Anda di halaman 1dari 14

2.

4 Tinjauan Literatur Sosial Ekonomi

2.4.1 Pengertian ekonomi secara umum


Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal
dari bahasa Yunani yaitu kata Oikos atau Oiku dan Nomos yang berarti peraturan
rumah tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut
hal-hal yang berhubungan dengan perikehidupan dalam rumah tangga tentu saja yang
dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar
merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami,isteri dan anak-anaknya,
melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara dan
dunia.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa ekonomi adalah sebuah bidang kajian
tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat,dan negara untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu
tentang prilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan
kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi.

2.4.2 Pengertian Ekonomi Menurut Para Ahli


a) Adam Smith

Ekonomi ialah penyelidikan tentang keadaan dan sebab adanya kekayaan negara.

b) Mill J.S

Ekonomi ialah sains praktikal tentang pengeluaran dan penagihan.

c) Abraham Maslow
Ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah
keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber
ekonomiyang ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem
ekonomi yang dianggap efektif dan efisien.

d) Hermawan Kartajaya

Ekonomi adalah platform dimana sektor industri melekat diatasnya.

e) Paul A. Samuelson

Ekonomi merupakan cara-cara yang dilakukan oleh manusia dan kelompoknya untuk
memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi
dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

2.4.3 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


PDRB adalah jumlah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan
dari semua kegiatan perekonomian diseluruh wilayah dalam periode tahun tertentu
yang pada umumnya dalam waktu satu tahun. Pada perhitungan PDRB dapat
menggunakan dua harga yaitu PDRB harga berlaku dan PDRB harga konstan, yang
dimana PDRB harga berlaku merupakan nilai suatu barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada tahun tersebut, dan PDRB harga konstan
adalah nilai suatu barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada
tahun tertentu yang dijadikan sebagai tahun acuan atau tahun dasar.

A. Metode perhitungan PDRB

Dalam menghitung PDRB dapat dilakukan dengan 4 pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Produksi

Pendekatan ini sering disebut juga pendekatan nilai tambah dimana nilai
tambah bruto dengan cara mengurangkan nilai out put yang dihasilkan oleh seluruh
kegiatan ekonomi dengan biaya antara lain dari masing – masing nilai produksi bruto
dari setiap sektor ekonomi, nilai tambah ini merupakan nilai yang ditambahkan pada
barang dan jasa yang diperoleh oleh unit produksi sebagai input antara, nilai yang
ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas keikutsertaannya dalam
proses produksi.Unit produksi dalam penyajiannya dikelompokan dalam 17 sektor
atau lapangan usaha yaitu:

1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan

2. Pertambangan dan pengolahan

3. Industri pengolahan

4. Pengadaan listrik dan gas

5. Pengadaan air

6. Konstruksi

7. Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor

8. Transportasi dan pergudangan

9. Penyediaan akomodai dan makan minum

10. Informasi dan komunikasi

11. Jasa keuangan

12. Real estate

13. Jasa perusahaan

14. Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib

15. Jasa pendidikan

16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

17. Jasa lainnya


2. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan ini merupakan nilai tambah dari kegiatan – kegiatan ekonomi


dihitung dengan cara menjymlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan
gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Pada sektor
pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha
seperti bunga neto, sewa tanah dan keuntungan tidak diperhitungkan.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa


yang digunakan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat untuk kepentingan
konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial, pembentukan modal dan
ekspor, nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total pengeluaran
dari komponen – komponen tersebut harus dikurangi nilai impor sehingga nilai
ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto, penjumlahan seluruh komponen
pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar.

2. Metode alokasi

Metode alokasi digunakan jika data suatu unit produksi di suatu daerah tidak
tersedia. Nilai tambah dari suatu unit produksi di daerah tersebut dihitung dengan
menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang ditingkatnya lebih
tinggi, seperti data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data provinsi.Dengan
demikian penyajian PDRB dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan
perekonomian suatu daerah baik secara agrerat maupun sektoral.
2.4.4 Pengertian Basis Ekonomi
Menurut Arsyad (1999 :116) “Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor
penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Teori basis ekonomi pada intinya
membedakan aktivitas sektor basis dan aktivitas sektor non basis. Aktivitas sektor
basis adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan pembangunan menyeluruh
daerah itu, sedangkan aktivitas sektor non basis merupakan sektor skunder (city
polowing) artinya tergantung perkembangan yang terjadi dari pembangunan yang
menyeluruh.”

Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah
ataupun lapangan kerja. Suatu sektor dikatakan basis apabila sektor tersebut mampu
meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah (ekonomi
wilayahnya).
Dalam ekonomi regional, ekspor adalah menjual produk/jasa ke luar wilayah baik ke
wilayah lain dalam negara itu maupun ke luar negeri. Pada dasarnya kegiatan ekspor
dalam ekonomi regional adalah semua kegiatan (menghasilkan produk atau jasa)
yang mendatangkan uang dari luar wilayah disebut kegiatan basis.

