100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
82 tayangan65 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, sejarah, manfaat, dan jenis-jenis bahan tambahan pangan serta dasar hukum dan persyaratan penggunaannya. Dibahas pula berbagai jenis bahan tambahan pangan seperti antioksidan, pemanis, pengawet, dan lain-lain beserta batasan penggunaannya."
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, sejarah, manfaat, dan jenis-jenis bahan tambahan pangan serta dasar hukum dan persyaratan penggunaannya. Dibahas pula berbagai jenis bahan tambahan pangan seperti antioksidan, pemanis, pengawet, dan lain-lain beserta batasan penggunaannya."
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, sejarah, manfaat, dan jenis-jenis bahan tambahan pangan serta dasar hukum dan persyaratan penggunaannya. Dibahas pula berbagai jenis bahan tambahan pangan seperti antioksidan, pemanis, pengawet, dan lain-lain beserta batasan penggunaannya."
FAKULTAS KEDOKTERAN UKWMS 2019 galuh@ukwms.ac.id DEFINISI Bisa berupa bahan natural (alamiah) atau hasil produksi (buatan) “Bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan” (Permenkes nomor 033 tahun 2012) Senyawa apapun yang memiliki kegunaan tertentu dengan hasil atau memiliki alasan khusus diharapkan menghasilkan -- secara langsung maupun tidak langsung – menjadi kandungan komponen atau mempengaruhi karakteristik makanan (FDA) Ditambahkan saat proses produksi, pemrosesan, treatment, pengemasan, pendistribusian ataupun penyimpanan makanan SEJARAH Garam digunakan untuk mengawetkan daging dan ikan Herba dan rempah untuk meningkatkan rasa makanan Diawetkan dengan gula Acar timun dalam larutan cuka SEKARANG Konsumen ingin Makanan / Minuman penuh rasa, bernutrisi, aman, mudah dikonsumsi, berwarna menarik dan terjangkau Ada banyak daftar > 3000 macam bahan tambahan di data FDA Contoh : gula, baking soda, garam, vanilla, ragi, bumbu dan warna Diregulasikan oleh badan yang berwenang dan beberapa organisasi internasional untuk meyakinkan bahwa makanan aman untuk dikonsumsi dan secara akurat diberi label MANFAAT BAHAN TAMBAHAN PANGAN ? 1. Memperlama masa hidup produk – pengawet 2. Mengurangi resiko keracunan makanan – pengawet 3. Mencegah limbah – pengawet 4. Membuat makanan lebih menarik – pewarna 5. Memperbaiki rasa – perasa 6. Memperbaiki tekstur – agen untuk merubah bentuk fisik 7. Meningkatkan nilai nutrisi – Fortifikasi 8. Menyediakan variasi makanan yang lebih banyak 9. Meyakinkan konsistensi kualitas KERUGIAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN Reaksi alergi : migraine, hiperaktivitas, kemerahan, Belum banyak yang tahu tentang efek kumulatif atau pemakaian bahan tambahan pangan kombinasi Bulking agents atau pengembang dapat menipu konsumen Beberapa BTP dapat merusak nutrisi (ex : Sulfur Dioksida dapat merusak Vitamin B) Pemanis dapat meninggalkan rasa pahit setelahnya (ex : sakarin) FOOD ADDITIVE TIDAK BOLEH DIGUNAKAN UNTUK Menyembunyikan cara pengolahan yang tidak benar Mengelabui Konsumen Mengakibatkan penurunan gizi PERSYARATAN 1. Tidak untuk dikonsumsi langsung dan bukan bahan baku 2. Aman (Telah diuji dan dievaluasi) dan diuji ulang berkala 3. Pada kadar yang diperlukan tidak membahayakan kesehatan 4. Memenuhi syarat mutu dan kemurnian 5. Penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu dengan kadar serendah mungkin (batas maksimum ditetapkan dengan peraturan) 6. Harus dilakukan analisa toksikologi sebelum diberi ijin (percobaan pada hewan) 7. Tidak ditambahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai gizi DASAR HUKUM “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan” Mengatur Jenis dan macam Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang boleh beredar di Indonesia dan Batasan yang boleh dikonsumsi oleh konsumen Terdapat daftar Bahan Tambahan Pangan yang dilarang penggunaannya di Indonesia Mengatur penandaan dan pencantuman BTP di produk pangan Selanjutnya diatur oleh BPOM untuk pelaksanaannya melalui Peraturan Kepala BPOM (ex : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Antibuih) ACCEPTABLE DAILY INTAKE (ADI) Asupan harian yang dapat diterima Jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam milligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan ADI tidak dinyatakan / ADI not specified/ADI not limited/ADI acceptable/no ADI Allocated/no ADI necessary BTP dengan toksisitas sangat rendah, berdasarkan data (kimia, biokimia, toksikologi dan data lainnya) PERHITUNGAN ADI ADI x BB x 1.000 Batas Penggunaan Maksimum (BPM) = (mg / kg) K Keterangan : BPM = batas penggunaan maksimum (mg/kg) BB = berat badan (kg) K = konsumsi makanan (gr) Contoh: Hitung BPM bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk konsumsi makanan harian yang mengandung bahan tersebut (1 kg) dan berat badan 60 kg ? Jawab ADI x BB x 1.000 2 x 60 x 1.000 BPM = (mg / kg) = (mg / kg) K 1000 = 120 mg/kg Jadi batas penggunaan maksimum bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk 1000 gr makanan yang dikonsumsi konsumen yang berbobot 60 kg adalah 120 mg/kg. Perlu diingat bahwa semakin kecil tubuh seseorang maka semakin sedikit bahan tambahan makanan yang dapat diterima oleh tubuh. MAXIMUM TOLERABLE DAILY INTAKE ( MTDI) Asupan maksimum harian yang dapat ditoleransi Jumlah maksimum suatu zat dalam milligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi dalam sehari tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan
PROVISIONAL TOLERABLE WEEKLY INTAKE (PTWI)
Asupan mingguan sementara yang dapat ditoleransi Jumlah maksimum sementara suatu zat dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi dalam seminggu tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan BATAS MAKSIMUM CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK ATAU GOOD MANUFACTURING PRACTICE Batas Maksimum CPPB Jumlah BTP yang diizinkan terdapat pada pangan dalam jumlah secukupnya yang diperlukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan.
BAHAN TAMBAHAN PANGAN IKUTAN (CARRY OVER )
adalah BTP yang berasal dari semua bahan baku baik yang dicampurkan maupun yang dikemas secara terpisah tetapi masih merupakan satu kesatuan produk. JENIS BTP MENURUT CARA PENGAPLIKASIANNYA Intentional : Sengaja ditambahkan Bahan Pembantu Pengolahan (Processing Aids) : enzim, pelarut, lubrikan, pencuci Unintentional : tanpa sengaja masuk ke dalam makanan, dimasukkan ke dalam kelompok kontaminan BERBAGAI MACAM FOOD Berdasar Permenkes No 033 tahun 2012 ADDITIVES PENGGOLONGAN BTP 14.Pengawet (Preservative) 15.Pengembang 1. Antibuih (Antifoaming agent) 16.Pengemulsi 2. Antikempal (Anticaking agent) 17.Pengental 3. Antioksidan (Antioxidant) 18.Pengeras 4. Bahan Pengkarbonasi 19.Penguat Rasa 5. Garam Pengemulsi 20.Peningkat Volume 6. Gas untuk Kemasan 7. Humektan 21.Penstabil 8. Pelapis 22.Peretensi Warna 9. Pemanis 23.Perisa 10. Pembawa 24.Perlakuan Tepung 11. Pembentuk Gel 25.Pewarna 12. Pembuih 26.Propelan 13. Pengatur Keasaman 27.Sekuestran ANTIBUIH BTP untuk mencegah atau mengurangi pembentukan buih contoh : ANTIKEMPAL BTP untuk mencegah mengempalnya produk pangan (contoh : Magnesium Karbonat pada garam meja dengan kadar 10g/kg) ANTIOKSIDAN BTP untuk mencegah atau menghambat kerusakan pangan akibat oksidasi (contoh : Asam Askorbat atau Vit C pada produk daging dengan kadar 500 mg/kg) BAHAN PENGKARBONASI BTP untuk membentuk karbonasi di dalam pangan (contoh : Karbon Dioksida dalam