Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM METODOLOGI PENELITIAN

“PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK HARUM


MANIS DI KOTA BENGKULU’’

Disusun Oleh :

Nama : Ira Rizki Artasari


NPM : E1G019064
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Anggota Kelompok : 1. Sofia Hendayani ( E1G019020)
2. Lia Nursiyanti Tumager ( E1G019024 )
3. Soni Pernanda ( E1G019060 )
4. Rismon Raja Guk guk ( E1G019044 )
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 Desember 2021
Dosen : 1. Ir. Laili Susanti, M.Si.
2. Ir. Lukman Hidayat, M.P.
Ko-Ass : Sefri Oktaviani, S.TP.
Objek praktikum : PENELITIAN SURVEI

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian survei merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan
dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden dalam berbentuk
sample dari sebuah populasi, penelitian survei merupakan salah satu metode penelitian yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi yang
digambarkan oleh sampel. Survei juga dapat dilakukan untuk mengumpulkan data terkait
sikap, nilai, kepercayaan, pendapat, pendirian, keinginan, cita-cita, sikap, dan prilaku. Metode
Survey ialah metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam pengamatan
langsung terhadap suatu gejala dalam populasi besar atau kecil. Proses penelitian survey
merupakan suatu fenomena social dalam bidang pendidikan yang menarik perhatian peneliti.
Penelitian survey menggambarkan proses transformasi komponen informasi ilmiah.
Menurut (Bambang Prasetyo), penelitian survei adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk
kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan
yang terstruktur biasanya disebut quesioner. Quesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang
akan ditanyakan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel, berhubungan di antara
variabel yang ada, atau bisa juga pengalaman dan opini dari responden.
Dalam hal ini melakukan penelitian survey di kopi bubuk Harum Manis kota
Bengkulu. Saat ini, Indonesia merupakan produsen dan juga sekaligus konsumen penting
komoditas kopi. Sebagai produsen, Indonesia menempati urutan keempat setelah Brasil,
Vietnam dan Kolombia, dan sebagai konsumen berada dalam urutan ketujuh (ICO, 2017).
Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, minum kopi telah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari terutama bagi orang-orang tua dan sekarang juga anak-anak muda dan remaja
(Kementrian Perindustrian, 2017). Provinsi Bengkulu merupakan provinsi ke 4 di Sumatera
dengan jumlah produksi kopi terbanyak, dengan luas lahan 75.922 Ha dengan total produksi
56.556 ton. Kopi Robusta merupakan kopi yang paling banyak dihasilkan yaitu sebesar
54.921 ton dan 1.635 ton adalah kopi Arabika (Direktorat Jendral Perkebunan, 2016).
Demikian pesatnya perkembangan produksi kopi di Indonesia sudah tentu ditunjang penuh
oleh usaha dan industri rumah tangga penghasil kopi. Strata industri kopi dalam negeri sangat
beragam, dimulai dari unit usaha berskala home industry hingga industri kopi berskala
multinasional (Oka, 2012). Salah satunya adalah usaha pengolahan kopi bubuk pada kopi
bubuk Harum manis di kota Bengkulu.
Kopi bubuk harum manis merupakan salah satu industri kecil kopi di kota Bengkulu.
Namun kopi bubuk harum manis memiliki kelemahan dalam pengelolaan usaha dimana
meliputi faktor internal dan eksternal. Kopi bubuk Harum Manis tidak memiliki perencanaan
jangka panjang, serta juga kekurangan informasi bisnis lemah promosi, pembagian kerja yang
tidak proporsional dan sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik. Untuk itu,
melalui perencanaan strategi pemasaran Harum Manis diharapkan dapat bereaksi positif
terhadap faktor internal dan eksternal dalam memasarkan produk yang pada gilirannya dapat
meningkatkan laba. Oleh karena itu, penelitian mengenai “Perencanaan Strategi Pemasaran
Kopi Bubuk Harum Manis di Kota Bengkulu’’ perlu dilakukan karena prospek
pengembangan industri kopi bubuk di kota Bengkulu cukup bagus sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah dari produk kopi bubuk serta juga mampu menciptakan lapangan
kerja dan dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat.

1.2. Tujuan
1. Menunjukkan faktor-daktor yang berpengaruh terhadap industri kecil pengolahan kopi
bubuk Harum Manis dalam memasarkan produknya.
2. Menyusun suatu strategi perencanaan pemasaran kopi bubuk Harum Manis dalam
mengatasi permintaan pasar dan persaingan.
3. Mengetahui batas titik impas produksi kopi bubuk Harum Manis.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di industry kecil kopi bubuk Harum Manis kota Bengkulu
pada bulan Februari 2003, pemilihan lokasi dilakukan secara sengaha (purposive) dengan
pertimbangan bahwa konsumen terbesar kopi bubuk Harum Manis lebih banyak di kota
Bengkulu yaitu daerah pasar Panorama dan pasar Minggu.
2.2 Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli kopi bubuk Harum
Manis. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode aksidental sampling
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebgai
sampel, bila dipandnag orang yang ditemui tersebut cocok menjadi sumber data Sugiyono
(1999) dalam Lubis (2001). Ukuran pengambilan sampel dilakukan dengan formula sebagai
berikut:
n = Z2 (p(1-p))
(MOE)
n = Ukuran sample
Z = Tk. Kepastian 95% dengan Z= 1,96
P = Peluang=0,5
MOE = Standar error 10%
n = (1,96)2 (0,5(1-0,5))
(0,1)2
n = 0,9604
0,01
n = 96,04 dibulatkan menjadi 100
2.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer dapat diperoleh dengan teknik wawancara dan pengamatan langsung ke
perusahaan dan konsumen. Data perusahaan diperoleh dengan cara wawancara langsung
dengan pihak perusahaan, sedangkan data dari konsumen diperoleh dengan menggunakan
kuisioner yang diadopsi dari kuisioner UAI Survey (Usage, Attitude, Image) oleh Roberto
(1990) dalam Lubis (2001). UAI Survey kuis merupakan seperangkat pertanyaan yang
disampaikan kepada responden untuk dijawab UAI survey menncakup:
1. Opini tentang kesadaran (awareness): pada tahap ini masyarakat telah mendengar
tentang produk tersebut tetapi belum mendapat informasi yang cukup untuk mengambil
keputusan pembelian.
2. Opini tentang minat (interest): pelanggan yang mampu cukup tertarik memiliki produk
tersebut.
3. Percobaan (experience) yang terdiri dari:
a. Percobaan: pelanggan mengambil keputusan untuk mencoba produk tersebut.
b. Penyerapan/ pemakaian: pelanggan menggunakan produk tersebut secara teratur.
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan metode lain yang mendukung
analisis perencanaan seperti data produksi dan berbagai literature yang
berhubungan dengan penelitian ini.
2.4 Analisis Data
2.4.1 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threats)
Analisis SWOT merupakan alat yang penting untuk membantu para manajer
mengembangkan empat tipe strategi melalui sebuah matriks SWOT. Untuk menyusun
matriks swot, perlu diketahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal clan faktor strategi
internal. Selanjutnya kekuatan dan kelemahan yang diperoleh dari faktor internal
digabungkan dengan peluang dan ancaman dari faktor ekstemal ke dalam matriks
SWOT. Ada 8 tahap menentukan strategi yang dibangun melalui matriks SWOT Umar
(2001 ). Tahapan tersebut adalah :
1. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan.
2. Membuat daftar ancaman ekstemal perusahaan.
3. Membuat daftar kekuatan internal perusahaan.
4. Membuat daftar kelemahan internal perusahaan.
5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal clan peluang-peluang eksternal clan catat
hasilnya clalam sel strategi SO.
6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal clan peluang-peluang eksternal
dan catat hasilnya clalam sel strategi WO.
7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal clan ancaman-ancaman eksternal clan catat
hasilnya clalam sel strategi ST.
8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal clan ancaman-ancaman ekstemal
dan catat hasilnya clalam sel strategi WT.
2.4.2 Analisis Titik Impas
Menghitung analisis titik impas dapat dilakukan jika sudah diketahui jumlah total
biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga jual per unit. Perhitungan yang dilakukan
adalah atas dasar unit produksi dan dalam satuan rupiah. Perhitungan titik impas yang
dilakukan atas dasar unit produksi menurut Sigit (1990). Dihitung berdasarkan rumus berikut
:
Titik impas (unit) = Biaya Tetap

