Anda di halaman 1dari 13

Jurnal AGRINIKA. Maret-2020.

4(1): 44-56

Perilaku Konsumen dalam Pembelian Produk Tempe di Sentra


Produksi Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Jawa Timur
Andika Putra Setiawan1*, Widi Artini2, Agustia Dwi Pamujiati2
1
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember, Jember
Indonesia
2
Fakultas Pertanian Universitas Kadiri, Kediri, Indonesia
*Korespondensi: andikaputra@unmuhjember.ac.id
Diterima 06 Juli 2019 / Direvisi 15 Agustus 2019 / Disetujui 09 September 2019

ABSTRAK
Melihat animo masyarakat Indonesia yang cukup tinggi terhadap konsumsi tempe,
maka dilakukan penelitian yang dititikberatkan pada analisis perilaku konsumen
terhadap pembelian produk tempe di sentra produksi tempe. Penelitian difokuskan
kepada alasan konsumen membeli produk tempe yang meliputi faktor harga, faktor
kualitas, faktor pelayanan, dan faktor psikologis. Analisis didasarkan pada data
wawancara yang dikumpulkan dari 60 responden, yang diambil dari kriteria 30
konsumen yang membeli produk tempe sedikit dan 30 yang membeli produk tempe
dalam jumlah banyak. Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik garis besar bahwa
perilaku pembelian konsumen atas produk tempe di sentra produksi tempe di
Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek dipengaruhi oleh faktor dominan harga
yang terjangkau, kualitas produk yang dikemas dengan kemasan yang higienis,
pelayanan penjualan yang ramah, dan faktor langganan. Keempat faktor ini
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para produsen dan pemasar
untuk dapat menentukan strategi pemasaran dalam persaingan industri yang cukup
ketat di masa yang akan datang.
Kata kunci : harga, kualitas, pelayanan, perilaku konsumen

ABSTRACT
Observing the high interest of the Indonesian people towards the consumption of
tempe, a research focused on the analysis of consumer behavior towards the
purchase of tempe products was carried out in the tempe production centers. The
research was focused on the reasons of consumers purchasing tempe products
which include price factors, quality factors, service factors, and psychological factors.
The analysis was based on interview data collected from 60 respondents, taken from
the criteria of 30 consumers who bought few tempe product and 30 consumers who
bought a large quantity of tempe products. Based on the results of the analysis, it can
be concluded that the consumer purchasing behavior of tempe products in tempe
production centers in Kampak District, Trenggalek Regency was influenced by the
dominant factor of affordable prices, the quality of products packaged with hygienic
packaging, friendly sales service, and subscription factors. These four factors are
expected to be taken into consideration for producers and marketers to determine
their marketing strategy in a fairly tight industrial competition in the future.
Keywords: consumer behavior, price, psychological, quality, service
Andika Putra Setiawan, Perilaku Konsumen Dalam …

tempe ini membuat persaingan dalam


PENDAHULUAN
usaha ini pun cukup ketat. Di sisi lain,
Tempe merupakan panganan yang konsumen bebas memilih produk tempe
lazim dikonsumsi oleh penduduk yang dibutuhkan atau yang diinginkan,
Indonesia. Selain mengandung banyak memutuskan tempat pembelian,
nutrisi, produk tempe memiliki pasar bagaimana caranya, berapa jumlah
yang besar, sehingga industri tempe pembelian, kapan waktu membeli, dan
tumbuh dan berkembang dengan mudah apa alasan membeli (Solikah, 2011).
di mana saja, meskipun sebagian besar Menurut Kotler dan Armstrong
dalam skala kecil (rumah tangga). (2010), proses pengambilan keputusan
Penjualan produk tempe pun umumnya pembelian tidak terjadi secara tiba-tiba,
bersifat langsung dikirim ke pasar-pasar melainkan melalui stimulus atau
tradisional setempat. Meski demikian, rangsangan dari luar kendali konsumen.
pada saat ini produk tempe sudah Sementara itu, menurut Swastha dan
banyak yang menembus pasar Irawan (2008) keputusan pembelian
swalayan, dan pasar modern lainnya. merupakan pemahaman konsumen
Bahkan sudah ada yang mengekspor tentang keinginan dan kebutuhan akan
tempe ke luar negeri dan membuka suatu produk dengan menilai dari
cabang produksi dan pemasaran di sana sumber-sumber yang ada dengan
(Suparjo & Hariastuti, 2017). menetapkan tujuan pembelian serta
Tempe dibuat dari fermentasi biji mengidentifikasi alternatif sehingga
kedelai atau beberapa bahan lain yang pengambil keputusan untuk membeli
menggunakan beberapa jenis kapang yang disertai dengan perilaku setelah
Rhizopus. Sediaan fermentasi ini secara melakukan pembelian. Pembelian
umum dikenal sebagai “ragi tempe”. konsumen akhir perorangan maupun
Tempe kaya akan serat pangan, rumah tangga yang membeli barang dan
kalsium, vitamin B, dan zat besi. jasa untuk konsumsi sehari-hari bagi
Berbagai macam kandungan dalam kebutuhan pribadi ini disebut sebagai
tempe mempunyai nilai obat, seperti perilaku konsumen.
antibiotika untuk menyembuhkan infeksi Mempelajari perilaku konsumen
dan antioksidan pencegah penyakit bagi keberhasilan suatu sistem
degeneratif (Sartika, 2007). pemasaran menjadi sangat penting
Kabupaten Trenggalek terkenal karena perilaku konsumen bukan hal
sebagai sentra industri kedelai di Jawa yang bersifat statis tetapi terus berubah
Timur. Meski mata pencaharian seiring dengan faktor-faktor yang
sebagian besar penduduknya adalah mempengaruhi. Kotler dan Armstrong
petani atau buruh tani, terdapat banyak (2010) berpendapat bahwa perilaku
usaha mikro (rumah tangga) dan industri pembelian seseorang merupakan hasil
kecil maupun menengah pembuatan interaksi dari semua faktor kultur, sosial,
tempe, tahu, dan turunannya seperti pribadi dan psikologi yang kompleks.
keripik tempe sebagai jajanan dan oleh- Pada tulisannya sebelumnya, Kotler
oleh khas Trenggalek. Banyaknya (2006) mengungkapkan bahwa
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pengambilan keputusan untuk membeli
(UMKM) pembuatan tempe dan keripik sesuatu produk banyak dipengaruhi oleh

