Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TEKNOLOGI PENGEMASAN

” EVALUASI LABELING DAN KEMASAN PRODUK


PANGAN’’

Disusun Oleh:

Nama : Ira Rizki Artasari


NPM : E1G019064
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Shift : Selasa, 12.00-14.00
Dosen : 1. Ir. Wuri Marsigit, M. AppSc.
2. Ir. Hasanuddin, M.Sc.
Ko-Ass : Gezandra (E1G018088)

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, makin berkembangnya zaman, makin berkembang pula
keberagaman pangan yang beredar, begitu pula di Indonesia. Banyaknya pangan
yang beredar di masyarakat tanpa mengindahkan ketentuan tentang pencantuman
label dinilai sudah meresahkan konsumen. Perdagangan pangan yang kadaluarsa,
pemakaian bahan pewarna yang tidak diperuntukan bagi pangan atau perbuatan-
perbuatan lain yang akibatnya sangat merugikan masyarakat, bahkan dapat
mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, terutama bagi anak-anak
yang umumnya tertarik pada iklan-iklan dan label-label menarik dari makanan.
Label makanan merupakan tanda berupa tulisan, gambar, kombinasi keduanya
atau bentuk pernyatan lain yang disertakan pada wadah atau pembungkus
makanan, ditempelkan pada produk sebagai keterangan atau penjelasan tentang
makanan dan sebagai petunjuk keamanan makanan tersebut. Labeling dan
packaging yang secara langsung menjadi penampilan produk merupakan
indentitas produk tersebut sehingga pengelolaan penampilan menjadi salah satu
aspek penting yang harus diperhatikan oleh pelaku industri rumah tangga, karena
lima detik pandangan pertama sangat menentukan pilihan para konsumen di
pasaran. Produk pangan yang dikemas wajib mencantumkan keterangan. Label
makanan harus mencantumkan nilai gizi makanan yang diperkaya, seperti protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Tulisan pada label makanan juga
seharusnya mengikuti kaidah serta peraturan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan
peraturan yang berlaku, label harus dapat memberikan informasi yang tidak
menyesatkan mengenai sifat, bahan kandungan, asal, daya tahan dan lain-lain.
Dalam satu macam makanan ataupun minuman kita bisa dihadapkan
dengan beberapa pilihan dari perusahan pemproduksi yang berbeda. Mereka
berlomba-lomba untuk membuat inovasi-inovasi baru dalam produknya yang bisa
kita lihat dari label yang tertera pada produk tersebut. Hal ini membuat para
konsumen harus mengetahui perbedaan-perbedaan kandungan setiap produk,
keunggulannya dan apa manfaat atau nilai lebih yang akan didapat konsumen.
Maka dari itu, adanya label pangan tertera informasi yang dibutuhkan konsumen
ketika ingin membeli suatu produk pangan. Pada label pangan, terdapat klaim
kesehatan, klaim gizi dan juga informasi nilai gizi/nutrition.
Jumlah penduduk Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya dan
akan memicu konsumsi masyarakat yang semakin tinggi. Hal tersebut akan
mendorong Indonesia untuk melakukan impor barang konsumsi guna memenuhi
kebutuhan konsumsi masyarakatnya. Produk barang konsumsi di Indonesia
terbagi menjadi dua jenis yaitu produk lokal dan produk impor (Fitria,
2016). Produk pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan pangan. Praktek pelabelan kemasan pangan yang
baik menjadi hal yang sangat penting, karena label merupakan sarana komunikasi
antara konsumen dan produk. Untuk itu, dilakukan praktikum dengan judul”
Evaluasi Labelling dan Kemasan Produk Pangan”, agar dapat menganalisis dan
mengetahui kelengkapan label pada suatu produk pangan supaya dapat melihat
produk pangan tersebut sudah memenuhi peraturan perundang-undangan
mengenai kemasan.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami peraturan perundangan yang
berlaku terkait fungsi label pada kemasan.
2. Mahasiswa mampu menganalisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jumlah penduduk Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya dan
akan memicukonsumsi masyarakat yang semakin tinggi. Hal tersebut akan
mendorong Indonesia untuk melakukan impor barang konsumsi guna memenuhi
kebutuhan konsumsi masyarakatnya. Produk barang konsumsi di Indonesia
terbagi menjadi dua jenis yaitu produk lokal dan produk impor (Fitria, 2016).
Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk
dengan kemasan) kemasan primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan
pangan (kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe). Kemasan sekunder, yaitu
kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti
misalnya kotak karton wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan
yang dibungkus, keranjang tempe, dan sebagainya. Kemasan tersier dan kuartener,
yaitu apabila masih diperlukan lagi pengemasan setelah kemasan primer, sekunder
dan tersier. Umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan. Suatu
produk yang sama jika dikemas dalam kemasan dengan desain label berbeda
sangat dimungkinkan daya jualnya juga berbeda (Elisabeth, 2017).
Labeling dan packaging yang secara langsung menjadi penampilan produk