Harga JuaVunit-B. Variabel/unit

Untuk melakukan perhitungan titik impas dalam satuan rupiah adalah sebagai
berikut :

Titik impas (rupiah) = Biaya Tetap

1-B. VariabeVPenjualan

BAB III
PEMBAHASAN
Penelitian survei adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan
terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian semua jawaban yang
diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Penelitian yang berjudul ‘’Perencanaan
Strategi Kopi Bubuk Harum Manis di Kota Bengkulu’’ ini termasuk penelitian survey karena
menjelaskan adanya penyebab sebuah gejala atau kecenderungan tertentu dari suatu
fenomena. Survei dapat dimanfaatkan untuk memahami penyebab sebuah gejala melalui
perbandingan kasus-kasus. Penelitian survei merupakan cara untuk mengumpulkan informasi
dengan menggunakan isntrumen penelitian (pedoman wawancara atau angket) yang diajukan
kepada responden yang bertujuan untuk meneliti karakteristik atau sebab akibat antar variabel
tanpa adanya campur tangan peneliti. Menghasilkan deskripsi beberapa aspek dari populasi
dan memerlukan informasi dari subjek yang di pelajari, menggali dan mencari informasi
faktual secara mendetail atas apa yang sedang menggejala, identifikasi masalah-masalah,
mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi sasaran  penelitian dalam
memecahkan massalah, dan mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekelompok objek
atau populasi. Adapun karakteristik dari penelitian survei, yaitu memberikan gambaran
terhadap fenomena-fenomena, menerangkan hubungan (korelasi), menguji hipotesis yang
diajukan, membuat prediksi (forcase) kejadian, memberikan arti atau makna atau implikasi
pada suatu masalah yang diteliti. Jadi penelitian deskripsi mempunyai cakupan yang lebih
luas. Cara utama dalam pengumpulan informasi adalah dengan mengajukan pertanyaan
kepada orang yang jawabannya kemudian merupakan daya yang akan dianalisis. Biasanya
informasi itu dikumpulkan dari sebagian saja dari populasi atau sampel, bukan dari seluruh
subyek yang menjadi anggota populasi.
Pada penelitian ini terlihat bahwa penelitian ini merupakan penelitian survey dimana
dengan mengumpulkan informasi didapatkan suatu pemecahan masalah dapat dilihat dari
hasil data yang didapatkan dari responden dimana bahwa industri kecil kopi bubuk Harum
Manis memiliki beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh
terhadap upaya pemasaran Harum Manis. Faktor eksternal yang mempengaruhi penjualan
kopi bubuk Harum Manis dapat dijelaskan dimana bahwa seluruh responden menyatahkan
menyukai minuman kopi. Dari sejumlah besar responden yang menyukai minum kopi
menyatahkan menyukai jenis kopi yang biasa diminum yaitu jenis kopi bubuk, dengan cara
menjaga kepuasan konsumen sehingga konsumen merasa beruntung dengan nilai uang yang
mereka belanjakan. Selain itu responden juga lebih banyak memilih kopi bubuk ukuran 250
gram, responden juga membeli kopi bubuk ukuran 250 gram, baik itu kopi bubuk merek
Harum Manis maupun bukan karena konsumen menganggap ukuran tersebut cukup
ekonomis, dimana responden biasa minum kopi saat pagi dan sore hari, dari hasil penelitian
responden menyatahkan media iklan yang paling tepat untuk melakukan pengiklanan adalah
radio, dengan sebesar 41% responden biasa mendengarkan gelombang radio Flamboyan.
Responden memilih radio karena radio lebih sampai ke plosok daerah dan tidak perlu
mengeluarkan biaya besar, untuk media cetak melalui harian Rakyat Bengkulu dapat dipilih
sebagai alternative pengiklanan. Untuk tempat biasa responden Harum Manis membeli kopi
bubuk biasa membeli kopi di pasar tradisional dengan presentase 58%, sebagian ada yang
membeli kopi di warung, toserba, dan swalayan namun bukan membeli produk Harum Manis.
Hal ini dikarenakan pendeknya saluran distribusi Harum Manis sehingga responden kesulitan
membeli kopi Harum Manis di warung-warung took/toserba.
Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi volume penjualan kopi bubuk Harum
Manis adalah responden membeli kopi bubuk setiap 7 hari sekali, dan kopi Harum Manis
bukanlah kopi yang diminum saat pertama kali mengkonsumsi kopi, karena konsumen
menyatahkan biasa minum kopi yang diolah sendiri atau mencoba merek lain sebelum Harum
Manis. Sedangkan faktor internalnya meliputi mutu bahan baku kopi bubuk Harum Manis
yang kurang baik karena Harum manis tidak melakukan sortasi bahan, sumber keuangan
Harum Manis terbatas pada kemampuan pemilik, pemilik juga sering melakukan pekerjaan
merendang kopi dikarenakan sumber daya manusia terbatas dan terkadang karyawan bekerja
diluar batas jam kerja standar. Dari pengumpulan informasi tersebut didapatkan pemecahan
masalah yaitu dengan cara menjaga kepuasan konsumen sehingga konsumen merasa
beruntung dengan nilai uang yang mereka belanjakan, lalu menambahkan produksi kopi
bubuk ukuran 250 gram dari jumlah yang diproduksi, kemudian jika ingin melakukan
promosi dengan membuat iklan yang memanfaatkan suasana minum kopi responden pada
pagi atau sore hari. Jika Harum Manis ingin mengiklankan produknya di media cetak, maka
melalui surat kabar harian Rakyat Bengkulu dapat dipilih sebagai alternative pengiklanan,
namun jika elektronik menggunakan radio dengan gelombang radio flamboyan. Sebaiknya,
juga Harum Manis meminimalkan kelemahannya dengan menambah saluran distribusi dan
menitipkan produknya di warung atau took di kota Bengkulu.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi industri kecil kopi bubuk Harum Manis terdiri dari
faktor eksternal dan internal, faktor eksternal diantaranya adalah konsumen yang
menyukai minum kopi bubuk dan ukuran yang dibeli adalah 250 gram dengan interval
pembelian setiap 7 hari sekali dipasar tradisional bersamaan dengan belanja kebutuhan
dapur, kebiasaan konsumen mengkonsumsi kopi pada pagi dan sore hari. Kopi bubuk
Harum Manis memiliki banyak pesaing dengan pesaing utamanya adalah kopi bubuk
1001. Sedangkan faktor internalnya adalah kopi bubuk Harum Manis memiliki harga
yang lebih rendah, mutu bahan baku yang kurang baik, sumber keuangan dan sumber
daya manusa yang terbatas, wilayah pemasaran serta saluran distribusi yang pendek,
rendahnya kualitas kopi disbanding produk pesaing dan merek kemasannya yang
monoton.
2. Perencanaan strategis bagi kopi bubuk Harum Manis ke depan berdasarkan bauran
pemasarannya yaitu:
a) Strategi Produk
Meningkatkan jaringan pasar kopi bubuk ukuran 250 gram dengan cara
membuka saluran distribusi baru untuk kopi bubuk ukuran 250 gram di warung
atau took-toko sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. Memperbaiki
mutu bahan baku bekerjasama dengan petani kopi sehingga selain mendapatkan
mutu kopi biji pilihan juga menjamin ketersediaan bahan baku ketika sulit
didapatkan dan memperbaiki mutu rasa kopi serta kemasannya.
b) Strategi Harga
Mempertahankan harga agar tetap berada dibawah produk pesaing sehingga
dapat terjangkau oleh konsumen.
c) Strategi Distribusi
Distribusikan produk secara selektif sehingga dapat meningkatkan laba dengan
memilih perantara yang dianggap baik dan mampu melakukan penjualan produk.
d) Strategi Pemasaran
Radio local yaitu radio Flamboyan dijadikan sebagai media untuk melakukan
pengiklanan, serta melakukan promosi untuk memberikan citra yang positif
dengan memberikan tester produk kepada calon konsumen.
3. Titik impas industry kecil Harum Manis adalah 336,7 kg senilai Rp. 3.359.558,35,-.
Pada kondisi ini industry kecil kopi bubuk Harum Manis tidak memperoleh laba
ataupun menderita kerugian.
4.2 Saran
1. Agar konsumen memiliki informasi mengenai kopi bubuk Harum Manis, maka suatu
hal yang biajk jika Harum Manis memperbaiki mutu dan kemasannya kemudian
mendistribusikan produknya di warung atau toko di kota Bengkulu serta melakukan
promosi dengan mengiklankan produknya.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut yang mengupas lebih dalam mengenai perencanaan
strategi pemasaran ini.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan.2015. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2014–2016,
Kopi.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia n.d., Penurunan Produksi
Pengaruhi Ekspor Kopi Indonesia, diakses pada tanggal 17 April 2017,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/2918/Penurunan-Produksi-
Pengaruhi-Ekspor-Kopi-Indonesia
Lubis, S.L. 2001. Strategi Pemasaran Bubuk Kopi Citra Raflesia di Kota Bengkulu. Skripsi
Fakultas Pertanian. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Purnama, I.B.O., N. Parining, I.D.G.R. Sarjana. 2012. Sistem Pemasaran Kopi Bubuk Sari
Buana pada UD. Mega Jaya. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523
Vol. 1, No. 1.

LAPORAN PRAKTIKUM METODOLOGI PENELITIAN


“PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK HARUM
MANIS DI KOTA BENGKULU’’
Disusun Oleh :

Nama : Ira Rizki Artasari


NPM : E1G019064
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Anggota Kelompok : 1. Sofia Hendayani ( E1G019020)
2. Lia Nursiyanti Tumager ( E1G019024 )
3. Soni Pernanda ( E1G019060 )
4. Rismon Raja Guk guk ( E1G019044 )
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 Desember 2021
Dosen : 1. Ir. Laili Susanti, M.Si.
2. Ir. Lukman Hidayat, M.P.
Ko-Ass : Sefri Oktaviani, S.TP.
Objek praktikum : SAMPLE

