Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori ini berdasarkan pada ekspor barang (komoditas). Sasaran


pengembangan teori ini adalah peningkatan laju pertumbuhan, penciptaan
lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan. Proses pengembangan kawasan
adalah merespon permintaan luar negeri atau dalam negeri atau di luar nodalitas
serta multiplier effect ( Geltner, 2005). Teori ini sangat populer dan mudah
dimengerti, data tersedia menekankan pentingnya industri lokal. Oleh karena
sederhana, teori ini hanya mampu memprediksi jangka pendek dan tidak mampu
merespon perubahan jangka panjang.

Hanya menekankan perlunya mengembangkan sektor industri non basis,


tidak mengenal bahwa ekonomi regional adalah mengintegrasikan seluruh
aktivitas ekonomi yang saling mendukung. Penerapan pengembangan industri ini
berorientasi ekspor dan subtitusi impor, promosi dan pengerahan industri,
peningkatan efisiensi ekonomi ekspor melalui perbaikan infrastruktur. Untuk itu
ada integrasi antara jenis industri, prasarana, dan perluasan industri. Dapat
disusun hipotesa selain lokasi juga peranan sektoral serta LQ ( Location
Qoutient) sektor konstruksi perumahan realestat dalam satu kawasan.

Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya


bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya
peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas
kegiatan basis dan non basis dimana hanya kegiatan basis yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.

Salah satu tujuan dari kebijaksanaan pembangunan adalah mengurangi


perbedaan dalam tingkat perkembangan atau pembangunan dan kemakmuran
antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Konsep pembangunan tersebut
seringkali disebut dengan konsep pembangunan regional atau wilayah. Dalam
perencanaan pembangunan regional tersebut dikenal berbagai teknik analisis
yang dapat menentukan pilihan terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi yang
menjadi prioritas pembangunan. Salah satu model perencanaan demikian
dikenal dengan istilah Model Perencanaan Economic Base. Untuk itu, makalah
ini dibuat untuk membahas mengenai Teori Basis Ekonomi.

1
B. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Teori Basis Ekonomi

2. Untuk Mengetahui Pandangan para ahli mengenai Teori Basis


Ekonomi

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Teori Basis Ekonomi

2. Bagaimana Pandangan Para Ahli mengenai Teori Basis Ekonomi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi mengemukakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi


suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah dalam memenuhi
permintaan akan barang dan jasa dari daerah lain. kemampuan suatu daerah
untuk mengekspor produknya akan memicu timbulnya efek pengganda
(multiplier effect). pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya
lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation)

Teori basis ekonomi pada intinya membedakan aktivitas sektor basis dan
aktivitas sektor non basis. Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor
tersebut menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas
sektor non basis merupakan sektor sekunder (city polowing) artinya tergantung
perkembangan yang terjadi dari pembangunan menyeluruh itu.

Teori pertumbuhan berbasis ekspor tertanam pada gagasan bahwa


perekonomian lokal harus menambah aliran uang masuknya agar tumbuh dan
satu-satunya cara yang paling efektif untuk menambah aliran uang masuk adalah
menambah ekspor.

Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan aktivitas basis dari


suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak
tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Basis ekonomi dari sebuah komunitas
terdiri atas aktivitas-aktivitas yang menciptakan pendapatan dan kesempatan

3
kerja sebagai suatu basis dari suatu ekonomi. Semua pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh sektor basis.

Pendapatan dan kesempatan kerja basis berasal dari ekspor. Industri-


industri ekspor merupakan basis dari wilayah. Pendapatan dan kesempatan kerja
non basis ditentukan oleh pendapatan dan kesempatan kerja basis. Konsep
kunci dari teori berbasis ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan
mesin pertumbuhan. Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana
kinerja wilayah itu terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar.

B. Pandangan Ahli Tentang Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973)


yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu
daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa
dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan
bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini
memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan
apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama
dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146).

