MAKALAH
SEMINAR HASIL PENELITIAN
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN BERAS
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Oleh
INTAN MALINA
C1G 114 061
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena merupakan kebutuhan
pokok manusia yang hakiki yang setiap saat harus dipenuhi. Kebutuhan pangan perlu
diupayakan ketersediaanya dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman dikonsumsi
dan mudah diperoleh denga harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh
karena itu sasaran utama pembanguna pertanian adalah memantapkan ketahanan pangan dan
pengembangan agribisnis agar akses pangan masyarakat terjamin untuk eksistensi hidup
sehat, produktif dan kreatif (Darmadjati dan Widowati, 2001).
Komoditas beras merupakan salah satu komoditas pangan yang mempunyai peranan
penting, baik dari sisi produsen, konsumen, pemeritah maupun masyarakat. Beras merupakan
makanan pokok utama yang dominan bagi masyarakat Indonesia. Beras mempunyai arti
penting bagi perekonomian nasional, karena selain memiliki kandungan gizi dan kalori yang
cukup tinggi beras juga mudah diolah dan disimpan. Beras tidak akan menjadi masalah
apabila dapat memenuhi konsumsi seluruh penduduk, sehingga perhatian seluruh masyarakat
dan pemerintah benar-benar diperlukan. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas harga
beras, pemerintah harus memelihara dan memiliki sarana penyangga berupa stok beras yang
cukup (Suparmin, 2006).
Selama lima tahun terakhir ini terjadi fluktuasi harga beras. Beras yang merupakan
konsumsi pangan utama selalu mengalami perkembangan harga yang tidak stabil, selanjutnya
kenaikan harga beras berpengaruh pada pola konsumsi pangan pada rumah tangga di
Kabupaten Lombok Timur. Untuk menyikapi hal tersebut konsumen perlu melakukan
pengambilan keputusan pembelian beras dalam memenuhi kebutuhan konsumsi pangan
rumah tangga.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen beras dalam
memutuskan tindakan pembelian beras. Menurut Kotler (2000), faktor-faktor utama yang
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen adalah faktor kebudayaan, faktor sosial., faktor
pribadi dan faktor psikologis. Perilaku konsumen (consumen behaviour) yaitu sebagai
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang/jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Sunyoto, 2012). Tetapi bagaimana
dengan perilaku konsumen beras di Kabupaten Lombok Timur. Penelitian semacam ini
belum pernah dilakukan di daerah tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis
Perilaku Konsumen Beras di Kabupaten Lombok Timur”.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, dapat
dijadikan sebagai berikut :
1. Data Primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu
atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil kuesioner yang biasa dilakukan
peneliti. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dilakukan wawancara
secara langsung berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan (kuesioner) pada
ibu rumah tangga selaku konsumen beras di Kabupaten Lombok Timur.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dinas atau instansi yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Harga adalah suatu nilai tukar yang yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain
untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok
pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Harga yang biasanya disukai konsumen adalah
harga yang terjangkau.
n
Ab=∑ b i ei
i=1
Dimana:
n n
∑ ri f ( xi ) dan
∑ r i f ( yi )
i=1 i=1
bi= ei=
n n
Keterangan :
Ab = Sikap total individu terhadap atribut beras
bi = Kekuatan keyakinan konsumen terhadap atribut beras
ei = Evaluasi terhadap atribut beras
ri = Bobot skor ke – i (Skor i = -2, -1, 0, 2)
f(xi) = Jumlah responden yang memiliki bobot skor ke = i untuk variabel
keyakinan (bi)
f(yi) = Jumlah responden yang memiliki bobot skor ke = i untuk variabel
evaluasi (ei)
Interprestasi skor sikap (Ab) dapat ditentukan degan menggunakan skala interval yang
rumusnya adalah:
a ( m−n )
skala=
b
Keterangan:
a = Jumlah atribut
n = Skor terendah yang mungkin per atribut
m = Skor tertinggi yang mungkin per atribut
b = Jumlah skala peniliain yang ingin dibentuk (jumlah kelas)
Maka interval untuk sikap adalah :
8 ( 4−(−4 ) )
skalainterval= =12,8
5
Maka skor sikap dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.1. Tabel Skor Sikap Konsumen
No
Skor Sikap (Ab) Interprestasi
.