Suatu sektor dikatakan non basis karena hanya untuk memenuhi kebutuhan
lokal.Permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat
setempat, oleh karena itu kenaikannya sejalan dengan kenaikan pendapatan
masyarakat setempat.Sehingga sektor non basis ini terikat terhadap kondisi ekonomi
setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah.

2.4.5 Analisis LQ dan Shift Share


Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau
perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya
maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses
produksinya (Tri Widodo, 2006). Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting
dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara
geografis saja melainkan merupakan suatu sektor yang menyebar dalam berbagai
saluran ekonomi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan.
Sambodo (dalam Firman, 2007), ciri-ciri sektor yang memiliki keunggulan adalah
sebagai berikut:
A. Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
B. Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar.
C. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik keterkaitan
depan ataupun kebelakang.

D. Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Location Quotient (LQ) adalah perbandingan peran sektor/industridi suatu


daerah terhadap besarnya peran sektor/industritersebut secara nasional (Tarigan,
2014: 82). Sektor industri yang diperbandingkan di daerah harus sama dengan sektor
pertambangan dan penggalian secara nasional dan waktu perbandingan juga harus
sama.

Analisis Location Qoutient (LQ) digunakan untuk menganalisis dan


mengetahui perkembangan tingkat spesialisasi sektor-sektor di suatu daerah serta
mengetahui sektor-sektor perekonomian yang menjadi sektor basis atau sektor unggul
di wilayah perencanaan. Dalam menganalisis perhitungan Location Qoutient
dibutuhkan data berupa PDRB wilayah perencanaan Menurut Lapangan usaha. Data
tersebut kemudian dijabarkan ke dalam 17 sektor ekonomi untuk mengetahui
pendapatan dan produksi riil di wilayah perencanaan.

Nilai dari Location Quotient (LQ) adalah (Tarigan, 2014: 82-83):

1. LQ > 1, artinya peranan sektor tersebut lebih besar di daerah daripada nasional.

2. LQ < 1, artinya peranan sektor tersebut lebih kecil di daerah daripada nasional.

3. LQ= 1, artinya peranan sektortersebut sama baik di daerah ataupun secara nasional.
Analisis shift share digunakan untuk menganalisis perubahan kegiatan ekonomi
misalnya produksi dan kesempatan kerja pada periode waktu tertentu. Dalam analisis
ini diasumsikan bahwa perubahan produksi atau kesempatan kerja dipengaruhi oleh 3
komponen pertumbuhan wilayah yaitu Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN),
Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP), dan Komponen Pertumbuhan Pangsa
Wilayah (KPPW). Pada dasarnya analisis shift share hampir sama dengan nilai
pertumbuhan PDRB, hanya saja melalui analisis shift share dapat dilihat lebih rinci
sektor mana yang mengalami perkembangan.

Mirip dengan penjelasan tersebut, analisis shift-share untuk membandingkan


perbedaan laju pertumbuhan sektor (industri) di wilayah yang sempit disebut daerah
dengan wilayah yang lebih luas disebut nasional (Tarigan, 2005: 85).
Suatu daerah yang memiliki banyak sektor yang tingkat pertumbuhannya lamban
maka sektor tersebut pertumbuhannya secara nasional juga akan lamban. Hal ini
terjadi karena daerah-daerah lain tumbuh lebih cepat (Putra, 20,11: 165).

Analisis shift share memiliki tiga komponen (Tarigan, 2005: 87-89; Putra, 2011: 165-
166) yaitu:

1. National share untuk mengetahui pergeseran struktur perekonomian suatu daerah


yang dipengaruhi oleh pergeseran perekonomian nasional.
2. Proportional shift adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor
dibandingkan total sektor di tingkat nasional.
3. Differential shift atau competitive position adalah perbedaan pertumbuhan
perekonomian satu daerah dengan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat
nasional.

2.4.5 Pengertian Pajak


Berdasarkan UU  KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, menjelaskan bahwa
pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jadi, pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap pajak yang
dibayarkan rakyat akan masuk ke dalam pendapatan negara dari sektor pajak.
Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat maupun daerah demi
kesejahteraan masyarakat. Uang pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan
untuk kepentingan pribadi. Pajak juga merupakan salah satu sumber dana pemerintah
untuk mendanai pembangunan di pusat dan daerah, seperti membangun fasilitas
umum, membiayai anggaran kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan produktif lain.
Pemerintah lebih menitikberatkan pada dua fungsi pajak sebagai pengatur dan
budgeter. Lembaga pemerintah yang mengelola pajak negara di Indonesia adalah
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah Kementerian Keuangan.
Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-
undang.

2.4.6 Pajak dari perspektif ekonomi


Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga
negara) kepada sektor publik (masyarakat). Hal ini memberikan gambaran bahwa
pajak menyebabkan 2 situasi menjadi berubah, yaitu:

 Berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk


kepentingan penguasaan barang dan jasa
 Bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan
jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.

