Anda di halaman 1dari 14

JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

STRATEGI PEMASARAN TAHU LAMPING “CAHAYA RASA”


(Kasus di Home Industri “Cahaya Rasa” Desa Manislor,
Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan )

Siti Hodijah, I Ketut Sukanata, Dukat


Program Studi Agribisnis Fakutas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati

ABSTRAK

Kedelai merupakan. Salah satu produk pertanian yang bergizi tinggi sebagai
sumber kalori dan protein. Salah satu industri yang memproduksi tahu yaitu Home
industri tahu lamping “Cahaya Rasa” yang berdiri sejak tahun 2009. Home industri
tahu lamping “Cahaya Rasa” sedang menghadapi beberapa masalah diantaranya
penurunan penjualan, pendistribusian terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah
identifikasi lingkungan linternal dan eksternal home industri, merumuskan alternatif
strategi, dan merekomendasikan prioritas yang lebih strategis. Alat analisis yang
cocok untuk tujuan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan
matriks QSP. Matriks IFE menghasilkan lima kekuatan dan lima kelemahan. Matriks
EFE menghasilkan lima peluang dan lima ancaman. Matriks IE menunjukan bahwa
Home Industri Tahu Lamping “Cahaya Rasa” berada pada sel II posisi ini
digambarkan pada posisi pertumbuhan, dan diagram cartesius SWOT menunjukan
pada Kuadran I yang mendukung strategi agresif. Strategi alternatif dalam enam
strategi matriks SWOT. QSP berbasis matriks menunjukan strategi terbaik adalah
mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, meningkatkan kegiatan promosi
untuk meningkatkan volume penjualan.

Kata Kunci : Strategi, Pemasaran dan Tahu Lamping.

PENDAHULUAN
Produk tahu di Indonesia khususnya kecil, industri menengah atau dalam skala
Pulau Jawa banyak dihasilkan oleh industri rumah tangga. Kota Kuningan merupakan

22
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

salah satu kota yang terdapat beberapa yang cukup jauh semetara produk tahu yang
kelompok home industri yang mengolah tidak dapat bertahan lama untuk sampai ke
kedelai menjadi produk olahan berupa tangan konsumen.
tahu,berjumlah 67 unit usaha kecil, termasuk Dari latar belakang yang sudah
tahu yang menjadi khas kota Kuningan diuraikan, maka diidentifikasi masalah-
berupa tahu lamping. Home industri tahu di masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
Kabupaten Kuningan dari tahun ke tahun 1. Apa yang menjadi kekuatan, kelemahan,
terus mengalami peningkatan dalam proses peluang, dan ancaman pada pemasaran
produksinya termasuk di Kecamatan produk tahu lamping “Cahaya Rasa” di
Jalaksana terdapat home industri yang home industri “Cahaya Rasa” Desa
memproduksi tahu lamping yaitu home Manislor, Kecamatan Jalaksana,
industri tahu lamping “Cahaya Rasa”. Kabupaten Kuningan?
Pada home industri tahu lamping 2. Bagaimana alternatif strategi pemasaran
“Cahaya Rasa” terdapat beberapa usaha tahu lamping “Cahaya Rasa” di
permasalahan dalam proses pemasaran tahu home industri “Cahaya Rasa” Desa
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor Manislor, Kecamatan Jalaksana,
diantarnya penjualan tahu hanya dilakukan Kabupaten Kuningan?
sebatas dari para pembeli yang lewat atau 3. Apa prioritas strategi yang dapat
sengaja datang ke tempat tersebut, proses diterapkan dalam p
pendistribusian tahu di setiap warung atau 4. emasaran tahu lamping “Cahaya Rasa”
tempat makan sekitar home industri mulai di home industri “Cahaya Rasa” Desa
terhambat karena adanya pesaing dari jenis Manislor, Kecamatan Jalaksana,
produk tahu lainnya dan untuk permasalahan Kabupaten Kuningan?
pendistribusian ke luar daerah Kabupaten
Kuningan masih terkendala dengan jarak

BAHAN DAN METODE satu sentral usaha tahu lamping “Cahaya


Penelitian dilaksanakan di Desa Rasa” khususnya di Kecamatan Jalaksana,
Manislor, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kabupaten Kuningan. Lokasi penelitian
Kuningan. Desa tersebut dipilih sebagai dilakukan di home industri tahu lamping
lokasi penelitian karena merupakan salah “Cahaya Rasa”, pemilihan lokasi ini