Teori basis ekonomi pada intinya membedakan aktivitas sektor basis dan
aktivitas sektor non basis. Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor
tersebut menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas
sektor non basis merupakan sektor skunder (city polowing) artinya tergantung
perkembangan yang terjadi dari pembangunan yang menyeluruh.

Lebih lanjut dalam analisis teori basis ekonomi, teori tersebut dapat
digunakan untuk menentukan sektor dan subsektor potensial di Kabupaten Musi
Rawas berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Apabila sektor
potensial tersebut dapat dikembangkan dengan baik tentunya mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal. Menurut
teori ini suatu daerah dapat dibedakan menjadi daerah andalan dan bukan
andalan, yang selanjutnya dimodifikasi menjadi sektor/subsektor ekonomi
potensial dan bukan sektor/subsektor ekonomi potensial.

Untuk mengidentifikasi suatu sektor/subsektor ekonomi potensial dan


bukan potensial digunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Arsyad

4
(1999:315) menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi
kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu:

1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri


maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini
dinamakan sektor ekonomi potensial (basis)

2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut


dinamakan sektor tidak potensial (non basis) atau local industry.

Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi


suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang
dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan
sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation)
(Arsyad, 1999).

Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan


perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor
yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan
populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory). Menurut Glasson
(1990:63-64), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua
sektor yaitu:

1. Sektor-sektor Basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-


barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat
yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang
bersangkutan.

2. Sektor-sektor Bukan Basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-


barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam
batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak
mengekspor barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar
terutama adalah bersifat local

Walaupunn Sektor basis tersebut pada dasarnya memproduksi barang


dan jasa di dalam perekonomian untuk keperluan wilayah maupun luar
wilayah.Dengan demikian sektor tersebut mendatangkan arus pendapatan ke
wilayah yang bersangkutan. Peningkatan pendapatan wilayah pada gilirannya
akan meningkatkan pula tingkat konsumsi wilayah maupun tingkat investasi

5
wilayah, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan wilayah dan
kesempatan kerja.

Menurut Tarigan (2007), metode untuk memilah kegiatan basis dan


kegiatan non basis adalah sebagai berikut :

1. Metode Langsung dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku saha


kemana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana
mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkanproduk
tersebut. Kelemahan metode ini yaitu : pertanyaan yang berhubungan
dengan pendapatan data akuratnya sulit diperoleh, dalam kegiatan usaha
sering tercampur kegiatan basis dan non basis.

2. Metode Tidak Langsung Metode ini dipakai karena rumitnya melakukan


survei langsung ditinjau dari sudut waktu dan biaya. Metode ini
menggunakan asumsi, kegiatan tertentu diasumsikan sebagai kegiatan
basis dan kegiatan lain yang bukan dikategorikan basis adalah otomatis
menjadi kegiatan basis.

3. Metode Campuran Metode ini dipakai pada suatu wilayah yang sudah
berkembang, cukup banyak usaha yang tercampur antara kegiatan basis
dan kegiatan non basis. Apabila dipakai metode asumsi murni maka akan
memberikan kesalahan yang besar, jika dipakai metode langsung yang
murni maka akan cukup berat. Oleh karena itu orang melakukan
gabungan antara metode langsung dan metode tidak langsung yang
disebut metode campuran. Pelaksanaan metode campuran dengan
melakukan survei pendahuluan yaitu pengumpulan data sekunder,
kemudian dianalisis mana kegiatan basis dan non basis. Asumsinya
apabila 70 persen atau lebih produknya diperkirakan dijual ke luar wilayah
maka maka kegiatan itu langsung dianggap basis. Sebaliknya apabila 70
persen atau lebih produknya dipasarkan ditingkat lokal maka langsung
dianggap non basis. Apabila porsi basis dan non basis tidak begitu
kontras maka porsi itu harus ditaksir. Untuk menentukan porsi tersebut
harus dilakukan survei lagi dan harus ditentukan sektor mana yang
surveinya cukup dengan pengumpulan data sekunder dan sektor mana
yang membutuhkan sampling pengumpulan data langsung dari pelaku
usaha.