merupakan indentitas produk tersebut sehingga pengelolaan penampilan menjadi
salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh pelaku industri rumah
tangga, karena lima detik pandangan pertama sangat menentukan pilihan para
konsumen di pasaran (Mohammad Liwa, 2016).
Berdasarkan undang-undang RI No.7 tahun 1996 tentang pangan yang
dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan
pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada atau merupakan bagian
kemasan pangan. Pada bab IV pasal 30-35 dari undang-undang ini diatur hal-hal
yang berkaitan dengan pelabelan dan periklanan bahan pangan. Tujuan pelabelan
pada kemasan, antara lain memberi informasi tentang isi produk yang diberi label
tanpa harus membuka kemasan. Sebagai sarana komunikasi antara produsen dan
konsumen tentang hal-hal dari produk yang perlu diketahui oleh konsumen,
terutama yang kasat mata atau yang tidak diketahui secara fisik. Memberi
petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang
optimum. Sarana periklanan bagi konsumen, memberi rasa aman bagi konsumen (
Mufreni, 2016).
Informasi yang diberikan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen.
Pada label kemasan khususnya untuk makanan dan minuman sekurang-kurangnya
dicantumkan hal-hal berikut (undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang
pangan), pertama yaitu nama produk, disamping nama bahan pangannya, nama
dagang juga dapat dicantumkan dalam bahasa inggris bila perlu. Produk dari luar
negeri boleh dalam bahasa inggris atau bahasa indonesia. Kedua, daftar bahan
yang digunakan ingredien penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan
yang digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulai dari yang
terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. Beberapa perkecualiannya adalah
untuk komposisi yang diketahui secara umum atau makanan dengan luas
permukaan tidak lebih dari 100 cm2, maka ingredient tidak perlu dicantumkan.
Ketiga berat bersih atau isi bersih, berat bersih dinyatahkan dalam satuan metrik.
Untuk makanan padat dinyatahkan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair
dengan satuan volume. Untuk makanan padat dalam cairan dinyatahkan dalam
bobot tuntas. Keempat, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah indonesia label harus mencantumkan
nama dan alamat pabrik pembuat/pengepak/importir. Untuk makanan impor harus
dilengkapi dengan kode negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila
sudah tercantum dalam buku telpon (Indraswati, 2017).
Mengingat terbatasnya kemampuan konsumen dalam meneliti kebenaran
isi label halaltersebut, maka negara menggunakan berbagai perangkat hukum dan
kelembagaannya untukmengatur tentang proses labelisasi halal pada produk
pangan dalam kemasan. Salah satunyayang tercantum pada Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, bahwa pemerintah
mewajibkan produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan diwilayah
Indonesia bersertifikat halal. Bagi pengusaha yang ingin mendapatkan izin
melakukan labeling halal atas produknya, sekarang ini pemerintah membuat suatu
mekanisme tertentu. Berdasarkan undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal, undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan,
undang-undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dan
Keputusan Menteri Agama Nomor 518 Tahun 2001 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal (Revin dkk, 2017).
Adanya peraturan tentang pangan, akan selalu berkaitan dengan
perlindungan pada konsumen agar konsumen bisa mengkonsumsi produk
makanan impor dengan nyaman danaman, peraturan perlindungan tersebut tentang
tujuan penggunaan pada label (Anna, 2013).
Produk impor yang masuk ke Surabaya tidak semuanya memiliki label
halal resmi dari LPPOM-MUI. Pada tahun 2017 BPOM telah menangani perkara
obat dan makanan ilegal yang masuk ke Surabaya, terdapat 20 perkara
pelanggaran dan telah masuk ke tahap pemberkasan. Dari semua produk yang
telah diamankan sekitar 2.069 item obat dan makananilegal yang berjumlah
1.216.610 kemasan. Makanan kemasan dan obat yang telah dimusnakan
didominasi dengan dengan pangan tidak layak edar atau diragukan kehalalannya
(Yunitasari, 2019).
Mengkonsumsi makanan halal merupakan bentuk keyakinan dalam
masyarakat yang beragama islam dan telah terjamin oleh perundangan khususnya
tentang perlindungan konsumen Nomor 8 tahun 1999 dan mengkonsumsi produk
halal itu telah menjadi kewajiban bagi setiap umat muslim. Dalam memenuhi
kebutuhan pangan dan perubahan perilaku konsumen bisa terjadi dikarenakan
semakin majunya pola hidup masyarakat yang menjadi konsumtif yang ingin
serba cepat dan mudah, dan semakin banyaknya makanan impor yang memiliki
daya tarik lebih terhadap konsumen di Indonesia, hal ini dikarenakan tingginya
kebutuhan dan minat beli masyarakat (Hasan, 2014).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
1. Gelas ukur
2. Timbangan
3. Cheklist evaluasi label produk pangan
3.1.2 Bahan
Beberapa contoh kemasan produk pangan dalam kemasan