23
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

ditentukan dengan pertimbangan home rasa, 8 orang karyawan bagian produksi dan
industri tahu lamping tersebut mempunyai 8 orang karyawan bagian pemasaran.
jumlah tenaga kerja serta kapasitas produksi Sampel selanjutnya yaitu sampel 2 orang
per hari terbanyak dibandingkan dengan pemasok bahan baku kedelai, 2 orang
industri tahu lainnya. Objek penelitian yaitu pemilik usaha tahu sebagai pesaing, 1 orang
pemilik usaha, karyawan produksi, dan pemerintah terkait yaitu kepala Dinas
karyawan pemasaran tahu lamping “Cahaya Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Rasa”. Waktu penelitian telah dilaksanakan Kuningan, 10 orang konsumen pedagang
dari bulan April sampai Juni 2017. tahu lamping, 10 orang konsumen yang
mengkonsumsi langsung tahu lamping yang
Desain dan Jenis Penelitian ditentukan berdasarkan hasil pengamatan
Desain Penelitian yang digunakan (wawancara) secara sengaja.
dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan diikuti penjelasan secara Metode Pengumpulan Data
deskriptif. Metode ini digunakan untuk Teknik pengumpulan data primer
mencari fakta dengan interprestasi yang dengan menggunakan instrumen (alat)
tepat dengan tujuannya adalah untuk antara lain: observasi, interview dan
mencari gambaran yang sistematis. Jenis kuisioner. Teknik pengumpulan data
penelitian menggunakan teknik survey yaitu sekunder dari sumber-sumber yang dianggap
mengumpulkan data dari sejumlah unit atau relevan dengan tujuan penelitian yakni:
individu dalam waktu (jangka waktu yang Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan,
bersamaan dengan menggunakan alat Dinas Perindustrian dan Perdagangan
pengukur wawancara berupa kuisioner yang Kabupaten Kuningan, Koperasi Tempe Tahu
berisi daftar pertanyaan (Surakhmad, 1994). Indonesia (KOPTI) Kabupaten Kuningan,
dan Kantor Kepala Desa Manislor.
Metode Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik Operasionalisasi Variabel
pengambilan sampel secara purposive Batasan operasional dalam penelitian
sampling (disengaja). Sempel pertama ini sebagai berikut:
adalah sempel produsen home industri, yaitu 1. Tahu lamping adalah salah satu tahu
1 orang pemilik usaha tahu lamping cahaya yang berasal dari olahan kedelai yang

24
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

menjadi salah satu tahu yang menjadi mempengaruhi pemasaran home industri
khas Kota Kuningan. tahu dan pada umumnya belum dapat
2. Strategi pemasaran merupakan strategi dikendalikan sepenuhnya. Meliputi
untuk melayani pasar atau segmen pasar pesaing, konsumen (konsumen yang
yang dijaadikan target oleh seorang mengkonsumsi tahu), pemasok
pengusaha. (pemasok bahan baku).
3. Faktor internal adalah faktor-faktor yang 5. Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE)
terdapat didalam sentral home industri adalah suatu matriks yang terdiri dari 9
tahu yang mempengaruhi usaha tahu sel yang disusun berdasarkan
secara keseluruhan dan pada umumnya perhitungan analisis faktor lingkungan
dapat dikendalikan. Meliputi kondisi internal dan eksternal.
finansial (modal), sumber daya manusia 6. Analisis SWOT merupakan suatu
(ketersediaan dan kemampuan sumber analisis situasi yang mencakup kondisi
daya manusia), produksi/operasional internal dan eksternal pemasaran
(kontinyuitas produksi) dan pemasaran tahudengan melihat faktor kunci internal
(produk, harga, distribusi, promosi). dan eksternal.
4. Faktor Eksternal adalah faktor-faktor 7. QSPM (Matriks Perencanaan Strategi
dari luar sentra home industri tahu yang Kuantitatif) adalah alat yang digunakan
untuk melakukan evaluasi pilihan
Bobot
Faktor-faktor strategi alternatif untuk menentukan
Bobot Rating x
Internal prioritas strategi yang dapat diterapkan
Rating
dalam pemasaran tahu.
Kekuatan
1.
1.1 Teknik Pengolahan Data
2.
1) Matriks IFE (Internal Factor

Evaluation)
Kelemahan
Matriks IFE digunakan untuk
1.
menganalisis kekuatan dan kelemahan
2.
utama perusahaan sehingga diketahui faktor

internal perusahaan yang dianggap penting.
Total 1,000
Berikut tabel matriks IFE

25
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

2) Matriks EFE (External Factor Berikut tabel penentuan bobot.


