Anda di halaman 1dari 26

LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

PERILAKU KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN TERHADAP


PRODUK TEMPE DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN SUKAMAJU
KABUPATEN LUWU UTARA

Disusun Oleh :

Andini
19.023.54.201.031

Telah diperiksa dan disetuju untuk seminar proposal penelitian


pada Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Andi Djemma Palopo

Palopo, Maret 2023


Menyetujui,

Pembimbing l Pembimbing ll

Intisari S.P.,M.Si Sumantri S.P.,M.P

i
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, serta syarat kemudahan-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan proposal dengan lancar. Proposal penelitian yang
berjudul Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Terhadap Produk Tempe Di
Desa Sukamaju Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara. Proposal ini
berujuan untuk melakukan penelitian dan skripsi. Selama penulisan proposal ini
penulis tidak luput dari kendala. Semua kendala tersebut dapat diatasi penulis
berkat adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya . Penulis
menyadari bahwa proposal penelitian ini masih terdapat bayak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna baik dari segi isi manapun bahasanya dikarenakan
keterbatasannya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan tulisan akhir.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini menjadi bahan untuk melakukan
penelitian skripsi penulis.

Palopo, 2023

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Konsumen...............................................................................5


2.2 Keputusan Pembelian...........................................................................8
2.3 Pemasaran ...........................................................................................11
2.4 Penelitian Terdahulu.............................................................................13
2.5 Tempe...................................................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................17


3.2 Metode Pengumpulan Data...................................................................17
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................18
3.4 Jenis dan Sumber Data.........................................................................19
3.5 Analisis Data.........................................................................................19
3.6 Definisi Operasional..............................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

iii
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia berdampak pada peningkatan

jumlah konsumsi pangan. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup bergizi dan aman

menjadi hak asasi setiap masyarakat untuk mewujudkan sumber daya manusia

yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan Nasional (Pusdatin, 2016).

Seiring berkembangnya waktu, pengetahuan masyarakat akan bahan

pangan yang bergizi semakin meningkat. Tempe merupakan makanan tradisional

yang telah dikenal di Indonesia, yang dibuat dengan cara fermentasi atau

peragian. Konsumsi tempe menyebabkan perubahan kimia maupun fisik pada biji

kedelai, menjadikan tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh. Tempe segar tidak

dapat disimpan lama, karena tempe tahan hanya selama 2x24 jam. Lewat masa

itu, kapang tempe mati dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau mikroba

perombak protein, akibatnya tempe cepat busuk (Sarwono, 2005).

Sebagian besar produksi tempe tempat usahanya berpusat dipedesaan

dengan skala usaha kecil yang tergolong sebagai industri rumah tangga. Industri

rumah tangga. Industri tempe memiliki peran cukup penting dalam pertumbuhan

perekonomian dan memenuhhi gizi masyarakat Indonesia sebagai salah satu

sumber kalori protein yang cukup besar. Selain itu, industri tempe juga dapat

menunjang perekonomian dari sisi pengetasan kemiskinan dengan membuka

lapangan pekerjaan dan pemerataan kesempatan berusaha. Tempe merupakan

bahan pangan nabati yang diperlukan untuk mencukupi gizi anak-anak dan

1
masyarakat Indonesia secara umum, terutama dalam mencukupi kebutuhan

protein tubuh.

Tempe dibuat dari fermentasi biji kedelai atau beberapa bahan lain yang

menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus. Sediaan fermentasi ini secara

umum dikenal sebagai “ragi tempe”. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium,

vitamin B, dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai

nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan

pencegah penyakit degeneratif (Sartika, 2007).

Tempe merupakan panganan yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat.

