Anda di halaman 1dari 6

Ujian Tengah Semester

Nama : Dimas Abimanyu Hartono


Npm : 71170712031
Prodi : Agribisnis
Mata Kuliah : Ekonomi Regional

1. Tujuan dan manfaat mempelajar ilmu ekonomi regional:


Tujuan mempelajari ekonomi regoanl adalah untuk mengetahui penentuan wilayah mana
suatu kegiatan ekonomi sebaiknya di pilih dan mengapa wilayah tersebut menjadi plihan,
menurut Ferguson (1965) mengatakan bahwa tujuan ekonomi regional:
a. Menciptakan full employent atau setidak-tidaknya tingkat pengangguran yang rendah
menjadi tujuan pokok pemerintahan pusat maupun daerah. dalam kehidupan
masyarakat, pekerjaan bukan saja berfungsi sebagai sumber pendapatan, tetapi
sekaligus juga memberikan harga diri atau status bagi yang bekerja.
b. Adanya economic growth (pertumbuhan ekonomi), karena selai menyediakan
lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, juga diharapkan dapat memperbaiki
kehidupan manusia atau peningkatan pendapatan. tanpa perubahan, manusia merasa
jenih atau bahkan merasa tertinggal.
c. Terciptanya price stability (stabilitas harga) untuk menciptakan rasa
aman/tenteram dalam perasaan masyarakat. harga yang tidak setabil membuat
masyarakat merasa was-was, misalnya apakah harta atau simpanan yang diperoleh
dengan kerja keras, nilai riil atau manfaat berkurang di kemudian hari.
Dan manfaat mempelaji ilmuekonomi regional adalah untuk mengetahui IER dapat di bagu
dua yaitu:
a. Manfaat makro; bertalian dengan bagimana pemerintah pusat dapat menggunakanya
untuk mempercepat laju pertumbuhan keseluruhan wilayah
b. Manfaat makro; yaitu bagimana ilmu ekonomi regional dapat membantu percepatan
wilayah menghemat waktu dan biaya dalam proses menentukan lokasi suatu kegiatan

2. Peran ilmu ekonomi regional dalam pembangunan ekonomi wilayah;


Berpegang pada karakteristik setiap wilayah tentunya tidak sama, sehingga membutuhkan
kejelian dan kemampuan intuisi para perencana wilayah untuk mengkombinasikan berbagai
pendekatan ilmu yang ada, maka dari itu ilmu ekonomi regional berperan;
a. Penentuan kebijaksanaan awal, sektor mana yang dianggap strategis, memiliki daya
saing dan daya hasilnya yang besar, comperative advantage.
b. Dapat menyarankan komoditi/kegiatan apa yang perlu dijadikan unggulan dan disub
wilayah mana komoditi itu dapat dikembangkan.

3. Klasifikasi wilayah dan contoh:


Wilayah Homogen
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari aspek/criteria mempunyai sifat sifat
atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat atau ciri-ciri kehomogenan ini misalnya dalam hal
ekonomi (seperti daerah dengan stuktur produksi dan kosumsi yang homogen, daerah dengan
tingkat pendapatan rendah/miskin dll).
Contoh wilayah homogen adalah daerah pantai di Pantai di Sumatera Utara (mulai dari Deli
Serdang Serdang Bedagai, dan Batu Bara).
Wilayah Nodal
Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai
ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya (interland).
Contohnya: contoh wilayah nodal adalah wilayah Kota Medan dan daerah sekitarnya seperti
Belawan, Tanjing Morawa, dan Binjai
Wilayah Administratif
Wilayah Administratif adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukanberdasarkan
kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan,
desa/kelurahan, dan RT/RW.
WilayahPerencanaan
Wilayah perencanaan adalah wilayah yang menjadi ajang penerapan keputusan-keputusan
ekonomi. Region ini umumnya dibatasi oleh kenyataan bahwa unit wilayahnya berada di
dalam kesatuan kebijakan atau administrasi. Sebagai contoh adalah wilayah yang tergolong
dalam kategori Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa dan sebagainya

4. Variabel – variable penentu lokasi:


Ada beberapa variable:
a. Limpahan sumber daya (resources endowment)
Adalah tersedianya sumber daya yang digunakan sebagai faktor produksi, baik secara
kuantitatif maupun secara kwalitatif di suatu wilayah.
b. Permintaan Pasar
Luas pasar ditentukan, 1. jumlah penduduk, 2. pendapatan perkapita, 3. distribusi
pendapatan.
Pasar mempengaruhi lokasi melalui 3 unsur : ciri-ciri pasar, biaya distribusi dan harga
yang terdapat di pasar yang bersangkutan.
c. Aglomerasi
Faktor ketiga yang mempengaruhi pemilihan lokasi kegiattan ekonomi adalah besar
kecilnya keuntungan aglomerasi yang dapat diperoleh pada lokasi tertentu.
Keuntungan aglomerasi muncul bila kegiatan ekonomi yang saling terkait satu sama
lainnya terkonsentrasi pada suatu tempat tertentu. Keterkaitan ini dapat berbentuk
kaitan dengan bahan baku dan kaitan dengan pasar (Forward Linckages). Bila
keuntungan tersebut cukup besar, maka pengusaha akan cenderung memilih lokasi
kegiatan ekonomi terkonsentrasi dengan kegiatan lainnya yang saling terkait.
Pemilihan lokasi akan cenderung tersebar bila keuntungan aglomerasi tersebut
nilainya relatif kecil.
d. Kebijaksanaan Pemerintah dan Wiraswasta
Kebijaksanaan pemerintah: dorongan, hambatan, larangan (kebijaksanaan fiskal).
Kebijaksanaan wiraswasta: Pusat perusahaan, lokasi cabang
 Fungsi unit produksi
 Fungsi unit distribusi
 Fungsi unit Pemasaran.