3.2 Prosedur kerja


1. Menyiapkan beberapa contoh produk pangan baik produk lokal, nasional
maupun internasional (jika ada).
2. Menjelaskan bahan (kertas, plastik, kaca dan lain – lain) dan jenis
pengemas (primer, sekunder, tersier dsb) yang digunakan dan cara
pengemasannya.
3. Memeriksa apakah ada produk kemasan yang cacat (robek, penyok, bocor
dsb).
4. Mengamati dan mencatat dengan daftar checlist persyaratan labeling, lalu
mediskusikan temuan yang didapati 5 untuk mengetahui isi netto timbang
berat atau volume produk dengan mengunakan timbangan atau gelas ukur.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Parameter Jenis Produk
Pengamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kondisi Baik Baik Penyo Baik Baik Baik Baik Baik Baik
kemasan k
Kelengkapan
label
 Nama         
produk Bon
Teh Kec Cabe keri Qtel Ice Siru Kec Fant
Sari ap pik a blac p ap a
Mur mani Pisa k Kala asin
ni s ng man
si
 Alamat         
produksi
 Merk         

 Halal         

 Tanggal         
Kadalua
rsa
 Netto         

 Kompos         
isi
 Izin       Izin  
BPOM pem
erint
ah
daer
ah
 Bahasa      
asing
 Kode        
produksi
Kesesuaian isi
dengan label
 netto 10,8 520 45 150 60 108 500 610 250
gra ml gram gra gra gra ml ml ml
m m m m
 isi         