Page 45 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

persepsi terhadap produk, harga, BAHAN DAN METODE


promosi, dan tempat. Faktor-faktor ini
merupakan bagian dari strategi bauran Metode dasar yang digunakan
pemasaran (marketing mix) yang telah dalam penelitian ini adalah metode
diterapkan oleh produsen. penelitian deskriptif dengan pendekatan
Sementara itu, Engel et al. (1994) kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015),
menyatakan bahwa keputusan penelitian deskriptif dengan pendekatan
pembelian konsumen dipengaruhi oleh kuantitatif yaitu penelitian yang
faktor internal individu dan faktor dilakukan untuk mengetahui nilai
eksternal. Faktor individu terdiri dari variabel mandiri, baik satu variabel atau
faktor gagasan dan karakteristik lebih (independen) tanpa membuat
konsumen di mana faktor ini dalam perbandingan atau menghubungkan
interaksinya dapat mempengaruhi dengan variabel yang lain. Penelitian
perilaku konsumen terhadap olahan baik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
secara individu maupun bersama-sama. dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari melihat pengaruh harga, kualitas,
faktor lingkungan dan Strategi Marketing pelayanan, psikologis terhadap minat
Mix. Pengaruh lingkungan terdiri dari beli konsumen
faktor budaya, referensi, dan kelas Metode Penentuan Lokasi dan Waktu
sosial. Penelitian
Melihat animo masyarakat
Penelitian ini dilakukan di pasar
Indonesia yang cukup tinggi terhadap
Kecamatan Kampak Kabupaten
konsumsi tempe, maka dilakukan
Trenggalek dengan pertimbangan
penelitian yang dititikberatkan pada
bahwa di Kecamatan ini banyak terdapat
analisis perilaku konsumen terhadap
industry pembuatan tempe dengan skala
pembelian produk tempe di sentra
rumah tangga. Pemilihan lokasi ini
produksi tempe. Penelitian difokuskan
ditentukan dengan metode purposive,
kepada alasan konsumen membeli
yaitu secara sengaja. Waktu penelitian
produk tempe yang meliputi faktor
dilaksanaan pada bulan Februari hingga
harga, faktor kualitas, faktor pelayanan,
Maret 2018.
dan faktor psikologis. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh Fitriyah (2016), Metode Penarikan Sampel
karakteristik konsumen membawa Metode purposive sampling
perbedaan dalam kebutuhan dan digunakan untuk penelitian ini, di mana
keinginan konsumen. Tanpa memahami sampel dipilih dengan kriteria tertentu
karakteristik yang melekat pada (Sugiyono, 2013). Adapun kriteria dari
konsumen, akan mengakibatkan sampel yang diambil adalah konsumen
ketidaktepatan para pelaku usaha dalam yang telah membeli lebih dari satu kali
memproduksi, memasarkan dan menjual produk tempe dalam seminggu di pasar
produk-produknya. Diharapkan informasi kecamatan Kampak. Tujuan dari
ini dapat menjadikan bahan masukan penetapan kriteria ini untuk
untuk menentukan strategi bersaing mempertimbangkan guna membuat
yang menguntungkan industri tempe, keputusan dalam pengisian kuisioner.
baik di lokasi penelitian maupun Populasi dalam penelitian ini adalah
Indonesia secara umum. seluruh konsumen yang telah membeli