Selain mengandung banyak nutrisi, produk tempe memiliki pasar yang besar,

sehingga industri tempe tumbuh dan berkembang dengan mudah di mana saja,

meskipun sebagian besar dalam skala kecil (rumah tangga). Penjualan produk

tempe pun umumnya bersifat langsung dikirim ke pasar-pasar tradisional

setempat. Meski demikian, pada saat ini produk tempe sudah banyak yang

menembus pasar swalayan, dan pasar modern lainnya. Bahkan sudah ada yang

mengekspor tempe ke luar negeri dan membuka cabang produksi dan

pemasaran di sana (Suparjo & Hariastuti, 2017).

Menurut Kotler dan Armstrong (2010), proses pengambilan keputusan

pembelian tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui stimulus atau

rangsangan dari luar kendali konsumen. Sementara itu, menurut Swastha dan

Irawan (2008) keputusan pembelian merupakan pemahaman konsumen tentang

keinginan dan keputusan akan suatu produk dengan menilai dari sumber-sumber

yang ada dengan menetapkan tujuan pembelian serta mengidentifikasi

alternative sehingga pengambilan keputusan untuk membeli yang disertai

dengan perilaku setelah melakukan pembelian. Pembelian konsumen akhir

2
perorangan maupun rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk

konsumsi sehari-hari bagi kebutuhan pribadi ini disebut sebagai perilaku

konsumen.

Mempelajari perilaku konsumen bagi keberhasilan suatu system

pemasaran menjadi sangat penting karena perilaku konsumen bukan hal yang

bersitaf statis tetapi terus berubah seiring dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi. Kotler dan Armstrong (2010), berpendapat bahwa perilaku

pembelian sesorang merupakan hasil interaksi dari semua faktor kultur, social,

pribadi dan psikologi yang kompleks. Kotler (2006) mengungkapkan bahwa

pengambilan keputusan untuk membeli sesuatu produk banyak dipengaruhhi

oleh persepsi terhadap produk, harga, promosi,dan tempat. Faktor-faktor ini

merupakan bagian dari starategi bauran pemasaran (marketing mix) yang telah

diterapkan oleh produsen.

Di Desa Sukamaju, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara

merupakan salah satu desa yang memiliki industri tempe yang berbahan dasar

kedelai dengan kualitas produk yang sangat bagus, dan harga yang terjangkau,

tempe dikemas dengan beberapa kemasan yaitu menggunakan plastik dan daun

pisang singgah menarik dan disukai banyak kalangan masyarakat yang

membelinya. Dalam hal ini yang membuat saya mengambil judul penelitian yaitu

perilaku konsumen dalam keputusan pembelian terhadap produk tempe di Desa

Sukamaju Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang

dapat diambil adalah bagaimana perilaku konsumen dalam pengambilan

keputusan terhadap produk tempe di Desa Sukamaju Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam keputusan

pembelian terhadap produk tempe di Desa Sukamaju Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil pebelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan informasi

bagi penelitian di masa mendatang yang berkaitan dengan masalah

ini.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam

mengambil keputusan pembelian

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan tentang perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Konsumen

Menurut Griffin dalam Sopiah dan Sangadji (2013: 8), perilaku konsumen

adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologi yang mendorong

tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan,

menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan

mengevaluasi.

Perilaku konsumen merupakan salah satu proses yang menyangkut

keputusan sebelum pembelian serta tindakan dakam mendapatkan,

mengkonsumsi, dan menghabiskan suatu produk. Perilaku konsumen juga

merupakan proses pengambilan keputusan suatu individu untuk mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan atau mengatur barang yang membeli produk untuk

dikonsumsi secara personal (Simamora, 2004: 152).

Menurut Hasan (2013: 161), perilaku konsumen adalah studi proses yang

terlibat ketika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau

mengatur produk jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan konsumen.

Menurut Kotler dan Keller (2009: 166) perilaku konsumen adalah studi

tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,

menggunkan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Menurut Sunyoto (2012:251) Perilaku konsumen (consumer behavior)

dapat didefinisikan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat

5
dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk

didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dalam penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut. Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus

bagi orang yang dengan berbagai alasan berhasrat untuk mempengaruhi atau

mengubah perilaku tersebut, termasuk orang yang kepentingan utamanya adalah

pemasaran. Tidak mengherankan jika studi tentang perilaku konsumen ini

memiliki akar utama dalam bidang ekonomi terlebih lagi dalam pemasaran.

Dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen, sebab

dalam suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki penelitian,

kebutuhan,pendapat, sikap dan selera yang berbeda.

Menurut Kotler (2001:144) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen adalah kebudayaan, faktor sosial, pribadi, psikologis. Sebagian faktor-

faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus

diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen

tersebut mempengaruhi pembelian konsumen.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Faktor kebudayaan

Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari

lembaga-lembaga penting lainnya.

Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada

tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang

dimainkan oleh: Budaya, Sub budaya, Kelas sosial.

6
b. Faktor sosial

Kelas sosial merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen

dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya

menganut nilai- nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial

ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur

sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan

dalam beberapa sistem sosial, anggota dari kelas yang berbeda

memelihara peran tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial

mereka. Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

sosial, yaitu: Kelompok, Keluarga, Peran dan Status.

c. Faktor pribadi

Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang

yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang

relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan. Keputusan

membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu Umur dan tahap

daur hidup, Pekerjaan, Situasi ekonomi, Gaya hidup, Kepribadian dan

konsep diri.

d. Faktor psikologis

Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia

tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh di

masa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Pilihan

barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi

yang penting, kebutuhan yang cukup untuk mengarahkan seseorang

mencaricara untuk memuaskan kebutuhan. Dalam urutan kepentingan,

jenjang kebutuhannya adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman.

7
Untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen

tersebut mempengaruhi pembelian konsumen antara lain, yaitu Harga,

Pekerjaan, Umur, dan Distribusi.

2.2 Keputusan Pembelian

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya,

termasuk usia, pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan

menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian.

Menurut Sutisna (2002:15), pengambilan keputusan oleh konsumen untuk

melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas

pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Setelah konsumen menyadari kebutuhan

dan keinginannya tersebut maka konsumen kemudian akan melakukan tindak

lanjut untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut.

Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2007:7) pengambilan keputusan

pembelian meliputi proses yang dilalui konsumen dalam mengenali masalah,

mencari solusi, mengevaluasi alternatif, dan memilih diantara pilihan-pilihan

pembelian mereka.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan

pembelian adalah tindakan yang dilakukan oleh konsumen untuk melakukan

sebuah pembelian barang atau jasa demi memenuhi kebutuhan atau

keinginannya.

Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen

Proses keputusan pembelian, para konsumen melewati lima tahap: pengenalan

masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku

pasca pembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum

pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang sama setelah itu.

8
Namun, para konsumen tidak selalu melewati seluruh lima urutan tahap

ketika membeli produk. Mereka bisa melewati atau membalik beberapa tahap.

Contohnya seorang perempuan yang membeli merek tempe yang biasa

dikonsumsinya akan langsung bertindak dari kebutuhan akan tempe ke

keputusan pembelian.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:181) indikator keputusan pembelian

yaitu sebagai berikut :

1. Kemantapan membeli setelah mengetahui informasi produk.

2. Memutuskan membeli karena merek yang paling disukai.

3. Membeli karena sesuai dengan keinginan dan kebutuhan.

4. Membeli karena mendapat rekomendasi dari orang lain.

Tahap-tahap proses kebutuhan pembelian menurut Kotler dan Amstrong

terdiri dari :

1. Pengenalan Masalah

Keputusan pembelian diawali dengan adanya kebutuhan dan

keinginan konsumen, dimana dalam hal ini konsumen menyadari

adanya perbedaan antara keadaan yang sebelumnya dengan

keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat digerakan

oleh rangsangan dari dalam diri konsumen. Misalnya kebutuhan

orang normal adalah haus dan lapar akan meningkat hingga

mencapai suatu ambang rangsangan dan berubah menjadi suatu

dorongan berdasarkan pengalaman yang sudah ada yaitu minum dan

makan.

