Anda di halaman 1dari 8

Analisis Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Sayur Organik

CV Golden Leaf Farm Bali

Terkait dengan pembelian produk, ada beberapa atribut yang dipertimbangkan


konsumen dalam membandingkan antara makanan organik dengan makanan nonorganik.
Pada umumnya konsumen menilai kualitas suatu produk dari tampilannya (Beharrell dan
Macfie, 1991), namun hal ini nampaknya bukan merupakan hal yang penting bagi
konsumen yang memiliki minat yang tinggi terhadap produk organik. Rasa, kesegaran,
daya tahan (usia) produk (Wandel dan Bugge, 1996), harga (Fotopoulos dan
Krystallis, 2003), dampak terhadap lingkungan dan makhluk hidup (Lea dan Worsley,
2005; Goldman dan Clancy, 1991), kandungan zat kimia dan kesehatan (Wandel dan
Bugge, 1996, Chinnici, et al., 2002, Harper dan Makatouni, 2002) dinilai merupakan
faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian (Bonti dan Yiridoe,
2006).
Berdasarkan paparan di atas, terdapat persepsi yang berbeda-beda mengenai faktor
yang dipertimbangkan dalam keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen.
Sebagai contoh, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen
mempersepsikan tidak adanya perbedaan rasa antara makanan organik dengan makanan
nonorganik (Jolly dan Norris, 1991; Sparling, et al., 1992 dalam Thio, 2008), sedangkan
hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa makanan organik memiliki rasa yang lebih
baik dibandingkan makanan nonorganik (Estes, et al., 1994; Parker, 1996 dalam Thio,
2008).
Dalam penelitian lain (Chinnici, et al., 2002; Harper dan Makatouni, 2002; O’Donovan
dan McCarthy, 2002; Hill dan Lynchechaun, 2002; Hutchins dan Greenhalgl, 1995;
Berrahel dan MacFie, 1991; Pearson, 2001), menunjukkan bahwa alasan konsumen
dalam membeli makanan organik adalah karena keyakinan konsumen bahwa makanan
organik lebih sehat dibandingkan makanan anorganik. Perbedaan persepsi ini berdasarkan
pada tingkat pengetahuan dan kesadaran konsumen (Jolly, et al., 1989; Ekelund, 1990;
Hutchins dan Greenhalgh, 1995; Cunningham, 2002 dalam Thio, 2008), kebiasaan (habit)
atau pola belanja konsumen (Magnusson, et al., 2001) dan faktor keberadaan atau
eksistensi makanan organik dan nonorganik di masyarakat (Sparling, et al., 1992 dalam
Thio, 2008).
Hubungan Faktor Psikologis Konsumen dengan Keputusan Pembelian
Schiffman dan Kanuk (2007) mengatakan bahwa psikologi konsumen berisi konsep
dasar psikologi yang menentukan perilaku individu dan mempengaruhi perilaku
konsumsi. Faktor-faktor dari psikologi konsumen dimaksud adalah motivasi, persepsi,
pembelajaran, dan sikap konsumen. Kotler (2004) menyatakan bahwa Pilihan pembelian
seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama yaitu motivasi, persepsi,
pembelajaran (pengetahuan), serta keyakinan dan sikap. Faktor-faktor psikologis tersebut
akan mendorong konsumen dalam bertindak untuk mendayagunakan serta
mempersepsikan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian produk. Konsep tersebut diperkuat oleh Latif (2011)
yang menyatakan bahwa keputusan pembelian memiliki hubungan yang positif dengan
faktor psikologis dalam diri konsumen yang bersangkutan.
Hubungan Faktor Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian
Bauran pemasaran berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Karena
bauran pemasaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam bidang pemasaran untuk
menciptakan pertukaran dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu untuk memperoleh laba
dan akan meningkatkan volume penjualan produknya, sehingga produk perusahaan
tersebut akan meningkat apabila konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut
(Ernawati, 2006).
Komponen terpenting dalam bauran pemasaran adalah produk dan harga. Produsen
harus memahami nilai-nilai produk yang dianggap penting oleh konsumen dan
menonjolkannya melalui kombinasi atribut produk meliputi kualitas produk, rancangan
produk dan ciri produk yang secara psikologis dapat memberikan kesan positif (Kotler
dan Armstrong, 2004). Penentuan atribut produk melalui inovasi rancangan produk, fitur
produk maupun peningkatan kualitas produk juga akan mempermudah produsen dalam
memposisikan produknya di pasar sehingga hal ini digunakan dalam konsep pemasaran
produk (Kotler dan Keller, 2009).