4. Metode Location Quotient Metode LQ membandingkan porsi lapangan


kerja/nilai tambah untuk sector tertentu untuk lingkup wilayah yang lebih
kecil dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor
yang sama untuk lingkup wilayah yang lebih besar.

LQ =

6
Ket :
Li = Banyaknya lapangan kerja sector i di wilayah analisis
e = Banyaknya lapangan kerja di wilayah analisis
Li = Banyaknya lapangan kerja sector i secara nasional
E = Banyaknya lapangan kerja secara nasional

Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan


dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sector
kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif
atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan.
Dari rumus diatas, apabila LQ > 1 berarti porsi lapangan kerja atau nilai
tambah sektor i di wilayah analisis terhadap total lapangan kerja atau nilai
tambah wilayah adalah lebih besar dibandingkan dengan porsi lapangan kerja
atau nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. LQ > 1 memberikan
indikasi bahwa sektor tersebut adalah basis sedangkan apabila LQ < 1 berarti
sektor tersebut adalah non basis.

Location Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang


sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Menurut Hendayana
(2000), kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas unggulan antara
lain penerapannya sederhana, mudah dan tidak memerlukan program
pengolahan data yang rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet
dari Excel bahkan jika datanya tidak terlalu banyak kalkulator pun bisa
digunakan. Keterbatasannya adalah karena demikian sederhananya pendekatan
LQ ini, maka yang dituntut adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ
tidak akan banyak manfaatnya jika data yang digunakan tidak valid. Oleh karena
itu sebelum memutuskan menggunakan analisis ini maka validitas data sangat
diperlukan. Disamping itu untuk menghindari bias diperlukan nilai rata-rata dari
data series yang cukup panjang, sebaiknya tidak kurang dari 5 tahun. Sementara
itu di lapangan, mengumpulkan data yang panjang ini sering mengalami
hambatan.

Keterbatasan lainnya dalam deliniasi wilayah kajian. Untuk menetapkan


batasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak
jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa yang
kita duga. Misalnya suatu wilayah provinsi yang diduga memiliki keunggulan di
sektor non pangan, yang muncul malah pangan dan sebaliknya. Oleh karena itu
data yang dijadikan sumber bahasan sebelum digunakan perlu diklarifikasi
terlebih dahulu dengan beberapa sumber data lainnya, sehingga mendapatkan
gambaran tingkat konsistensi data yang mantap dan akurat . Inti dari model
ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah
ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk
barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing

7
yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak
(Budiharsono, 2001).

Teori basis ini selanjutnya menyatakan bahwa karena sektor basis


menghasilkan barang dan jasa yang dapat dijual keluar daerah yang
meningkatkan pendapatan daerah tersebut, maka secara berantai akan
meningkatkan investasi yang berarti menciptakan lapangan kerja baru.
Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya meningkatkan permintaan
terhadap industriy basic, tetapi juga menaikkan permintaan akan industry non
basic. Dengan dasar teori ini maka identifikasi sektor unggulan/sektor basis
sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan
pembangunan ekonomi didaerah. Oleh karena itu perlu diprioritaskan untuk
dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan yaitu mampu memberikan indikasi


bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan
memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sector
lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sector
unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang
terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang
investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan
yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Bank Indonesia, 2005).

Dalam pemahaman teori tersebut dapat dikatakan bahwa ekspor


merupakan variabel utama yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah. Kenaikan pendapatan yang diperoleh wilayah yang bersangkutan
tidak hanya akan meningkatkan permintaan terhadap sektor basis semata-mata,
akan tetapi juga akan meningkatkan permintaan hasil industri sektor bukan basis,
yang pada gilirannya akan meningkatkan pula investasi di sektor bukan basis
tersebut. Dengan perkataan lain, penanaman modal di sektor lokal atau wilayah
akan merupakan investasi yang di incuded sebagai akibat dari kenaikan
pendapatan di sektor basis. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka
landasan dari teori ini adalah bahwa sektor basis merupakan prioritas
pengembangan dalam suatu wilayah.