Evaluation) Faktor
A B C … Total
Matriks EFE digunakan untuk Eksternal
menganalisis faktor lingkungan eksternal A
B
perusahaan yang menjadi peluang dan
C
ancaman utama bagi perusahaan. …
Berikut tabel matriks IFE. Total
1) Diagram SWOT
Untuk mempertajam analisis
Penentuan bobotnya menggunakan
Bobot
metode Paired Comparison(perbandingan Faktor-faktor
Bobot Rating x
Eksternal
berpasangan) dengan skala penilaian: Rating
Peluang
1 = kurang penting
1.
2 = sama penting 2.
3 = lebih penting …
Ancaman
Sedangkan untuk pemberian rating 1.
dengan skala 1 sampai 4, dengan ketentuan 2.
faktor peluang dan kekuatan bersifat positif …
Total 1,000
artinya semakin tinggi rating maka semakin
digunakan diagram SWOT yang nilai sumbu
tinggi peluang dan kekuatannya, sebaliknya
X diperoleh dari selisih faktor internal
untuk faktor ancaman dan kelemahan
(kekuatan–kelemahan) dan sumbu Y
bersifat negatif.
diperoleh dari selisih antara faktor eksternal
Rumus mencari nilai bobot :
(peluang–ancaman). Diagram SWOT terdiri
dari 4 kuadran, yaitu:
=
∑ Kuadran 1 :strategi agresif
Kuadran 2 :strategi diversifikasi
Keterangan: Kuadran 3 :strategi turn-around
αi = Bobot variabel ke-i
Kuadran 4 : strategi defensif
xi= Nilai variabel ke-i
i = 1,2,3,…,n 2) Matriks SWOT
n = Jumlah variabel Matriks SWOT menggambarkan
Sumber: David, 2004
secara jelaspeluang dan ancaman eksternal

26
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan strategi SO (strengths opportunity), strategi


dengan kekuatan dan kelemahan yang WO (weaknessesopportunity), strategi ST
dimilikinya. Bentuk matriks SWOT sebagai (strengths threaths), dan strategi WT
berikut. Dari matriks SWOT akan diperoleh (weaknessesthreaths).
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
IFAS  Tentukan 5-10 faktor-  Tentukan 5-10 faktor-faktor
EFAS
faktor kekuatan internal kelemahan internal
OPPORTUNIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
 Tentukan 5-10 Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
faktor peluang menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan untuk
eksternal memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang
THREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
 Tentukan 5-10 Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
faktor ancaman menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan dan
eksternal mengatasi ancaman menghindari ancaman

3) Matriks QSPM (Quantitive Strategic dipertimbangkan maka skor Attractiveness


Planning Matrix) Score (AS) adalah 1 = tidak menarik, 2 =

Matriks ini digunakan untuk agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 =

mengevaluasi dan memilih strategi terbaik sangat menarik.

yang paling cocok dengan lingkungan Skor TAS (Total Attractiveness Score)

eksternal dan internal.Skor daya tarik (AS) diperoleh dari perkalian dari bobot dengan

ditentukan dengan menguji setiap faktor AS.Semakin tinggi nilai TAS maka semakin
menarik alternatif strategi.Berikut tabel
internal dan eksternal kunci pada satu waktu,
apabila faktor yang bersangkutan ada matriks QSPM.

pengaruhnya terhadap strategi yang

27
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

Bentuk Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)


Faktor-Faktor Utama Alternatif Strategi
Bobot Strategi I Strategi II
AS TAS AS TAS
Faktor Utama Internal
Kekuatan
Kelemahan
Total Bobot
Faktor Utama Eksternal
Peluang
Ancaman
Total Bobot
Jumlah Nilai Daya Tarik
Sumber: David (2010)