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik sampling adalah cara yang dilakukan untuk mendapatkan sampel sesuai
dengan harapan si pengambil keputusan agar diperoleh sampel yang representatif dan dapat
mewakili populasi yang sebenarnya. Untuk menentukan teknik sampling ini, yang selalu
menjadi perhatian utama adalah bagaimana agar sampel yang diperoleh nantinya akan dapat
dinyatakan sebagai representasi dari populasi yang sedang diteliti dan tidak menghasilkan
hasil analisis yang bias. Metode pengambilan sampel menggunakan accidental sampling,
yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan untuk menggunakan siapa saja yang
ditemui secara kebetulan sebagai sampel. Maksudnya adalah siapa saja yang kebetulan atau
insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
tersebut sesuai kriteria dan cocok untuk dijadikan sumber data (Sugiyono, 2009). Kriteria
sampel yang baik adalah akurat dan tepat, sampel yang akurat adalah sampel yang tidak bias
sedangkan sampel yang tepat adalah konsumen yang benar-benar memahami dan mengerti
tentang kopi.
Dalam hal ini melakukan penelitian di kopi bubuk Harum Manis kota Bengkulu. Saat
ini, Indonesia merupakan produsen dan juga sekaligus konsumen penting komoditas kopi.
Sebagai produsen, Indonesia menempati urutan keempat setelah Brasil, Vietnam dan
Kolombia, dan sebagai konsumen berada dalam urutan ketujuh (ICO, 2017). Bagi masyarakat
Indonesia pada umumnya, minum kopi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
terutama bagi orang-orang tua dan sekarang juga anak-anak muda dan remaja (Kementrian
Perindustrian, 2017). Provinsi Bengkulu merupakan provinsi ke 4 di Sumatera dengan jumlah
produksi kopi terbanyak, dengan luas lahan 75.922 Ha dengan total produksi 56.556 ton. Kopi
Robusta merupakan kopi yang paling banyak dihasilkan yaitu sebesar 54.921 ton dan 1.635
ton adalah kopi Arabika (Direktorat Jendral Perkebunan, 2016). Demikian pesatnya
perkembangan produksi kopi di Indonesia sudah tentu ditunjang penuh oleh usaha dan
industri rumah tangga penghasil kopi. Strata industri kopi dalam negeri sangat beragam,
dimulai dari unit usaha berskala home industry hingga industri kopi berskala multinasional
(Oka, 2012). Salah satunya adalah usaha pengolahan kopi bubuk pada kopi bubuk Harum
manis di kota Bengkulu.
Kopi bubuk harum manis merupakan salah satu industri kecil kopi di kota Bengkulu.
Namun kopi bubuk harum manis memiliki kelemahan dalam pengelolaan usaha dimana
meliputi faktor internal dan eksternal. Kopi bubuk Harum Manis tidak memiliki perencanaan
jangka panjang, serta juga kekurangan informasi bisnis lemah promosi, pembagian kerja yang
tidak proporsional dan sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik. Untuk itu,
melalui perencanaan strategi pemasaran Harum Manis diharapkan dapat bereaksi positif
terhadap faktor internal dan eksternal dalam memasarkan produk yang pada gilirannya dapat
meningkatkan laba. Oleh karena itu, penelitian mengenai “Perencanaan Strategi Pemasaran
Kopi Bubuk Harum Manis di Kota Bengkulu’’ perlu dilakukan karena prospek
pengembangan industri kopi bubuk di kota Bengkulu cukup bagus sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah dari produk kopi bubuk serta juga mampu menciptakan lapangan
kerja dan dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat.

1.2 Tujuan
1. Menunjukkan faktor-daktor yang berpengaruh terhadap industri kecil pengolahan kopi
bubuk Harum Manis dalam memasarkan produknya.
2. Menyusun suatu strategi perencanaan pemasaran kopi bubuk Harum Manis dalam
mengatasi permintaan pasar dan persaingan.
3. Mengetahui batas titik impas produksi kopi bubuk Harum Manis.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di industry kecil kopi bubuk Harum Manis kota Bengkulu
pada bulan Februari 2003, pemilihan lokasi dilakukan secara sengaha (purposive) dengan
pertimbangan bahwa konsumen terbesar kopi bubuk Harum Manis lebih banyak di kota
Bengkulu yaitu daerah pasar Panorama dan pasar Minggu.
2.2 Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli kopi bubuk Harum
Manis. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode aksidental sampling
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebgai
sampel, bila dipandnag orang yang ditemui tersebut cocok menjadi sumber data Sugiyono
(1999) dalam Lubis (2001). Ukuran pengambilan sampel dilakukan dengan formula sebagai
berikut:
n = Z2 (p(1-p))
(MOE)
n = Ukuran sample
Z = Tk. Kepastian 95% dengan Z= 1,96
P = Peluang=0,5
MOE = Standar error 10%
n = (1,96)2 (0,5(1-0,5))
(0,1)2
n = 0,9604
0,01
n = 96,04 dibulatkan menjadi 100
2.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer dapat diperoleh dengan teknik wawancara dan pengamatan langsung ke
perusahaan dan konsumen. Data perusahaan diperoleh dengan cara wawancara langsung
dengan pihak perusahaan, sedangkan data dari konsumen diperoleh dengan menggunakan
kuisioner yang diadopsi dari kuisioner UAI Survey (Usage, Attitude, Image) oleh Roberto
(1990) dalam Lubis (2001). UAI Survey kuis merupakan seperangkat pertanyaan yang
disampaikan kepada responden untuk dijawab UAI survey menncakup:
1. Opini tentang kesadaran (awareness): pada tahap ini masyarakat telah mendengar
tentang produk tersebut tetapi belum mendapat informasi yang cukup untuk
mengambil keputusan pembelian.
2. Opini tentang minat (interest): pelanggan yang mampu cukup tertarik memiliki produk
tersebut.
3. Percobaan (experience) yang terdiri dari:
a. Percobaan: pelanggan mengambil keputusan untuk mencoba produk tersebut.
b. Penyerapan/ pemakaian: pelanggan menggunakan produk tersebut secara
teratur.
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan metode lain yang mendukung
analisis perencanaan seperti data produksi dan berbagai literature yang
berhubungan dengan penelitian ini.
2.4 Analisis Data
2.4.1 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threats)
Analisis SWOT merupakan alat yang penting untuk membantu para manajer
mengembangkan empat tipe strategi melalui sebuah matriks SWOT. Untuk menyusun
matriks swot, perlu diketahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal clan faktor strategi
internal. Selanjutnya kekuatan dan kelemahan yang diperoleh dari faktor internal
digabungkan dengan peluang dan ancaman dari faktor ekstemal ke dalam matriks
SWOT. Ada 8 tahap menentukan strategi yang dibangun melalui matriks SWOT Umar
(2001 ). Tahapan tersebut adalah :
1. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan.
2. Membuat daftar ancaman ekstemal perusahaan.
3. Membuat daftar kekuatan internal perusahaan.
4. Membuat daftar kelemahan internal perusahaan.
5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal clan peluang-peluang eksternal clan
catat hasilnya clalam sel strategi SO.
6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal clan peluang-peluang
eksternal dan catat hasilnya clalam sel strategi WO.
7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal clan ancaman-ancaman eksternal clan
catat hasilnya clalam sel strategi ST.
8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal clan ancaman-ancaman
ekstemal dan catat hasilnya clalam sel strategi WT.
2.4.2 Analisis Titik Impas
Menghitung analisis titik impas dapat dilakukan jika sudah diketahui jumlah total
biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga jual per unit. Perhitungan yang dilakukan
adalah atas dasar unit produksi dan dalam satuan rupiah. Perhitungan titik impas yang
dilakukan atas dasar unit produksi menurut Sigit (1990). Dihitung berdasarkan rumus
berikut :
Titik impas (unit) = Biaya Tetap
Harga JuaVunit-B. Variabel/unit
Untuk melakukan perhitungan titik impas dalam satuan rupiah adalah sebagai
berikut :