1. (-32)≤ Ab ≤ (-19,2) Sangat tidak suka
2. (-19,19)≤ Ab ≤ (-6,39) Tidak suka
3. (-6,38)≤ Ab ≤ (-6,42) Netral/ragu-ragu
4. (-6,43)≤ Ab ≤ (-19,23) Suka
9
ln
( 1−pp )=¿ P = α + β X + β X +β X + D + D
i
i 1 1 2 2 3 3 1 2
Keterangan :
Y = 1 Keputusan Membeli Jenis Super
= 0 Keputusan Membeli Jenis Medium
X1 = Pendapatan Rumahtangga (Rp)
X2 = Umur (Tahun)
X3 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang)
D1 = 1 Pengetahuan Luas
= 0 Pengetahuan Tidak Luas
D2 = 1 Kelas Sosial Atas
= 0 Kelas Sosial Bawah
P = Probabilitas Keptusan Membeli Beras Jenis Super
1–P = Probabilitas Keputusan Tidak Membeli Beras Jenis Super
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
10
Pengujian signifkansi pada regresi logistik dapat dibagi menjadi dua yaitu pengujian
secara simultan dan pengujian secara parsial. Pengujian secara parsial atau individual dapat
dilakukan dengan Uji Wald. Sedangkan pengujian secara simultan atau serentak dilakukan
dengan menggunakan Uji Overas Model Fit.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden yang berumur kisaran 15 – 64
tahun sebanyak 60 orang atau 100% sedangkan menurut Simanjutak, (1985) bahwa golongan
umur produktif berkisar antara 15 – 64 tahun, artinya dilihat dari segi umur responden selaku
konsumen beras tergolong kedalam usia yang produktif. Artinya secara fisik maupun mental,
responden tersebut mampu melaksanakan suatu aktifitas dengan baik untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari – hari.
Jumlah tanggungan keluarga dari responden konsumen beras yang didata berkisar
antara 2 sampai 6 anggota keluarga. Adapun jumlah anggota keluarga yang menjadi
tanggungan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
11
Tabel 4.5 Sebaran Responden Konsumen Beras Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018.
1-2 5 8,33
3–4 45 75
≥5 10 16,67
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2018
Berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas, dapat diketahui rata-rata tanggungan keluarga
responden konsumen beras adalah 3 - 4 orang, hal ini menunjukan bahwa rata-rata responden
konsumen beras di Kabupaten Lombok Timur tergolong dalam keluarga menengah.
Berdasarkan data pada tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
responden didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanayak 20
orang atau 33,33%.
rumah tangga ) selaku responden konsumen beras termasuk kedalam pendapatan anggota
keluarga yang bekerja sedangkan anggota keluarga lain yang tidak bekerja tidak dihitung
untuk dijumlahkan.
4.3.4.1. Pekerjaan Utama dan Sampingan Kepala Keluarga
Pekerjaan adalah suatu profesi yang dilakukan seseorang dalam mencari nafkah dan
pencaharian guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Status pekerjaan merujuk kepada
kedudukan pekerjaan yang dimiliki konsumen. Kedudukan yang dimaksud adalah pekerjaan
utama merupakan sebagai pekerjaan pokok responden yang menjadi kepala keluarga dan
pekerjaan sampingan merupakan pekerjaan lain di samping pekerjaan utama responden.
Adapun sebaran responden konsumen beras berdasarkan pekerjaan utama dan pekerjaan
sampingan kepala keluarga di Kabupaten Lombok Timur tahun 2018 dapat dilihat pada tabel
4.7 berikut :
Tabel 4.7 Sebaran Responden Konsumen Beras Berdasarkan Pekerjaan Utama dan Pekerjaan
Sampingan Kepala Keluarga di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018.
