Anda di halaman 1dari 12

Jur. Ilm. Kel. & Kons., Mei 2018, p : 133-144 Vol. 11, No.

2
ISSN : 1907 – 6037 e-ISSN : 2502 – 3594 DOI: http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2018.11.2.133

KEAKRABAN PRODUK DAN MINAT BELI FROZEN FOOD:


PERAN PENGETAHUAN PRODUK, KEMASAN, DAN LINGKUNGAN SOSIAL

Imam Santoso*), Siti Asmaul Mustaniroh, Dodyk Pranowo

Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya,


Malang 65145, Indonesia

*)E-mail: imam.santoso.ub@gmail.com

Abstrak

Kondisi dinamika masyarakat yang semakin meningkat menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup termasuk
pergeseran pola konsumsi pangan dari menggunakan bahan pangan segar beralih sebagian ke produk pangan
beku (frozen food). Produk frozen food menjadi salah satu alternatif pilihan rumah tangga dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Saat ini produk frozen food bervariasi sehingga menuntut konsumen untuk dapat memilih
produk olahan pangan terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan produk,
kemasan, dan lingkungan sosial terhadap keakraban produk dan pengaruh keakraban produk terhadap minat
beli. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Ketawanggede dan Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota
Malang. Pengambilan data mengunakan metode judgement sampling dengan instumen kuesioner. Jumlah
responden sebanyak 111 konsumen yang telah mengonsumsi frozen food minimal dua kali dalam sebulan dalam
tiga bulan terakhir saat pengambilan data dilakukan. Data diolah dengan menggunakan Generalized Structured
Component Analysis (GSCA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan produk tidak terbukti
memberikan pengaruh signifikan terhadap keakraban produk. Kemasan produk dan lingkungan sosial terbukti
memberikan pengaruh signifikan terhadap kekaraban produk. Keakraban produk juga terbukti memberikan
pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen terhadap produk frozen food.

Kata Kunci: frozen food, keakraban produk, kemasan, lingkungan sosial, minat beli

Product Familiarity and Purchase Intention of Frozen Food :


The Role of Product Knowledge, Packaging, and Social Environment

Abstract

The dynamics condition of society is increasing due to the lifestyle change including shifthing patterns of food
consumption from fresh raw food to frozen food products in some of consumers. Nowdays, frozen food
products become an alternative options of households to fulfill food needed. Frozen food products is vary so will
be influence that the demand of consumers’s ability in choosing the best processed food products. This research
aimed to analyze the relationship between the product knowledge, packaging, and social environment on
familiarity of products and relationship between familiarity of products and purchasing intention among consumers
of frozen food. This research was conducted in the Ketawanggede and Dinoyo Village, Lowokwaru
Subdistrict, Malang City. Data collection used judgement sampling with the questionnaire as instrument of data
collecting. The total of respondents were 111 customers who have cunsomed frozen food at least twice a month
in the last-three month when data collecting was conducted. The data analysis used the Generalized Structured
Component Analysis (GSCA). The result showed that product knowledge has no significant effect on product
familiarity. Packaging and social environment proven have significant effect on product familiarity. Product
familiarity also have significant effect on purchasing intention of frozen food.

Keywords: frozen food, packaging, product familiarity, purchase intention, social environment

PENDAHULUAN tingkat rumah tangga juga mulai bergeser dari


semula menggunakan bahan pangan segar
Kondisi dinamika masyarakat semakin beralih sebagian ke produk pangan beku
meningkat seiring dengan terjadinya (frozen food). Produk pangan beku (frozen
perubahan lingkungan strategis dalam food) merupakan olahan makanan instan beku
pengembangan bisnis yang menyebabkan yang tahan lama dan mudah dalam
terjadinya perubahan gaya hidup konsumen penyajiannya. Berdasarkan ini, perusahan
termasuk didalamnya pergeseran pola pengolahan pangan berpacu untuk
konsumsi pangan. Perubahan ini menghasilkan aneka ragam produk pangan
menyebabkan persediaan bahan pangan di olahan frozen food yang dapat dimanfaatkan
134 SANTOSO, MUSTANIROH, & PRANOWO Jur. Ilm. Kel. & Kons.

untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam Hal ini dapat menimbulkan kesan keakraban
rumah tangga konsumen. konsumen terhadap produk yang pada
akhirnya akan menentukan minat beli
Produk frozen food berbahan dasar daging konsumen terhadap produk yang sudah cukup
pada saat ini sangat bervariasi di pasar dan akrab dikenal oleh konsumen.
cukup banyak dikonsumsi. Data survei yang
dilakukan oleh Kementerian Pertanian (2015) Keakraban produk didefinisikan sebagai
mengungkapkan terjadinya perkembangan jumlah pengetahuan terkait produk-produk
yang sangat pesat pada konsumsi olahan yang dikenal oleh konsumen terutama merek
daging di tingkat nasional. Rata-rata produk dan pengalaman sebagai kemampuan
perkembangan konsumsi olahan daging tiap untuk melakukan investigasi terkait dengan
tahunnya 10,28 persen. Hasil survei lain produk (Shehryar & Hunt, 2005). Keakraban
menyebutkan peningkatan konsumsi sosis produk merupakan sikap yang dapat
rata-rata tumbuh sebesar 4,46 persen per menyebabkan timbulnya minat beli konsumen.
tahun. Produk frozen food seperti nugget, Minat beli mencerminkan perilaku konsumen
bakso dan sosis merupakan produk daging yang dapat diprediksi di masa mendatang
olahan yang paling banyak dikonsumsi. dalam keputusan pembelian (Herrera &
Meningkatnya permintaan konsumen terhadap Blanco, 2011). Kajian mengenai keakraban
frozen food berimbas pada meningkatnya produk terhadap minat beli telah ditelaah
kebutuhan daging ayam dan sapi (Anggraeni, sejumlah peneliti, diantaranya yaitu penelitian
Wijarnako, & Ningtyas, 2014). yang dilakukan oleh Dursun et al. (2011),
dengan menggunakan studi pada store brand.
Peningkatan permintaan produk frozen food Dursun et,al., (2001) mengungkapkan bahwa
dan beragamnya pilihan produk menuntut keakraban produk mempunyai peran penting
konsumen untuk memilih suatu produk olahan dalam mendorong minat beli konsumen. Hasil
pangan terbaik. Hal ini membuat produsen riset tersebut juga menyimpulkan bahwa
secara kompetitif berusaha untuk dapat dibutuhkan tingkat keakraban yang tinggi agar
mengenalkan produknya dan meraih pangsa dicapai kinerja store brand yang berhasil.
pasar yang lebih luas. Konsumen dalam Kaitan keakraban dengan minat beli juga telah
memilih produk juga mempunyai hak untuk diungkapkan oleh hasil riset Laroche, Kim, dan
mendapatkan informasi yang jelas, benar, dan Zhou (1996) yang meneliti minat beli pada
jujur terkait barang dan jasa, dan juga hak sejumlah merek. Hasil pada penelitian tersbeut
untuk mengajukan kritik, saran, dan komplain memperlihatkan bahwa keakraban konsumen
kepada penjual atau produsen jika dirugikan terhadap suatu merek memengaruhi
(Simanjuntak, Utami, & Irni, 2015). kepercayaannya terhadap merek yang
Berdasarkan ini, maka produsen harus bersangkutan, dan pada gilirannya berperan
memberikan informasi yang jelas dan lengkap terhadap minat beli.
mengenai produk frozen food sehingga
memudahkan konsumen dalam memilih Keakraban produk dapat diukur dengan
produk sesuai kebutuhan. seberapa banyak konsumen memahami dan
mengira tentang suatu produk. Berdasarkan
Informasi yang diberikan produsen hasil penelitian Nguyen et al. (2015), terdapat
dimanfaatkan konsumen dalam mengenali beberapa variabel yang memengaruhi
produk. Semakin sedikitnya informasi yang keakraban produk yaitu pengetahuan produk,
tersedia dan atau semakin komplek informasi produk involvement, dan lingkungan sosial.
yang ada, akan membuat konsumen semakin Pengetahuan produk merupakan kumpulan
tidak pasti dalam memilih produk (Vermeir & berbagai macam informasi produk meliputi
Verbeke, 2006). Konsumen yang mempunyai kategori produk, terminologi produk, ciri
kemampuan terbatas dalam memproses produk, dan merek secara spesifik (Kusuma &
informasi produk membuat konsumen rentan, Untarini, 2014). Pengetahuan dan informasi
yang menyebabkan peluang konsumen yang memadai bagi konsumen sangat penting
membeli atau mengonsumsi produk tanpa untuk membuat konsumen akrab dengan
pertimbangan yang baik dan matang akan produk. Verlegh, Steeenkamp, dan
semakin besar. Selain itu, konsumen yang Maulenberg (2005) mengungkapkan
rentan akan mudah ditipu atau mengalami pengetahuan produk berfungsi sebagai bahan
praktik pemasaran yang tidak adil pertimbangan dalam memilih dan mengetahui
(Simanjuntak, Utami, & Irni, 2015). Informasi kualitas dari suatu produk. Jika konsumen
yang disajikan produsen selain sebagai acuan mempunyai pengetahuan akan informasi
konsumen dalam memilih produk, juga produk, konsumen akan merasa akrab dengan
berfungsi sebagai upaya mengenalkan produk. produk yang akan dibeli sehingga konsumen
Vol. 11, 2018 KEAKRABAN PRODUK DAN MINAT BELI 135

percaya pada produk tersebut yang Verbeke (2006) menyatakan lingkungan sosial
selanjutnya akan terbentuk niat beli dapat menstimulasi konsumsi dengan cara
(Mayangsari & Lilik, 2014). Penelitian yang meningkatkan keterlibatan konsumen dengan
dilakukan oleh Herrera dan Blanco (2011) produk, mengembangkan norma sosial
menyatakan bahwa konsumen yang lebih tertentu, dan terkait dengan ketersediaan
akrab dengan produk tertentu adalah produk di pasar yang dapat dijangkau oleh
konsumen yang sudah berpengalaman dan konsumen.
sudah memiliki pengetahuan yang lebih
terhadap produk tersebut. Beberapa penelitian menemukan adanya
hubungan antara keakraban produk dengan
Faktor lain yang memengaruhi keakraban minat beli. Bui, Kemp, dan Hamilton (2015)
produk yaitu kemasan produk. Kemasan dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
merupakan sarana penting dalam komunikasi keakraban produk dapat membantu
produk. Kemasan digunakan sebagai media meningkatkan minat beli walaupun belum
untuk menyampaikan atribut produk serta citra dengan tingkat kepercayaa tinggi. Lin & Lin
merek (Becker et al., 2011). Kemasan juga (2017) juga mengungkapkan terdapat
berfungsi sebagai informasi untuk pengaruh positif dan signifikan antara
meningkatkan motivasi konsumen dalam pengetahuan produk terhadap minat beli.
membeli produk karena dalam kemasan akan Konsumen yang mempunyai pengetahuan
memberikan informasi tentang produk yang tinggi akan mengevaluasi produk berdasarkan
memiliki kualitas tinggi. Kemasan sebagai kualitasnya karena konsumen percaya dengan
sumber informasi yang disampaikan kepada pengetahuan produk yang dimiliki. Hal ini akan
konsumen membuat konsumen akrab menyebabkan munculnya kesadaran
terhadap produk yang dibeli (Verlegh, konsumen terhadap nilai produk dan akibatnya
Steeenkamp, & Maulenberg, 2005). Heimbach, dapat mengembangkan minat beli konsumen.
Johansson, dan MacLachlan (1989) Keakraban juga dipengaruhi oleh pengetahuan
mengungkapkan terdapat korelasi positif produk seperti pada penelitian Sabbe,
signifikan antara keakraban produk dengan Verbeke, dan Van Damme (2008) yang
penggunaaan nilai-nilai yang diekspresikan menemukan bahwa keakraban konsumen
dalam suatu label produk. Hasil riset tersbeut dipengaruhi oleh pengalaman konsumen.
mengungkapkan bahwa kepercayaan Karakteristik sosiodemografis seperti jenis
masyarakat semakin meningkat seiring kelamin dan tempat tinggal berpengaruh
dengan meningkatnya nilai informasi yang terhadap keakraban produk, sikap umum
didapatkan dari lingkungan. konsumen dan keyakinan, serta niat beli.
Penelitian Putri (2012) juga mengungkapkan
Oleh karenanya, lingkungan sosial juga bahwa pengetahuan produk berperan positif
merupakan faktor yang memengaruhi dan signifikan terhadap sikap konsumen. Hasil
keakraban produk. Lingkungan sosial penelitian lain mengenai keakraban produk
merupakan faktor yang berhubungan dengan juga dilakukan oleh Kamphuis et al. (2007)
perilaku manusia satu dengan yang lainnya. yang menyatakan lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan sekitar mempunyai hubungan yang positif terhadap
konsumen yang terdiri dari kelompok rujukan keakraban suatu produk. Berdasarkan latar
seperti rekan kerja, teman, tetangga, dan belakang dan telaah penelitian terdahulu,
keluarga (Jamaliah, Gurmit, & Rashidah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
2013). Faktor lingkungan sosial dapat pengaruh pengetahuan produk, kemasan
berperan menghubungkan minat individu produk, dan lingkungan sosial terhadap
dengan pasar (Kamphuis et al., 2007). keakraban produk frozen food di tingkat
Lingkungan sosial seperti keluarga memiliki konsumen. Selain itu, penelitian ini juga
pengaruh dalam pengambilan keputusan bertujuan untuk menganalisis pengaruh
membeli sejumlah besar produk yang ada di keakraban produk terhadap minat beli
pasaran. Banyaknya variasi produk membuat konsumen frozen food.
konsumen yang akrab terhadap suatu produk
dalam melakukan pembelian akan METODE
membandingkan dengan produk lainnya yang
terkenal di lingkungan masyarakat. Intensitas
Penelitian ini dirancang menggunakan desain
suatu produk muncul atau terkenal di kalangan
cross sectional. Lokasi penelitian adalah
masyarakat baik melalui iklan online maupun
Kelurahan Ketawanggede dan Kelurahan
offline yang selanjutnya dapat berpengaruh
Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
pada keakraban produk dan minat beli
kosumen. Hasil penelitian Vermeir dan
136 SANTOSO, MUSTANIROH, & PRANOWO Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Tabel 1 Variabel dan indikator penelitian