9
2. Pencarian Informasi

Setelah konsumen menyadari adanya kebutuhan terhadap

produk tertentu, selanjutnya konsumen tersebut mencari informasi,

baik yang bersal dari pengetahuannya maupun dari luar. Sumber

informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu :

a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kenalan.

b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, dan

pajangan ditoko.

c. Sumber public : media massa, organisasi penentu peringkat

konsumen.

d. Seumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian

produk.

3. Evaluasi alternatif

Setelah informasi diperoleh, konsumen mengevaluasi berbagai

alternative pilihan dalam memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya :

a. Kamera, terkait dengan terjemahan gambar, hasil warna, harga

dan ukuran.

b. Hotel, terkait dengan lokasi, kebersiha, dan gambar.

c. Ban, terkait dengan ukuran pemakai, harga, mutu ketika dikendari.

4. Keputusan pembelian

Apa bila tidak ada faktor lain yang menggangu setelah

konsumen menentukan pilihan yang telah ditetapkan, maka

pembelian yang actual adalah hasil akhir dari pencarian dan evalasi

yang telah dilakukan.

10
5. Perilaku pasca pembelian

Apabila produk yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang

diharapkan, maka konsumen akan merubah sikapnya terhadap merek

produk tersebut menjadi sikap negative, bahkan mungkin akan

menolak produk tersebut dikemudian hari. Sebaliknya, bila konsumen

mendapat kepuasan dari produk yang dibelinya maka keinginan untuk

membeli terhadap produk tersebut cenderung akan menjadi lebih

kuat.

Produsen harus mampu mengurangi perasaan tidak senang

atau perasaan negative terhadap suatu produk dengan cara

membantu konsumen agar menemukan informasi yang memberikan

pilihan bagi konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada

orang-orang yang baru saja membeli.

Perilaku
Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan
pasca
kebutuhan informasi alternatif pembeli
pembelian

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan

2.3 Pemasaran

Pemasaran adalah transaksi, tukar menukar, yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Akibatnya pemasaran terjadi

setiap kali satu unit social berupaya untuk mengadakan transaksi dengan unit

social berupaya untuk mengadakan transaksi dengan unit sosial yang lain atas

suatu yang bernilai. Pemasaran dimaksudkan adalah kreasi dan realisasi sebuah

standart. Pemasaran mencakup kegiatan yaitu menyelidiki dan mengembangkan

11
sebuah produk atau jasa yang akan memenuhi kegiatan tersebut, dan

memutuskan cara terbaik untuk menentukan harga, mempromosikan dan

mendistribusikan produk atau jasa tersbut (William, 1984:156).

Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan

keinginan manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan

manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk

(product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan barang

(promation), langkah utama dalam pemasaran sasaran terdiri dari segmentasi

pasar, penetapan sasaran pasar dan penempatan produk (Purwadi, 2000:265).

Pemasaran (marketing) adalah suatu system total dari kegiatan bisnis

yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan

mendistribusikan barang-barang yang ini maupun konsumen potensial. Filsafat

pemasaran berpandangan bahwa perusahaan harus beriorientasi ke konsumen,

berusaha keras untuk mempunyai volume penjualan yang menghasilkan laba,

dan mengkoordinasikan semua kegiatan pemasaran. Dalam sejaranhnya,

pemasaran berkembang seperti halnya masyarakat berkembang dari

swasembada agraris ke ekonomi tukar-menukar (Lamarto, 1984).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai sikap perilaku konsumen terhadap produk olahan

tempe telah beberapa kali dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun

penelitian-penelitian sebelumnya dapat diliat sebagai berikut :

Sinollah (2014) : Analisis perilaku konsumen terhadap produk tempe di

Kabupaten Magetan dengan hasil penelitiannya yaitu Faktor-faktor yang

12
mempengaruhi keputusan dalam pembelian jumlah tempe dipengaruhi secara

sinifikan oleh faktor ukuran tempe, harga tempe dan kualitas tempe. Faktor yang

paling dominan terhadap faktor yang mempengaruhi keputusan dalam pembelian

jumlah tempe adalah variable kualitas tempe.