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep penelitian yang sudah dijelaskan di
depan, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
H1 : Faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, pembelajaran, dan sikap
berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam pembelian sayur organik CV
Golden Leaf Farm Bali.
H2 : Faktor bauran pemasaran yang terdiri atas produk, harga, promosi dan lokasi
berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam pembelian sayur organik CV
Golden Leaf Farm Bali.
Penelitian ini dilakukan di CV Golden Leaf Farm Bali sebagai basic research tempat
penelitian yang berlokasi di Dusun Asah, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng -
Bali dan di Supermarket untuk pengambilan responden yang diteliti. Adapun supermarket
yang dijadikan lokasi penelitian untuk pengambilan responden adalah
supermarket yang memiliki tingkat pembelian tertinggi di CV Golden Leaf Farm Bali
yaitu : 1) Carrefour Imam Bonjol, 2) Balideli Sanur, 3) Bintang Seminyak, 4) Pepaya,
Uluwatu Kuta, 5) Pepito Kuta, 6) Carrefour Singaraja, 7) Tiara Dewata Denpasar, 8)
Canggu Deli.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh konsumen yang membeli
sayur organik produksi CV Golden Leaf Farm Bali di Bali. Untuk teknik pengambilan
sampel yang digunakan penelitian ini adalah purposive sampling.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Evaluasi Koefisien Jalur Struktural
Mengacu tujuan penelitian yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu untuk
menganalisis faktor psikologis dan faktor bauran pemasaran terhadap keputusan
pembelian konsumen, maka berikut akan dilakukan analisis terhadap hasil pengujian
model untuk mengetahui koefisien masing – masing jalur. Berdasarkan model yang
terbentuk, analisis dengan PLS dilakukan dalam dua tahap yaitu pengaruh langsung dari
konstruk eksogen motivasi, persepsi, pembelajaran dan sikap yang merupakan bagian
dari faktor psikologis serta konstruk produk, harga, promosi dan lokasi yang merupakan
bagian dari faktor bauran pemasaran terhadap kostruk endogen keputusan pembelian.
Sehingga model pertama yang diuji adalah first order model PLS dan tahap kedua adalah
second order model PLS. Untuk lebih jelasnya berikut akan dipaparkan hasil pengujian
model masing –masing tahap. Pengujian dengan first order PLS yang dilakukan untuk
menjawab hipotesis penelitian dan juga untuk mengetahui besarnya pengaruh masing –
masing konstruk eksogen dari motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap, produk, harga,
promosi dan lokasi terhadap konsrruk endogen keputusan pembelian.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai


berikut.
1. Faktor psikologis yang terdiri atas: motivasi, pembelajaran, dan sikap berpengaruh
positif dan sangat nyata terhadap keputusan pembelian sayur organik CV Golden Leaf
Farm Bali, tetapi persepsi tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian sayur
organik CV Golden Leaf Farm Bali.
2. Faktor bauran pemasaran produk berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap
keputusan pembelian sayur organik CV Golden Leaf Farm Bali, tetapi harga berpengaruh
negatif namun sangat nyata terhadap keputusan pembelian sayur organik CV Golden
Leaf farm Bali.
3. Faktor promosi dan lokasi berpengaruh positif namun tidak berpengaruh nyata
terhadap keputusan pembelian sayur organik CV Golden Leaf Farm Bali.
PENGARUH MODAL USAHA DAN JUMLAH PELANGGAN
TERHADAP PENDAPATAN PRODUSEN ROTI DI KOTA DENPASAR
DENGAN LAMA USAHA SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Sektor informal merupakan suatu jenis kesempatan kerja yang tidak berbadan hukum
dan tidak terorganisir (Manning, 1996). Sektor informal merupakan kegiatan ekonomi
yang memiliki skala kecil yang lebih bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan
pendapatan daripada mencari keuntungan.
Mereka yang memasuki usaha berskala kecil pada mulanya bertujuan untuk mencari
kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan (Putra, 2015). Perkembangan sektor
informal dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, tetapi hal tersebut tidak
sejalan dengan permasalahan yang dihadapi sektor informal baik itu permasalahan intern
maupun ekstern (Mariani, 2016).
Dalam kaitannya dengan perekonomian daerah sektor informal memiliki suatu
keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian sehingga sektor informal akan mudah
dikembangkan di daerah-daerah yang masih potensial di sektor pertanian atau bersifat
agraris. Oleh sebab itu pengembangan sektor informal merupakan suatu cara yang cukup
baik untuk dapat mengatasi permasalahan ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi antar wilayah di suatu daerah (Tambunan, 1996). Menurut Fauzi (2016),
ketimpangan pendapatan merupakan salah satu masalah serius dalam perekonomian.
Pertumbuhan Ekonomi merupakan masalah yang penting bagi setiap negara di dunia
terlepas dari struktur ekonomi negara tersebut (Alp Ozel et al , 2013).
Modal merupakan salah satu faktor produksi dalam suatu kegiatan usaha. Tanpa modal
usaha tidakakan dapat berjalan (Asri, 1986). Sumber dari modal usaha itu dapat
bersumber dari modal sendiri dan modal dari luar, dimana modal harus dimaksimalkan
dengan baik kegunaannya. Modal merupakan kebutuhan yang kompleks karena
berhubungan dengan keputusan pengeluaran dalam kegiatan usaha untuk meningkatkan
pendapatan dan mencapai keuntungan yang maksimum dan demi kelancaran usaha
(Firdausa, 2013). Revathy et al. (2016) dan Khalaf (2013), menyatakan modal yang
merupakan salah satu faktor produksi akan menentukan produktivitas perusahaan yang
berdampak terhadap pendapatan perusahaaan. Modal yang dimiliki pengusaha sektor
informal relatif sedikit sehingga itu akan sulit untuk dapat meningkatkat
produktivitasnya. Perusahaan mikro dan kecil yang bergerak di sektor informal sering
kekurangan akses terhadap pembiayaan eksternal (Parinduri, 2016).
Lokasi Penelitian itu dilakukan di Kota Denpasar dengan menggunakan data primer
yang di peroleh dengan menyebarkan kuisioner kepada produsen roti yang ada di masing-
masing Kecamatan di Kota Denpasar. Alasan pemilihan Kota Denpasar sebagai lokasi
penelitian adalah karena merupakan kota yang potensial dan startegis dalam
pengembangan industri roti, dimana hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa lokasi usaha
yang strategis akan mempengaruhi pendapatan pedagang (Dewi, 2012).
Penelitian ini mengggunakan teknik analisis regresi variabel moderating atau
Moderated Regression Analysis (MRA) untuk mengetahui peran suatu variabel
moderating akan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen (Suyana Utama, 2009: 147).
Hasil analsis menujukan secara serempak variabel Modal (X1), jumlah pelanggan
(X2), Lama Usaha (X3) berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Produsen Roti di
Kota Denpasar (Y) dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,6502 yang memiliki
arti bahwa 65,02 persen variasi dari Pendapatan Produsen Roti di Kota Denpasar
dijelaskan oleh modal, jumlah pelanggan dan lama usaha. Sisanya 34,98 persen
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model. Secara parsial Modal (X1),
jumlah pelanggan (X2), Lama Usaha (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Produsen Roti di Kota Denpasar (Y). Lama Usaha (X3) merupakan variabel
moderating yang dapat memperkuat pengaruh antara Modal (X1) terhadap Pendapatan
Produsen Roti di Kota Denpasar(Y). Lama Usaha (X3) merupakan variabel moderating
yang dapat memperkuat pengaruh antara jumlah pelanggan (X2) terhadap Pendapatan
Produsen Roti di Kota Denpasar (Y).
ANALISIS SURPLUS KONSUMEN

DAN SURPLUS PRODUSEN IKAN SEGAR DI KOTA BANDUNG

(Studi kasus di Pasar induk Caringin)

Kota bandung memiliki letak yang strategis dari jakarta dan sering menjadi tempat
kunjungan favorit wisata di akhir pekan atau libur panjang. Kota bandung 8da di akses
membuat perekonomian kota bandung berkembang dengan cepat banyak bisanis yang
berkembang dibandung salah satunga adalah bisnis kuliner.