Variabel Definisi Operasional Indikator Pustaka
Pengetahuan Pengetahuan konsumen terhadap Nutrisi (X11)
Produk (X1) produk yang akan dibeli. Rasa (X12) Johnson and Russo
(1984); Nguyen et al.
Daya Tahan (X13)
(2015).
Bebas Pengawet (X14)
Kemasan (X2) Sarana penting yang digunakan Informasi (X21) Rundh (2009); Orth et
produsen untuk al. (2010).
Merek (X22)
mengomunikasikan produk kepada
konsumen.
Lingkungan sosial Interaksi sosial langsung diantara Gaya Hidup (X31) Kamphuis et al.
(X3) kelompok-kelompok masyarakat (2006); Nguyen et al.
Teman atau Keluarga
yang dapat beperan (X32) (2015).
menghubungkan minat individu Ketersediaan Produk
dengan pasar. (X33)
Keakraban produk Tingkat relasi konsumen dengan Frekuensi Pengunaan Johnson and Russo
(Y1) produk sebagai pengaruh (Y11) (1984); Nguyen et
pengalaman bersama dalam Tingkat konsumsi produk al.,(2015).
memahami dan mengenal produk. (Y12)
Kesukaan terhadap
promosi produk(Y13)

Minat beli (Y2) Kecenderungan konsumen untuk Keinginan (Y21) Sabbe et al. (2008);
membeli suatu merek dan Nguyen et al. (2015).
mengambil tindakan yang
berhubungan dengan pembelian. Kesesuaian harga-
kualitas (Y22)
Kebutuhan (Y23)
Kota Malang dipilih sebagai lokasi penelitian Data dikumpulkan dengan teknik wawancara
karena salah satu kota yang berkembang secara langsung kepada responden dengan
pertumbuhan industri pariwisatanya dan alat bantu kuesioner. Kuesioner yang
memengaruhi mobilitas dan kehidupan digunakan dalam penelitian ini merupakan
penduduk asli maupun pendatang. Kehadiran kuesioner skala Likert dengan rentang penilai
macam perguruan tinggi di Kota Malang juga 1-5. Kuesioner disusun dalam dua bagian,
memengaruhi kehidupan masyarakat. Kedua yakni bagian I berisi pertanyaan tentang
kelurahan yang dipilih karena wilayah dengan karakteristik konsumen yang berhubungan
jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta dengan pengambilan minat beli frozen food,
terbanyak di Kota Malang. Sebagian besar dan bagian II berisi pertanyaan mengenai
penduduknya bekerja, baik sebagai pegawai faktor-faktor konsumen terhadap keakraban
negeri, karyawan swasta, atau berwiraswasta. produk dan pengaruhnya terhadap minat beli
Pemilihan lokasi tersebut diharapkan dapat konsumen.
menggambarkan dinamika masyarakat yang
umumnya sebagai pekerja sehingga Pengukuran dan penilaian variabel dilakukan
ketersediaan frozen food menjadi kebutuhan dengan melakukan uji validitas, uji reliabilitas,
masyarakat sebagai alternatif produk pangan dan uji linearitas. Uji ini dilakukan dengan
yang dikonsumsi masyarakat. menggunakan Statistical Package for the
Social Scient (SPSS). Uji validitas digunakan
Metode pengambilan contoh yang dipilih untuk mengukur tingkat kevalidan suatu
adalah teknik pengambilan contoh tanpa kuesioner. Instrumen dikatakan valid jika nilai r
peluang (nonprobability sampling) yaitu hitung > r tabel. Uji reliabilitas dilakukan untuk
dengan teknik judgement sampling. menunjukkan sejauh mana suatu hasil
Judgement sampling adalah teknik pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur
pengambilan contoh dengan menggunakan tersebut digunakan berulang kali. Instrumen
kriteria-kriteria tertentu sesuai kebutuhan dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s alpha >
penelitian. Penelitian ini dilakukan pada 0,6. Uji linearitas digunakan untuk melihat
konsumen yang memenuhi kriteria sberusia 17 keadaan hubungan variabel dependen dengan
tahun sampai dengan 55 tahun dan independen bersifat garis lurus (linear). Linear
merupakan konsumen frozen food minimal 2 jika nilai linearity kurang dari 0,5 (Ghozali,
kali dalam 3 bulan terakhir, dengan 111 orang 2008).
untuk memenuhi syarat analisis.
Vol. 11, 2018 KEAKRABAN PRODUK DAN MINAT BELI 137

Pengetahuan
Produk (X1)
H1
X1
Keakraban H4 Minat Beli
Kemasan H2 Produk (Y1) (Y2)
(X2)

H3

Lingkungan
Sosial (X3)