Titik impas (rupiah) = Biaya Tetap

1-B. VariabeVPenjualan

BAB III
PEMBAHASAN
Arikunto (2006: 131), sampel adalah sebagian atau sebagai wakil populasi yang akan
diteliti. Jika penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi maka bisa dikatakan bahwa
penelitian tersebut adalah penelitian sampel. Sampling adalah kegiatan menentukan sampel.
Sebuah penelitian tidak perlu melibatkan semua populasi. Dengan pertimbangan akademik
dan non-akademik, populasi dapat diwakili oleh sebagian anggotanya yang disebut sampel.
Meskipun demikian hasil penelitian tidak akan berkurang bobot dan akurasinya karena
sampel memiliki karakter yang sama dengan populasi sehingga informasi yang digali dari
sampel sama dengan karakter yang berlaku pada populasi. Sampling tidak mengurangi
bobot hasil penelitian. Bobot hasil penelitian akan tetap terjamin asalkan sampling
dilakukan dengan benar, sebagaimana diuraikan pada bagian lain bab ini. Hal itu sejalan
dengan pengertian bahwa sampel merupakan nilai-nilai yang menggambarkan karakteristik
sampel sebagai nilai statistik sampel itu. Hal itu berarti bahwa hasil yang disimpulkan
berdasarkan data yang diperoleh dari sampel akan mewakili populasinya. Dengan kata lain,
inferensi statistik akan menjamin bobot hasil penelitian. Menurut Handayani (2020) teknik
pengambilan sampel atau biasa disebut dengan sampling adalah proses menyeleksi
sejumlah elemen dari populasi yang diteliti untuk dijadikan sampel, dan memahami
berbagai sifat atau karakter dari subjek yang dijadikan sampel, yang nantikan dapat
dilakukan generalisasi dari elemen populasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli kopi bubuk Harum
Manis. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode aksidental sampling
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebgai
sampel, bila dipandnag orang yang ditemui tersebut cocok menjadi sumber data Sugiyono
(1999) dalam Lubis (2001). Ukuran pengambilan sampel didapat sebesar 96,04 dibulatkan
menjadi 100. Simple Random Sampling atau biasa disingkat Random Sampling merupakan
suatu cara pengambilan sampel dimana tiap anggota populasi diberikan opportunity
(kesempatan) yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Simple random sampling
merupakan jenis sampling dasar yang sering digunakan untuk pengembangan metode
sampling yang lebih kompleks[8]. Jika anggota populasi terdaftar lengkap, maka teknik ini
sangat mudah digunakan. Terdapat prosedur yang sudah biasa digunakan dalam teknik
Simple Random Sampling, yaitu dengan menggunakan random numbers table. Pengacakan
juga dapat dilakukan dengan cara mengundi. Pengambilan sampel secara acak diharapkan
mampu menjadi representasi dari populasi yang diestimasi. Sekalipun dilakukan
pengambilan sampel secara acak, pada kenyataannya terkadang masih dijumpai hasil
pengambilan sampel yang nilainya unik dan terkesan sistematis. Sehingga makna
pegambilan sampel secara acak adalah ketika pengambilan sampel itu dilakukan berulang-
ulang, estimasi parameter yang dihasilkan akan akurat dan memiliki presisi tinggi. Selain
itu tingkat variabilitas atau kesalahan dalam melakukan estimasi dapat dilakukan pengujian
secara statistik. Kekeliruan dalam pengambilan sampel dapat dinyatakan dalam suatu
probabilitas tertentu. Teknik sampling ada dua bagian, yaitu probability sampling dan non
probability sampling. Adapun penjelasan dan jenis-jenis teknik pengambilan sampel atau
sampling adalah teknik sampling secara probabilitas (Probability Sampling). Menurut
Kuntjojo (2009), teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik
sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh
anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh
diharapkan merupakan sampel yang representatif. Teknik sampling ini lebih mampu untuk
dilakukan generalisasi pada hasil penelitian. Namun biasanya dilakukan untuk populasi
yang anggotanya bisa dihitung. Adapun jenis-jenis teknik sampling secara probabilitas
adalah sampling random sederhana (Simple random sampling). Dikatakan simple atau
sederhana sebab pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak, tanpa
memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel
jenis ini dilakukan jika anggota populasi yang kecil dan dianggap homogen. Cara paling
populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel random sederhana adalah dengan
melalui undian. Hasil penelitian memiliki tingkat generalisasi yang tinggi namun tidak
seefisien stratified sampling, sampling sistematic (Sistematic sampling). Hampir sama
dengan random sampling, hanya saja sistematis memilih angka random dari tabel. Prosedur
ini berupa penarikan sampel dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang ke
sekian dari daftar populasi. Sampling jenis ini mudah untuk digunakan bila sampel frame
populasinya baik. Kelemahannya terjadi bias cukup tinggi, sampling secara rambang
proporsional (Proportionate stratified random sampling). Salah satu teknik yang digunakan
jika populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen serta berstrata secara
proporsional. Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan secara undian maupun
sistematis. Populasi harus diartikan sesuai segmennya, proporsional diambil dari anggota
populasi yang sebenarnya Populasi diambil dari anggota populasi lainnya, dan sampling
secara kluster (Cluster sampling). Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik
populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang
amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok
klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sampel semacam ini disebut
cluster sampling atau multi-stage sampling. Teknik sampling ini dipakai untuk menentukan
sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, seperti misalnya
penduduk dari suatu negara, provinsi atau dari suatu kabupaten. Teknik sampling secara
non-probabilitas (Non Probability Sampling).
Menurut Kuntjojo (2009), teknik sampling non-probabilitas adalah teknik
pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut
pertimbangan pakar. Sampling ini adalah teknik yang tidak memberikan
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Adapun jenis-jenis teknik sampling secara non-probabilitas adalah sebagai berikut
sampling sistematis yaitu suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut. Sampling kuota. Teknik untuk menentukan sampel
yang berasal dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang
diinginkan. Seperti misalnya, jumlah sampel laki-laki sebanyak 70 orang maka sampel
perempuan juga sebanyak 70 orang. Sampling aksidental. Suatu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat dipakai sebagai sampel, jika dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok untuk
dijadikan sebagai sumber data. Purposive Sampling. Suatu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu atau seleksi khusus. Seperti misalnya misalnya, kamu meneliti
kriminalitas di Kota atau daerah tertentu, maka kamu mengambil informan yaitu Kapolresta
kota atau daerah tersebut, seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal yang ada di
kota tersebut. Sampling Jenuh. Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil
atau sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang relatif kecil. Sampling Snowball. Teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil atau sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel
berdasarkan penelusuran dari sampel yang sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian
mengenai kasus korupsi bahwa sumber informan pertama mengarah kepada informan
kedua lalu informan seterusnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi industri kecil kopi bubuk Harum Manis terdiri dari
faktor eksternal dan internal, faktor eksternal diantaranya adalah konsumen yang
menyukai minum kopi bubuk dan ukuran yang dibeli adalah 250 gram dengan interval
pembelian setiap 7 hari sekali dipasar tradisional bersamaan dengan belanja kebutuhan
dapur, kebiasaan konsumen mengkonsumsi kopi pada pagi dan sore hari. Kopi bubuk
Harum Manis memiliki banyak pesaing dengan pesaing utamanya adalah kopi bubuk
1001. Sedangkan faktor internalnya adalah kopi bubuk Harum Manis memiliki harga
yang lebih rendah, mutu bahan baku yang kurang baik, sumber keuangan dan sumber
daya manusa yang terbatas, wilayah pemasaran serta saluran distribusi yang pendek,
rendahnya kualitas kopi disbanding produk pesaing dan merek kemasannya yang
monoton.
2. Perencanaan strategis bagi kopi bubuk Harum Manis ke depan berdasarkan bauran
pemasarannya yaitu:
a. Strategi Produk
Meningkatkan jaringan pasar kopi bubuk ukuran 250 gram dengan cara
membuka saluran distribusi baru untuk kopi bubuk ukuran 250 gram di warung
atau took-toko sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. Memperbaiki
mutu bahan baku bekerjasama dengan petani kopi sehingga selain mendapatkan
mutu kopi biji pilihan juga menjamin ketersediaan bahan baku ketika sulit
didapatkan dan memperbaiki mutu rasa kopi serta kemasannya.
b. Strategi Harga
Mempertahankan harga agar tetap berada dibawah produk pesaing sehingga
dapat terjangkau oleh konsumen.
c. Strategi Distribusi
Distribusikan produk secara selektif sehingga dapat meningkatkan laba dengan
memilih perantara yang dianggap baik dan mampu melakukan penjualan produk.
d. Strategi Pemasaran
Radio local yaitu radio Flamboyan dijadikan sebagai media untuk melakukan
pengiklanan, serta melakukan promosi untuk memberikan citra yang positif
dengan memberikan tester produk kepada calon konsumen.
3. Titik impas industry kecil Harum Manis adalah 336,7 kg senilai Rp. 3.359.558,35,-.
Pada kondisi ini industry kecil kopi bubuk Harum Manis tidak memperoleh laba
ataupun menderita kerugian.
4.2 Saran
1. Agar konsumen memiliki informasi mengenai kopi bubuk Harum Manis, maka suatu hal
yang biajk jika Harum Manis memperbaiki mutu dan kemasannya kemudian
mendistribusikan produknya di warung atau toko di kota Bengkulu serta melakukan
promosi dengan mengiklankan produknya.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut yang mengupas lebih dalam mengenai perencanaan
strategi pemasaran ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta:
Rineka Cipta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2014–2016,
Kopi.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia n.d., Penurunan Produksi Pengaruhi Ekspor
Kopi Indonesia, yang diakses pada tanggal tanggal 17 April 2017,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/2918/Penurunan-Produksi-
Pengaruhi-Ekspor-Kopi-Indonesia
Kuntjojo. 2009. Metodologi Penelitian. Materi Diklat pada Universitas Nusantara PGRI
Kediri : tidak diterbitkan.
Lubis, S.L. 2001. Strategi Pemasaran Bubuk Kopi Citra Raflesia di Kota Bengkulu. Skripsi
Fakultas Pertanian. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
LAPORAN PRAKTIKUM METODOLOGI PENELITIAN
“PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK HARUM
MANIS DI KOTA BENGKULU’’

