Anda di halaman 1dari 7

Konsep Pendapatan Regional

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ekonomi regional & perkotaan

Dosen Pengampu :
Tri Dessy Fadhilah S.E., M.Ak

Disusun Oleh : Kelompok 1


Nur Khairani
Riris Ariska
Syarla Amarzia Putri
M. Hendrico Hidayat

PRODI EKONOMI SYARIAH


Reguler V B

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SYEKH .H. ABDUL HALIM HASAN AL ISHLAHIYAH
BINJAI
2023

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENDAPATAN REGIONAL


Pendapatan Regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang
barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di
dalam suatu wilayah selama satu tahun. Sedangkan menurut Tarigan,
pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada wilayah
analisis. Tingkat pendapatan dapat di ukur dari total pendapatan wilayah
maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.
Menganalisis suatu region atau membicarakan pembangunan regional
tidak mungkin terlepas dari membahas tingkat pendapatan masyarakat di
wilayah tersebut. Ada beberapa parameter yang biasa digunakan untuk
mengukur adanya pembangunan wilayah.
Salah satu parameter terpenting adalah meningkatnya pendapatan
masyarakat. Parameter lain, seperti peningkatan lapangan kerja dan
pemerataan pendapatan juga sangat terkait dengan peningkatan pendapatan
wilayah. Pendapatan wilayah haruslah bersangkut paut dengan dengan
peningkatan pendapatan masyarakat di wilayah tersebut, yaitu yang dimaksud
adalah pendapatan rata-rata (income percapita) masyarakat, untuk itu perlu
diketahui alat ukur dan metode yang dipakai untuk menetapkan besarnya
tingkat pendapatan masyarakat. Dalam menghitung pendapatan regional
hanya dipakai konsep Domestik, yang berarti seluruh nilai tamnah yang
ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan
kegiatan usahanya disuatu wilayah ( baik Kabupaten maupun provinsi )
dihitung dan di masukkan ke produk wilayah tersebut tanpa memperhatikan
kepemilikan faktor-faktor produksi tersebut, dengan kata lain PDRB
menunjukkan gambaran “Product Originated”. (Emilia, 2006)

2
B. Jenis-jenis Pendapatan Regional
1. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar yang berlaku adalah nilai produksi atau pendapatan
atau pengeluaran yang dinilai sesuai denga harga yang berlaku pada
tahun yang bersangkutan.
b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau
pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap (harga
pada tahun dasar) yang digunakan selama 1 tahun.
c. PDRB Atas Dasar Harga Pasar
PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross
value added) yang timbu dari seluruh sector perekonomian diwilayah
itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi
(output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai
tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan
(upah, gaji, bunga, sewa, tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan
pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung nilai tambah
bruto dari masing-masing akan menghasilkan produk domestic
regional bruto atas harga pasar.

2. Pendapatan Domestik Regional Netto (PDRN)


a. PDRN Atas Dasar Harga Pasar
Produk domestic regional neto atas dasar harga pasar adalah produk
domestic regional bruto atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan.
Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut (aus) atau pengurangan
nilai barang-barang modal (mesin, peralatan, kendaraan dan lainnya)
karena barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi atau
faktor waktu.

3
b. PDRN Atas Dasar Biaya Faktor
PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar
dikurangin pajak tak langung neto. Pajak tidak langsung meliputi
pajak penjualan, biaya ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali
pajak pendapatan dan pajak perseroan. Pajak tidak langsung dari unti-
unit produksi dibebankan pada pembeli hingga langsung berakibat
menaikkan harga barang di pasar. Besarnya pajak tidak langsung
dikurangi subsidi dalam perhitungan pendapatan regional disebut
pajak tidak langsung neto. PDRN atas dasar harga pasar dikurangi
pajak tidak langsung neto, hasilnya adalah produk domestic regional
neto atas dasar biaya faktor.
c. Pendapatan Regional Netto
Pendapatan regional netto adalah produk regional neto atas dasar
harga pasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar
ditambah alian dana yang mengalir masuk. Produk regional neto atas
dasar harga pasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan
berupa upah dan gaji, bunga, sewa, tanah, dan keuntungan yang
timbul, atau merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan di
wilayah tersebut. Akan tetapi, pendapatan yang dihasilkan tersebut
tidak seluruhnya menjadi pendapatan yang diterima penduduk daerah
lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki orang luar
yang mempunyai modal.