Disain Kemasan
Catatan selama Praktikum:
Selama praktikum didapat kemasan yang penyok itu kemasan boncabe.
Yang dikemas dengan plastik itu ada sari murni dengan kemasan sachet, kecap
manis kemasan, keripik pisang kemasan, qtela, ice black, sedangkan plastik yang
dikemas dengan bottling itu ada bon cabe, sirup kalamansi, fanta. Lalu, kemasan
dengan jenis kaca yang dikemas dengan bottling itu ada kecap asin mikado.
Semua jenis kemasan prduknya merupakan kemasan primer.
BAB V
PEMBAHASAN
Label makanan merupakan tanda berupa tulisan, gambar, kombinasi
keduanya atau bentuk pernyatan lain yang disertakan pada wadah atau
pembungkus makanan, ditempelkan pada produk sebagai keterangan atau
penjelasan tentang makanan dan sebagai petunjuk keamanan makanan tersebut.
Labeling dan packaging yang secara langsung menjadi penampilan produk
merupakan indentitas produk tersebut sehingga pengelolaan penampilan menjadi
salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh pelaku industri rumah
tangga, karena lima detik pandangan pertama sangat menentukan pilihan para
konsumen di pasaran. Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum evaluasi
labeling dan kemasan produk pangan, sample produk pangan yang diambil untuk
praktikum ini yaitu ada sari murni, kecap manis indofood, bon cabe, keripik
pisang, qtela, ice black, sirup kalamansi, kecap asin mikado, dan fanta.
Kondisi kemasan produk pangan semuanya baik kecuali bon cabe yang
sedikit penyok dari awal dibeli. Kemasan semua produk pangan semuanya
menggunakan kemasan plastik yang sebagian kemasan dilapisi aluminium foil,
kecuali kecap asin yang menggunakan kemasan kaca dalam bentuk gelas, dan
semuanya merupakan kemasan primer yang mana hanya untuk melindungi pangan
didalamnya sedangkan ice black merupakan kemasan sekunder yang digunakan
untuk melindungi kemasan lain didalamnya dan mempermudah serta menghemat
dalam penyimpanan dan pengangkutan. Kemasan pangan dalam bentuk botol itu
adalah sirup kalamansi, bon cabe, kecap asin dan fanta sisanya tidak dalam bentuk
botol. Masing-masing produk tersebut menggunakan kemasan plasticcup, botol
gelas dan botol plastik dengan pengemasannya menggunakan plastic sealer dan
bottling. Pada semua produk pangan yang diamati semuanya telah memiliki label
yang meiputi nama produk, alamat produksi, merk, halal, tanggal kadaluarsa,
netto, komposisi dan izin BPOM. Untuk yang sirup kalamansi ini merupakan
produk lokal yang izin perdagangannya baru dari pemerintah daerah setempat
sehingga belum terdapat kode produksi dan bahasa asing, untuk keripik pisang ini
juga tidak ada bahasa asing karena merupakan produk lokal. Lalu, kecap manis
dari indofood juga tidak meletakkan bahasa asing.
Dari pengamatan yang dilakukan semua produk sudah baik hanya saja
sebagian ada yang labelingnya belum ada karena merupakan produk lokal. Hal ini
Sesuai dengan yang dinyatahkan oleh Indraswati 2017 yang menyatahkan
bahwa informasi yang diberikan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen.
Pada label kemasan khususnya untuk makanan dan minuman sekurang-kurangnya
dicantumkan hal-hal berikut (undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang
pangan), pertama yaitu nama produk, disamping nama bahan pangannya, nama
dagang juga dapat dicantumkan dalam bahasa inggris bila perlu. Produk dari luar
negeri boleh dalam bahasa inggris atau bahasa indonesia. Kedua, daftar bahan
yang digunakan ingredien penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan
yang digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulai dari yang
terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. Beberapa perkecualiannya adalah
untuk komposisi yang diketahui secara umum atau makanan dengan luas
permukaan tidak lebih dari 100 cm2, maka ingredient tidak perlu dicantumkan.
Ketiga berat bersih atau isi bersih, berat bersih dinyatahkan dalam satuan metrik.
Untuk makanan padat dinyatahkan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair
dengan satuan volume. Untuk makanan padat dalam cairan dinyatahkan dalam
bobot tuntas. Keempat, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah indonesia label harus mencantumkan
nama dan alamat pabrik pembuat/pengepak/importir. Untuk makanan impor harus
dilengkapi dengan kode negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila
sudah tercantum dalam buku telpon. Berdasarkan pernyataan tersebut semua
produk pangan tersebut sudah mencantum semua labeling tersebut sehingga sudah
dapat dikatakan baik.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Adanya perundangan yang berlaku, dapat dilihat apakah label yang
terdapat kemasan sesuai dengan peraturan tersebut. Sehingga konsumen
tidak perlu takut untuk mengonsumsi produk pangan tersebut. Fungsi label
itu sendiri dalam kemasan produk pangan yaitu dapat memberikan suatu
manfaat bagi para konsumen, karena dengan adanya label dalam kemasan
tersebut menjadi tau tentang parameter-parameter kelengkapan label
seperti tanggal kadaluarsa, komposisi, halal, dan lainnya.
2. Pemahaman analsisis dimana dapat menganalisis labeling dalam kemasan
yaitu dengan mengamati labeling yang ada dalam kemasan produk pangan
itu sendiri serta mengetahui kelengkapan label produk tersebut.
6.2 Saran
Setiap praktikan sebaiknya lebih memperhatikan lagi dan mengamati
dengan baik video yang telah dishare serta memahami materi agar dapat
menjalankan praktikum online dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Chotim M, Subhan M. 2014. Evaluasi Penulisan Label Pangan yang tidak
Lengkap dan Iklan Pangan Menyesatkan pada Industri Rumah Tangga
Pangan di Kabupaten Temanggung tahun 2013. J Riset Manajemen 1, 78-
92.
Fitria, N. D. 2016. Pengaruh Label Halal dan Aspek Religiusitas Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Makanan Olahan Impor. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Hasan, K. S. 2014. Kepastian Hukum Sertifikasi dan Labelisasi Halal Produk
Pangan. Universitas Brawijaya: Dinamika Hukum.
Indraswati. 2017. Pengemasan Makanan. Ponorogo: Forum Kesehatan Ilmiah.

Irrubai, Mohammad Liwa. 2016. Strategi Labeling, Packaging, dan Marketing


Produk Hasil Industri Rumah Tangga. Social Science Education Journal
Vol 3 No. 1.
Revin. 2017. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Adanya Pemalsuan
Labelisasi Halal Pada Produk Pangan Impor. Diponogoro Law Journal.
Yunitasari, Vivi. 2019. Pengaruh Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk
Makanan Impor Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya. Jurnal Mahasiswa UNESA. Vol 2(1), 49-57.
LAPORAN SEMENTARA

Nama: Ira Rizki Artasari


NPM: E1G019064
SHIFT: Selasa/18 Mei 2021

Parameter Jenis Produk


Pengamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kondisi Baik Baik Penyo Baik Baik Baik Baik Baik Baik
kemasan k
Kelengkapan
label
 Nama         
produk Bon
Teh Kec Cabe keri Qtel Ice Siru Kec Fant
Sari ap pik a blac p ap a
Mur mani Pisa k Kala asin
ni s ng man
si
 Alamat         
produksi
 Merk         

 Halal         

 Tanggal         
Kadalua
rsa
 Netto         

 Kompos         
isi
 Izin       Izin  
BPOM pem
erint
ah
daer
ah
 Bahasa      
asing
 Kode        
produksi
Kesesuaian isi
dengan label
 netto 10,8 520 45 150 60 108 500 610 250
gra ml gram gra gra gra ml ml ml
m m m m
 isi         

Disain Kemasan
Catatan selama Praktikum:
Selama praktikum didapat kemasan yang penyok itu kemasan boncabe.
Yang dikemas dengan plastik itu ada sari murni dengan kemasan sachet, kecap
manis kemasan, keripik pisang kemasan, qtela, ice black, sedangkan plastik yang
dikemas dengan bottling itu ada bon cabe, sirup kalamansi, fanta. Lalu, kemasan
dengan jenis kaca yang dikemas dengan bottling itu ada kecap asin mikado.
Semua jenis kemasan prduknya merupakan kemasan primer.

Co-Ass Praktikum

Gezandra (E1G018088)

Anda mungkin juga menyukai