TEORI PENENTUAN
PENDAPATAN NASIONAL
Dosen Pengasuh
Nurmasyitah,S.Pd.,M.Pd
(NIM: )
Disusun oleh :
Anisah
(1706104040006)
A. Latar Belakang
Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara salah satunya dapat dilihat
dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi (economic growth)
dapat diukur dari kenaikan besarnya pendapatan nasional (produksi nasional) pada periode
tertentu. Oleh karena itu, nilai dari pendapatan nasional (national income) ini merupakan
gambaran dari aktivitas ekonomi secara nasional pada periode tertentu. Tingginya tingkat
pendapatan nasional dapat mencerminkan besarnya barang dan jasa yang dapat diproduksi.
Besarnya kapasitas produksi tersebut dapat menunjukkan tingginya tingkat kemakmuran
masyarakat dalam suatu negara. Baik negara yang sedang berkembang maupun negara-
negara maju, semua mengiginkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pendapatan Nasional (national income) merupakan tolak ukur yang paling baik untuk
menunjukkan keberhasilan dan kegagalan perekonomian suatu negara, dari tingkat
kesempatan kerja, tingkat harga barang, dan posisi neraca pembayaran luar negeri, serta
pendapatan per kapitanya. Jika faktor-faktor yang memengaruhi tersebut menunjukkan posisi
yang sangat menguntungkan atau positif, maka tingkat keberhasilan atau tingkat kemajuan
ekonomi suatu negara akan mudah tercapai, dan begitu pula sebaliknya. Dalam perhitungan
ekonomi Islam terdapat prinsip yang harus dipegang teguh dalam perhitungan pendapatan
nasional agar tujuan negara dapat terlaksanakan dengan baik dan masyarakat mendapatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam bernegara.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah
tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode,biasanya selama satu tahun. Perhitungan tersebut berdasarkan anggapan bahwa
pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup selama setahun. Konsep
pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang
berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya.pada tahun 1665. Namun pendapat
tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu
ekonomi modern, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk
Nasional Bruto (gross National Product, GNP) yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan tiap tahun oleh suatu negara yang diukur menurut harga pasar. Oleh karena itu
pengertian pendapatan nasional adalah ukuran dari nilai total barang dan jasa yang dihasilkan
suatu Negara dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang dinyatakan dalam satuan
uang.
Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian
suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari perhitungan pendapatan nasional ini
adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai dan nilai
output yang diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor
perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2008, p55). Selain itu, data
pendapatan nasional yang telah dicapai dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang
perekonomian negara tersebut pada masa yang akan datang. Prediksi ini dapat digunakan
oleh pelaku bisnis untuk merencanakan kegiatan ekonominya di masa depan, juga untuk
merumuskan perencanaan ekonomi untuk mewujudkan pembangunan negara di masa
mendatang (Sukirno, 2008, p57).
Nilai seluruh produksi yang tercipta dalam sesuatu negara dalam satu tahun tertentu
dinamakan pendapatan nasional. Oleh karena itu pendapatan nasional biasanya didefinisikan
sebagai: nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh negara dalam
satu tahun tertentu. Dalam penghitungan pendapatan nasional terdapat tiga istilah yakni:
Produk Nasional Bruto, Produk Domestik Bruto, dan Pendapatan Nasional.
Dalam definisi yang baru dinyatakan bahwa pendapatan nasional adalah nilai barang-
barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam suatu perekonomian. Ini berarti
walaupun barang-barang yang diciptakan oleh berbagai kegiatan ekonomi adalah berbentuk
benda, pendapatan nasional tidak dinyatakan secara demikian. Pendapatan nasional dihitung
dengan menetukan nilai uang dari berbagai jenis barang dan jasa yang diproduksikan oleh
sesuatu perekonomian.[1]
Tujuan dari menghitung pendapatan nasional adalah untuk mengatasi kesukaran yang
dtimbulkan oleh perbedaan dalam satuan-satuan perhitungan dari barang-barang dan jasa-jasa
yang terdapat dalam perekonomian.
Cara yang paling sederhana untuk mentukan pendapatan nasional riel adalah dengan
mendeflasikan nilai pendapatan nasional menurut harga yang berlaku dengan menggunakan
indeks harga, seperti misalnya dengan menggunakan indeks harga konsumen. Menghitung
pendapatan nasional riel merupakan langkah yang selalu dijalankan di dalam kegiatan
menghitung pendapatan nasional di berbagai negara. Cara menghitungnya yaitu pertambahan
pendapatan nasional riel yang wujud dalam satu tahun tertentu dapat dihitung dengan rumus:
GNPr0
Keterangan: GNPr1 adalah pendapatan nasional riel pada tahun yang tingkat pendapatan
ekonominya akan ditentukan, GNPr0 adalah pendapatan nasional riel pada tahun sebelunya,
dan g adalah perkembangan ekonomi yang dicapai dinyatakan dalam presentasi dari GNPr0.
Cara kedua untuk menghitung pendapatan nasional adalah dengan menghitung dan
selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai produksi yang diciptakan dalam tiap-tiap sektor
ekonomi. Cara perhitungan pendapatan nasional ini dinamakan cara produksi. Nilai
pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai-nilai tambahan yang
diciptakan oleh tiap-tiap sektor yang ada dalam perekonomian. Seluruh nilai tambahan yang
diciptakan dalam sesuatu sektor merupakan nilai produksi dari sektor tersebut yang
disumbangkan kepada pendapatan nasional.
Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh para
penerima pendapatan, nilai yag tersisa dinamakan pendapatan disposebel. Dengan demikian
pada hakekatnya pendapatan disposebel adalah pendapatan yang boleh digunakan oleh para
penerimanya, yaitu semua rumahtangga yang ada dalam perekonomian, untuk membeli
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka inginkan. Tetapi sebagian daripadanya ditabung
dan sebagian lainnya digunakan untuk membayar bunga untuk pinjaman yang digunakan
untuk membeli barang-barang secara mencicil.
Menghitung nilai hasil PDB dengan menggunakan harga berlaku dapat memberi hasil
yang menyesatkan, karena pengaruh inflasi. Untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat,
maka perhitungan PDB sering menggunakan perhitungan berdasarkan harga konstan. Hasil
perhitungan ini menghasilkan nilai PDB atas harga konstan.
Harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah. Untuk memperoleh PDB
harga konstan, kita harus menentukan tahun dasar (based year), yang merupakan tahun di
mana perekonomian berada dalam kondisi baik/stabil. Harga barang pada tahun tersebut kita
gunakan sebagai harga konstan. Deflator = (Harga tahun t : Harga tahun t-1) x 100%.
Manfaat dari perhitungan PDB harga konstan, selain dengan segera dapat mengetahui apakah
perekonomian mengalami pertumbuhan atau tidak, juga dapat menghitung perubahan harga
(inflasi).
Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku
pada tahun tersebut. Cara ini adalah cra yang selalu dilakukan dalam menghitung pendapatan
nasional dari suatu periode ke periode lainnya. Dapat diramalkan bahwa apabila
dibandingkan data pendapatan nasional dalam berbagai tahun tersebut, nilainya akan
berbeda-beda dan menunjukan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pertambahan nilai tersebut disebabkan oleh dua faktor :
Perbedaan antara PDB harga berlaku dengan harga konstan yaitu Produk Domestik Bruto
(PDB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar
harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Dalam menghitung pendapatan nasional, diperlukan metode atau cara. Metode tersebut
disesuaikan dengan objek yang akan dihitung. Metode perhitungan pendapatan nasional
dibagi menjadi tiga metode, yaitu sebagai berikut :
a. Metode Produksi
Keterangan :
Y = Produk Nasional / Produk Domestik Bruto (PNB atau GDP)
PNB atau GDP diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) yang
dihasilkan oleh berbagai sector perekonomian. Hal ini dilakukan untuk menghindari penilaian
yang terlalu tinggi atas output yang diproduksi dengan perhitungan ganda (double
accounting), baik barang jadi dan jasa jadi maupun barang setengah jadi dan jasa yang masih
harus diolah. Untuk itu hanya nilai tambah pada setiap tahap proses produksi tersebut yang
dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional. Dalam hal ini, GDP atau PNB
merupakan penjumlahan dari nilai tambah sektor pertanian ditambah nilai tambah di sektor
manufaktur dan seterusnya.
b. Metode Pengeluaran
2. Investasi (Investment), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen, yang
ditulis dalam rumus dengan lambang
Ekspor dan Impor (Export-Import), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga Luar
Negeri, yang ditulis dalam rumus dengan lambang X dan M.
Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
X = Ekspor
M = Impor
c. Metode Pendapatan/Penerimaan
R = rent = sewa
W = wage = upah/gaji
P = profit = laba
Pengertian produk nasional netto dan pendapatan siap konsumsi dengan memasukan isu
lingkungan.
Produk Nasional neto (NNP) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan yang disebut
juga replacement dari barang modal. Replacement atau penggantian barang
modal/penyusutan bagi peralatan produksi yang terpakai dalam proses produksi umumnya
bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan
meskipun relative kecil.
Pendapatan Disposible (DI) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna
membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan
menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi
dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya
pajak pendapatan.
Jadi DI merupakan pendapatan yang benar-benar menjadi hak penerimanya. Dengan
demikian DI dirumuskan sebagai berikut :
DI = PI – Pajak Langsung
Pajak Langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak setelah muncul atau
terbit Surat Pemberitahuan/SPT Pajak atau Kohir yang dikenakan berulang-ulang kali dalam
jangka waktu tertentu. Contoh dari pajak langsung adalah pajak penghasilan (PPh), pajak
bumi dan bangunan (PBB), pajak penerangan jalan, pajak kendaraan bermotor, dan lain
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah
tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode,biasanya selama satu tahun. Perhitungan tersebut berdasarkan anggapan bahwa
pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup selama setahun. Oleh karena itu
pengertian pendapatan nasional adalah ukuran dari nilai total barang dan jasa yang dihasilkan
suatu Negara dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang dinyatakan dalam satuan
uang.
Harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah. Untuk memperoleh PDB harga
konstan, kita harus menentukan tahun dasar (based year), yang merupakan tahun di mana
perekonomian berada dalam kondisi baik/stabil. Harga barang pada tahun tersebut kita
gunakan sebagai harga konstan. Deflator = (Harga tahun t : Harga tahun t-1) x 100%.
B. Saran
Dengan penjelasan yang dapat penulis jabarkan, semoga bermafaat untuk kita semua.
Besar harapan penulis kepada para pembaca untuk dapat memahami dan mampu untuk
mengaplikasikannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Pratama. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2002.
Suherman Rosyidi. Pengantar Teori Ekonomi (pendekatan kepada teori ekonomi mikro dan
makro). Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Suherman Rosyidi. Pengantar Teori Ekonomi (pendekatan kepada teori ekonomi mikro dan
makro). Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2014. hlm 102
Rahardja, Pratama. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2002. hlm 26
Rahardja, Pratama. Teori Ekonomi Makro. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002.
Hlm 16
Jawaban