Walaupun model ini merupakan penyederhanaan dari Model Input-


Output, akan tetapi bagi wilayah-wilayah tertentu, terutama wilayah yang relatif
kecil, model ini baik sekali untuk digunakan mengingat dasar-dasar yang praktis.
Sangat sukar mengaplikasikan Input-Output untuk sesuatu wilayah yang sangat
kecil, seperti misalnya wilayah perkotaan. Dalam keadaan demikian, maka
penggunaan model ini dirasakan lebih bermanfaat.

Mengingat bahwa landasan utama pada model Economic Base ini adalah
persoalan multiplier (dampak pengganda) dan pengklasifikasian sektor (apakah

8
tergolong sektor basis atau sebaliknya), maka sebelum didiskusikan modelnya
sendiri, maka lebih dahulu ingin diuraikan tentang persoalan multiplier (yang juga
merupakan landasan dari model Input-Output pada Bab VI) dan berikutnya
adalah klasifikasi sektoralnya. Analisis pengklasifikasian sektor tersebut dikenal
dengan istilah analisis Loqation Quotient.

Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori


ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha
yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. implementasi
kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan-
perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah
tersebut (arsyad, 1999:116).

Bandavid-val (1991:77-78) mengemukakan tentang teori basis ekonomi


bahwa pertumbuhan ekonomi regional sangat tergantung pada permintaan
(demand) yang bersifat ekstern dari luar daerahnya. menurut hoover (1984:316-
317), pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan
daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan
konsekuensi-konsekuensi dari pembangunan daerah. barang-barang dan jasa-
jasa dari sektor basis yang diekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah
serta meningkatkan konsumsi dan investasi. peningkatan pendapatan tidak
hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga
akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis, yang pada akhirnya
akan mendorong pula kenaikan investasi sektor non basis.

Menurut teori ini bahwa suatu daerah tidak akan berkembang apabila
tidak terjadi peningkatan dari sektor ekspor di daerah tersebut, namun pada
kenyataannya suatu daerah dapat berkembang walaupun terjadi penurunan
ekspor, jika pada sisi lain sektor non ekspor dapat tumbuh dan berkembang
sehingga mengimbangi penurunan sektor ekspor tersebut, dan hal ini merupakan
salah satu kelemahan teori ini. namun demikian, para ilmuwan dan praktisi tetap
memanfaatkannya dalam kegiatan-kegiatan penelitian empirik. penggunaan teori
ini dalam studi empirik dimaksudkan untuk mengidentifikasi sektor-sektor
ekonomi yang termasuk sektor basis maupun sektor non basis disuatu wilayah
atau daerah.

Teori ini berdasarkan pada ekspor barang (komoditas). Sasaran


pengembangan teori ini adalah peningkatan laju pertumbuhan, penciptaan
lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan. Proses pengembangan kawasan
adalah merespon permintaan luar negeri atau dalam negeri atau di luar nodalitas
serta multiplier effect ( Geltner, 2005).

9
Teori ini sangat populer dan mudah dimengerti, data tersedia
menekankan pentingnya industri lokal. Oleh karena sederhana, teori ini hanya
mampu memprediksi jangka pendek dan tidak mampu merespon perubahan
jangka panjang. Hanya menekankan perlunya mengembangkan sektor industri
non basis, tidak mengenal bahwa ekonomi regional adalah mengintegrasikan
seluruh aktivitas ekonomi yang saling mendukung. Penerapan pengembangan
industri ini berorientasi ekspor dan subtitusi impor, promosi dan pengerahan
industri, peningkatan efisiensi ekonomi ekspor melalui perbaikan infrastruktur.
Untuk itu ada integrasi antara jenis industri, prasarana, dan perluasan industri.
Dapat disusun hipotesa selain lokasi juga peranan sektoral serta LQ ( Location
Qoutient) sektor konstruksi perumahan realestat dalam satu kawasan.