Page 46 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

pada 10 pedagang. Dalam penghitungan Metode Analisis Data


jumlah sampel menggunakan rumus
1. Metode Analisis Deskriptif
dengan metode purposive sampling
Menurut Nawawi (2005) analisis
(Sugiyono, 2013).
deskriptif adalah prosedur pemecahan
n=(Z^2 a/₂*p (1-p)N)/(d^2 (N-1)+ Z^2 masalah yang diselidiki dengan
a/₂*p (1-p) )……………………………(1) menggambarkan atau melukiskan
Dimana: keadaan subyek atau obyek penelitian
n : jumlah sampel (seseorang, lembaga, masyarakat dan
Z² a/₂ : nilai Z pada derajat kepercayaan lain-lain) pada saat sekarang
1- a/₂ (1.96) berdasarkan fakta yang tampak atau
p : proporsi hal yang diteliti (0,55)
sebagaimana adanya. Untuk
d : tingkat kepercayaan atau
mengetahui faktor-faktor yang
ketetapan yang diinginkan (0,1)
N : jumlah populasi (150)
mempengaruhi minat konsumen
Dengan menggunakan rumus (1) membeli produk tempe digunakan
di atas, maka perhitungan sampel metode analisis deskriptif. Hasil analisis
adalah: ini menggambarkan alasan konsumen
membeli produk tempe yang dipengaruhi
n=(〖1,96〗^2*0,55(1-0,55)150)/(〖0,1 oleh faktor harga, faktor kualitas, faktor
〗^2 (150-1)+ 〖1,96〗^2*0,55(1-0,55) ) pelayanan dan faktor psikologis.
n=142,6194/2,440796 2. Pengukuran kuisioner
n=58,4315=60 sampel/responden Instrumen penelitian yang
Dari 150 populasi konsumen yang digunakan dalam penelitian ini
membeli produk tempe telah ditetapkan mengunakan kuisioner. Sedangkan
sebanyak 60 sampel, yang diambil dari untuk pengukuran kusioner
kriteria 30 konsumen yang membeli menggunakan skala likert. Menurut
produk tempe sedikit dan 30 yang Sugiyono (2013), skala likert digunakan
membeli produk tempe dalam jumlah untuk mengukur sikap, pendapat, dan
banyak. persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang kejadian atau gejala
Metode Pengambilan Data
sosial. Dengan demikian, pada
Penelitian ini menggunakan dua penelitian ini, penilaian jawaban adalah
jenis sumber data yaitu data primer dan sebagai berikut: sangat setuju (SS),
data sekunder. Data primer diambil dari setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS),
produsen dan konsumen tempe. Data dan sangat tidak setuju (STS).
diperoleh secara langsung dengan
Variabel Penelitian
melakukan pengamatan (observation),
memberikan daftar pertanyaan Variabel-variabel yang diteliti
(questionnaire), dan melakukan dalam penelitian ini secara lebih detail
wawancara (interview). disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini.
Data sekunder diambil dari
instansi terkait dan studi dokumentasi,
baik dari buku, jurnal, dan situs internet
untuk mendukung penelitian.

Page 47 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

Tabel 1. Variabel penelitian dan indikatornya


Variabel Indikator
a. Terjangkau
Faktor Harga
b. Sesuai kualitas
c. Murah
a. Rasa enak
Faktor Kualitas
b. Kualitas kedelai
c. Kebersihan
a. Cepat
Faktor Pelayanan
b. Harga pas
c. Ramah
a. Sudah kenal
Faktor Psikologis b. Langganan
c. Tetangga/Segan
Sumber: Lupiyoadi (2001); Setiadi (2003)

mengenal produk atau penjual, sudah


HASIL DAN PEMBAHASAN lama berlangganan, dan karena
Perilaku konsumen merupakan hal- tetangga dekat sehingga ada perasaan
hal yang mendasari konsumen untuk enggan membeli produk lainnya.
membuat keputusan pembelian. Ketika Sebelum lebih lanjut membahas
memutuskan akan membeli suatu analisa dari masing-masing faktor alasan
barang atau produk, konsumen selalu konsumen membeli produk tempe,
memikirkan terlebih dahulu barang yang terlebih dahulu dibahas karakteristik dari
akan dibeli. Konsumen sangat konsumen responden di bawah ini.
memperhatikan hal-hal menyangkut Karakteristik Responden
kualitas, harga, dan pelayanan terutama
Karakteristik konsumen responden
dalam bisnis penyediaan pangan. Faktor
disajikan dalam bentuk tabel
lain yang juga mempengaruhi perilaku
sebagaimana Tabel 2 berikut ini.
konsumen adalah faktor psikologis.
Faktor psikologis yang berpengaruh di
antaranya adalah karena sudah lama