Bahan baku yang banyak digunakan dalam bisnis kuliner meliputi ikan segar yang
langsung diolah lalu dimakan dan ikan yang diubah benbtuk olahannya menjadi produk-
produk lain yang diminati oleh konsumen. Ikan segar maupun olahan ikan dapat diolah
dengan berbagai macam cara dan menghasilkan macam-macam produk yang baru dan
menarik.

Data statistik menujukkan bahwa produksi ikan setiap tahuin vcenderung meningkat
2005 sampai dengan 2010 baik yang diperoleh dari hasil produksi ikan dan kolam telah
mencampai hampir 250ribu ton dan produksi budidaya laut mencapai hampir 200ribu ton.

Penelitian ini dilaksanakan di pasar induk caringin bandung. Pada bulan juni smpai
bulan juli 2012. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode
survey yaitu dengan cara menyebar kusioner atau pun wawancara kepada para pedagang
ikan yang ada dipasar induk cafringan bandung. Berdasarkan sumberdaya data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan skunder. Teknik pengambilan
sampel yaitu dengan mengguinakan salah satu metode nonprobality samplinhg yaitu
purposive sampling .

Surplus konsumen yaitu kelebihan atau perbedaan antara kepuasan total atau total
utility (yang dinilai dengan uang) yang dinikmati konsumen dari menkonsumsikan
sejumlah barang tertrntu dengan pengorbanan totalnya (yang dinilai dengan uang) untuk
mmperoleh atau mengkoinsumsikan jumlah barang tersebut (samjuelson dan nordhaus
2003). Surplus produsen adalah jumlah yang dibayar oleh penjual untuk sebuah barang
dikurang dengan biaya produksi barang tersebut (mankiw et al 2012)

Apabila terjadi kesepakatan anatara penjual dan pembeli tentang harga dan kuantitas
antara penjual dan pembeli maka keseimbanganakan terjadi.
Pasar induk caringin bandung merupakan tempat perusaha dari berdagang bagi para
pedagang yang berjuang dan menyediakan kebutuhan konsumen. Responden dalam
penelitian ini adalah pedagang dan konsumen ikan segar rata-rata umur pedagang dan
pembeli ikan adalah sekitar 40 tahun. Kebanyakan konsumen ikan adalah pria hanya
beberapa berjenis kelamin wanita. Pembeli ikan memiliki profesi yang berbeda-beda
profesi konsumen ikan segar di pasar induk caringin.

Analisis surplus pada penelitian ini dipilih lima komoditas ikan yang memiliki nilai
ekonomi peting berdasarkan penelitian magdelena (2011) produsen yang dimaksud dalam
penelitiab ini adalah para pedagang ikan segar dipasar induk caringin dan konsumen yang
dimaksud penelitian ini adalah pembeli ikan segar di pasar induk caringin. Pemilihan
skala harga adalah asumsi harga disaat ikan langkah dipasaran dan saat ikan banyak
dipasaran. Hasil dari wawancara kepada para pedagang ikan segar di pasar induk
caringin.

Analisis surplus udang hasil penelitian ini yang telag dilkukan dipasar induk caringin
melalui wawancara dan kuisioner kepada pedagang dan konsumen ikan segar, maka
diketahui permintaan dan penawaran udang.

Faktor-faktor perubahan permintaan dan penawaran,permintaan ikan segar meningkat


setelah hari lebaran atau beberapa hari menjelang tahun baru. Peningkatan permintaan
yang terjadi 30% dari penjualan hari-hari normal. Permintaan ikan segar menurun pada
saat awal-awal bulan puasa. Perubahan permintaan disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah karena pendapatan konsumen.

Kesimpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah surpus konsumen lebih
besarsar dari surplus produsen dikarenakan struktur pasar induk caringin yaitu pasar
persaingan sempurna. Berarti keuntungan lebih banyak dinikmati oleh para koinsumen
dibandingkan penjualan ikan segar dipasar caringin.

Anda mungkin juga menyukai