X1
Gambar 1 Model struktural variabel penelitian

Analisis data yang digunakan analisis H1: Pengetahuan produk berpengaruh


deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif signifikan pada keakraban produk
ditujukan untuk mengidentifikasi karakterstik H2: Kemasan produk berpengaruh signifikan
responden dan kaitannya dengan tingkat pada keakraban produk
konsumsi frozen food. Analisis inferensial H3: Lingkungan sosial berpengaruh signifikan
menggunakan GSCA (Generalized Structured pada keakraban produk
Component Analysis). Metode ini selain cukup H4: Keakraban produk berpengaruh signifikan
handal, juga tidak mensyaratkan jumlah pada minat beli konsumen
contoh yang digunakan tidak terlalu besar
(Ghozali, 2008). Analisis GSCA digunakan Hasil uji instrumen menunjukkan bahwa
untuk menguji validitas dan reliabilitas konstruk semua indikator telah sesuai dan memenuhi
penelitian serta digunakan untuk mengetahui syarat yang telah ditetapkan. Uji validitas
pengaruh dan hubungan antarvariabel yang semua indikator mempunyai nilai r- hitung > r-
bersifat formatif dan reflektif. tabel dengan (α = 0,1; df=110). Uji reliabilitas
menunjukkan semua variabel pada penelitian
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat memiliki nilai Cronbach’s alpha di atas 0,6,
nilai pada path coefficients (koefisien jalur) sehingga semua indikator dan variabel valid
pada structural model. Pengujian hipotesis dan reliabel. Hasil uji linieritas nilai sig semua
yang dilakukan didasarkan pada Measures of variabel X terhadap Y1 telah linier dan antara
Fit pada model struktural, yakni berdasarkan Y1 dan Y2. Uji instrumen lain dengan
nilai signifikansi pada estimasi parameternya Generalized Structured Component Analysis
dilihat dari nilai Critical Ratio. Nilai Critical (GSCA) yaitu evaluasi model struktural yang
Ratio yang didapat dibandingkan dengan nilai dapat dilihat pada Tabel 2.
pada t-tabel (Hwang & Takane, 2010).
Variabel dan indikator yang digunakan pada Tabel 2 menunjukkan nilai FIT digunakan
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. untuk menunjukkan varian dari total semua
variabel yang dapat dijelaskan oleh model.
Model struktural variabel penelitian ini dapat Nilai FIT berkisar dari 0 sampai 1 dengan
dilihat pada Gambar 1 dan konstruksi diagram standar nilainya disarankan lebih besar dari
dapat dilihat pada Gambar 2. 0,5. Berdasarkan hasil analisis model yang
terbentuk dapat dilihat nilai FIT yaitu 0,506
Berdasarkan konstruksi diagram diatas, maka yang nilai tersebut lebih dari 0,5 sehingga nilai
hipotesis untuk penelitian ini yaitu : FIT sudah sesuai. Nilai FIT menjelaskan
semua variabel yang ada sebesar 0,506 yang
Tabel 2 Fit structural model artinya variabel pengetahuan produk, kemasan
Model Fit Hasil produk, lingkungan sosial, keakraban produk,
FIT 0,506 dan minat beli dapat dijelaskan oleh model
AFIT (Adjusted FIT) 0,496 sebesar 50,6 persen dan sisanya 49,6 persen
NPAR (Number of Free dapat dijelaskan oleh variabel lain. AFIT
34 (Adjusted FIT) merupakan nilai FIT yang
Parameter Estimated)
sudah terkoreksi. Standar nilai AFIT yang
direkomendasikan yaitu lebih besar dari 0,5.
138 SANTOSO, MUSTANIROH, & PRANOWO Jur. Ilm. Kel. & Kons.

X11
X12 Pengetahuan Y11 Y12 Y13
X13 Produk (X1)
H1
X14
Y21
X21 H2 Keakraban H4
Kemasan Minat Beli
X22 (X2) Produk (Y1) (Y2) Y22

H3 Y23
X31
Lingkungan
X32 Sosial (X3)
X33

Gambar 2. Konstruksi
diagram
Nilai AFIT yang dihasilkan 0,496 yang nilainya Tingkat pendidikan memperlihatkan bahwa
kurang dari 0,5 sehingga kurang sesuai. NPAR konsumen frozen food memiliki tingkat
(Number of Free Parameter Estimated) pendidikan yang baik. Hal ini ditunjukkan
menunjukkan banyaknya parameter bebas tingkat pendidikan responden hampir dua
yang digunakan dalam perhitungan yaitu pertiga lulusan perguruan tinggi (65,8%), SMA
sebanyak 34. atau sederajat (30,6%), sedangkan untuk
tingkat pendidikan SMP sederajat hanya
HASIL sebanyak (3,6%). Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa sebagian besar
Karakteristik Responden responden memiliki pendidikan tinggi sehingga
diharapkan memiliki pengetahuan produk yang
Responden yang dipilih wanita dikarenakan baik. Sementara pekerjaan konsumen adalah
dalam keseharian atau dalam rumah tangga (30,0%) pegawai swasta, ibu rumah tangga
wanita sebagai decision maker yang (24,0%), pegawai negeri (19,0%), wiraswasta
menentukan pembelian dari suatu produk, (6,3%) mahasiswa (12,6%), serta tidak
terutama produk untuk kebutuhan konsumsi. bekerja (6,3%).
Karateristik responden secara detail disajikan
Responden berpenghasilan kurang dari
dalam Tabel 3.
Rp2000.000,00 sebanyak 48 orang (43,2%).
Responden dengan penghasilan
Berdasarkan karakteristik usia, sebagian besar
Rp2.000.000,00-Rp3.000.000,00 sebanyak 19
reponden berusia 26-55 tahun (63,0%) dan 17-
orang (17,1%), penghasilan Rp3.001.000,00-
25 tahun (37,0%) yang menunjukkan bahwa
Rp4.000.000,00 sebanyak 17 orang (15,3%).
sebagian besar berada dalam usia produktif.
Responden dengan penghasilan
Rp4.010.000,00-Rp5.000.000,00 sebanyak 12
Tabel 3. Karakteristik responden
orang (10,8 %) dan penghasilan sebesar lebih
Karakeristik Gambaran responden N % dari Rp5.000.000,00 adalah sebanyak 15
Usia (tahun) 17 - 25 48 43,2
orang (13,6%).
26 - 55 63 56,8
Pendidikan SMP 4 3,6
SMA 34 30,6 Pengaruh pengetahuan produk, kemasan
Perguruan tinggi 73 65,8 produk, dan lingkungan sosial terhadap
Pekerjaan Mahasiswa 14 12,6 keakraban produk dan minat beli
Tidak Bekerja 7 8,1
Ibu rumah tangga 27 24,0 Hasil analisis hipotesis dapat dilihat pada
Pegawai negeri 21 19,0 Gambar 3. Penelitian ini menggunakan GSCA,
Pegawai swasta 33 30,0 pengujian hipotesis dilakukan dengan menilai
Wiraswasta 9 6,3
dan membandingkan nilai Critical Ratio (CR)
Penghasilan < Rp2.000.000,00 48 43,2
Rp2.000.000,00-
dengan t-tabel. Sesuai dengan jumlah contoh
19 17,1 penelitian dan uji 2 arah, maka keputusan
Rp3.000.000,00
Rp3.001.000- untuk menolak dan menerima hipotesis adalah
17 15,3 jika nilai CR >1,96. Artinya, jika nilai CR
Rp4.000.000,00
Rp4.001.000- kurang dari 1,96 maka hipotesis penelitian
12 10,8
Rp5.000.000,00 tidak diterima atau ditolak, sehingga hipotesis
>Rp5.000.000 15 13,6 nol (H0) diterima.
Vol. 11, 2018 KEAKRABAN PRODUK DAN MINAT BELI 139

Pengetahuan
Produk (X1) 1,92

Keakraban 19,71* Minat Beli


Kemasan 2,71* Produk (Y1) (Y2)
Produk (X2)

5,82*
Lingkungan
Sosial (X3)

*Signifikan pada level 0,05

Gambar 3. Konversi nilai koefisien jalur model struktural

produk memberikan pengaruh positif dan


Berdasarkan hasil analisis menunjukkan
siginifkan terhadap minat beli konsumen.
bahwa jalur hubungan antara variabel
pengetahuan produk terhadap keakraban
produk tidak berpengaruh signifikan. Hal ini Nilai estimate pada path coefficients dapat
dapat diketahui dari nilai jalur pengetahuan digunakan untuk menentukan model
produk terhadap keakraban produk adalah matematis yang terbentuk dari suatu diagram
0,159 dan memiliki nilai CR 1,92 yang nilainya penelitian. Pada penelitian ini persamaaan
lebih kecil dari 1,96 sehingga artinya nilai jalur yang terbentuk dari variabel X1(pengetahuan
positif namun tidak signifikan pada tingkat produk), X2 (kemasan produk), X3 (lingkungan
signifikansi 0,05. Artinya dapat disimpulkan sosial), Y1 (keakraban produk), dan Y2 (minat
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. beli) adalah:
Y2=0,159X1+0,268X2+0,483X3+0,738Y1.
Koefisien determinasi total yang ditunjukkan
Jalur hubungan variabel kemasan produk
oleh nilai FIT dari model sebesar 50,5 persen.
terhadap keakraban produk menunjukkan nilai
jalur dari kemasan terhadap keakraban adalah
0,268 dan memiliki nilai CR sebesar 2,71 yang PEMBAHASAN
nilainya lebih besar dari 1,96. Hal ini berarti
bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Perkembangan industri makanan olahan saat
pada tingkat signifikansi 0,05. Artinya bahwa ini semakin meningkat diakibatkan daya beli
H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti konsumen yang meningkat dan perubahan
kemasan produk berpengaruh positif dan pola hidup masyarakat Indonesia yang beralih
signifikan terhadap keakraban produk. dari produk makanan segar ke produk siap saji
seperti frozen food. Frozen food merupakan
Jalur hubungan lingkungan sosial terhadap olahan makanan instan beku yang tahan lama
keakraban produk menunjukkan nilai koefisien dan mudah dalam penyajiannya. Saat ini
jalur 0,483 dan memiliki nilai CR 5,82 yang produk olahan daging ayam maupun sapi
nilainya lebih besar dari 1,96. Hal ini berarti seperti frozen food menjadi pasar yang
terdapat pengaruh positif dan signifikan pada menjanjikan di Indonesia. Produk frozen food
variabel lingkungan sosial terhadap keakraban dapat dengan mudah dijumpai oleh konsumen
produk pada tingkat signifikansi 0,05. Artinya baik di tingkat pasar tradisional dan di
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga supermarket. Perubahan gaya hidup pada
dapat disebutkan bahwa lingkungan sosial masyarakat Kota Malang berpengaruh pada
berpengaruh terhadap keakraban produk. pola konsumsi makanan masyarakat. Seperti
halnya penduduk di kota besar lainnya,
penduduk Kota Malang cenderung tertarik
Hasil uji statistik juga menunjukkan hubungan
pada produk makanan instan yang tahan lama
kekaraban produk terhadap minat beli
dan mudah dalam penyajiannya. Tingkat
konsumen. Pada tingkat signifikansi 0,05
konsumsi makanan olahan yang lebih digemari
menunjukkan bahwa nilai jalur dari keakraban
oleh masyarakat saat ini adalah sosis, bakso
produk adalah 0,738 dan dengan nilai CR
dan nugget. Produk frozen food bakso dan
sebesar 19,71 yang nilainya lebih dari 1,96.
sosis merupakan produk daging olahan yang
Nilai hasil analisis ini bersifat positif dan
paling banyak dikonsumsi.
signifikan. Artinya bahwa H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini berarti bahwa keakraban
Tingkat permintaan konsumsi produk frozen
140 SANTOSO, MUSTANIROH, & PRANOWO Jur. Ilm. Kel. & Kons.

food dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bermutu. Pengetahuan konsumen yang
pengetahuan konsumen tentang produk frozen rendah terhadap suatu produk mengakibatkan
food, kemasan pada produk, dan lingkungan konsumen mengandalkan atribut harga dan
sosial dari konsumen. Konsumen cenderung merek yang akrab di pasaran untuk membeli
mengonsumsi produk frozen food dikarenakan suatu produk. Vermeir & Verbeka (2006) juga
kesibukan bekerja dan menjalankan aktivitas menjelaskan bahwa konsumen yang
di luar rumah namun ingin tetap menyajikan mempunyai pengetahuan kurang terhadap
makanan sendiri. Selain itu, konsumen frozen suatu produk akan menyebabkan konsumen
food dalam melakukan minat beli produk dan semakin tidak pasti dalam memilih suatu
mengonsumsi produk juga dipengaruhi oleh produk. Menurut Clarkson, Janiszewski, dan
tingkat keakraban atau pengenalan produk Cinelli (2013), konsumen pemula biasanya
dengan konsumen. Konsumen yang mengenal tidak memiliki pengetahuan yang memadai
produk dengan baik maka akan membeli tentang suatu produk yang ingin
produk tersebut. Pengenalan dan keakraban dikonsumsinya. Beberapa kasus konsumen
produk dapat diciptakan dengan melakukan ingin mencoba untuk mengonsumsi terlebih
promosi produk baik secara online maupun dahulu suatu produk sehingga dapat
secara offline pada konsumen. terbangun suatu pengetahuan terhadap
produk baru. Namun demikian, secara umum
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan konsumen lebih cenderung untuk mencari
produk tidak berpengaruh terhadap keakraban informasi yang memadai sebelum membuat
produk. Hal ini berarti belum terdapat bukti minat beli. Hasil penelitian Campbell dan
yang memadai bahwa pengetahuan produk Keller (2003) mengungkapkan bahwa tidak
berpengaruh terhadap keakraban produk. mudah membangun pengetahuan mengenai
Hasil ini diduga konsumen frozen food suatu merek produk dikarenakan hal tersebut
merupakan masyarakat yang hanya membutuhkan komunikasi yang efektif. Hasil
memfokuskan pada ketersediaan produk penelitian ini juga menguatkan argumentasi
makanan cepat saji dan tahan lama. Adapun dan temuan hasil penelitian Berthon, Pitt, dan
ditemukan sebagain besar konsumen belum Campbell (2009) yang menemukan bahwa
sepenuhnya memperhatikan informasi ketidakefektifan komunikasi dapat diakibatkan
berbagai hal terkait frozen food. Hal ini sesuai oleh ketidaksesuaian tingkat pengetahuan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleh yang dimiliki perancang pesan dengan
dan Nella (2011) yang mengungkapkan bahwa konsumen.
pengetahuan konsumen mengenai produk
frozen food seperti sosis hanya sebesar empat Hasil penelitian ini juga mengungkapan bahwa
persen. Konsumen mengonsumsi frozen food kemasan pada produk berpengaruh positif dan
hanya dikarenakan kebutuhan untuk konsumsi signifikan pada keakraban produk. Hal ini
sehingga konsumen tidak memerhatikan menunjukkan bahwa kesan pertama yang
aspek lain dalam produk sebagai dilihat oleh konsumen dalam melakukan
pertimbangan. Padahal semakin banyak pembelian atau memilih suatu produk adalah
informasi dan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan kemasan dari produk. Kemasan
akan menjadi dasar dan memengaruhi pada produk merupakan bagian integral
keakraban produk. Pengetahuan produk produk dan menggambarkan citra merek yang
diartikan sebagai jumlah informasi yang dapat digunakan sebagai media informasi
disimpan dalam ingatan konsumen mengenai antar konsumen dengan produk (Santoso &
berbagai atribut produk. Pengetahuan akan Fitriyani, 2016). Kemasan yang digunakan
muncul ketika seseorang menggunakan indera pada frozen food berbeda dengan kemasan
dan akalnya untuk mengenali produk yang yang digunakan pada produk makanan cepat
dipasarkan (Saleh & Nella, 2011). saji lainnya. Hal ini karena kemasan frozen
food harus dapat melindungi produk sehingga
Saat ini berbagai jenis merek yang ditawarkan dapat bertahan di ruangan yang dingin serta
untuk produk frozen food sangat beragam, mencapai titik beku. Secara keseluruhan
sehingga konsumen tidak mampu kemasan produk frozen food menggunakan
membedakan merek yang satu dengan yang plastik yang tidak dapat dimasuki atau
lainnya. Konsumen produk frozen food ditembus udara. Kemasan pada frozen food
cenderung membeli produk yang sering adalah jenis plastik nylon yang terbuat dari
muncul di iklan baik online maupun offline. bahan polyethylene terephthalate (PET) yang
Konsumen enggan untuk membaca atau telah dilapisi dengan Low density polyethylene
mencari produk yang tidak terkenal luas di (LDPE).
pasaran. Padahal kenyataannya belum tentu
produk yang tidak akrab di pasar tidak Menurut Rundh (2009), kemasan tidak saja
Vol. 11, 2018 KEAKRABAN PRODUK DAN MINAT BELI 141

melindungi bahan pangan namun juga keluarga, teman dan rekan kerja berpengaruh
berperan memberikan banyak informasi terhadap keputusan pembelian produk
sehingga dapat membantu peran tenaga pangan.
pemasaran. Poduk frozen food yang saat ini
semakin banyak dan bervariasi membuat Sebagian besar responden konsumen frozen
konsumen dapat memilih dan membeli produk food setiap harinya akan melakukan interaksi
frozen food sesuai kebutuhannya. Berbagai kurang lebih 10 orang dengan tetangga,
macam variasi ini membuat kemasan produk teman, keluarga, maupun rekan kerja.
yang berisi kelengkapan informasi Responden pada penelitian ini adalah wanita,
berpengaruh terhadap keakraban produk. yang umumnya akan saling bercerita dan
Semakin lengkap informasi yang terdapat berbicara tentang suatu produk, baik produk
pada kemasan produk frozen food maka pangan maupun nonpangan. Apabila masing-
konsumen akan semakin akrab dengan produk masing dari responden saling bercerita dan
tersebut. Konsumen dapat mengenal dan berinteraksi dengan yang lainnya maka akan
membedakan berbagai produk frozen food saling bertukar informasi terkait produk frozen
dengan berbagai kelebihan dan kelemahannya food yang dikonsumsi. Konsumen akan saling
masing-masing. Desain kemasan produk memberikan informasi dan rekomendasi terkait
frozen food yang menarik juga akan produk frozen food yang baik dan aman untuk
memberikan daya tarik tersendiri bagi dikonsumsi. Pola komunikasi dan interaksi ini
konsumen. Bentuk kemasan yang unik dan akan membentuk suatu jaringan interaksi
berbeda dengan produk olahan daging lainnya sosial yang luas dan akan berimbas pada
akan memberikan kesan keakraban tersendiri keakraban konsumen terhadap suatu produk.
pada konsumen. Menurut Kamphuis et al. (2006), lingkungan
sosial merupakan faktor yang berhubungan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan dengan perilaku manusia satu dengan yang
penelitian yang dilakukan oleh Ovrum et al. lainnya.
(2012), yang menyatakan bahwa kemasan
secara positif berpengaruh pada preferensi Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
konsumen. Konsumen bersedia membayar yang dilakukan oleh Kamphuis et al. (2007)
lebih terhadap suatu produk yang memiliki yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
kemasan yang menarik. Orth, Campana, dan positif faktor lingkungan sosial terhadap
Malkewitz (2010) mengatakan bahwa desain keakraban suatu produk. Perilaku konsumen
kemasan merupakan bagian integral yang berpengaruh terhadap persepsi konsumen ke
mengambarkan citra merek pada suatu produk suatu produk. Kondisi pasar juga berdampak
yang dirancang untuk menyampaikan terhadap jumlah konsumen. Jika konsumen
informasi yang ada pada produk. Label atau tertarik dengan orang-orang yang ada di
kemasan pada produk frozen food dijadikan pasar, konsumen akan merasa akrab dengan
perusahaan sebagai strategi untuk produk meskipun tidak membelinya. Hal ini
memasarkan produknya dan untuk membuat semakin lama konsumen dalam
membedakan produknya dengan produk lain melakukan pembelian suatu produk.
sehingga dapat menarik minat konsumen
dalam membeli produk frozen food. Hasil penelitian menunjukkan keakraban
produk berpengaruh positif terhadap minat beli
Berdasarkan hasil penelitian ini, lingkungan konsumen. Konsumen frozen food yang
sosial berpengaruh positif pada keakraban familiar terhadap merek produk akan
produk. Hal ini menunjukkan bahwa teman, memutuskan untuk membeli produk tersebut
keluarga dan rekan kerja memengaruhi tanpa ragu-ragu. Bentuk dari keakraban
seseorang dalam mengenal, memilih, dan terhadap frozen food diperoleh oleh konsumen
memutuskan untuk mengonsumsi produk melalui iklan maupun rekomendasi dari teman
frozen food. Hal ini diperkuat oleh berbagai dan keluarga. Semakin sering jenis suatu
proses interpersonal yang berpengaruh merek produk frozen food muncul di iklan atau
dominan dalam keluarga dan tema lingkungan di majalah maka konsumen akan semakin
kerja. Kondisi ini secara nyata memengaruhi mengenal produk tersebut sehingga
perilaku seseorang dalam memilih dan menimbulkan keinginan untuk melakukan
menentukan jenis-jenis makanan yang pembelian.
disediakan untuk sendiri maupun keluarga.
Hasil penelitian ini sesuai beberapa penelitian Harga yang terjangkau dan sesuai dengan isi
terdahulu seperti Zhu dan Chang, (2015) dan produk frozen food yang ditawarkan juga
juga Vabo dan Hansen (2014) yang juga berpengaruh pada minat beli konsumen.
menemukan bahwa lingkungan sosial berupa Konsumen cenderung menginginkan produk
142 SANTOSO, MUSTANIROH, & PRANOWO Jur. Ilm. Kel. & Kons.

yang lebih murah dengan kualitas yang baik. Lingkungan sosial berpengaruh signifikan
Selain dari sisi harga produk, familiarity produk pada keakraban produk. Hal ini disebabkan
frozen food dapat dilihat dari kemudahan teman dan keluarga memberikan pengaruh
dalam memperoleh frozen food. Saat ini frozen tersendiri dalam konsumen untuk membeli
food telah dipasarkan di berbagai tempat baik suatu produk. Sebagian responden membeli
di pasar tradisional maupun pasar modern, frozen food karena rekomendasi dari keluarga
konsumen dapat dengan mudah untuk dan teman serta iklan yang ada di media sosial
memperoleh frozen food. Tingkat konsumsi baik online maupun offline. Keakraban produk
produk frozen food juga semakin tinggi, berpengaruh secara signifikan pada minat beli.
terbukti dengan meningkatnya konsumsi Hal ini dikarenakan konsumen membeli produk
daging rata-rata yaitu 2,08 kg/kapita/tahun apabila produk tersebut telah dikenal dengan
(Kementerian Pertanian, 2015). Semakin baik dan mudah diperoleh.
sering konsumen melihat produk dan melihat
orang lain mengonsumsi frozen food maka Berdasarkan hasil penelitian di atas maka
konsumen akan semakin akrab dan akan turut diharapkan konsumen dapat mengetahui
serta membeli produk tersebut. Menurut berbagai informasi produk sehingga
Kuester (2012), terdapat empat faktor yang mempunyai pengetahuan terhadap banyak
memengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk frozen food untuk dapat menelaah
produk yaitu kualitas, harga, merek dan keunggulan merek produk satu dengan
ketersediaan produk di pasaran. Ketika lainnya. Perusahaan juga diharapkan
konsumen lebih akrab dengan kategori produk memberikan informasi yang spesifik mengenai
tertentu, konsumen akan cenderung produknya sehingga konsumen mudah
mengandalkan nama merek dalam produk mengenali dan membedakan produk.
ketika berminat untuk mengonsumsi suatu
produk. DAFTAR PUSTAKA

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Anggraeni, D.A., Widjanarko, S.B. & Ningtyas,
penelitian Bui, Kemp, dan Hamilton (2015) D.W. (2014). Proporsi tepung porang
yang menemukan bahwa keakraban produk (amorphophallus muelleri blume) tepung
berpengaruh positif dan berperan maizena terhadap karakteristik sosis
meningkatkan minat beli. Loginova (2010) juga ayam. Jurnal Pangan dan Agroindustri,
menjelaskan bahwa konsumen benar-benar 2(3): 214-223.
mempertimbangkan merek sebagai syarat
Becker, L., van Rompay, T.J. L., Schifferstein,
penting bagi nama produk dan membuat
H.N.J., & Galetzka, M., (2011). Tough
keputusan pembelian. Konsumen yang akrab
package, strong taste: the influence of
dengan produk dapat dengan mudah
packaging design on taste impressions
mengenali kebutuhannya sesuai karakteristik
and product evaluations. Food Quality &
yang tepat dari suatu merek. Menurut Kuester
Preference, 1(22): 17–23.
(2012), keakraban produk memiliki peranan
penting dalam pemilihan keputusan. Berthon, P., Pitt, L.F., & Campbell, C. (2009).
Does brand meaning exist in similarity or
SIMPULAN DAN SARAN singularity? Journal of Business
Research, 62(3): 356-361.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
Bui, M., Kemp, E. & Hamilton, M. (2015). The
pengetahuan produk belum terdapat bukti
power of promoting healthy brands:
yang memadai memberikan pengaruh
familiarity in healthy product decision
signifikan terhadap keakraban produk. Hal ini
making. Journal of Promotion
diduga karena sebagian konsumen umumnya
Management. 21(6):739-759.DOI:
telah mengetahui dan mengenal informasi
10.1080/10496491.2015.1088920.
produk frozen food dari berbagai media
sehingga pengetahuan tentang produk frozen Campbell, M.C. & Keller, K.L. (2003). Brand
food relatif lengkap. Kemasan berpengaruh familiarity and advertising repetition
secara signifikan terhadap keakraban produk. effects. Journal of Consumer Research,
Hal ini karena kemasan berperan strategis 30(2): 292-304.
baik dari aspek fungsional maupun sebagai
Clarkson, J., C. Janiszewski, & M. D. Cinelli.
media promosi. Kesan pertama yang dilihat
(2013). The desire for consumption
oleh konsumen dalam melakukan pembelian
knowledge. Journal of Consumer
adalah kemasan sehingga jika kemasan
Research, 39(6):1313-1329.
menarik maka konsumen akan lebuh mudah
untuk mengenali produk lebih lanjut. Dursun, I. Kabadayi, E.T., Alan, A.K., Sezen,
Vol. 11, 2018 KEAKRABAN PRODUK DAN MINAT BELI 143