Tabel 2. Karakteristik konsumen responden


Jumlah
Karakteristik Presentase (%)
Konsumen
Jenis kelamin:
Laki-Laki 15 25,00
Perempuan 45 75,00
Usia (tahun):
20-30 28 46,60
31-45 23 38,30
> 50 9 15,00
Pekerjaan:
Petani 25 41,60
Peg. Negeri 10 16,60
Wiraswasta 20 33,30
Lain-lain 5 8,30

Page 48 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

Frekuensi Pembelian:
2-3 Kali 38 63,30
4-5 Kali 16 26,60
>5 Kali 6 10,00
Sumber: Data primer diolah (2018)

Dari hasil pengolahan data Harga merupakan salah satu


memperlihatkan bahwa jumlah faktor penting dalam mempengaruhi
konsumen terbanyak yang membeli keputusan pembelian. Konsumen dapat
produk tempe adalah berjenis kelamin melakukan penilaian atau pertimbangan
perempuan sebanyak 45 orang dengan harga dimana merupakan atribut paling
persentase sebesar 75 persen. Hal ini penting yang dievaluasi oleh konsumen
menunjukkan umumnya memang sehingga perlu benar-benar menyadari
perempuan cenderung memiliki peran tersebut dalam menentukan sikap
kebiasaan berbelanja untuk kebutuhan konsumen (Mowen & Minor, 2002).
sehari-hari keluarga, salah satunya Sementara menurut Swastha (2005),
membeli produk tempe. 46,60 persen harga adalah jumlah uang (ditambah
responden berusia kisaran 20 hingga 30 beberapa barang kalau mungkin) yang
tahun sebanyak 28 orang. Hal ini dibutuhkan untuk mendapatkan
menunjukkan bahwa produk tempe juga sejumlah kombinasi dari barang beserta
cukup popular dan digemari konsumen pelayanannya. Menurut Kotler dan
muda. Armstrong (2010), harga adalah
Selanjutnya Tabel 2 sejumlah uang yang ditagih atas suatu
memperlihatkan bahwa konsumen yang produk atau jasa, atau jumlah semua
terpilih dalam penelitian memiliki nilai yang diberikan oleh pelanggan
pekerjaan yang beragam. Konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari
yang paling banyak membeli produk memiliki atau menggunakan suatu
tempe memiliki pekerjaan sebagai petani produk atau jasa.
sebanyak 25 orang dengan persentase Tabel 3 menggambarkan hasil
41,6 persen. Hal ini mengindikasikan jawaban responden atas pertanyaan
harga yang terjangkau membuat produk pada kuisioner terkait harga produk
tempe menjadi pilihan dari petani yang tempe. Pada tabel terlihat bahwa
secara umum berpendapatan menengah konsumen produk tempe yang
ke bawah. Terlihat pula pada Tabel 2 menyatakan tidak setuju bahwa harga
bahwa jumlah konsumen yang membeli produk tempe terjangkau hanya sebesar
produk tempe sebanyak 2-3 kali 5 persen, sedangkan yang memilih
berjumlah 38 orang dengan persentase menyatakan setuju sebesar 26,6 persen
63,3 persen, sedangkan konsumen yang dan yang memilih sangat setuju sebesar
membeli produk tempe 4-5 kali 68,3 persen. Jadi, berdasarkan hasil
sebanyak 16 orang dengan persentase data tersebut diketahui bahwa sebagian
26,6 persen dan konsumen yang besar konsumen memilih membeli
membeli produk tempe lebih dari 5 kali tempe karena faktor harga produk yang
sebanyak 6 orang dengan persentase terjangkau. Hasil penelitian ini didukung
10persen. Jadi, konsumen yang paling oleh penelitian yang dilakukan oleh
sering membeli produk tempe sebanyak Roimatul (2015) yang mengatakan
38 orang dengan frekuensi membeli 2-3 bahwa harga memiliki pengaruh
kali per minggunya. terhadap keputusan pembelian.
Penelitian ini juga mendukung teori yang
Perilaku Konsumen terhadap Harga
dikemukakan oleh Tjiptono (2008) yaitu,
Produk
harga memiliki dua peranan utama
dalam proses pengambilan keputusan

Page 49 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

para pembeli. Suardika et al. (2014) semakin menurun, sebaliknya semakin


menggambarkan pola hubungan negatif menurun tingkat harga produk maka
ada jalur harga terhadap keputusan keputusan pembelian yang terjadi akan
pembelian. Hal ini berarti semakin tinggi semakin meningkat.
tingkat harga dari produk maka
keputusan pembelian yang terjadi akan

Tabel 3. Minat membeli produk tempe berdasarkan faktor harga


Presentase (%)
Harga
STS TS S SS
Terjangkau 0 5,0 26,60 68,30
Sesuai kualitas 0 3,3 35,00 61,60
Sumber: Data primer diolah (2018)