Wiraswasta 18 30
PNS 0 0
13
Petani 1 1,67
Buruh Tani 10 16,66
Ibu Rumah Tangga 31 51.67
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pekerjaan anggota rumah
tangga yang menjadi responden selaku konsumen beras di Kabupaten Lombok Timur
berprofesi sebaga ibu rumah tangga.
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa konsumen meyakini bahwa atribut merek
paling diyakini dalam memutuskan pembelian dengan nilai skor tertinggi sebesar sebesar
1,50 karena menurut responden dalam penelitian ini bahwa merek beras yang sering dibeli
sangatlah terkenal sehingga konsumen tertarik untuk membeli.
Setelah atribut merek, diikuti oleh atribut harga sebesar 1,32 yang bernilai positif
artinya rata – rata konsumen beras tertarik melakukan pembelian beras karena harga produk
yang relatif terjangkau sehingga mudah diperoleh oleh konsumen, atribut warna sebesar 1,20
bernilai positif artinya dalam memutuskan untuk membeli konsumen sudah yakin bahwa
beras tersebut memiliki warna yang menarik dimana menurut responden selaku konsumen
beras dalam penelitian bahwa warna beras memiliki warna putih bersih, atribut ukuran
sebesar 0,98 bernilai positif artinya konsumen yakin bahwa ukuran butiran beras memiliki
ukuran butiran yang besar sehingga konsumen tertarik untuk membeli beras tersebut, atribut
tekstur sebesar 0,22 bernilai positif artinya dalam memutuskan pembelian konsumen sudah
yakin bahwa tekstur beras yang akan dibeli bertekstur pulen dan kenyal, atribut kemasan
sebesar 0,17 bernilai positif artinya konsumen sudah yakin bahwa kemasan beras memiliki
desain kemasan yang menarik dan atribut aroma sebesar -0,03 bernilai negatif artinya dalam
memutuskan pembelian beras konsumen tidak yakin atau tidak terlalu memperhatikan aroma
dari beras tersebut.
Secara keseluruhan atribut – atribut pada komoditas beras yang diteliti menunjukkan
bahwa 6 dari 7 produk menunjukkan nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan
konsumen memiliki keyakinan yang positif terhadap semua atribut sebelum konsumen
membeli produk beras tersebut.
4.7.2. Evaluasi Konsumen (ei ) Terhadap Komoditi Beras
15
Evaluasi (ei) merupakan analisis pernyataan penilaian yang timbul dari dalam
konsumen akibat membeli produk tanpa dipengaruhi faktor – faktor eksternal, dimana dalam
penelitian ini atribut – atribut yang diteliti adalah merek, kemasan, tekstur, aroma, warna,
ukuran dan harga. Adapun hasil evaluasi konsumen terhadap pembelian beras dapat dilihat
pada tabel 4.13 berikut :
Tabel 4.13 Variabel Evaluasi (ei) Terhadap Komoditi Beras.
adalah atribut kemasan dan secara keseluruhan atribut – atribut variabel evaluasi bernilai
positif artinya konsumen memiliki penilaian (evaluasi) positif terhadap atribut produk setelah
produk dibeli.
4.7.3. Sikap Konsumen (Ab) Terhadap Komoditi Beras
Berdasarkan variabel keyakinan (bi) dan variabel evaluasi (ei) maka sikap konsumen
terhadap beras dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :
Tabel 4.14 Sikap Konsumen (Ab) Terhadap Komoditi Beras
menyukai tekstur beras tersebut dimana sebagian besar konsumen menyatakan bahwa tekstur
beras yang dibeli setelah dimasak bertekstur pulen dan kenyal dan pada atribut aroma yang
memiliki nilai terendah dari atribut – atribut lainnya yaitu dengan nilai atribut aroma sebesar -
0,020 bernilai negatif berarti atribut aroma tidak begitu penting dalam pengambilan
keputusan pembelian beras dimana sebagian besar konsumen menyatakan ragu – ragu
terhadap aroma beras.
Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh nilai sikap konsumen terhadap produk bernilai 6,60
yang berada pada interval skor sikap (6,43) ≤ Ab ≤ (19,23) artinya konsumen menyukai beras
tersebut berdasarkan pada variabel keyakinan (bi) dan variabel evaluasi (ei) konsumen
terhadap atribut yang diteliti secara keseluruhan. Variabel keyakinan (bi) dan variabel
evaluasi (ei) sangatlah penting karena keyakinan dan evaluasi konsumen menentukan
bagaimana sikap dan perilaku konsumen terhadap keputusan membeli dan mengkonsumsi.
4.7.4.Importance Performance Analysis ( Analisis Tingkat Keyakinan dan
Kepentingan Komoditi Beras Per Atribut )
Importance ( Y) dan Performance ( X ) untuk atribut – atribut beras dapat dilihatpada
tabel 4.16 berikut :
Tabel 4.15 Importance ( Y) dan Performance ( X )
Sedangkan pada kuadran III atribut–atribut yang masuk dalam wilayah kuadran III
adalah tekstur, aroma dan kemasan dimana atribut –atribut tersebut dianggap kurang penting
pengaruhnya oleh konsumen dan kinerjanya tidak terlalu istimewa dimana kinerja suatu
variabel dan harapan konsumen berapa pada tingkat rendah sehingga produsen belum perlu
melakukan perbaikan. Atribut aroma dan kemasan cenderung tidak terlalu diperhatikan oleh
konsumen beras di Kabupaten Lombok Timur sehingga atribut yang terletak pada kuadran III
ini tidak terlalu masalah apabila tidak perbaiki pada waktu dekat namun responden menilai
bahwa kinerja atribut pada kuadran ini rendah sehingga produsen beras perlu memperbaiki
kinerja atribut dimasa yang akan datang.
Pada wilayah kuadran IV tidak terdapat atribut–atribut yang dianggap kurang penting
oleh konsumen dan dirasakan terlalu berlebih – lebihan, artinya konsumen sudah merasa
yakin bahwa atribut–atribut yang melekat pada produk beras yang dibeli konsumen dapat
memuaskan mereka.
4.8. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Terhadap Komoditi
Beras di Kabupaten Lombok Timur
Dalam penelitian ini adapun faktor faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
terhadap komoditi beras di Kabupaten Lombok Timur yaitu faktor pribadi yang terdiri dari
variabel pendapatan rumah tangga (X1) dan variabel umur (X2), faktor sosial yang terdiri
dari variabel jumlah anggota keluarga(X3), faktor psikologis terdiri dari variabel pengetahuan
konsumen (D1) dan faktor kebudayaan terdiri dari variabel kelas sosial (D2).
1 12.255 7 .092
2 6.732 8 .566
3 4.864 8 .772
jadi dengan tingkat signifikan α = 10% dapat disimpulkan bahwa model regressi logistik
mampu menjelaskan data atau model dapat dikatakan layak (model fit ).
Berdasarkan hasil SPSS dibawah ini dapat dilihat pada tabel Model Summary
menunjukkan nilai Cox & Snell R Square sebesar 0,185 artinya variabel pendapatan rumah
tangga (X1), umur (X2), variabel jumlah anggota keluarga (X3), variabel pengetahuan
konsumen (D1) dan variabel kelas sosial (D2) di dalam logit model mampu menjelaskan
perilaku seseorang dalam membeli beras jenis super atau beras jenis medium sebesar 18,5%.