Disusun Oleh :

Nama : Ira Rizki Artasari


NPM : E1G019064
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Anggota Kelompok : 1. Sofia Hendayani ( E1G019020)
2. Lia Nursiyanti Tumager ( E1G019024 )
3. Soni Pernanda ( E1G019060 )
4. Rismon Raja Guk guk ( E1G019044 )
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 Desember 2021
Dosen : 1. Ir. Laili Susanti, M.Si.
2. Ir. Lukman Hidayat, M.P.
Ko-Ass : Sefri Oktaviani, S.TP.
Objek praktikum : CARA MENDAPATKAN/MENGHASILKAN DATA

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interview berisi pertanyaan-pertanyaan bersifat terbuka yang diminta oleh
pewawancara terhadap responden. Kuesioner memberikan informasi berdasarkan fakta
kepada responden. Interview memberikan informasi analitik. Kuesioner lebih terstruktur
(urutan pertanyaannya terstruktur). Menurut Sugiyono (2017,194) wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melaksanakan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti, dan apabila peneliti juga ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah dari responden tersebut
sedikit. Menurut Sekaran (2006,82) Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang
telahdibuat sebelumnya yang akan dijawab oleh responden, dan biasanya dalam alterantif
yang didefinisikan dengan jelas. Pada penelitian ini kuesioner diberikan kepada konsumen
kopi untuk mengetahui metode pemberian kompensasi, mengetahui apakah terdapat
ketidakadilan dalam pemberian kompensasi dan mengetahui hal lainnya untuk melakukan
analisis jabatan.
Dalam hal ini melakukan penelitian di kopi bubuk Harum Manis kota Bengkulu. Saat
ini, Indonesia merupakan produsen dan juga sekaligus konsumen penting komoditas kopi.
Sebagai produsen, Indonesia menempati urutan keempat setelah Brasil, Vietnam dan
Kolombia, dan sebagai konsumen berada dalam urutan ketujuh (ICO, 2017). Bagi masyarakat
Indonesia pada umumnya, minum kopi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
terutama bagi orang-orang tua dan sekarang juga anak-anak muda dan remaja (Kementrian
Perindustrian, 2017). Provinsi Bengkulu merupakan provinsi ke 4 di Sumatera dengan jumlah
produksi kopi terbanyak, dengan luas lahan 75.922 Ha dengan total produksi 56.556 ton. Kopi
Robusta merupakan kopi yang paling banyak dihasilkan yaitu sebesar 54.921 ton dan 1.635
ton adalah kopi Arabika (Direktorat Jendral Perkebunan, 2016). Demikian pesatnya
perkembangan produksi kopi di Indonesia sudah tentu ditunjang penuh oleh usaha dan
industri rumah tangga penghasil kopi. Strata industri kopi dalam negeri sangat beragam,
dimulai dari unit usaha berskala home industry hingga industri kopi berskala multinasional
(Oka, 2012). Salah satunya adalah usaha pengolahan kopi bubuk pada kopi bubuk Harum
manis di kota Bengkulu.
Kopi bubuk harum manis merupakan salah satu industri kecil kopi di kota Bengkulu.
Namun kopi bubuk harum manis memiliki kelemahan dalam pengelolaan usaha dimana
meliputi faktor internal dan eksternal. Kopi bubuk Harum Manis tidak memiliki perencanaan
jangka panjang, serta juga kekurangan informasi bisnis lemah promosi, pembagian kerja yang
tidak proporsional dan sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik. Untuk itu,
melalui perencanaan strategi pemasaran Harum Manis diharapkan dapat bereaksi positif
terhadap faktor internal dan eksternal dalam memasarkan produk yang pada gilirannya dapat
meningkatkan laba. Oleh karena itu, penelitian mengenai “Perencanaan Strategi Pemasaran
Kopi Bubuk Harum Manis di Kota Bengkulu’’ perlu dilakukan karena prospek
pengembangan industri kopi bubuk di kota Bengkulu cukup bagus sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah dari produk kopi bubuk serta juga mampu menciptakan lapangan
kerja dan dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat.