Pada pernyataan kedua,


Perilaku Konsumen terhadap Kualitas
konsumen produk tempe yang
Produk
menyatakan tidak setuju bahwa harga
produk tempe sesuai kualitas sebesar Kualitas merupakan suatu kondisi
3,3 persen, untuk yang memilih setuju dinamis yang berhubungan dengan
sebesar 35 persen, sedangkan yang produk, jasa, manusia, proses, dan
menyatakan sangat setuju sebesar 61,6 lingkungan yang memenuhi atau
persen. Menurut Setiadi (2003), melebihi harapan (Tjiptono, 2012).
konsumen mempunyai beberapa Secara tradisional, kualitas telah
keyakinan dan kepercayaan bahwa didefinisikan dalam empat kategori, yaitu
dalam situasi tertentu harga keunggulan, nilai uang, kesesuaian
menunjukkan kualitas. Perbedaan harga dengan persyaratan, dan juga
yang besar mempunyai dampak pada memenuhi atau melampaui persyaratan
perbedaan kualitas yang dirasakan dari pelanggan (Reeves & Bednar, 1994).
perbedaan yang lebih kecil, sehingga Garvin (2000) telah memperkenalkan
harga dapat digunakan secara lebih baik delapan dimensi kualitas sebagai
sebagai indikator kualitas. kerangka untuk memikirkan unsur-unsur
Faktor harga merupakan faktor dasar kualitas produk. Delapan dimensi
eksternal konsumen dan lebih banyak yang tercantum adalah kinerja, fitur,
ditentukan oleh produsen atau pemasar. keandalan, kesesuaian, daya tahan,
Harga bahan baku tempe, yaitu kedelai kemudahan servis, estetika dan kualitas
memainkan peranan penting dalam yang dirasakan.
penentuan harga tempe. Kenaikan Konsumen membuat banyak
harga kedelai yang cukup mahal keputusan pembelian setiap hari untuk
memberikan pengaruh yang cukup produk kebutuhan harian mereka. Dalam
besar terhadap industri rumahan. membeli suatu produk, konsumen
Kenaikan harga kedelai mengakibatkan tentunya menginginkan produk-produk
kenaikan biaya produksi, walaupun para yang berkualitas. Persaingan antar
pengusaha telah menaikkan harga jual pedagang tempe seperti saat ini,
akan tetapi pendapatan yang diperoleh menuntut produk yang berkualitas dan
tidak sebanding dengan biaya yang mempunyai nilai lebih, sehingga tampak
dikeluarkan dalam proses produksi. berbeda dengan produk pesaing.
Kualitas produk menjadi pertimbangan

Page 50 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

konsumen sebelum membeli produk. tempe yang dijual. Dapat dijelaskan


Kualitas ditentukan oleh sekumpulan bahwa konsumen produk tempe yang
kegunaan dan fungsinya, termasuk di menyatakan tidak setuju bahwa produk
dalamnya daya tahan dan tempe mempunyai rasa yang enak
ketergantungan pada produk lain hanya sebesar 3,3 persen, sedangkan
(Handoko, 2010). yang memilih setuju sebesar 30 persen,
Tabel 4 berikut ini menampilkan dan yang menyatakan sangat setuju
hasil jawaban responden atas sebesar 48,9 persen.
pertanyaan mengenai kualitas produk

Tabel 4. Minat membeli produk tempe berdasarkan faktor kualitas


Presentase (%)
Harga
STS TS S SS
Rasa enak 0 3,3 30,0 48,9
Kedelai berkualitas 0 5,0 38,3 56,6
Dikemas higienis 0 0 25,0 66,6
Sumber: Data primer diolah (2018)

