
bunga yang lebih rendah akan menstimulasi tingkat konsumsi dengan cara
membuat pinjaman dari bank untuk membayar tempat tinggal dan
kendaraan semakin menarik. Selain itu, tingkat suku bunga yang rendah
membuat tingkat investasi bisnis lebih tinggi karena investasi potensial
yang akan menghasilkan profit di masa mendatang akan semak in
bertambah.
Contohnya, jika tingkat suku bunga mencapai 10 persen, maka
investor hanya akan meminjam uang untuk berinvestasi di proyek dengan
tingkat ROI melebihi 10 persen. Tetapi, jika tingkat suku bunga hanya 5
persen, investor dapat berinvestasi ke semua proyek yang tingkat ROI-nya
melebihi 5 persen, sehingga lebih banyak proyek yang akan berjalan.
Secara umum, jika bank pusat akan meningkatkan output dalam kebijakan
ekonomi moneter, ada 3 langkah yang akan dilakukan, yaitu:
1. Bank membeli saham dari pemerintah untuk meningkatkan suplai uang;.
2. Peningkatan suplai uang akan menyebabkan tingkat suku bunga
menurun;
3. Konsumen dan bisnis akan merespon dengan mengambil pinjaman lebih
banyak dan menggunakan uangnya untuk membeli lebih banyak barang
dan jasa.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambahatau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
 Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy, dalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar; dan
 Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy, adalah
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

Jenis – jenis kebijakan moneter


1) Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika
13
ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.
2) Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Untuk membuat jumlah
uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta
sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3) Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.
4) Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.
Dari ulasan di atas maka jelas instrumen kebijakan moneter meliputi jumlah uang
beredar dan tingkat bunga. Bentuk kebijakan moneter terhadap output dapat
dilihat melalui kurva LM. Kurva LM (Liquidity Money adalah kurva yang
menghubungkan antara tingkat bunga dan output. Berikut adalah bentuk dari
kurva LM. Kebijakan moneter baik yangekspansif maupun yang kontraktif akan
menyebabkan pergeseran pada kurva LM.

14
2. Kebijakan fiskal

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan
pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.

Kebijakan fiskal yang ekspansif dilakukan untuk meningkatkan output dengan cara
meningkatkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan pajak sedangkan kebijakan
fiskal sebaliknya dengan cara menurunkan pengeluaran pemerintah dan meningkatkan
pajak. Outputnegara ditentukan oleh empat unsur yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah dan transaksi luar negeri (ekspor dan impor).
Kebijakan fiskal yang ekspansif dengan cara meningkatkan pengeluaran pemerintah
mengakibatkan output meningkat, begitu juga apabila dilakukan dengan penerimaan
pajak yang menurun. Hal ini mengakibatkan pendapatan disposibel perseorangan akan
meningkat sehingga konsumsinya juga meningkat. Dengan asumsi tabungan dianggap
tetap, secara agregat hal ini akan meningkatkan konsumsi agregat dan akan meningkatkan
output. Begitu juga sebaliknya dengan kebijakan fiskal yang kontraktif. Kebijakan fiskal
yang kontraktif yaitu dengan cara menaikkan pajak dapat juga dengan cara menurunkan
pengeluaran pemerintah tentunya akan mengurangi output.
Menganalisis kebijakan fiskal dapat menggunakan kurva IS (investment saving).
Kurva IS menggambarkan tentang permintaan agregat di pasar barang dan jasa berbeda
dengan kurva LM pada pasar uang. Kurva IS menghubungkan antara tingkat bunga
dengan output. Kurva IS diderivasi dari kurva pengeluaran agregat yang dihubungkan
dengan tingkatbunga. Apabila bunga menurun akan menggeser kurva AE ke atas melaui
pengaruhnya ke investasi dan sebaliknya bila bila bunga meningkat akan menggeser
kurva AE ke bawah. Sehingga dapat disimpulkan hubungan tingkat bunga dengan output
adalah negatif.
Untuk menganalisis kebijakan fiskal dan moneter terhadap output digunakan
kurva IS- LM sebagai alat analisisnya. Berikut merupakan keseimbangan IS-LM dan
kebijakan kebijakan yang diterapkan.

15
i

LM1

i2

i1
IS2

IS1
Y1 Y2 Y

Gambar 1. Keseimbangan IS-LM dengan kebijakan fiskal ekspansif

Kondisi dimana pemerintah menerapkan kebijakan fiskal baik dengan cara


meningkatkan pengeluaran pemerintah maupun menurunkan pajak sedangkan kebijakan
moneter tetap ditunjukkan pada grafik 1 di atas. Dampaknya adalah akan
meningkatkanoutput dan tingkat bunga.

i LM2

LM1

i2
i1

IS1

Y2 Y1 Y
Gambar 2. Keseimbangan IS-LM dengan kebijakan moneter ekspansif

Pada grafik kedua diatas pemerintah menerapkan kebijakan moneter ekspansif


dengan cara menambah jumlah uang beredar dan kebijakan fiskal tetap sehingga
meningkatkan output tingkat bunga.

16
i LM1

LM2
i2
i
IS2

IS1

Y1 Y2 Y3 Y

Gambar 3. Keseimbangan IS-LM dengan kebijakan fiskal dan moneter ekspansif

Sementara itu gambar 3 menunjukkan kebijakan moneter diterapkan secara


bersamaan dengan kebijakan fiskal guna menstabilkan pertumbuhan ekonomi (output).
Awalnya pemerintah menambah pengeluarannya melalui kebijakan fiskal sehingga
dapat meningkatkan output namun suku bunga juga meningkat. Apabila terjadi terus
menerus maka tidak baik untuk perekonomian karena lama kelamaan bunga tinggi akan
mempengaruhi investasi, dampak berikutnya investasi akan menurun sehingga pada
gilirannya menurunkan output kembali. Agar hal tersebut tidak terjadi pemerintah
menetapkan kebijakan moneter dengan cara manambah jumlah uang beredar sehingga
output kembali meningkat dan suku bunga turun seperti keadaan semula.

Kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk meningkatkan output. Apabila melalui kebijakan fiskal saja katakanlah
pemerintah meningkatkan pengeluarannya guna meningkatkan output, namun lama-
kelamaan akan meningkatkan suku bunga dan bila berlangsung terus menerus hal ini
tidak baik untuk perekonomian karena beban bunga semakin mahal bagi pengusaha,
sehingga dapat menimbulkan kelesuan usaha dan akan menurunkan output lagi pada
akhirnya.
Sedangkan bila melalui kebijakan moneter saja yaitu pemerintah menambah
jumlah uang beredar guna meningkatkan output akibatnya adalah suku bunga akan turun
dimana hal ini tidak baik bagi perekonomian. Sehingga yang sebaiknya adalah
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dilaksanakan secara bersamaan dengan cara
meningkatkan pengeluaranpemerintah serta menambah jumlah uang beredar maka dari
17
itu hasilnya adalah output akan meningkat dan suku bunga akan stabil atau dengan cara
menurunkan pajak dan menambah jumlah uang beredar.

Output
Output adalah hasil proses produksi dan sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi
output merupakan salah satu indikatornya selain IPM, ketimpangan dan lain-lain. Dalam
konteks ini yang dimaksud dengan output adalah pendapatan nasional. Pendapatan
nasional diIndonesia dikenal dengan Produk Domestik Bruto ( Gross Domestic Product)
dan Produk Nasional Bruto ( Gross National Product).
Produk Domestik Regional Bruto (PDB) pada dasarnya merupakan total nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di suatu region dalam periode waktu
tertentu (Rendra, 2007). Untuk menghitung PDB, ada tiga metode penghitungan yang
bisa digunakan, yaitu:
1) Metode produksi, PDB merupakan jumlah nilai produk barang-barang jasa akhir
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
2) Metode pendapatan, PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktorproduksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu.
3) Metode pengeluaran, PDB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk
konsumsi rumah tangga, lembaga sosial swasta yang tidak mencari keuntungan,
konsumsi pemerintah, pembentukan moda tetap domestik bruto, perubahan stok dan
ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor
Y = Ch + Cg + I + X – M
Keterangan: Ch = Konsumsi Rumah Tangga; Cg = Konsumsi pemerintah dan
Pertahanan; I = Investasi; X = Ekspor; M = Impor; dan Y = Produk Domestik Regional
Bruto (PDB)
Secara konsep ketiga metode penghitungan tersebut di atas memberikan jumlah yang
sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan faktor-faktor produksinya.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara garis besar Pertumbuhan Ekonomi didefinisikan sebagai proses dari sebuah
perubahan kondisi perekonomian yang terjadi di suatu negara secara
berkesinambungan untuk menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka
waktu tertentu. Secara umum teori tentang pertumbuhan ekonomi dapat di
kelompokan menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori
pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis
di dasarkan pada kepercayaan dan efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ini
merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonom klasik antara lain Adam
Smith, David Ricardo.
Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teori ekonomi modern.
Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan salah satu teori pertumbuhan
ekonomi modern, teori ini menekankan arti pentingnya pembentukan investasi bagi
pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi investasi maka akan semakin baik
perekonomian, investasi tidak hanya memiliki pengaruh terhadap permintaan
agregat tetapi juga terhadap penawaran agregat
melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif yang lebih
panjang investasi akan menambah stok kapital.
Kebijakan makroekonomi adalah bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah suatu
Negara yang pada prinsipnya bertujuan untuk menstabilkan perekonomian dan
menciptakan pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif. Setiap kebijakan ekonomi
bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Bentuk-bentuk
kebijakan ekonomi makro secara umum dibagi menjadi 2, yaitu: Kebijakan Ekonomi
Moneter dan Kebijakan Ekonomi Fiskal. Kebijakan Ekonomi makro merupakan kebijakan
yang diambil oleh pemerintah, bank sentral dan
otoritas moneter yang pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro. Sedangkan Kebijakan Ekonomi

19
Fiskal adalah kebijakan ekonomi guna mengarahkan perekonomian ke arah yang lebih
baik dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro sangat erat kaitannya karena
dengan tujuan dari dibuatnya Kebijakan Ekonomi makro secara garis besar yaitu untuk
menumbuhkan perekonomian.

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan


tetapi padakenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih penulis masih harus banyak belajar.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno Sadono, Pengantar Teori Makroekonomi, hlm.10


Arsyad Lincolin, Ekonomi Pembangunan: Edisi keempat,(Yogyakarta: STIE
YKPN,1999), hlm. 13 Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro, (Jakarta: Kencana.
2016), hlm. 231
Sadono Sukirno,Pengantar Teori Makroekonomi, hlm. 425-4230
Arsyad Lincolin, Ekonomi Pembangunan, hlm. 55-57
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar
:edisi ketiga, hlm. 148-149
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar,
hlm 432 Arsyad Lincolin, Ekonomi Pembangunan, hlm. 64-65
Laurensius Julian PP, Op.Cit, hlm. 115.
Ibid, hlm, 114.
Rahardjo Adisasmita, Pertumbuhan Wilayah dan Wilayah Pertumbuhan, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2014, hlm. 91.

BPS, Op.Cit, hlm. 7.

21

Anda mungkin juga menyukai