1.2 Tujuan
1. Menunjukkan faktor-daktor yang berpengaruh terhadap industri kecil pengolahan kopi
bubuk Harum Manis dalam memasarkan produknya.
2. Menyusun suatu strategi perencanaan pemasaran kopi bubuk Harum Manis dalam
mengatasi permintaan pasar dan persaingan.
3. Mengetahui batas titik impas produksi kopi bubuk Harum Manis.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di industry kecil kopi bubuk Harum Manis kota Bengkulu
pada bulan Februari 2003, pemilihan lokasi dilakukan secara sengaha (purposive) dengan
pertimbangan bahwa konsumen terbesar kopi bubuk Harum Manis lebih banyak di kota
Bengkulu yaitu daerah pasar Panorama dan pasar Minggu.
2.2 Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli kopi bubuk Harum
Manis. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode aksidental sampling
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebgai
sampel, bila dipandnag orang yang ditemui tersebut cocok menjadi sumber data Sugiyono
(1999) dalam Lubis (2001). Ukuran pengambilan sampel dilakukan dengan formula sebagai
berikut:
n = Z2 (p(1-p))
(MOE)
n = Ukuran sample
Z = Tk. Kepastian 95% dengan Z= 1,96
P = Peluang=0,5
MOE = Standar error 10%
n = (1,96)2 (0,5(1-0,5))
(0,1)2
n = 0,9604
0,01
n = 96,04 dibulatkan menjadi 100
2.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer dapat diperoleh dengan teknik wawancara dan pengamatan langsung ke
perusahaan dan konsumen. Data perusahaan diperoleh dengan cara wawancara langsung
dengan pihak perusahaan, sedangkan data dari konsumen diperoleh dengan menggunakan
kuisioner yang diadopsi dari kuisioner UAI Survey (Usage, Attitude, Image) oleh Roberto
(1990) dalam Lubis (2001). UAI Survey kuis merupakan seperangkat pertanyaan yang
disampaikan kepada responden untuk dijawab UAI survey menncakup:
1. Opini tentang kesadaran (awareness): pada tahap ini masyarakat telah mendengar
tentang produk tersebut tetapi belum mendapat informasi yang cukup untuk
mengambil keputusan pembelian.
2. Opini tentang minat (interest): pelanggan yang mampu cukup tertarik memiliki produk
tersebut.
3. Percobaan (experience) yang terdiri dari:
a. Percobaan: pelanggan mengambil keputusan untuk mencoba produk tersebut.
b. Penyerapan/ pemakaian: pelanggan menggunakan produk tersebut secara teratur.
c. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan metode lain yang mendukung
analisis perencanaan seperti data produksi dan berbagai literature yang
berhubungan dengan penelitian ini.
2.4 Analisis Data
2.4.1 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threats)
Analisis SWOT merupakan alat yang penting untuk membantu para manajer
mengembangkan empat tipe strategi melalui sebuah matriks SWOT. Untuk menyusun
matriks swot, perlu diketahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal clan faktor strategi
internal. Selanjutnya kekuatan dan kelemahan yang diperoleh dari faktor internal
digabungkan dengan peluang dan ancaman dari faktor ekstemal ke dalam matriks
SWOT. Ada 8 tahap menentukan strategi yang dibangun melalui matriks SWOT Umar
(2001 ). Tahapan tersebut adalah :
1. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan.
2. Membuat daftar ancaman ekstemal perusahaan.
3. Membuat daftar kekuatan internal perusahaan.
4. Membuat daftar kelemahan internal perusahaan.
5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal clan peluang-peluang eksternal clan
catat hasilnya clalam sel strategi SO.
6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal clan peluang-peluang eksternal
dan catat hasilnya clalam sel strategi WO.
7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal clan ancaman-ancaman eksternal clan
catat hasilnya clalam sel strategi ST.
8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal clan ancaman-ancaman ekstenal
dan catat hasilnya clalam sel strategi WT.
2.4.2 Analisis Titik Impas
Menghitung analisis titik impas dapat dilakukan jika sudah diketahui jumlah total
biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga jual per unit. Perhitungan yang dilakukan
adalah atas dasar unit produksi dan dalam satuan rupiah. Perhitungan titik impas yang
dilakukan atas dasar unit produksi menurut Sigit (1990). Dihitung berdasarkan rumus berikut
:
Titik impas (unit) = Biaya Tetap
Harga JuaVunit-B. Variabel/unit
Untuk melakukan perhitungan titik impas dalam satuan rupiah adalah sebagai
berikut :

Titik impas (rupiah) = Biaya Tetap

1-B. VariabeVPenjualan

BAB III
PEMBAHASAN
Penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket
(Kuesioner). Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dapat diberikan
secara langsung atau melalui pos atau internet. Jenis angket ada dua, yaitu tertutup dan
terbuka. Kuesioner yang digunakan dalam hal ini adalah kuesioner tertutup yakni kuesioner
yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih dan menjawab
secara langsung (Sugiyono, 2008: 142). Kuesioner ini ditujukan kepada konsumen kopi
bubuk untuk mengetahui persepsi responden tentang kopi bubuk Harum Manis. Selain itu
dengan metode wawancara Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer), pelengkap
teknik pengumpulan lainnya, menguji hasil pengumpulan data lainnya (Usman dan Akbar,
2008: 55). Wawancara ini ditujukan kepada konsumen kopi bubuk Harum Manis sebagai
pendukung metode kuesioner dalam pengumpulkan data, apabila metode kuesioner kurang
mendalam sehingga dengan metode wawancara akan memperoleh informasi lebih mendalam
dari informan tentang variabel ambiguitas peran serta variabel kinerja karyawan.
Keterangan Angka dan kesesuaian Angka terhadap Pernyataan Anda adalah sebagai
berikut :
Pernyataan Kepuasaan Pernyataan Kepentingan
1 = sangat tidak puas 1 = sangat tidak penting