Nungki Kusumawati (2019) : Pengaruh perilaku konsumen terhadap

keputusan membeli tempe studi kasus konsumen di pasar merapi lampung

tengah dengan hasil penelitiannya yaitu perilaku konsumen dalam pengambilan

keputusan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang melatarbelakanginya, faktor

yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal.

Abri Yenti Dkk (2020) : Perilaku konsumen terhadap produk tempe di

pasar benai kecamatan benai kabupaten kuantan singing dengan hasil

penelitiannya yaitu tingkat kinerja pada berbagai atribut harga, warna,

ketahanan, sangat puas, terhadap rasa, kemasan dan waktu konsumen puas,

sedangkan terhadap ukuran produk konsumen tidak puas, indeks kepuasan

konsumen (CSI) sebesar 0,88 kategori sangat puas.

Hartina (2021) : Pengaruh perilaku konsumen (faktor psikologis dan

pribadi) terhadap keputusan pemeblian tempe dengan hasil penelitiannya yaitu

menunjukkan bahwa psikologis dan pribadi, berpengaruh secara simultan dan

parsial terhadap keputusan pembelian tempe di Pasar Rappang.

Andika Putra Setiawan Dkk (2020) : Perilaku konsumen dalam pembelian

produk tempe di Sentra Produksi Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek

dengan hasil penelitiannya yaitu perilaku pembelian konsumen atas produk

tempe di sentra produksi tempe di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek

dipengaruhi oleh factor dominan harga yang terjangkau, kualitas produk yang

13
dikemas dengan kemasan yang higienis, pelayanan penjualan yang ramah,dan

faktor langganan.

2.5 Tempe

Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang

difermentasikan menggunkan kapang rhizopus (ragi tempe). Selain itu terdapat

pula makanan serupa tempe yang tidak berbahan kedelai yang juga disebut

tempe. Kata “tempe” diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa

Kuno terdapat makanan berwarna putih tersebut dari tepung sagu yag disebut

tumpi. Tempe juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan

tumpi tersebut.

Makanan tradisional ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama

dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan

Surakarta. Abad ke-16 di Jawa telah ditemukan kata tempe, misalnya dengan

penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe denga

santan) dan Kadhele tempe srundengan. Dalam catatan sejarah yang tersedia

lainnya menunukkan bahwa mungkin pda mulanya tempe diproduksi dari kedelai

hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa, mungkin

dikembangkan didaerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum

abad ke-16.

Tempe merupakan makanan tradisional yang telah dikenal di Indonesia,

yamg dibuat dengan cara fermentasi atau peragian. Pembuatannya merupakan

hasil industry rakyat. Tempe diminati oleh masyarakat, selain harganya murah,

juga memiliki kandungan protein nabati yang tinggi. Menurut Tarwatjo (1998),

14
setiap 100 g tempe mengandung 10-20 g senyawa protein, 4 g senyawa lemak,

vitamin B12 dan 129 mg zat kalsium, tetapi tidak mengandung serat.

Tempe merupakan hasil proses fermentasi yang dengan waktu 36-48

jam. Pada waktu tersebut, tempe siap untuk dipasarkan. Hal ini tandai dengan

pertumbuhan kapang yang hamper tetap dan tekstur lebih kompak. Jika proses

fermentasi terlalu lama menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah bakteri,jumlah

asam lemak bebas, pertumbuahan jamur juga menurun, dan menyebabkan

degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amoniak. Akinatnya, menjadi tidak

enak, tetapi dapat digunakan sebagai campuran bumbu pada masakan

(kasmidjo,1990).