Secara implisit pembagian perekonomian regional yang dibagi menjadi


dua sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana keduanya kemudian
menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi.

Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus


pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah
permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya akan
menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya semakin berkurangnya
kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan
bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang
bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai
penggerak utama.

Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan


pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas sektor non basis
merupakan sektor sekunder (city folowing) artinya tergantung perkembangan
yang terjadi dari pembangunan yang menyeluruh.

Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas


basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis
dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis
ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan.
Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu
terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar.

Identifikasi Sektor Basis dan non-Basis

Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis
atau non-basis adalah analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999:315)

10
menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi
suatu daerah menjadi dua golongan yaitu:
1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri
maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini
dinamakan sektor ekonomi potensial (basis)

2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut


dinamakan sektor tidak potensial (non basis) atau local industry.

Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi


suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang
dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan
sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation)
(Arsyad, 1999).

Keterbatasan Teori Basis Ekonomi

1. Model tersebut hanya merupakan gambaran yang kasar, karena hanya


memusatkan perekonomian dalam dua sektor. Sebaliknya model tersebut
mempunyai sifat yang lebih pragmatis karena kesederhanaannya, baik
dalam sistem data maupun sistem analisisnya.

2. Propensity dalam konsep ini merupakan approximation atau perkiraan


dari nilai total data yang ada, dan bukan merupakan konsep marginal
sebagaimana umumnya diperoleh dalam analisis ekonomi makro.

3. Bagi wilayah-wilayah yang perekonomiannya menunjukkan


kecenderungan pertumbuhannya yang cepat, maka rasio dari (YN/YB)
tidak lagi konstan, sehingga model tersebut akan sangat restriktif
terhadap persoalan waktu.

4. Bagi suatu wilayah atau region yang relatif besar, maka ekspor bukan lagi
merupakan perubah atau variabel yang memegang peranan yang

11
terlampau penting bagi pertumbuhan perekonomian di wilayah yang
bersangkutan. Hal ini karena pada wilayah-wilayah yang relatif luas
tersebut akan memungkinkan terjadinya diversifikasi sumberdaya dalam
intensitas yang cukup tinggi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas


basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis
dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis
ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan.
Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu
terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar.

Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973)


yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu
daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa
dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan
bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,

12
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini
memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan
apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama
dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146).

Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas


basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis
dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis
ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan.
Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu
terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar.

B. Rekomendasi

Teori ini sangat populer dan mudah dimengerti, data tersedia


menekankan pentingnya industri lokal. Oleh karena sederhana, teori ini hanya
mampu memprediksi jangka pendek dan tidak mampu merespon perubahan
jangka panjang. Hanya menekankan perlunya mengembangkan sektor industri

13
non basis, tidak mengenal bahwa ekonomi regional adalah mengintegrasikan
seluruh aktivitas ekonomi yang saling mendukung.

Teori ini hanya mampu memprediksi jangka pendek dan tidak mampu
merespon perubahan jangka panjang. Penerapan pengembangan industri ini
berorientasi ekspor dan subtitusi impor, promosi dan pengerahan industri,
peningkatan efisiensi ekonomi ekspor melalui perbaikan infrastruktur Oleh karena
itu, dibutuhkan integrasi antara jenis industri, prasarana, dan perluasan industri.
Dapat disusun hipotesa selain lokasi juga peranan sektoral serta LQ (Location
Qoutient) sektor konstruksi perumahan real estate dalam satu kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep Dan Teori. Graha


Ilmu : Yogyakarta

14
Adisasmita, Sakti Adji. 2011. Transpotasi Dan Pengembangan Wilayah. Graha
Ilmu : Yogyakarta

Tarigan, Robinson. 2009. Ekonomi Regional : Teori Dan Aplikasi. Bumi Aksara :
Jakarta

15
16

Anda mungkin juga menyukai