Tujuan Home Industri Tahu


HASIL DAN PEMBAHASAN Lamping “Cahaya Rasa”
Gambaran Umum Home Industri Tujuan usaha dari home industri tahu
Home Industri Tahu Lamping “Cahaya lamping “Cahaya Rasa” adalah mencapai
Rasa” berlokasi di Jalan Raya Manislor keuntungan maksimal, mempertahankan dan
Dusun 04 Rt 24 / Rw 04 Desa Manislor, menambah kualitas tahu agar citarasa sesuai
Kecamatan Jalaksana, Kabupaten dengan konsumen, serta mempertahankan
Kuningan. Jalan Raya Manislor merupakan dan meningkatkan usahanya agar bisa
jalur penghubung antara Kabupaten berkembang.
Kuningan dengan Kota Cirebon.

Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Home Industri


Berikut tabel hasil identifikasi faktor mempengaruhi pemasaran tahu lamping
internal yang menggambarkan faktor “Cahaya Rasa”.
kekuatan dan faktor kelemahan yang

28
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

Kekuatan Kelemahan
1. Peralatan tradisional
1. Lokasi Strategis
2. Produk tidak dapat bertahan dalam
2. Produk terjamin mutunya
waktu lama
3. Adanya pengolahan limbah
3. Distribusi hanya didaerah tertentu
4. Memiliki pelanggan tetap
4. Promosi yang masih terbatas
5. Citarasa sesuai dengan konsumen
5. Lebel kemasan belum lengkap
Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Home Industri

Berikut tabel hasil identifikasi faktor mempengaruhi pemasaran tahu lamping

eksternal yang menggambarkan faktor “Cahaya Rasa”.

peluang dan faktor ancaman yang

Peluang Ancaman
1. Memperluas wilayah pemasaran 1. Kenaikan bahan baku kedelai
2. Permintaan yang semakin meningkat 2. Produk subtitusi sangat beragam
3. Ketersediaan pasokan bahan baku 3. Daerah distribusi pesaing lebih luas
melimpah 4. Pendatang baru cukup banyak
4. Adanya perkembangan teknologi pada 5. Tawar menawar pemasok kuat
proses produksi
5. Banyak pelanggan baru
tahu lamping “Cahaya Rasa” berada di atas
Analisis Strategi Pemasaran Tahu rata-rata (sebesar 2,5) dalam memanfaatkan
Lamping “Cahaya Rasa” kekuatan dan mengatasi kelemahan
Analisis Matriks IFE internalnya, dengan demikian home industri
Hasil perhitungan matriks IFE (Internal tahu lamping “Cahaya Rasa” berada pada
Factor Evaluation) menunjukan total nilai posisi kuat secara internal. Berikut tabel
skor faktor internal ialah sebesar 2,845. Hal hasil matriks IFE
ini mengindikasikan posisi internal usaha
Skor (Bobot x
Faktor Strategi Internal Bobot Ratting
Ratting)
Kekuatan
1. Lokasi Strategis 0,117 3,00 0,351
2. Produk terjamin mutunya 0,115 3,82 0,439
3. Adanya pengolahan limbah 0,104 3,76 0,391
4. Memiliki pelanggan tetap 0,105 3,00 0,315
5. Citarasa sesuai dengan konsumen 0,120 3,53 0,423
Kelemahan

29
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

1. Peralatan tradisional 0,110 2,76 0,303


2. Produk tidak dapat bertahan dalam waktu
0,072 2,00 0,144
lama
3. Distribusi hanya didaerah tertentu 0,095 1,76 0,167
4. Promosi yang masih terbatas 0,080 1,88 0,150
5. Lebel kemasan belum lengkap 0,081 2,00 0,162
Sub Skor Kelemahan 0,926
Total Skor 1.000 2,845
Hal ini berarti posisi eksternal usaha tahu
Analisis Matriks EFE
lamping “Cahaya Rasa” berada di atas rata-
Kondisi eksternal yang dihadapi Home
rata (sebesar 2,5) dalam memanfaatkan
Industri Tahu Lamping “Cahaya Rasa”
peluang dan menghindari ancaman
digambarkan dengan hasil analisis matriks
eksternalnya, dan dimana posisi perusahaan
EFE (External Factor Evaluation) tersebut.
kuat secara eksternal.
Total nilai skor matriks EFE (External
Factor Evaluation) adalah 3,173.
Skor (Bobot
Faktor Strategi Eksternal Bobot Ratting
x Ratting)
Peluang
1. 1. Memperluas wilayah pemasaran 0,117 3,88 0,454
2. 2. Permintaan semakin meningkat 0,112 3,71 0,416
3. 3. Ketersediaan pasokan bahan baku melimpah 0,094 3,00 0,282
4. 4. Adanya perkembangan teknologi pada proses produksi 0,112 3,00 0,336
5. 5. Banyak pelanggan baru 0,110 4,00 0,440
Ancaman
1. Kenaikan bahan baku kedelai 0,098 2,29 0,224
2. Produk subtitusi sangat beragam 0,083 2,76 0,229
3. Daerah distribusi pesaing lebih luas 0,080 2,94 0,235
4. Pendatang baru cukup banyak 0,100 3,00 0,300
5. Tawar menawar pemasok kuat 0,093 2,76 0,257
Total Skor 1,000 3,173

