Disusun oleh:
David Mahesha 1607198
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, peraturan mengenai label dan kemasan diatur dalam Undang-
Undang nomor 7 tahun 1996. Kemasan pangan diatur pada bagian keempat di bab
kedua, sedangkan label pangan diatur pada bab keempat dari undang-undang tersebut.
Namun berdasarkan, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
dalam bab ketiga pasal lima ayat kedua, presiden menetapkan Peraturan Pemerintah
untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya. Maka, terdapat label
pangan diatur pula oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 69 tahun
1999 tentang Label dan Iklan Pangan, sedangkan kemasan pangan diatur oleh
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,
Mutu Dan Gizi Pangan. Namun, berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, bahan
kemasan pangan akan diatur lebih spesifik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011.
2.1 Label
Nama produk
Daftar bahan yang digunakan
Berat bersih atau isi bersih
Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan kedalam
wilayah Indonesia
Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
3.1 Pembahasan
3.2 Kesimpulan
Regulasi label pangan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Salah
satu pelanggaran terhadap peraturan label pangan adalah tidak mencantumkan
seluruh bahan tambahan pangan yang digunakan pada produk. Pelanggaran
tersebut dilakukan oleh salah satu minuman isotonik, yaitu Mizone. Produk
Mizone hanya mencantumkan salah satu bahan pengawet dari dua bahan
pengawet yang digunakan pada label kemasan. Hal tersebut melanggar PP RI No.
69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 22 ayat (1). Sanksi yang
diberikan oleh BPOM kepada PT Tirta Investama adalah penarikan produk di
pasaran dan penggantian dengan label baru yang telah disetujui BPOM.
Regulasi dan pengawasan kemasan pangan di Indonesia diatur dalam
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang pengawasan kemasan pangan, yang
merupakan penyempurnaan dari peraturan sebelumnya, yaitu Peraturan Kepala
BPOM nomor HK.00.05.55.6497 tahun 2007 mengenai bahan kemasan pangan.
Salah satu contoh kasus mengenai peraturan kemasan pangan adalah plastik
kresek berwarna yang merupakan hasil daur ulang pernah digunakan sebagai
kemasan atau pembungkus pangan. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan
peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang pengawasan kemasan pangan pasal 10
ayat 1, karena proses daur ulang plastik tersebut dapat menggunakan zat
berbahaya yang mengandung timbal, kromium, dan kadmium yang termasuk
daftar zat dilarang dalam peraturan tersebut serta dapat didaur ulang dari sampah
plastik yang terkontaminasi logam berat. Zat-zat tersebut dapat membahayakan
kesehatan konsumen bila mengontaminasi makanan yang dibungkus.
Daftar Pustaka