Selanjutnya, pernyataan kedua (2019); Rohmawati (2014); Sinollah


konsumen produk tempe yang memilih (2011) yang menyatakan bahwa kualitas
menyatakan tidak setuju bahwa produk produk mempunyai pengaruh terhadap
tempe terbuat dari kacang kedelai minat pembelian konsumen atas suatu
berkualitas sebesar 5 persen, untuk produk.
yang memilih setuju sebesar 38,3
Perilaku Konsumen terhadap Faktor
persen, sedangkan yang memilih sangat
Pelayanan
setuju sebesar 56,6 persen. Atribut
produk bahan pangan sedapat mungkin Kualitas pelayanan diberikan dari
mencerminkan keunggulan produk penilaian pelanggan. Pelayanan
meliputi keamanan pangan, nutrisi, dan diartikan sebagai jasa yang disampaikan
komposisi produk sehingga dapat oleh pemilik jasa yang berupa
merangsang sikap positif konsumen kemudahan, kecepatan, hubungan, dan
terhadap produk (Grolleau & Caswell, kemampuan yang ditujukan melalui
2005). sikap dan sifat dalam memberikan
Sedangkan pernyataan ketiga pelayanan untuk keputusan pembelian
konsumen produk tempe yang (Kumalasari, 2018). Menurut Kotler
menyatakan setuju bahwa produk tempe (2012), layanan adalah kegiatan atau
dikemas secara higienis dan bersih keuntungan yang bisa ditawarkan oleh
sebesar 25 persen,sedangkan yang satu pihak ke pihak lain, tidak berwujud
memilih sangat setuju sebesar 66,6 dan tidak menghasilkan kepemilikan
persen. Berdasarkan hal ini, dapat apapun. Lovelock dan Wright (2007)
disimpulkan bahwa konsumen produk menggambarkan layanan tersebut
tempe memilih membeli produk tempe sebagai kegiatan ekonomi yang
karena produk dikemas secara higienis ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain,
dan bersih. Hasil penelitian ini sejalan dalam suatu pertunjukan pada waktu
dengan beberapa penelitian, di tertentu untuk mendapatkan hasil yang
antaranya Kasanah (2018); Majid diinginkan oleh penerimanya atau

Page 51 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

pemilik yang bertanggung jawab atas dan bagaimana mereka memperlakukan


suatu objek atau aset tertentu. pelanggan memainkan peran utama
Ditambahkan oleh Gagliano dan dalam memastikan kepuasan pembeli.
Hathcote (1994), sikap staf perusahaan

Tabel 5. Minat membeli produk tempe berdasarkan faktor pelayanan


Presentase (%)
Harga
STS TS S SS
Pelayanan ramah 0 3,3 33,3 63,3
Pelayanan cepat 0 6,6 50,0 43,3
Harga pas 0 5 41,6 53,3
Sumber: Data primer diolah (2018)

Dari hasil pengolahan data di atas Syihabudhin (2008), pelayanan


pada Tabel 5 yang menggambarkan konsumen adalah suatu perilaku yang
jawaban responden atas pertanyaan ditunjukkan oleh si penjual sesuai
terkait pelayanan penjual tempe, maka dengan yang diinginkan oleh pembeli
dapat dijelaskan bahwa konsumen dalam rangka memuaskan kebutuhan
produk tempe yang menyatakan tidak dan keinginannya.
setuju bahwa pelayanan yang diberikan
Perilaku Konsumen terhadap Faktor
ramah sebesar 3,3 persen, sedangkan
Psikologis
yang memilih setuju sebesar 33,3
persen dan yang menyatakan sangat Faktor internal yang mempengaruhi
setuju sebesar 63,3 persen. Selanjutnya dalam pengambilan keputusan adalah
untuk pernyataan kedua, konsumen faktor pribadi dan psikologi
produk tempe yang menyatakan tidak (Kusumawati, 2019). Pernyataan
setuju bahwa pelayanan yang dilakukan tersebut diperkuat oleh Latif (2011) yang
sangat cepat sebesar 6,6 persen, menyatakan bahwa keputusan
sedangkan yang memilih menyatakan pembelian memiliki hubungan yang
setuju sebesar 50 persen dan yang positif dengan faktor psikologis dalam
memilih sangat setuju sebesar 43,3 diri konsumen yang bersangkutan.
persen. Sedangkan pernyataan ketiga, Terkait dengan komponen faktor
konsumen yang produk tempe yang psikologis konsumen, Berg et al. (2000)
memilih menyatakan tidak setuju bahwa dan Rah et al. (2004) menyatakan
produk dijual dengan harga pas sebesar bahwa sikap berpengaruh positif dalam
5 persen, sedangkan yang memilih membentuk niat. Sikap mengarahkan
setuju sebesar 41,6 persen, dan yang individu dalam membentuk niat untuk
menyatakan sangat setuju sebesar 53,3 membeli suatu produk. Istiana &
persen. Jadi, konsumen produk tempe Syahlani (2008) menjelaskan bahwa
memilih membeli produk tempe karena sikap konsumen dapat menjadi kontrol
mendapatkan pelayanan yang ramah. yang akurat terhadap perilaku
Hasil penelitian ini mendukung pembelian. Semakin baik sikap dan
penelitian yang dilakukan oleh Roimatul norma subyektif terhadap suatu perilaku
(2015) yang mengatakan bahwa kualitas beli, maka pengaruhnya terhadap niat
pelayanan memiliki pengaruh terhadap konsumen semakin kuat untuk
keputusan pembelian. Menurut Sopiah & melaksanakan perilaku pembelian yang