Sedangkan berdasarkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,341 berarti variabel pendapatan
variabel pendapatan rumah tangga (X1), umur (X2), variabel jumlah anggota keluarga (X3),
variabel pengetahuan konsumen (D1) dan variabel kelas sosial (D2) di dalam logit model
mampu menjelaskan perilaku seseorang dalam membeli beras jenis super atau beras jenis
medium di Kabupaten Lombok Timur sebesar 34,61%.
Tabel 4.20 Model Summary.
Model Summary
Chi-square df Sig.
Hasil output SPSS diatas dapat dilihat pada step 3 nilai Chi Square model sebesar
12,292 dengan df sebesar 3 (Chi square tabel 6,251) maka signifikan (Sig 0,006 < α = 0,10)
artinya secara serentak semua variabel independen yaitu variabel pendapatan rumah tangga
(X1), umur (X2), jumlah anggota keluarga (X3), pengetahuan konsumen (D1) dan variabel
21
kelas sosial (D2) mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras jenis super atau
beras medium di Kabupaten Lombok Timur. Berdasarkan hasil analisis bahwa faktor pribadi,
faktor sosial, faktor psikologis dan faktor kebudayaan mempengaruhi keputusan konsumen
dalam membeli beras .
Faktor pribadi terdiri dari variabel pendapatan rumah tangga (X1). Pendapatan rumah
tangga ini sangat mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian beras jika
pendapatan rumah tangga konsumen tinggi konsumen akan memutuskan untuk membeli
beras yang berkualitas yaitu beras jenis super, sedangkan konsumen dengan pendapatan
rendah akan memutuskan untuk membeli beras medium karena konsumen dengan tingkat
pendapatan rendah cenderung mengkonsumsi barang yang murah untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi rumah tangga. Rata-rata pendapatan responden konsumen beras di
Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp. 2.287.500 artinya pendapatan konsumen dapat
dikatakan cukup tinggi dimana sebagian besar konsumen beras di Kabupaten Lombok Timur
membeli beras jenis super. Kemudian pada variabel umur (X2) juga mempengaruhi
keputusan konsumen dalam membeli beras jenis super atau beras jenis medium dimana
konsumen yang berumur rata-rata 40 tahun keatas lebih bijak mengambil keputusan untuk
membeli beras jenis super atau beras jenis medium.
Sedangkan untuk faktor sosial yang terdiri dari variabel jumlah anggota keluarga (X3)
mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras, jika jumlah anggota keluarga
yang ditanggung konsumen lebih banyak maka konsumen akan memutuskan untuk membeli
beras jenis medium berbeda halnya dengan konsumen yang berpendapatan tinggi dan
mempunyai jumlah tanggungan banyak golongan konsumen ini akan memutuskan untuk
tetap membeli beras jenis super dalam memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Rata-
rata jumlah anggota keluarga yang ditanggung responden selaku konsumen beras di
Kabupaten Lombok Timur berkisar antara 3 – 4 orang, hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden konsumen beras di Kabupaten Lombok Timur tergolong dalam keluarga
menengah.
Kemudian faktor psikologis terdiri dari variabel pengetahuan konsumen (D1), untuk
memutuskan pembelian beras pengetahuan konsumen menjadi faktor penting yang
mempengaruhi keputusan pembelian beras, dimana pengetahuan konsumen mengenai
produk seperti atribut-atribut yang melekat pada produk akan menjadi pertimbangan
konsumen dalam memutuskan pembelian beras. Sebagian besar konsumen beras di
Kabupaten Lombok Timur memutuskan membeli beras berdasarkan atribut merek dimana
atribut merek yang terkenal diyakini oleh konsumen memiliki kualitas yang bagus.
Faktor kebudayaan juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi keputusan
konsumen dalam membeli beras, faktor kebudayaan terdiri dari variabel kelas sosial (D2),
kelas sosial merupakan perbedaan atau strata sosial yang terdapat dalam masyarakat atau
budaya. Kelas sosial diklasifikasikan kedalam tiga golongan kelas yaitu kelas sosial atas,
menengah dan kelas sosial bawah. Dalam penelitian ini hanya terdapat dua klasifikasi kelas
sosial dimana berdasarkan perhitungan rasio kekayaan untuk kelas sosial menengah
digabungkan kedalam dua kelas yaitu kelas sosial menengah keatas dan kelas sosial
menengah kebawah. Rata-rata konsumen beras di Kabupaten Lombok Timur yang berstatus
sosial menengah ketas sebanyak 36 responden dan responden yang berstatus sosial menengah
kebawah sebanyak 24 orang sehingga dapat disimpulakn bahwa konsumen yang berstatus
sosial menengak keatas cenderung memutuskan untuk membeli beras jenis super sedangkan
untuk konsumen yang berstatus sosial menengah kebawah cenderung memutuskan untuk
membeli barang yang lebih murah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga.
22
90% C.I.for
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) EXP(B)
Lower Upper
sebesar 1,983 artinya proporsi konsumen yang berpengetahuan luas lebih tinggi dibandingkan
dengan konsumen yang berpengetahuan kurang luas sedangkan nilai eksponen untuk variabel
pengetahuan (D1) sebesar 7,264 variabel ini signifikan pada 10% ( Sig 0,053 < α = 0,10)
dapat disimpulkan bahwa konsumen yang berpengetahuan luas lebih baik 7,264 kali untuk
memutuskan membeli beras jenis super daripada konsumen yang berpengetahuan kurang
luas.
Berdasarkan hasil analisis uji wald (parsial) dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 faktor
dari 4 faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen beras yaitu faktor sosial terdiri dari
variabel jumlah anggota keluarga, faktor pribadi terdiri dari variabel umur dan variabel
pendapatan rumah tangga dan faktor psikologis terdiri dari pengetahuan konsumen yang
signifikan pada 10% ( Sig α = 0,10). Dimana diperoleh hasil analisis uji wald untuk faktor
sosial signifikan pada 5% ( Sig 0,046 < α = 0,10), sedangkan faktor pribadi signifikan pada
5% ( Sig 0,022 < α = 0,10) dan faktor psikologis signifikan pada 10% ( Sig 0,053 < α =
0,10).
1. Sikap konsumen terhadap komoditi beras berdasarkan hasil analisis adalah konsumen
menyukai beras jenis super. Konsumen menyukai komoditi beras tersebut berdasarkan
pada variabel keyakinan (bi) dan variabel evaluasi (ei) konsumen terhadap atribut yang
diteliti, dimana atribut produk yang paling berpengaruh yaitu merek, warna, ukuran dan
harga.
2. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik terdapat 3 faktor dari 4 faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen beras yaitu faktor sosial terdiri dari variabel jumlah
anggota keluarga, faktor pribadi terdiri dari variabel umur dan variabel pendapatan
rumah tangga dan faktor psikologis terdiri dari pengetahuan konsumen yang signifikan
pada 10% ( Sigα = 0,10).
5.2. Saran
1. Produsen beras sebaiknya mempelajari tentang perilaku konsumen untuk mengetahui
bagaimana tanggapan penilaian konsumen terhadap produknya sehingga dapat
meningkatkan dan mempertahankan atribut – atribut yang disukai konsumen dan
memperbaiki atribut – atribut yang tidak disukai konsumen serta mengetahui faktor –
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian
produknya.
2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih rinci mengenai
masalah yang semakin berkembang khususnya yang berkaitan tentang perilaku
konsumen beras.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sumarwan, Ujang. 2015. Perilaku Konsumen, Edisi ke – 2. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.
25
Sunyoto Danang, 2012. Konsep Dasar Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen.CAPS
(Center For Academic Publishing Service).Yogyakarta
Suparmin, 2006. Integrasi Spesial Pemasaran Beras di Wilayah Indonesia Bagian Timur.
Agroteksos, majalah ilmiah pertanian, Vol. 16 No, 1, April 2006. ISSN 0852-
286.53.