Analisis Matriks IE IFE dan matriks EFE tersebut maka dapat


Hasil nilai total skor yang diperoleh digambarkan posisi perusahaan dalam
dari matriks IFE (Internal Factor matriks IE. Adapun matriks IE untuk Home
Evaluation) sebesar 2,845 dan nilai skor Industri Tahu Lamping “Cahaya Rasa”
matriks EFE (External Factor Evaluation) Berdasarkan anaisis matriks IE pada Home
sebesar 3,173. Melalui hasil skor matriks Industri Tahu Lamping “Cahaya Rasa” dapat

30
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

diketahui bahwa titik pertemuan antara nilai dalam kondisi ini yaitu mendukung
matriks IFE dan matriks EFE berada pada kebijakan pertumbuhan yang agresif.
sel II, yang menggambarkan posisi home Gambar diagram SWOT
industri berada pada kondisi pertumbuhan. O
Diagram SWOT III I
Berdasarkan hasil perhitungan dari 0,683
nilai faktor internal diperoleh hasil
W S
pengurangan antara faktor kekuatan dan 0,993

kelemahan yaitu 1,919 - 0,926 = (+) 0,993. IV II


(sebagai sumbu X). Hasil perhitungan dari
T
nilai faktor eksternal diperoleh hasil
pengurangan antara faktor peluang dan Analisis Matriks SWOT
ancaman yaitu 1,928 - 1,245 = (+) 0,683. Alternatif strategi yang dihasilkan dari
(sebagai sumbu Y). Sehingga posisi home kombinasi faktor internal dan faktor
industri berada pada kuadran I yang berarti eksternal melalui matriks SWOT pada home
berada pada situasi yang menguntungkan industri tahu lamping “Cahaya Rasa” adalah
(posisi strategi SO). Strategi yang diterapkan sebanyak enam alternatif strategi. Berikut
tabel hasil analisis matriks SWOT.
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)
Internal
1. Lokasi Strategis 1. Peralatan tradisional
2. Produk terjamin mutunya 2. Produk tidak dapat bertahan dalam
3. Adanya pengolahan limbah waktu lama
4. Memiliki pelanggan tetap 3. Distribusi hanya didaerah tertentu
5. Citarasa sesuai dengan 4. Promosi masih terbatas
Eksternal konsumen 5. Lebel kemasan belum lengkap

Peluang (Opportunities) Strategi S-O Strategi W-O


1. Memperluas wilayah pemasaran 1. Mempertahankan dan 1. Meningkatkan kegiatan promosi
2. Permintaan semakin meningkat meningkatkan kualitas untuk meningkatkan volume
3. Ketersediaan pasokan bahan produk (S2, S3,S5, O2, O3 O4) penjualan (W4, O1, O2, O5)
baku melimpah 2. Meningkatkan / menjalin 2. Meningkatkan teknologi dan
4. Adanya perkembangan kerjasama dengan warung peralatan yang digunakan pada
teknologi pada proses produksi makan, yang berada di proses produksi dan promosi (W1, W2,
5. Banyak pelanggan baru dalam maupun di luar O4)
Kabupaten Kuningan (S1,
S2, S3, S4, S5, O1, O2, O5)