Page 52 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

dimaksud. Rah, et al., (2004) dan yang menyatakan sangat setuju


mengemukakan bahwa adanya sebesar 55 persen. Dan penyataan
pengaruh yang signifikan variabel sikap kedua konsumen produk tempe yang
terhadap niat membeli ulang. Beberapa memilih menyatakan tidak setuju karena
penelitian lain menjelaskan bahwa penjual tempe merupakan tetangga
beberapa faktor yang berperan dalam dekat sebesar 10 persen, sedangkan
pemilihan produk pangan adalah menyatakan setuju sebesar 36,6 persen,
persepsi dan sikap terhadap atribut dan memilih sangat setuju sebesar 53,3
produk (Verbeke, 2000) dan harapan persen. Kemudian dari pernyataan
kualitas sesungguhnya yang diperoleh ketiga konsumen produk tempe
sebelum dan setelah pembelian dan menyatakan memilih tidak setuju karena
konsumsi (Grunert, 2002). faktor membeli produk tempe yang
Tabel 6 menyajikan jawaban sudah langganan sebesar 3,3 persen,
responden atas pertanyaan terkait faktor yang menyatakan setuju sebesar 31,6
psikologi dalam keputusan pembelian persen, dan memilih sangat setuju
produk tempe. Dapat dijelaskan bahwa sebesar 65 persen. Jadi, berdasarkan
konsumen produk tempe yang hasil data di atas yang diperoleh dari
menyatakan tidak setuju karena faktor penelitian di lapangan bahwa konsumen
membeli produk tempe yang sudah produk tempe memilih membeli produk
kenal dengan penjualannya sebesar tempe karena faktor sudah
11,6 persen ,sedangkan yang memilih berlangganan.
menyatakan setuju sebesar 33,3 persen,

Tabel 6. Minat membeli produk tempe berdasarkan faktor psikologis


Presentase (%)
Harga
STS TS S SS
Sudah kenal 0 11,6 33,3 55,0
Tetangga dekat 0 10,0 36,6 53,3
Langganan 0 3,3 31,6 65,0
Sumber: Data primer diolah (2018)

pertimbangan bagi para produsen dan


KESIMPULAN pemasar untuk dapat menentukan
strategi pemasaran dalam persaingan
Berdasarkan hasil dan
industri yang cukup ketat di masa yang
pembahasan di atas, dapat ditarik garis
akan datang.
besar bahwa perilaku pembelian
Selanjutnya, diharapkan bahwa
konsumen atas produk tempe di sentra
industri pembuatan tempe ini dapat terus
produksi tempe di Kecamatan Kampak
berkembang sebagai agroindustri
Kabupaten Trenggalek dipengaruhi oleh
berkelanjutan. Sutiknjo dan Primadani
faktor dominan harga yang terjangkau,
(2017) mengemukakan ciri agroindustri
kualitas produk yang dikemas dengan
berkelanjutan yaitu pertama
kemasan yang higienis, pelayanan
produktivitas dan keuntungan dapat
penjualan yang ramah, dan faktor
dipertahankan atau ditingkatkan dalam
langganan. Keempat faktor ini
waktu yang relatif lama sehingga
diharapkan dapat menjadi bahan
memenuhi kebutuhan manusia pada

Page 53 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

masa sekarang atau masa mendatang. Science & Technology, 13(8), 275–
Kedua, sumberdaya alam khususnya 285.
sumberdaya pertanian yang
menghasilkan bahan baku agroindustri Handoko, T. H. (2010). Manajemen
dapat dipelihara dengan baik bahkan Personalia dan Sumber Daya
terus ditingkatkan karena keberlanjutan Manusia (2nd ed.). BPFE.
agroindustri sangat tergantung pada
suplai bahan baku. Istiana, L., & Syahlani, S. . (2008).
Pengaruh Sikap, Norma Subyektif
DAFTAR PUSTAKA dan Kontrol Keperilakuan Terhadap
Niat dan Perilaku Pembelian Susu
Berg, C., Jonsson, I., & Conner, M.
Ultra High Temperature (UHT).
(2000). C., Jonsson, I. dan Conner,
Prosiding Pekan Promosi Susu
M. 2000. Understanding Choice of
Departemen Pertanian.
Milk and Bread for Breakfast
Among Swedish Children Aged 11- Kasanah, I. (2018). Pengaruh Harga dan
15 Years: An Application of the Kualitas Produk Terhadap
Theory of Planned Behavior. Kepuasan Pelanggan Muslim
Appetite, 2(34), 5–19. Produk Keripik Tempe 2 Wahyu di
Kecamatan Dolopo Kabupaten
Fitriyah. (2016). Analisis perilaku
Madiun. IAIN Ponorogo.
konsumen dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan Kotler. (2006). Manajemen Pemasaran.
pembelian tempe kacang di Rajawali Press.
Kabupaten Malang. Universitas
Jember. Kotler, P., & Armstrong, G. (2010).
Principles of Marketing (13th ed.).
Gagliano, K. B., & Hathcote, J. (1994). Pearson.
Customer Satisfaction and
Perception of Service Quality in Kumalasari, N. (2018). Analisis
Retail Apparel Speciality Stores. Pengaruh Citra Merek, Kualitas
Journal of Service Marketing, 8(1), Produk, dan Kualitas Pelayanan
96–118. terhadap Kepuasan dan Loyalitas
Konsumen Tempe 5.17 Salatiga.
Garvin. (2000). Kualitas Produk: Alat Universitas Islam Indonesia.
Strategi Yang Penting (3rd ed.).
Free Press. Kusumawati, N. (2019). Pengaruh
prilaku konsumen terhadap
Grolleau, G., & Caswell, J. A. (2005). keputusan membeli tempe (Studi
Interaction Between Food Attributes kasus konsumen di pasar Merapi
in Markets: The Case of Lampung Tengah). IAIN Metro.
Environmental Labeling (No. 2005–
5). Latif, W. A. (2011). Analisis Faktor
Psikologis Konsumen dan
Grunert, K. G. (2002). Current Issues in Pengaruhnya Terhadap Keputusan
The Understanding of Consumer Pembelian. Jurnal Administrasi
Food Choice. Trends in Food Indonesia, 1(1), 23–44.

Page 54 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

Lovelock, C. H., & Wright, L. K. (2007). Kualitas Pelayanan, Atmospher


Manajemen Pemasaran Jasa (A. Kenyamanan Terhadap Keputusan
Widyantoro (ed.); 2nd ed.). Indeks. Pembelian Di Warung Tamara
Kediri. Universitas Nusantara PGRI
Lupiyoadi, R. (2001). Manajemen Kediri.
Pemasaran Jasa Teori dan Praktik.
Salemba Empat. Setiadi, N. J. (2003). Perilaku
Konsumen: Konsep dan
Majid, A. (2019). Pengaruh kualitas Implikasinya untuk Strategi dan
produk terhadap kepuasan Penelitian Pemasaran. Prenada
konsumen Tempe Barokah di Media.
Kecamatan Pamotan Kabupaten
Rembang Jawa Tengah dalam Sinollah. (2011). Analisis Perilaku
perspektif ekonomi islam. UIN Konsumen Terhadap Produk
Raden Intan. Tempe Di Kabupaten Magetan.
Jurnal Manajemen Agribisnis,
Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). 11(4), 28–37.
Consumer Behaviour (L. Salim
(ed.); 5 (1-2)). Penerbit Erlangga. Solikah, U. N. (2011). Analisis perilaku
konsumen dalam membeli kecap di
Nawawi, H. (2005). Metode Penelitian Kota Surakarta. Universitas
Bidang Sosial. Gadjah Mada Sebelas Maret Surakarta.
University Press.
Sopiah, & Syihabudhin. (2008).
Rah, J. H., Hasler, C. M., Painter, J. E., Manajemen Bisnis Ritel. Andi
& Chapman-Novakofski, K. M. Offset.
(2004). Applying Theory of Planned
Behavior to Women’s Behavioral Suardika, I. M. P., Ambarawati, I. G. A.
Attitudes on and Consumption of A., & Sukaatmadja, I. P. (2014).
Soy Products. Journal of Nutrition Analisis Perilaku Konsumen
Education and Behavior, 36(5), terhadap Keputusan Pembelian
238–244. Sayur Organik CV Golden Leaf
Farm Bali. Jurnal Manajemen
Reeves, C. A., & Bednar, D. A. (1994). Agribisnis, 2(1), 1–10.
Defining Quality: Alternatives and
Implications. Academy of Sugiyono. (2013). Statistika Untuk
Management Review, 19(3), 6–12. Penelitian. Alfabeta.

Rohmawati, R. (2014). Pengaruh Sugiyono. (2015). Metedologi Penelitian


kualitas produk dan harga terhadap Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
minat konsumen pada industri kripik Kualitatif dan R&D). Alfabeta.
tempe “Mahkota” di Desa Prandon
Kabupaten Ngawi. Equilibrium, Suparjo, & Hariastuti, N. L. P. (2017).
2(2), 179–188. Pendampingan Pengabdian
Kepada Masyarakat Untuk UKM
Roimatul, Z. (2015). Analisis Pengaruh Produk Tempe Di Kapasjaya.
Keragaman Produk, Harga, Jurnal Pengabdian LPPM Untag

Page 55 of 56
….. Perilaku Konsumen dalam …

Surabaya, 2(3), 1–9.

Swastha, B. (2005). Azas-azas


Marketing. X Liberty.

Swastha, B., & Irawan. (2008).


Manajemen Pemasaran Modern. X
Liberty.

Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran


(2 (6)). Penerbit Andi.

Tjiptono, F. (2012). Service


Management Mewujudkan Layanan
Prima. Penerbit Andi.

Verbeke, W. (2000). Influences on the


consumer decision-making process
towards fresh meat: insight from
Belgium and implications. British
Food Journal, 10(7), 522–538.

Page 56 of 56

Anda mungkin juga menyukai