Bir) GARAM PENGEMULSI BTP untuk mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak ; contoh : GAS UNTUK KEMASAN BTP berupa gas, yang dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, saat maupun setelah kemasan diisi dengan pangan untuk mempertahankan mutu pangan dan melindungi pangan dari kerusakan Gas yang dapat digunakan : Karbon Dioksida ; Nitrogen o BTP untuk melapisi permukaan pangan sehingga memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan mengkilap (contoh : Malam untuk dekorasi pada bakeri) PELAPIS o Jenis yang diizinkan : Malam (Beeswax); Lilin kandelila (Candelilla wax); Lilin karnauba (Carnauba wax); Syelak (Shellac); dan Lilin mikrokristalin (Microcrystalline wax) HUMEKTAN BTP untuk mempertahankan kelembaban pangan (contoh : Natrium Laktat dalam produk buah olahan) SWEETENERS/PEMANIS Menambahkan rasa manis baik dengan atau tanpa menambahkan kalori Misalnya produk minuman kemasan, makanan prosesan Ada pemanis alami : Sorbitol (Sorbitol); Manitol (Mannitol); Isomalt/Isomaltitol (Isomalt/Isomaltitol); Glikosida steviol (Steviol glycoside); Maltitol (Maltitol); Laktitol (Lactitol); Silitol (Xylitol); dan Eritritol (Erythritol). Ada pemanis buatan : Asesulfam-K (Acesulfame potassium); Aspartam (Aspartame); Siklamat (Cyclamates); Sakarin (Saccharins); Sukralosa (Sucralose/Trichlorogalactosucrose); dan Neotam (Neotame). BATAS PENGGUNAAN PEMANIS (CONTOH) PEMBAWA BTP untuk memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi secara fisik bahan tambahan pangan lain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi pada pangan (contoh : Propylen Glikol pada yoghurt) PEMBENTUK GEL BTP untuk membentuk gel (contoh : Asam alginate) PEMBUIH (FOAMING AGENT ) BTP untuk membentuk atau memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam pangan berbentuk cair atau padat PENGATUR KEASAMAN (ACIDITY REGULATOR ) BTP untuk mengasamkan, menetralkan dan/atau mempertahankan derajat keasaman pangan PRESERVATIVE
Mencegah pembusukan makanan karena bakteri, jamur ataupun
ragi; menghambat atau mencegah perubahan warna, rasa dan tekstur, menunda rasa tengik, mempertahankan kesegaran. Contoh : Ascorbic acid, citric acid, sodium benzoate, calcium propionate, sodium erythorbate, sodium nitrite, calcium sorbate, potassium sorbate, BHA, BHT, EDTA, tocopherols (Vitamin E) Asam benzoat (Benzoic acid) memiliki ADI 0-5 mg/kg BB PENGEMBANG (RAISING AGENT ) BTP berupa senyawa tunggal atau campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan (Contoh : Natrium Karbonat dalam pasta, mie) PENGEMULSI (EMULSIFIER) BTP untuk membantu terbentuknya campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak tercampur seperti minyak dan air (Contoh : Lesitin dalam Krim pasteurisasi) PENGENTAL (THICKENER) BTP untuk meningkatkan viskositas pangan (Contoh : Kalsium Asetat dalam gula atau sirup lainnya) PENGERAS (FIRMING AGENT ) BTP untuk memperkeras, atau mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel untuk memperkuat gel (Contoh : Kalsium Laktat dalam produk bakeri) PENGUAT RASA (FLAVOUR ENHANCER) BTP untuk memperkuat atau memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan pangan tanpa memberikan rasa dan/atau aroma baru (Contoh : Asam guanilat dan garamnya dalam makanan pencuci mulut berbahan dasar susu) PENINGKAT VOLUME (BULKING AGENT) BTP untuk meningkatkan volume pangan (contoh : Natrium laktat dalam produk susu fermentasi) PENSTABIL (STABILIZER) BTP untuk menstabilkan sistem dispersi yang homogen pada pangan (contoh : Asam Fumarat dalam makanan pencuci mulut berbasis susu) PERETENSI WARNA (COLOUR RETENTION AGENT) BTP yang dapat mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas warna pangan tanpa menimbulkan