31
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

Strategi S-T Strategi W-T


Ancaman threaths (Treaths)
1. Meningkatkan pelayanan 1. Menciptakan produk yang sesuai
1. Kenaikan bahan baku kedelai
terhadap konsumen untuk dengan keinginan konsumen untuk
2. Produk subtitusi sangat beragam
mempertahankan menghadapi persaingan (W3, W5, T2,
3. Daerah distribusi pesaing lebih
pelanggan yang sudah ada T3, T4)
luas
dan menarik konsumen
4. Pendatang baru cukup banyak
yang lain (S2, S3, S4, S5, T2,
5. Tawar menawar pemasok kuat
T3, T4)

Analisis QSPM
Analisis QSPM digunakan untuk mengetahui prioritas dari strategi yang dihasil dari
matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisis matriks QSPM terlihat bahwa strategi yang menjadi
prioritas untuk dilakukan saaat ini adalah mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk
dengan total nilai daya tarik (TAS) tertinggi sebesar 6,371. Urutan prioritas strategi pemasaran
tahu lamping “Cahaya Rasa” sebagai berikut :

No Keterangan TAS
1 Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk 6,371
2 Meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan volume penjualan 6,263
3 Meningkatkan / menjalin kerjasama dengan warung makan, yang berada 6,258
di dalam maupun di luar Kabupaten Kuningan
4 Meningkatkan pelayanan terhadap konsumen untuk mempertahankan 6,241
pelanggan yang sudah ada dan menarik konsumen yang lain
5 Menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen untuk
menghadapi persaingan 5,901
6 Meningkatkan teknologi dan peralatan yang digunakan pada proses 5,367
produksi dan promosi

KESIMPULAN yang menjadi kekuatan utama yaitu


Berdasarkan hasil analisis terhadap produk terjamin mutunya dan kelemahan
pemasaran tahu lamping “Cahaya Rasa” utama faktor internal yaitu peralatan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: tradisional yang digunakan pada proses
1. Pada pemasaran Tahu Lamping “Cahaya produksi. Faktor lingkungan eksternal
Rasa” Faktor lingkungan internal Home yang menjadi peluang terbesar yaitu
Industri Tahu Lamping “Cahaya Rasa” memperluas wilayah pemasaran dan

32
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

ancaman terbesar faktor eksternal yaitu 3. Hasil analisis dari QSPM ini
pendatang baru cukup banyak yang menunjukan bahwa prioritas strategi
membuka usaha industri pengolahan yang ingin diterapkan dalam pemasaran
tahu. Hasil analisis matriks IE tahu lamping oleh Home Industri
menunjukan posisi Home Industri berada “Cahaya Rasa” saat ini adalah
pada sel II yang artinya mengalami mempertahankan dan meningkatkan
pertumbuhan melalui integrasi horizontal kualitas produk dengan meningkatkan
dan hasil analisis diagram cartesius kegiatan promosi untuk meningkatkan
SWOT menunjukan pada kuadran I yaitu volume penjualan.
mendukung strategi agresif SO.
2. Hasil anlisis SWOT menghasilkan enam DAFTAR PUSTAKA

alternatif strategi pemasaran yang dapat


dijalankan oleh Home Industri Tahu Abdurrahman Herdiana Nana. 2015.

Lamping “Cahaya Rasa”. Strategi Manjemen Strategi

tersebut adalah : 1) Mempertahankan Pemasaran. Pustaka Setia.

dan meningkatkan kualitas produk, 2) Bandung.

Meningkatkan kegiatan promosi untuk Achmad Faqih, 2010. Kependudukan Teori,


meningkatkan volume penjualan, 3) Fakta, dan Masalah. Dee
Meningkatkan / menjalin kerjasama Publish. Yogyakarta.
dengan warung makan, yang berada di
Amirullah. 2015. Manajemen Strategi Teori-
dalam maupun di luar Kabupaten
Konsep-Kinerja. Mitra
Kuningan, 4) Meningkatkan pelayanan
Wacana Media. Jakarta.
terhadap konsumen untuk
BPS. 2016. Kuningan Dalam Angka Tahun
mempertahankan pelanggan yang sudah
2016. Badan Pusat Statistik
ada dan menarik konsumen yang lain, 5)
Kota Kuningan. Kuningan
Menciptakan produk yang sesuai
Jawa Barat.
dengan keinginan konsumen untuk
menghadapi persaingan, 6) David, F. R. 2004. Manajemen Strategis
Meningkatkan teknologi dan peralatan Konsep. Edisi ketujuh. PT
yang digunakan pada proses produksi Prehallindo. Jakarta.
dan promosi.