Tempe segar yaitu tempe yang berwarna putih dengan jamur yang

banyak dan tebal. Sebenarnya tempe yang mengandung banyak spora

merupakan tempe yang tua (hamper busuk), namun kondisinya tidak

memungkinkan untuk dikeringkan dan disimpan (suprapti,2003). Tempe segar

tidak dapat disimpan lama karena paling lama kuat disimpan 2x24 jam, lewat

masa itu kapang tempe mati dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau mikroba

perombak protein akibatnya tempe tempe cepat busuk (sarwono,2005).

Tempe dapat dibuat dari berbagai bahan tetapi yang lebih dikenal

sebagai tempe oleh sebagian peminat tempe yaitu yang terbuat dari kedelai.

Menurut kasmidjo (1990), di Indonesia terdapat berbagai macam tempe yang

dibuat dengan bahan selain kedelai, antara lain: ampas tahu, ampas kacang, biji

beguk(koro) dan biji kecipir.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sukamaju Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara. Pemilihan lokasi berdasarkan atas pertimbangan bahwa

terdapat industri tempe di Desa ini yang merupakan daerah penghasil tempe.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juni

2023.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain :

1. Observasi

Observasi yaitu merupakan metode yang dilakukan dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapatkan

gambaran yang jelas mengenai obyek yang diteliti dan daerah lokasi penelitian.

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain.

Pelaksaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang

diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar

pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara akan dilakukan

dengan beberapa pedagang dan pembeli tempe dipasar Sentral Sukamaju.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan jumlah pertanyaan yang mengacuh pada variabel

penelitian yang dibagikan kepada responden.

16
3.3 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2007). Populasi dalam penelitian ini

adalah konsumen yang melakukan keputusan pembelian terhadap produk tempe

di Desa Sukamaju.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Teknik yang dapat diambil dalam pengambilan sampel ini yaitu

Accidental Sampling dimana penentuan teknik pengambilan sampel berdasarkan

secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, secara sengaja sesuai dengan

persyaratan sampel dengan kriteria tertentu sebagai sumber data. Dalam teknik

Accidental Sampling, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti

langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.

Hair at al (1995) mengatakan bahwa jumlah responden ditetukan paling

sedikit lima kali parameter estimasi yang digunakan. Dalam penelitian ini

penentuan ukuran sampel mengikuti saran dari Hair, yaitu lima dikali jumlah

indikator.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan. Penelitian

lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau lokasi penelitian,

suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai

terjadi dilokasi tersebut, yang dilakukan juga menyusun laporan ilmiah. Data dari

17
penelitian lapangan ini merupakan data yang dibutuhkan berdasarkan informasi

yang diperoleh dari pedagang dan pembeli tempe di Pasar Sentral Sukamaju.

1. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh penulis dari tanggapan

responden yaitu pedagang tempe serta pembeli tempe dipasar Sentral

Sukamaju.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada dan tersedia pada

masing-masing penjualan seperti data penjualan, sejarah singkat, strukur

organisasi, dan jumah produk yang dijual.

3.5 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan yaitu metode penelitan deskriptif

kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis yang berusaha mendeskripsikan suatu

gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Berdasarkan uraian diatas

peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan fakta-fakta yang ada dari

pembeli dan pedagang tempe di Pasar Sentral Sukamaju.

3.6 Definisi Operasional

Penelitian ini penulis membahas tentang perilaku konsumen dalam

keputusan pembelian terhadap produk tempe di Desa Sukamaju Kecamatan

Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

1. Perilaku konsumen yaitu studi tentang bagaimana individu, kelompok,

dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang,

jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan

mereka (Kotler dan Keller, 2008: 166). Fakor yang mempegaruhi perilaku

18
konsumen, dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa

konsumen, sebab dalam lingkungan yang berbeda akan memiliki

penelitian, kebutuhan, pendapat, sikap dan selera yang berbeda.

2. Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan final yang memiliki

seorang konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa dengan

berbagai pertimbangan-pertimbangan tertentu. Menurut Kotler (2009)

ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan

pembelian, anatara lain:

a. Merupakan faktor terpenting dalam melakukan proses pembelian

dimanapembeli akan mengenali suatu masalah atau kebutuhan.

b. Pencarian Informasi

Seorang selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari

informasi. Apabila dorongan tersebut kuat dan obyek yang dapat

memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen akan

bersedia untuk membelinya

c. Evaluasi Alternatif

Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat

pilihan alternatif secara teliti terhadap produk yang akan dibelinya.

d. Keputusan pembeli

Setelah konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen

akan membuat keputusan untuk membeli. Penilaian keputusan

menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di antara

beberapa merek yang tersedia.

19
3. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai

atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang

Rhizopus.

20
DAFTAR PUSTAKA

Pusdatin. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan


RI

Kotler, P. dan K.L.Keller. 2008 : 166. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Jakarta


Erlangga

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta CV.

Suparjo, & Hariastuti, N, L, P, 2017. Pendampingan Pengabdian Kepada


Masyarakat Untuk UKM Produk Tempe di Kapasjaya. Jurnal Pengabdian
LPPM Untag Surabaya, 2(3), 1-9.

Swastha dan Irwan, 2008. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Hartina, 2021 Pengaruh Perilaku Konsumen (Faktor Psikologis dan Pribadi) di


Pasar Rappang.

Andika Putra Setiawan Dkk, 2020. Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Produk
tempe. Kampak Kabupaten Trenggalek.

Sinollah, 2014 Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk Tempe di


Kabupaten Magetan.

Nungki Kusumawati, 2019 Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian


Tempe di Pasar Merapi Lampung Tengah.

Abri Yenti Dkk, 2020 Perilaku Konsumen Terhadap Produk Tempe di Pasar
Benai.
Kotler dan Armstrong 2008 : 181, Indikator Keputusan Pembelian

Hasan 2013 : 161, Perilaku Konsumen Studi Proses Yang Terlibat ketika individu
atau kelompok memilih, membeli, menggunakan atau mengatur produk
jasa, ide atau pengalaman.

Sunyoto 2021 : 251. Perilaku konsumen (Cosumer Behavior) kegiatan individu


secara langsung terlibat mendapatkan dan mempergunakan barang atau
jasa dalam proses pengambilan keputusan.

Kotler dan Armstrong 2010, Perilaku Pembelian Seseorang Merupakan Hasil


Interaksi Dari Semua Faktor Kultur, Sosial, Pribadi, Dan Psikologi Yang
Tepat.

Simamora 2004 : 152, Proses Pengambilan Keputusan Individu untuk


mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengtur barang yang
memebeli produkuntuk dikonsumsi secara personal.

21
Kotler 2001 : 144 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen yaitu
kebudayaan, factor sosial, pribadi, pskologis.

Suparjo & Hariastuti 2017, Sudah Ada Yang Mengekspor Tempe Keluar Negeri
Dan Membuka Cabang.

Kolter, 2009. Tahapan dalam pengambilan suatu keputusan untuk melakukan


pembelian.

Hair at al, 1995. Jumlah responden ditentukan paling sedikit lima kali parameter
estimasi yang digunakan.

Mowen dan Minor, 2007:7. Pengambilan keputusan pembelian dalam mengenali


masalah, mencari solusi, mengevaluasi alternatif, dan memilih diantara
pilihan-pilihan pembelian.

Sartika, 2007. Kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika
untuk menyembuhkan infeksi dan antibioksidan pencegah penyakit
degenerative.

Kotler, 2006. Pengambilan keputusan untuk membeli sesuatu produk banyak


dipengaruhhi oleh persepsi terhadap produk, harga, promosi,dan tempat.

Sarwono, 2005. kapang tempe mati dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau
mikroba perombak protein, akibatnya tempe cepat busuk.

William, 1984:156. Pemasaran yaitu menyelidiki dan mengembangkan suatu


produk dan jasa.

Sutisna, 2002:15. Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk pembelian


suatu produk diawali adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginan.

22

Anda mungkin juga menyukai