2.4.7 Fungsi Pajak


1 Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)
Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara
mengumpulkan dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk
membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya. Dengan
demikian, fungsi pajak merupakan sumber pendapatan negara yang memiliki
tujuan menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan negara.

2 Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)


Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara
dalam lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:
 Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.
 Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor,
seperti pajak ekspor barang.
 Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang
produksi dari dalam negeri, contohnya Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).
 Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang membantu
perekonomian agar semakin produktif.

3 Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)


Pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara
pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

4 Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan
perekonomian, seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak
yang tinggi, sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan
untuk mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan
pajak, sehingga jumlah uang yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di
atasi.
2.4.8 Jenis – Jenis Pajak :
Ada beberapa jenis pajak yang dipungut pemerintah ke masyarakat atau wajib
pajak, yang dapat digolongkan berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek pajak serta
subjek pajak.

1. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak tidak langsung
dan pajak langsung.

2. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan kepada wajib pajak bila
melakukan peristiwa atau perbuatan tertentu. Sehingga pajak tidak langsung tidak
dapat dipungut secara berkala, tetapi hanya dapat dipungut bila terjadi peristiwa atau
perbuatan tertentu yang menyebabkan kewajiban membayar pajak. Contohnya: pajak
penjualan atas barang mewah (PPnBM), di mana pajak ini hanya diberikan bila wajib
pajak menjual barang mewah.

3. Pajak Langsung (Direct Tax)


Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala kepada wajib pajak
berlandaskan surat ketetapan pajak yang dibuat kantor pajak. Di dalam surat
ketetapan pajak terdapat jumlah pajak yang harus dibayar wajib pajak.
Pajak langsung harus ditanggung seseorang yang terkena wajib pajak dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak yang lain. Contohnya: Pajak Bumi dan Penghasilan (PBB)
dan pajak penghasilan.

4. Jenis Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut


Berdasarkan instansi pemungutnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak
daerah dan pajak negara.
5. Pajak Daerah (Lokal)
Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut pemerintah daerah dan terbatas hanya
pada rakyat daerah itu sendiri, baik yang dipungut Pemda Tingkat II maupun Pemda
Tingkat I. Contohnya pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak kendaraan
bermotor, BPHTB, PBB (perdesaan dan perkotaan), dan pajak daerah lainnya.
6. Pajak Negara (Pusat)
Pajak negara merupakan pajak yang dipungut pemerintah pusat melalui instansi
terkait, yakni DJP. Contohnya: PPN, Pajak Penghasilan (PPh), PPnBM, bea meterai,
PBB (perkebunan, perhutanan, dan pertambangan).
7. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan objeknya. Contohnya:
pajak impor, pajak kendaraan bermotor, bea meterai, dan masih lainnya.
8. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan subjeknya.
Contohnya pajak kekayaan dan pajak penghasilan. Semua administrasi yang
berhubungan dengan pajak pusat, dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP),
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Sedangkan
pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah, dilaksanakan di Kantor
Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah di bawah Pemerintah Daerah
setempat.
2.4.8 Pengertian UMKM
UMKM adalah usaha perdagangan yang dikelola oleh badan usaha atau
perorangan yang merujuk pada usaha ekonomi produktif sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Usaha kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang buka merupakan anak perusahan atau bukan anak cabang yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam UU tersebut.

Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau usaha
besar yangmemenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.

Usaha atau bisa disebut dengan kewirausahaan. Istilah kewirausahaan


menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuel dalam bukunya Entrepreneurship
adalah tindakan kreatif yang membangun suatu value dari sesuatu yang tidak ada.
Entrepreneurship merupakan proses untuk menangkap dan mewujudkan suatu
peluang terlepas dari sumber daya yang ada, serta membutuhkan keberanian untuk
mengambil risiko yang telah diperhitungkan.

2.4.9 Keunggulan dan Kriteria UMKM


1. Keunggulan UMKM

Salah satu keunggulan yang utama adalah kemudahan dalam mengadopsi


inovasi dalam bisnis, terutama dalam bidang teknologi. Adopsi teknologi terbaru
menjadi lebih mudah dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis UMKM
karena tidak memiliki birokrasi yang berbelit dan sistem yang rumit. Selain
kemudahan aplikasi teknologi, keunggulan dalam faktor hubungan antar karyawan
karena lingkupnya lebih kecil, dan fleksibilitas untuk menyesuaikan bisnis dengan
kondisi pasar yang dinamis.

2. Kriteria UMKM

Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) menurut UU Nomor 20


Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omset yang dimiliki oleh
sebuah usaha.

No. Usaha Kriteria Asset Kriteria Omset


1 Usaha Mikro Max 50 Juta Max 300 Juta

2. Usaha Kecil >50 Juta-500 Juta >300 Juta-2,5 Milliar

3. Usaha Menengah >500 Juta-10 Milliar >2,5 Milliar-50 Milliar

2.4.11 Klasifikasi UMKM


1. Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang labih umum
biasa disebut sektor informal. Contohnya pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan
subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi
usaha besar (UB)

Anda mungkin juga menyukai