C. Kenaikan Atau Penurunan Pendapatan


Angka pendapatan regional dalam beberapa tahun menggambarkan
kenaikan dan penurunan tingkat pendapatan masyarakat didaerah tersebut.
Kenaikan atau penurunan dapat dibedakan menjadi 2 faktor berikut:
1. Kenaikan atau penurunan rill, yaitu kenaikan atau penurunan tingkat
pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan
harga.Apabila terjadi kenaikan riil pendapatan penduduk berarti daya

4
beli penduduk daerah tersebut meningkat,misalnya mampu membeli
barang yang sama kualitanya dalam jumlah yang lebih banyak.

2. Kenaikan atau penurunan pendapatan yang disebabkan adanya faktor


perubahan harga.Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya
disebabkan inflasi maka pendapatan meningkat tetapi jumlah barang-
barang yang mampu dibeli belum tentu meningkat.Perlu dilihat mana
yang meningkat lebih tajam,tingkat pendapatan atau tingkat harga.
Oleh karna itu, untuk mengetahui pendapatan yang sebenarnya
(riil),faktor inflasi harus dikeluarkan lebih dahulu.Pendapatan regional
yang yang dalamnya masih ada unsur inflasinya dinamakan
pendapatan regional atas dasar harga berlaku.Sedangkan pendapatan
regional dengan faktor inflasi yang sudah ditiadakan merupakan
pendapatan regional atas dasar konstan.Untuk mengetahui apakah
daya beli masyarakat meningkat atau tidak,pendapatannya harus
dibandingkan dengan nilai konstan.

D. Konsep Distribusi Pendapatan


Distribusi pendapatan merupakan tingkat penyebaran pendapatan
disuatu wilayah atau suatu daerah.Terdapat banyak cara yang dapat
dilakukan untuk mengukur atau melihat tingkat distribusi pendapatan
disuatu wilayah sudah merata atau belum. (Sukirno, 1985)

E. Jalur Pemerataan Pendapatan


Perlu adanya upaya untuk pemerataan distribusi pendapatan.Pada
masa pemerintahan presiden soeharto dan wakil presiden H Adam
Malik,terdapat delapan jalur pemerataan sebagai berikut:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak,khususnya
sandang,pangan dan papan(perumahan).
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
kesempatan.

5
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpatisipasi dalam pembangunan,khususnya
bagi generasi muda kaum wanita.
7. Pemeratan penyebaran pembangunan di wilayah tanah air.
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Selain 8 jalur pemerataan diatas, juga terdapat 3 jalur pemerataan terdiri dari
1. Pembagian pendapatan antar lapisan masyarakat
2. Pembagian pendapatan antar daerah, dalam hal ini antar wilayah
perkotaan dan pedesaan.
3. Pembagian pendapatan antar wilayah, dalam hal ini antar provinsi dan
kawasan (Barat, Tengah dan Timur).

F. Program Pengendalian Kemiskinan


Distribusi pendapatan yang tidak merata tentunya akan berdampak
pada kemiskinan dan ketimpangan. Berbagi program dalam mengurangi
kemiskinan telah diterapkan oleh para pemimpin bangsa. Pada masa
pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Telah
diterapkan berbagai program pengendalian kemiskinan sebagai berikut:
1. Program Keluarga Harapan (PHK)
2. Bantuan Operasional (BOS)
3. Bantuan Siswa Miskin (BSM)
4. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JASKESMAS)
5. Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
6. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
7. Program Perluasan dan Pembangunan Kesempatan Kerja atau
Padat Karya Produktif
8. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
9. Kredit Usaha Bersama (KUBE)

6
Sedangkan dalam masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo juga
diterapkan pengendalian kemiskinan seperti berikut ini :
1. Kartu Indonesia (KIS)
2. Kartu Indonesia Pintar (KIP)
3. Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)
4. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Anda mungkin juga menyukai