B. (2011). Store brand purchase Kuester, S. (2012). MKT I: Strategic Marketing


intention: effects of risk, quality, & Marketing in Specific Industry
familiarity and store brand shelf space. Contexts. University of Mannheim.
Journal of Global Strategic Management,
Kusuma, I.D. & Untarini, N. (2014). Pengaruh
5(2): 113-
pengetahuan produk terhadap niat beli
123.DOI:10.20460/JGSM.2011515802.
dengan sikap sebagai variabel
Ghozali, I. (2008). Generalized Structured intervening. Jurnal Ilmu Manajemen
Component Analysis (GSCA) Model 2(4): 1573-1583.
Persamaan Struktural Berbasis
Laroche, M., Kim, C., & Zhou, L. (1996). Brand
Komponen. Semarang. Badan Penerbit
familiarity and confidence as
Universitas Diponegoro.
determinants of purchase intention: an
Heimbach, A.E., Johansson, J.K. & empirical test in a multiple brand context.
MacLachlan, D.L. (1989). Product Journal of Business Research, 37(2)
familiarity, information processing, and :115-1920.
country-of-origin cues in NA. Advances
Lin, N. & Lin, B., (2007). The effect of brand
in Consumer Research. 16: 460-467.
image and product knowledge on
Herrera, C.F. & Blanco, C.F. (2011). purchase intention moderated by price
Consequences of consumer trust in pdo discount. Journal of International
food products the role of familiarity. Management Studies, 2(2) :121-132.
Journal of Product & Brand
Loginova, O. (2010). Brand familiarity and
Management. 20(4):282–296.
product knowledge in custmization.
Hwang, H., & Takane,Y. (2004). Generalized International Journal of Economic
structured component analysis. Theory. (6):297-309.DOI:
Psychometrica. 69 (1): 81-99. 10.1111/j.1742-7363.2010.00136.x.
Jamaliah, M.D., Gurmit, K. B., & Rashidah, Mayangsari, L., & Lilik, R. (2014). Pengaruh
A.R. 2013. Purchase intention of dukungan endorser dan brand familiarity
environment-friendly automobile. Journal terhadap perception of purchase risk dan
Procedia - Social and Behavioral dampaknya pada niat beli produk brand
Sciences. 8(5): 400 – 410.DOI: extention. Jurnal Manajemen Teori dan
10.1016/j.sbspro.2013.08.369. Terapan. 7(2):134-147.
Johnson, E.J. & Russo, J.E., (1984). Product Nguyen, P.V., Dang, N.H.X., Do, Q. L. N. &
Familiarity and Learning New Mai, K.T. (2015). The impacts of
Information. Journal of Consumer consumers’ familiarity on their behavioral
Research, 11 (1) : 542–550. intentions towards frozen pangasius
https://doi.org/10.1086/208990. products: a study in Ho Chi Minh City,
Vietnam. Review of European Studies,
Kamphuis, C., Giskes, K., de Bruijn, G. J.,
7(7): 97-106.
Wendel-Vos, W., Brug, J., & Van Lenthe,
F. J. (2006). Environmental determinants Orth, U. R., Campana, D., & Malkewitz, K.
of fruit and vegetable consumption (2010). Formation of consumer price
among adults: a systematic review. expectation based on package design:
British Journal of Nutrition. 96(4): 620- attractive and quality routes. Journal of
635. Marketing Theory and Practice, 18(1):3-
40.
Kamphuis, C.B., van Lenthe, F.J., Giskes,
K., Brug, J., Mackenbach, J.P. (2007). Ovrum, A., Alfnes, F., Almli, V. L., &
Perceived environmental determinants of Rickertsen, K. (2012). Health information
physical activity and fruit and vegetable and diet choices: results from a cheese
consumption among high and low experiment. Food Policy. 37(5): 520-529
socioeconomic groups in the
Putri, P.K.D. (2012). Pengaruh tingkat
Netherlands. Health & Place. 13(2): 493-
pendidikan, pengetahuan, sikap, dan
503.
terpaan iklan layanan masyarakat KB
DOI:10.1016/j.healthplace.2006.05.008.
versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu
Kementerian Pertanian. (2015). Outlook di TV terhadap perilaku KB pada wanita
Komoditas Pertanian Sub Sektor atau pria dalam usia subur. Jurnal
Peternakan Daging Sapi. ISSN:1907- Interaksi. 1(1): 46-56.
1507.
144 SANTOSO, MUSTANIROH, & PRANOWO Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Rundh, B. (2009). Packaging design: creating Kerentanan konsumen dan perilaku


competitive advantage with product pembelian produk makanan kemasan.
packaging. British Food Journal. 111(9): Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen,
988–1002. 8(3):193-203.
DOI:10.24156/jikk.2015.8.3.193
Sabbe, S., Verbeke, W., Van Damme,P.
(2008). Familiarity and purchasing Vabo, M., & Hansen, H., (2014). The
intention of belgian consumers for fresh relationship between food preferences
and processed tropical fruit and food choice: a theoretical discussion.
products. British Food Journal, International Journal of Business and
110(8):805 – 818.DOI:10.1108/ Social Science, 5(7): 145-157.
00070700810893331
Verlegh, P. W., Steenkamp, J. B. E., &
Saleh, I.M. & Nella, R.M. (2011). Hubungan Meulenberg, M. T. (2005). Country of
antara pengetahuan merek sozzis origin effects in consumer processing of
dengan volume pembelian produk sosis advertising claims. International Journal
merek Sozzis Pada PT.Carrefour of Research in Marketing, 22(2):127–
Cabang MTC Karebosi, Makassar. 139.
Jurnal Agribisnis. 10(3): 58-68. DOI:10.1016/j.ijresmar.2004.05.003.
Santoso, I & Fitriyani, R (2016). Green Vermeir, I. & Verbeke, W. (2006). Sustainable
packaging, green product, green Food Consumption: Exploring the
advertising, persepsi, dan minat beli Consumer ‘‘Attitude – Behavioral
konsumen. Jurnal Ilmu Keluarga dan Intention’’ gap. Journal of Agricultural
Konsumen. 9(2): 147- and Environmental Ethics. 19:169-19.4
158.DOI:10.24156/jikk.2016.9.2.147 DOI:10.1007/s10806-005-5485-3.
Shehryar, D. & Hunt, D.M. 2005. Buyer Zhu, D.H. & Chang, Y.P., (2015). Effects of
behavior and procedural fairness in interactions and product information on
pricing: exploring the moderating role of initial purchase intention in product
product familiarity. Journal of Product & placement in social games: the
Brand Management. 14(4): 271-276. moderating role of product familiarity.
DOI: 10.1108/10610420510609294 Journal of Electronic Commerce
Research, 16(1): 22-233.
Simanjuntak, M., Utami, F.S & Irni, R.J. (2015).

Anda mungkin juga menyukai