warna baru (Contoh : Magnesium Karbonat dalam es untuk dimakan) PERISA (FLAVOURING) BTP berupa preparat konsentrat dengan atau tanpa ajudan perisa (flavouring adjunct) yang digunakan untuk memberi flavour dengan pengecualian rasa asin, manis dan asam Ada yang berupa perisa alami, identik alami dan artifisial PERLAKUAN TEPUNG (FLOUR TREATMENT AGENT ) BTP yang ditambahkan pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan dan atau pemanggangan, termasuk bahan pengembang adonan, pemucat dan pematang tepung (Contoh : L-Amonium laktat pada tepung bumbu) PROPELAN (PROPELLANT ) BTP berupa gas untuk mendorong pangan keluar dari kemasan (Contoh : Nitrogen pada Minuman berbasis susu yang berperisa dan atau difermentasi) SEKUESTRAN (SEQUESTRANT) bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion logam polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkatkan stabilitas dan kualitas pangan (Contoh : Kalsium dinatrium etilen diamin tetra asetat pada jam, jelly, marmalade) COLOR ADDITIVES o Tujuan : utuk pangan yang Kehilangan warna karena paparan cahaya, suhu, udara, kelembaban dan kondisi penyimpanan, menyempurnakan warna natural yang bervariasi, meningkat penampilan warna yang memang ada secara alami, membuat yang berwarna menjadi tanpa warna. o Contoh : FD&C Blue Nos. 1 and 2, FD&C Green No. 3, FD&C Red Nos. 3 and 40, FD&C Yellow Nos. 5 and 6, Orange B, Citrus Red No. 2, annatto extract, beta-carotene, grape skin extract, cochineal extract or carmine, paprika oleoresin, caramel color, fruit and vegetable juices, saffron o Pada permen, jelly, keju, minuman kemasan CONTOH BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN PEWARNA PEWARNA YANG DILARANG Sebenarnya digunakan untuk pewarna tekstil, cat Berbahaya, jika hipersensitif dapat menyebabkan peradangan pada kulit, noda ungu, pandangan kabur Konsumsi dalam waktu lama Karsinogenik ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA 1. Auramine (C. I. Basic Yellow 2) 16. Oil Orange SS (C. I. Solvent Orange 2) 2. Alkanet 17. Oil Orange XO (C. I. Solvent Orange 7) 3. Butter Yellow (C. I. Solvent Yellow 2) 18. Oil Yellow AB (C. I. Solvent Yellow 5) 4. Black 7984 (Food Vlack 2) 19. Oil Yellow OB (C. I. Solvent Yellow 6) 5. Burn Unber (Pigment Brown 7) 20. Orange G (C. I. Food Orange 4) 6. Chrysoidine (C. I. Basic Orange 2) 7. Chrysoine S (C. I. Food Yellow 8) 21. Orange GGN (C. I. Food Orange 2) 8. Citrus Red No. 2 22. Orange RN (Food Orange 1) 9. Chocolate Brown FB (Food Brown 2) 23. Orchid and Orcein 10. Fast Red E (C. I. Food Red 4) 24. Ponceau 3R (Acid Red 6) 11. Fast Yellow AB (C. I. Food Yellow 2) 25. Ponceau SX (C. I. Food Red 1) 12. Guinea Green B (C. I. Acid Green No. 3) 26. Ponceau 6R (C. I. Food Red 8) 13. Indanthrene Blue RS (C. I. Food Blue) 27. Rhodamin B (C. I. Food Red 15) 14. Magenta (C. I. Basic Violet 14) 28. Sudan I (C. I. Solvent Yellow 14) 15. Metanil Yellow (Ext. D&C Yellow No. 1) 29. Scarlet GN (Food Red 2) Violet 6 B BAHAN YANG DILARANG ! 1. Asam borat dan senyawanya (Boric acid) : pada bakso, mie, kerupuk 2. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt) pada kecap 3. Formalin (Formaldehyde) pada tahu, mie basah, ikan asin 4. Kloramfenikol (Chloramphenicol) 5. Kokain (Cocaine) 6. Kalium bromat (Potassium bromate) 7. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC) 8. Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate) 9. Minyak tansi (Tansy oil) 10. Minyak sasafras (Sasafras oil) ASAM BORAT (BORAKS) Guna sebenarnya untuk bahan solder, pembersih bangunan Ditemukan pada mie, bakso, kerupuk Tujuan pemakaian adalah membuat kenyal, membuat renyah, menimbulkan rasa gurih dan mengawetkan BAHAYA BORAKS PADA MANUSIA Pemakaian sedikit menyebabkan gejala mual, muntah, diare, kejang perut, bercak pada kulit, kerusakan ginjal Residu tidak dapat dimetabolisme dan diekskresi, sehingga ditimbun di otak, hati dan ginjal Pada pemakaian dalam jumlah banyak bisa menyebabkan gejala demam, depresi, merangsang SSP, koma hingga kematian food containing formaldehyde FORTIFIKASI kebijakan di bidang kesehatan masyarakat dengan menambahkan mikronutrien (elemen penting dan vitamin) pada makanan untuk memastikan bahwa kebutuhan asupan harian minimum tercukupi Contoh Garam beryodium Asam folat ditambahkan pada tepung terigu Niasin ditambahkan pada roti tawar Vitamin ditambahkan pada margarin Fluoride ditambahkan pada air atau pasta gigi Calcium ditambahkan pada jus buah dan beras. SUPLEMENTASI Bahan yang dikonsumsi dengan tujuan memperbaiki diet dan memberikan zat gizi tertentu misal vitamin, mineral, serat, asam lemak atau asam amino yang mungkin tidak tercukupi dari makanan. Beberapa negara mendefinisikan suplemen sebagai makanan, sedangkan negara lain mendefinisikannya sebagai obat atau produk kesehatan natural ENRICHMENT Enrichment berarti vitamin atau mineral ditambahkan pada makanan. Vitamin dan mineral ini ditambahkan untuk menggantikan vitamin dan mineral asli yang hilang karena atau selama proses. Sebagai contoh: jika makanan aslinya/awalnya memiliki zat besi, tapi zat besi hilang selama proses, makanan itu dapat diperkaya untuk menambahkan zat besi sampai pada kadar awal. Konsumen sering berfikir bahwa enriched artinya “menambahkan vitamin dan mineral” tidak benar Memperkaya artinya : menggantikan yang hilang selama proses CONTOH ENRICHMENT 1 buah Jeruk vit c nya : 30 mg Jeruk itu dibuat Nutrisari kandungan vit C nya turun menjadi 5 mg Ditambahi 25 mg vit C dari luar Produk jadinya vit C = 30 mg REACTION TO FOOD ADDITIVES 95-99% anak-anak di dunia mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna sintetis dan 4 juta anak umur 12 tahun jika dihitung telah mengkonsumsi ½ kg pewarna sintetis Reaksi yang tidak dikehendaki terhadap makanan pathogenesis penting dermatitis atopi Pada bayi dan masa kanak-kanak adanya alergi makanan dapat diamati hingga 30% CONT.. Reaksi terhadap food additive mulai dari ringan, gatal, bengkak di wajah dan bibir, hingga sulit bernafas. Gejala yang muncul seperti reaksi alergi, sulit untuk memastikan apakah penyebabnya memang dari food additives atau yang lain Dapat dilakukan celluler antigen stimulation test, skin-prick test namun yang lebih penting menggali history pasien Penanganan yang diberikan sesuai dengan gejala yang muncul, dan dilakukan diet food additive tertentu yang menyebabkan reaksi alergi (jika hasilnya spesifik) CONTOH REAKSI ALERGI Reaksi terhadap food additive mulai dari ringan, gatal, bengkak di wajah dan bibir, hingga sulit bernafas. Gejala yang muncul seperti reaksi alergi, sulit untuk memastikan apakah penyebabnya memang dari food additives atau yang lain Dapat dilakukan celluler antigen stimulation test, skin-prick test namun yang lebih penting menggali history pasien Penanganan yang diberikan sesuai dengan gejala yang muncul, dan dilakukan diet food additive tertentu yang menyebabkan reaksi alergi (jika hasilnya spesifik) DAFTAR PUSTAKA 1. Kementrian Kesehatan RI, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. 2. Royal C, Levin M, 2016, Current Allergy & Clinical Immunology, Volume 29, Number 4. 3. US Food and Drug Administration. 2010. Overview of Food Ingredients, Additives & Colors. 4. World Health Organization. 2018. Food additives. 5. BPOM RI. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Publik Di Lingkungan Badan Pengawas Obat Dan Makanan. 6. El-Samragy Y. 2012. Food Additive. Croatia. InTech.