5. Teori pertumbuhan ekonomi regional:


4 Teori
a. Teori Basis Ekspor:
(Export Base Theory) dipelopori oleh Douglas C. North (1995) dan kemudian
dikembangkan oleh Tiebout (1956). Teori ini membagi sektor produksi atau jenis
pekerjaan yang terdapat di dalam suatu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan
pekerjaan service (non-basis). Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous
artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah tersebut dan
sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.
b. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat:
Teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson pada tahun
1955 (Tarigan, 2005 : 54). Inti dari teori ini adalah menekankan bahwa setiap daerah
perlu mengetahui sektor ataupun komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat
dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu
memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan
modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar,
dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan sumbangan untuk perekonomian
juga cukup besar.
c. Teori Pusat Pertumbuhan:
Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Poles Theory) adalah satu satu teori yang dapat
menggabungkan antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara
sekaligus. Dengan demikian teori pusat pengembangan merupakan salah satu alat
untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang, yaitu
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan ke seluruh pelosok daerah.
d. Teori Neoklasik:
Teori Neoklasik (Neo-classic Theory) dipelopori oleh Borts Stein (1964), kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert (1969). Dalam negara
yang sedang berkembang, pada saat proses pembangunan baru dimulai, tingkat
perbedaan kemakmuran antar wilayah cenderung menjadi tinggi (divergence),
sedangkan bila proses pembangunan telah berjalan dalam waktu yang lama maka
perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun (convergence). Hal
ini disebabkan pada negara sedang berkembang lalu lintas modal masih belum lancar
sehingga proses penyesuaian kearah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapat
terjadi.

6. Pendekatan menghitung pendapatan regional:


a. Metoda Langsung
Pendekatan Produksi (Production Approach)
Adalah : menjumlahkan nilai tambah produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan dalam
wilayah suatu negara, selama satu periode tertentu baik oleh kegiatan penduduk atau
perusahaan nasional maupun asing.
PDB = VAsp + VAss + VAst
VAs = OPs - IPs
Keterangan:
VAs = Tambahan Nilai masing-masing sektor
OPs = Keluaran sektor
IPs = Masukan sektor
VAsp = Tambahan Nilai sektor Primer yang terdiri dari Pertanian + Pertambangan
VAss = Tambahan nilai sektor sekunder yang terdiri dari Industri + Bangunan +
listrik,Gas dan Air minum
VAst = Tambahan nilai sektor Tersier yang terdiri dari Perdagangan + Perbankan +
Pemerintahan + jasa lainnya
Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Adalah semua balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi (endowment) : tenaga
kerja, tanah, modal dan keahlian dalam bentuk upah dan gaji, sewa tanah, bunga dan laba.
Pendekatan Pengeluaran (Consumption Approach)
Adalah : menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di
dalam negeri. Dilihat dari penggunaan maka total penyediaan / produksi barang dan jasa itu
digunakan untuk :
 Konsumsi rumah tangga
 Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung
 Konsumsi ppemerintah
 Pembentukan modal tetap bruto (investasi)
 Ekspor netto.
 Dapat digambarkan dengan persamaan:
PDB = C + I + G + (X – M)
C =cY
I = -ir + I a
G = Ga
X = Xa
M = mY + Ma
Keterangan:
C = Konsumsi rumah tangga konsumen
I = Investasi (pembentukan modal)
G = Konsumsi dari pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
C + I + G = Agregate Expenditure/permintaan domestic
b. Metoda tak lengsung
Produk Domestik Bruto
GNP = GDP + F
NNP = GNP - D
NI = NNO - Nit
GDP = NI + Nit + D - F
NI = GDP + F - D Nit
Keterangan
GNP = Pendapatan Nasional Bruto = PNB
GDP = Produk Domestik Bruto = PDB
NNP = Produk Nasional Neto
F = Pendapatan neto terhadap luar negeri atas faktor produksi, yaitu Selisih antara
pendapatan orang-orang Indonesia yang bekerja di Luar Negeri dan orang-orang
asing yang bekerja di Indonesia. Bagi NSB biasanya F menunjukkan angka
negatif.
D = Penyusutan
Pendapatan Nasional
Nit = Pajak tak langsung neto yaitu selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi.
NI = Pendapatan Nasional = Y
PI = NI - ( Eni + Bt )
DI = PI -Pt +Tr =C + S
NI = DI - Tr + Pt + (Enr + Bt )
DI = NI - (Enr + Bt) + Tr - Pt
Keterangan :
PI = Pendapatan Personal
DI = Pendapatan yang siap = Yd
Bt = Pajak atas laba usaha ( pajak perusahaan )
Enr = Bagian laba usaha yang tetap di tahan di perusahaan atau laba Di tahan.
Pt = Pajak langsung rumah tangga konsumen
T = Transfer, misal pensiun.

Anda mungkin juga menyukai