2 = tidak puas 2 = tidak penting

3 = cukup puas 3 = cukup penting


Karakteristik responden
Berilah tanda cek list pada satu pilihan jawaban

Identitas Responden
1. Nama
2 Tempat,Tanggal lahir
3 Jenis Kelamin
4 Alamat/No kontak
5 Pendidikan Terakhir
6 Pekerjaan
7 Penghasilan (bagi yang telah bekerja)/pengeluaran

8 Manakah frekuensi pembelian yang sering dilakukan


a. Dalam seminggu a. Tidak pernah
b. 1-2 kali
c. 3-4 kali
d. >4 kali
b. Dalam 1 bulan a. Tidak pernah
b. 1-2 kali
c. 3-4 kali
d. >4 kali

9. Apa tujuan anda membeli dan porsi kegiatannya


a. Konsumsi rumah tangga :
b. Sebagai oleh-oleh :
c. Lainnya (sebutkan) :

Pernyataan hubungan dengan Apresiasi responden


produk kopi bubuk harum manis Kepentingan Kepuasan
saat ini

1 2 3 1 2 3

1. Rasa kopi bubuk yang khas


2. Aroma kopi bubuk yang
khas
3. Warna yang khas
4. Tekstur yang khas
5. Variasi bentuk dan ukuran

produk kopi bubuk


6. harum
Harga manis
terjangkau
7. Desain kemasan yang

Sedangkan untuk dari metode wawancara didapat data meliputi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi mutu bahan baku jelek, sumber keuangan yang tidak
mendukung, mesin atau teknologi dan SDM yang terbatas, saluran distribusi terbatas, rendah
kualitas kopi bubuk dibandingkan produk pesaing, merek kemasan monoton dan harga
terjangkau. Sedangkan faktor eksternal meliputi mayoritas responden suka minum kopi
(100%), responden menyukai minum kopi jenis kopi bubuk (97%), responden memilih kopi
bubuk ukuran 250 gram (62%), responden minum kopi saat pagi dan sore hari (67%), radio
sebagai media untuk melakukan pengiklanan (89%), pasar tradisional sebagai tempat bagi
responden membeli kopi bubuk (58%), responden membeli kopi bubuk setiap 7 hari sekali
(64%), responden membeli kopi bubuk bersamaan dengan belanja kebutuhan dapur (89%),
banyaknya pesaing (63%), kopi bubuk 1001 sebagai pesaing utama (41%), Harum Manis
bukan merek kopi bubuk yang pertama kali diminum (86%), dan dalam 6 bulan terakhir tidak
ada iklan kopi bubuk Harum Manis.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi industri kecil kopi bubuk Harum Manis terdiri dari
faktor eksternal dan internal, faktor eksternal diantaranya adalah konsumen yang
menyukai minum kopi bubuk dan ukuran yang dibeli adalah 250 gram dengan interval
pembelian setiap 7 hari sekali dipasar tradisional bersamaan dengan belanja kebutuhan
dapur, kebiasaan konsumen mengkonsumsi kopi pada pagi dan sore hari. Kopi bubuk
Harum Manis memiliki banyak pesaing dengan pesaing utamanya adalah kopi bubuk
1001. Sedangkan faktor internalnya adalah kopi bubuk Harum Manis memiliki harga
yang lebih rendah, mutu bahan baku yang kurang baik, sumber keuangan dan sumber
daya manusa yang terbatas, wilayah pemasaran serta saluran distribusi yang pendek,
rendahnya kualitas kopi disbanding produk pesaing dan merek kemasannya yang
monoton.
2. Perencanaan strategis bagi kopi bubuk Harum Manis ke depan berdasarkan bauran
pemasarannya yaitu:
a. Strategi Produk
Meningkatkan jaringan pasar kopi bubuk ukuran 250 gram dengan cara
membuka saluran distribusi baru untuk kopi bubuk ukuran 250 gram di warung
atau toko-toko sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. Memperbaiki
mutu bahan baku bekerjasama dengan petani kopi sehingga selain mendapatkan
mutu kopi biji pilihan juga menjamin ketersediaan bahan baku ketika sulit
didapatkan dan memperbaiki mutu rasa kopi serta kemasannya.
b. Strategi Harga
Mempertahankan harga agar tetap berada dibawah produk pesaing sehingga
dapat terjangkau oleh konsumen.
c. Strategi Distribusi
Distribusikan produk secara selektif sehingga dapat meningkatkan laba dengan
memilih perantara yang dianggap baik dan mampu melakukan penjualan produk.
d. Strategi Pemasaran
Radio local yaitu radio Flamboyan dijadikan sebagai media untuk melakukan
pengiklanan, serta melakukan promosi untuk memberikan citra yang positif
dengan memberikan tester produk kepada calon konsumen.
3. Titik impas industry kecil Harum Manis adalah 336,7 kg senilai Rp. 3.359.558,35,-.
Pada kondisi ini industry kecil kopi bubuk Harum Manis tidak memperoleh laba
ataupun menderita kerugian.
4.2 Saran
1. Agar konsumen memiliki informasi mengenai kopi bubuk Harum Manis, maka suatu
hal yang biajk jika Harum Manis memperbaiki mutu dan kemasannya kemudian
mendistribusikan produknya di warung atau toko di kota Bengkulu serta melakukan
promosi dengan mengiklankan produknya.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut yang mengupas lebih dalam mengenai perencanaan
strategi pemasaran ini.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, P.S., & Usman. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Direktorat Jenderal Perkebunan.2015. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2014–2016,
Kopi.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia n.d., Penurunan Produksi
Pengaruhi Ekspor Kopi Indonesia, diakses pada 17 April 2017,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/2918/Penurunan-Produksi-
Pengaruhi-Ekspor-Kopi-Indonesia
Lubis, S.L. 2001. Strategi Pemasaran Bubuk Kopi Citra Raflesia di Kota Bengkulu. Skripsi
Fakultas Pertanian. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Uma Sekaran, 2006. Metode Penelitiaan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai