NIM : 7191240006
KELAS : ILMU EKONOMI 19
MATA KULIAH : EKONOMI REGIONAL
1. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB)
Pembangunan suatu daerah dapat dicapai dengan baik apabila didukung suatu perencanaan
yang mantap sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai. Dalam menyusun perencanaan yang baik sangat membutuhkan
data-data statistik yang memuat informasi tentang kondisi rill suatu daerah pada periode waktu
tertentu sehingga kebijaksanaan dan strategi yang telah dan akan diambil dapat dilakukan
monitoring dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.
Salah satu indikator ekonomi makro yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil-
hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup Kabupaten dan Kota adalah PDRB, yang
merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu daerah dalam satu tahun. PDRBatas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambahbarangdan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun
tersebutsedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambahdan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada tahun tertentusebagai dasar biasanya berdasarkan tahun 1993.
PDRB atas dasar hargadigunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan PDRB
atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi daerah tersebut
dari tahun ke tahun.
Untung menghitung PDRB ada tiga pendekatan yang digunakan yaitu :
1) Pendekatan Produksi
Penghitungan PDB/PDRB dengan menggunakan pendekatan produksi yaitu dengan cara
menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang berhasil diciptakan oleh masing-masing
kegiatan ekonomi yang ada pada suatu wilayah dan kemudian menjumlahkannya. Dalam
pendekatan ini seluruh kegiatan ekonomi dikelompokkan ke dalam Sembilan sektor, dan
selanjutnya masing-masing sektor dipecah lagi ke dalam beberapa sub sektor.
Dalam penghitungan PDRB; klasifikasi sektor mengalami perubahan dari 11 sektor menjadi
9 sektor. Adapun yang menjadi landasan perubahan klasifikasi ini adalah sebagai berikut :
a. Klasifikasi baru lebih mengacu pada klasifikasi rekomendasi SNA (System of National
Account) 1993 yang dikeluarkan PBBD. Klasifikasi ini menjadi lebih umum dan
bermanfaat untuk memperbandingkan data-data PDB negara lain, secara total maupun
secara sektoral.
b. Klasifikasi baru pada umumnya lebih terinci dengan maksud lebih berorientasi pada
pengguna data. Data yang lebih rinci banyak kegunaannya dibanding dengan data yang
terbatas rinciannya:
2) Pendekatan Pendapatan
Penghitugan PDB/PDRB dengan menggunakan pendekatan patan yaitu dengan cara
menghitung semua balas jasa yang diterima oleh masing-masing faktor produksi yaitu upah dan
gaji, dan surplus usaha serta ditambah dengan unsur penyusutan dan pajak tidak langsung netto.
Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untuk, surplus usaha
tidak diperhitungkan atau dianggap nol. Yang dimaksud dengan surplus ausaha di sini adalah
mencakup bunga atas modal, sewa tanah, dan keuntungan. Pada kenyataannya hingga saat ini di
Indonesia tidak pernah melakukan penghitungan PDB / PDRB berdasarkan pendekatan
pendapatan, hal ini disebabkan masalah keterbatasan data yang tersedia.
3) Pendekatan Pengeluaran
Penghitungan PDB/PDRB berdasarkan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan cara
bertitik tolak pada penggunaan akhir dari Barang dan jasa di wiiayah tertentu. Jadi PDB/PDRB
dihitung berdasarkan komponen pengeluaran akhir yang menggunakan konsumsi nilai tambah
tersebut yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi yang terdiri dari beberapa komponen antara
lain :
a. Konsumsi Rumah Tangga
Setiap rumah tangga memilik pendapatan yang berasal dari gaji dan surplus usaha.
Pendapatan disposibel atau pendapatan setelah dikurangi pajak itulah merupakan
pendapatan yang siap dikonsumsi. Dalam prakteknya biasanya menggunakan
SUSENAS.
b. Konsumsi Pemerintah
Pemerintah memiliki sumber pendapatan baik dari pajak maupun non pajak.
Pendapatan pemerintah inilah digunakan untuk membiayai pengeluarannya dimana.
pengeluaran pemerintah ini dapat dilihat pada APBN atau APBD seperti Belanja
Pegawai, Belanja Perawatan Peralatan, Bunga Pinjaman, dan Subsidi
c. Investasi
Investasi ini berbentuk Perubahan Modal Tetap Domestik Bruto dan Perubahan Stok.
Di Indonesia Perubahan Stok dapat dihitung sebagai sisa perhitungan PDRB dengan
menggunakan metode produksi dan pengeluaran. Investasi dilakukan rumah tangga
berupa pengucuran kredit dari lembaga intermediasi, sedangkan investasi pemerintah
dapat dilakukan melalui APBD atau APBN
d. Perdagangan Luar Negeri
Dalam perdagangan luar negeri di sini yaitu adanya ekspor dan impor yang tercatat dalam
neraca pembayaran internasional.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Konsep pertumbuhan ekonomi daerah menggunakan dasar dari pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (untuk nasional/negara) dan produk Domestik Regional Bruto untuk tingkat-
regional/ daerah berdasarkan, hal-hal berikut :
a. PDRB/PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi,
sehingga peningkatannya juga menggambarkan jumlah balas jasa semua faktor produksi
yang dipakai dalam struktur perekonomian yang bersangkutan.
b. PDRB/PDB. diukur dengan flow concept yang berarti jumlahnya adalah jumlah yang
dihasilkan pada periode tertentu, sehingga bisa dibandingkan dengan periode-periode
sebelum atau sesudahnya untuk melihat kinerja dari perekononornian yang dibangun.
c. PDB dan PDRB menyangkut region tertentu sehingga bisa dilihat efektivitas kebijakan
ekonomi terhadap aktivitas perekonomian yang dijalankan (sesuaikah dengan target, dan
sebagainya) Berta dibandingkan dengan daerah/ region atau negara lain untuk melihat
diferensiasi atas perekonomian yang dijalankan.
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya dipengaruhi oleh pertumbuhan faktor- faktor produksi
(modal, tenaga kerja, tanah dan teknologi) secara keseluruhan dan bukan menggambarkan
pertumbuhan dari satu faktor produksi saja. Pertumbuhan ekonomi yang hanya melihat
pertumbuhan satu faktor produksi saja akan mengandung banyak kelemahan. indikator ini
menjadi gagal menunjukkan apakah sumber pertumbuhan berasal dari perturnbuhan faktor
produksinya atau pertumbuhan produktivitasnya. Selain itu, besar dan proporsi peran faktor
produksi itu sendiri dan faktor produksi yang lain menjadi rancu atau tidak jelas.
Pertumbuhan ekonomi adalah satu-satunya cara yang bisa mempengaruhi usaha pengurangan
tingkat kerniskinan dan berkaitan erat dengan produktivitas modal. Salah satu metode formulasi
penilaiannya adalah dengan menggunakan Incremental Capita/ Output Ratio. Indikator
menggambarkan :
a. Eksiensi perekonomian dalam menggunakan barang modal
b. Kecenderungan menggunakan metode produksi (padat karya atau padat modal) dalam
suatu perekonomian.
c. Dalam tataran makro digunakan untuk menaksir kebutuhan modal yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu.
Laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat sebagai hubungan terbalik dengan tingkat
ICOR-nya. Jika laju pertumbuhan ekonomi meningkat berarti pada saat yang sama ICOR akan
turun, hal ini dipengaruhi. oleh beberapa hal, antara lain :
1. Semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah maka akan semakin kecil pula
penyusutan dalam total investasi karena bertambahnya tingkat efisiensi pemanfaatan
sumber daya dan faktor-faktor produksi.
2. Kontribusi faktor produksi bukan modal (relatif ke skiled labor dan human capital) akan
meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
a. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
Cara perhitungan tingkat pertumbuhan adalah dengan pendekatan sebagai berikut
1. Metode Sederhana
2. M etode End to End
Berdasarkan kelemahan perhitungan di atas metode end to end ini bisa digunakan
untuk menghitung pertumbuhan rata-rata pada periode tertentu (tidak hanya per satu
periode).
3. Metode Regresi
Metode ini digunakan untuk memadukan sisi efisiensi dengan upaya menangkap
gejolak nilai PDRB pada awal sampai dengan akhir tahun observasi.
= ………………..6
dengan r menyatakan wilayah tertentu. Sehingga gr dapat dibaca sebagai tingkat perkembangan
teknologi di wilayah r yang harganya untuk tiap wilayah dapat berlainan (paling tidak untuk
jangka pendek).
Pengaruh perkembangan teknologi, pertumbuhan stok modal, dan tenaga kerja dalam
menentukan perbedaan pertumbuhan regional telah diselidiki oleh Hulten dan Schwab pada
tahun 1984 untuk 9 wilayah di Amerika Serikat (Armstrong and Taylor, 1993). Hulten dan
Schwab menghitung pertumbuhan pendapatan di sektor manufaktur dengan tiga faktor utama,
yaitu : pertumbuhan tenaga kerja, pertumbuhan stok modal, dan komponen residual yang
menyatakan perkembangan teknologi. Perlu dicatat bahwa komponen residual tidak harus
diartikan sebagai perkembangan teknologi semata, sebab interpretasi yang demikian akan
menganggap bahwa tidak ada perkembangan teknologi yang melekat pada modal dan tenaga
kerja sepanjang waktu studi. Salah satu temuan penting dari studi Hulten dan Schwab adalah di
wilayah jalurmatahari (sunbelt) mempunyai tingkat pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat
dari pada diwilayah jalur salju (snowbelt) dan tidak ada perbedaan pertumbuhan produktivitas di
antarawilayah tersebut. Hasil lainnya menunjukkan bahwa perbedaan pertumbuhan di
wilayahAmerika Serikat terutama disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan tenaga kerja dan
lebihjauh lagi oleh perbedaan pertumbuhan stok modal.
Ketimpangan
Regional
Cumulative Caution
Neo Klasik
model Cumulative Causation ada hubungan Positif antara pertumbuhan ekonomi tahun
sekarang dengan pertumbuhan ekonomi tahun yang akan datang (hubungan kumulatif).
Akibatnya daerah yang sudah maju akan terus maju dan daerah terbelakang tidak banyak
mengalami perubahan, akibatnya ketimpangan akan terus meningkat. Hal ini berlaku bilamana
asumsi neo-klasik dipakai yaitu tidak ada campur tangan pemerintah. Karena itu Modal CC
berpendapat bahwa proses Convergence hanya dapat dilakukan melalui program pembangunan
regional yang digerakkan oleh pemerintah.
5. Analisis Shift-Share
Analisis Shift-Share merupakan penggabungan antara proporsi dan pertumbuhan dimana
kita dapat melihat pada sektor apa di suatu daerah yang lebih unggul dibandingkan daerah lain.
Mengapa? Hal ini karena: Pertama, perhitungan shift-share memungkinkan dihasilkannya
perhitungan antar waktu (pertumbuhan) yang melibatkan daerah/negara lain. Kedua, adanya
asumsi bahwa perekonomian Jakarta disamping dipengaruhi oleh daerah lain (keterkaitan antar
daerah).
Analisis ShiftShare pada dasarnya bermanfaat untuk membuktikan apakah perekonomian
Jakarta per sektor tumbuh lebih baik/buruk dari daerah sekitarnya. Metode ini juga bermanfaat
untuk mengamati pengaruh perekonomian daerah/negara (misalnya: Indonesia) / dan
perubahannya secara deskriptif terhadap daerah tertentu (misalnya: Jakarta) dengan cara
membandingkan pertumbuhan baik total maupun sektor suatu daerah/negara tersebut terhadap
daerah objek yang dalam hal ini adalah Jakarta.
Dalam analisis ini, pertumbuhan kegiatan di suatu daerah pada dasarnya ditentukan oleh tiga
hal, yaitu:
1. National Share / National Growth Effect (N), yaitu pertumbuhan daerah dibandingkan
dengan pertumbuhan negara tertentu.Jika negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi
yang positif maka nilai N untuk daerah objek akan menjadi positif dan sebaliknya.
2. Proportional Shift/Sectoral Mix Effect/Composition Shift (M), yaitu perbedaan pertumbuhan
di setiap sektor yang diamati pada negara pembanding terhadap pertumbuhan total negara
tersebut. Jika sektor yang dibandingkan tumbuh lebih tinggi dari pada total pertumbuhan di
negara pembanding maka hasilnya akan positif sehingga nilai M untuk sektor tersebut di
daerah objek akan menjadi positif dan sebaliknya.
3. Regional Share/Competitive Effect (R), menggambarkan bagaimana kalau sektor di daerah
objek tumbuh seperti pola pertumbuhan sektor yang sama di negara pembanding. Nilai
pertumbuhan ini dibandingkan dengan pertumbuhan sektor daerah tersebut. Hasilnya akan
menjadi 3 kemungkinan : 1. Apabila hasilnya positif lebih kecil dari pertumbuhan aktual
sektor tersebut di daerah objek maka dapat dikatakan bahwa negara pembanding lebih
unggul dari daerah objek pada sektor yang bersangkutan. 2. Apabila hasilnya adalah positif
lebih besar artinya untuk sektor yang bersangkutan, daerah objek lebih baik dari pada negara
pembanding. 3. Apabila hasilnya negatif maka dapat dikatakan bahwa negara pembanding
lebih unggul secara absolut pada sektor yang bersangkutan dibandingkan dengan daerah
objek.
Normal Growth adalah pertumbuhan di setiap sektor yang dinyatakan dalam angka
nominal dan bukan persentase. Apabila hasilnya positif artinya sektor tersebut tumbuh dan
sebaliknya Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa kendati secara multiplier sektor (10)
menjanjikan adalah sektor industri namun shiftshare menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor
industri dan proporsinya (LQ) masih lebih rendah dibandingkan nasional. Hal ini terlihat dari
nilai shift share yang negatif. Jika LQ nya tetap tinggi namun shiftsharenya rendah maka besar
kemungkinan sektor tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari pada
nasional.
Dengan mengetahui perhitungan shiftshare kita dapat melengkapi hasil perhitun IO dan
LQ sehingga kita dapat menganaiisis setiap sektor secara komprehensif. Kita dapat menjawab
apakah sektor tersebut unggul di dua hal : proporsi dan pertumbuhan atau keduanya atau salah
satu. LQ hanya menjawab kunggulan pada proporsi sehingga harus dilengkapi dengan shiftshare.
Selanjutnya secara internal analisis IO penting untuk melihat keterkaitan dan dampaknya
terhadap perekonomian daerah tersebut.
Jika kita menggabungkan keunggulan proporsi dan keunggulan pertumbuhan maka sektor yang
paling baik diantara 9 sektor di DKI Jakarta pada tahun 2002 adalah sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran. Sektor Jasa secara general proporsional tidak lebih baik dari pada sektor jasa
nasional. Jika kita lihat komponennya maka seluruh sub sektor nya unggul secara nasional
kecuali sektor jasa Pemerintahan. Ini merupakan PR bagi Pemda DKI bahwa output pelayanan
Pemda DKI masih kalah efektif dibandingkan dengan Pemda-Pemda lain di Indonesia kendati
dari sisipertumbuhan tetap unggul. Mengapa?
Sub sektor jasa yang unggul dari sisi pertumbuhan dan proporsi adalah sub sektor Jasa
Hiburan dan rekreasi. Tidaklah salah kita mengatakan bahwa Jakarta adalah pusat rekreasi
nasional dan tujuan liburan anak sekolah/keluarga.