33
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

. 2010. Manajemen Strategis Jawa Barat. Jurnal Agribisnis.


Konsep. Salemba Empat. Vol. 27. No 1.
Jakarta. KOPTI. 2016. Kebutuhan Kedelai. Koperasi
Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2016. Tahu Tempe Indonesia
Produksi home industri tahu. (KOPTI) Kabupaten
Disperindag Kabupaten Kuningan. Kuningan Jawa
Kuningan. Kuningan Jawa Barat.
Barat. Kotler, P dan A.B. Susanto. 2000.
Dwi Eka Putri. 2010. Strategi Pemasaran Manajemen Pemasaran di
Tahu di Surakarta. Jurnal Indonesia. Salemba Empat.
Manajemen dan Organisasi. Jakarta.
Vol 4. No 2. Kotler. 1997. Manajemen Pemasaran
Fandy Tjiptono. 1998. Strategi Pemasaran. Analisis, Perencanaan,
Andi. Yogyakarta. Implementasi, Dan Kotrol.

Gustina Siregar. 2014. Strategi Terjemahan Jilid I dan II.

Pengembangan Usaha Tahu Edisi Revisi. Prenhalindo.

Rumah Tangga. Jurnal Jakarta.

Agrium. Vol 19. No 1. . 2004. Manajemen Pemasaran.

Hanafi, Abdillah. 1981. Memasyarakatkan Terjemahan. PT.

Ide-ide Baru. Usaha Offset Prenhallindo. Jakarta.

Printing. Surabaya. Philip Kotler & Gary Armstrong. 2008.

Hunger, J dan Wheelen, T. 2003. Prinsip-prinsip Pemasaran

Manajemen Strategis. PT Edisi 12. Erlangga. Jakarta.

Gramedia Pustaka Utama. Rangkuti, Freddy. 2016. Analisis SWOT


Jakarta. Teknik Membedah Kasus

Iqbal, Yudha. 2013. Strategi Pengembangan Bisnis. PT Gramedia Pustaka

Usaha Kecap CV Maja Umum. Jakarta.

Menjangan, Majalengka, Sabariah, Etika. 2016. Manajemen Strategis.


Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

34
JURNAL AGRIJATI VOL 32 NO 1, JANUARI 2018

Sapparudin. 2008. Fenomena Industri Kecil. Umar, H. 1997. Metodologi Penelitian


www.kabarindonesia.com. Aplikasi Dalam Pemasaran.
Diakses pada tanggal 18 Gramedia. Jakarta.
Februari 2017. Pearce, John A, and Richard B, Robinson Jr.

Sarwono, B dan Y.P. Saragih. 2001. 1997. Manajemen Strategik

Membuat Aneka Tahu. Niaga Formulasi, Implementasi dan

Swadaya. Jakarta. Pengendalian. Binarupa


Aksara. Jakarta.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri.
Pearce, J. A dan Robinson, R. B. 1997.
PT. Raja Grafindo Persada.
Manajemen Strategik. Jilid Satu.
Jakarta.
Jakarta. Binarupa Aksara.
Sofyan Assauri. 2004. Manajemen Wibowo. 2004. Mekanisme Pengadaan
Pemasaran Dasar Konsep Pangan
dan Strategi. PT Raja www.technologyindonesia.com.
Grafindo Persada. Jakarta. Diakses pada tanggal 18 Februari
Sugiono. 2015. Metode Penelitian 2017.
Pendidikan Pendekatan Yuliastuti, T. 2010. Analisis Nilai Tambah
Kuantitatif, Kualitatif, dan Daging Sapi Pada Industri Abon
R&D. Alfabeta. Bandung. “Ampel” Di Kabupaten Boyolali.
Skripsi S1 Fakultas Pertanian
Sumarsono, as. 2004. Metode Riset Sumber
Universitas Seblas Maret.Surakarta.
Daya Manusia, Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Suprapti, ML. 2005. Pembuatan Tahu.
Kanisius. Yogyakarta.
Surakhmad Winarno. 1994. Pengantar
Pendidikan Ilmiah dan Dasar
Metode Teknik. Transito.
Bandung.
Swastha dan Irwan. 1987. Manajemen
Barang Dalam Pemasaran.
BPFE. Yogyakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai