TAKHRIJ HADITS
OLEH :
KELOMPOK 6
KARTINI (60800114072)
A.MUH.SUTAMI (60800114071)
DHIAURRAHMA (60800114070)
2014
A. Pengertian Takhrij al-Hadits
1. Al-istinbath (mengeluarkan)
2. Al-tadrib (melatih atau membiasakan)
3. Al-tawjih (memperhadapkan)
Dari definisi tersebut telihat bahwa hakikat dari takhrij al-hads adalah
penelusuran atau pencarian hadis sebagai sumbernya yang asli yang didalamya
dikemukakan secara lengkap matan dan sanadnya
a) Suatu hadis akan sangat sulit diteliti status dan kualitasnya bila terlebih
dahulu tidak diketahui sumbernya. Tanpa kegiatan takhrij terlebih dahulu,
maka sulit mengetahui, sanad dan matn yang terkandung dalam hadis
yang dimaksud. Tetapi, dengan adanya takhrij maka segala-galanya
dapatdiketahui. Khususnya sumber pengambilannnya dan susunan sanad
serta hadis yang bersangkutan. Karena itu, tujuan takhrij daam hal ini
adalah :
1) Mengetahui asal-usul hadis atau sumber rujukan hadis
2) Mengetahu asal-usul periwayat yang tergabung dalam susunan
sanad
3) Mengetahui matn berbagai pernyataan yang terkandung dalam
matn hadis
b) Perlu diketahui bahwa salah satu rangkaian penelitian hadis adalah kritik
atau penilaian terhadapa sanad (naqd al-sanad) dan matn (naqd al-matn)
c) Hadis yang diteliti adalah sanad dan matnnya. Terkadang pada aspek
sanad, ditemukan periwayat lain sebagai syahid dan mutabi yang
mendukung (cooroboration) pada sanad yang diteliti. Pada aspek matn,
terkadang pula ditemukan lafal yang dianggap samar-samar dan sukar
dimengerti maksudnya. Kaitannya dengan ini, takhrij bertujuan untuk
memberikan pemahaman (al-syarh) secara utuh dan menyeluruh
mengenai keadaan sanad dan matn hadis.
Adapun tujuan pokok takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah :
1) Mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis yang ingin
diteliti terdapat dalam buku-buku hadis atau tidak
2) Mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja yang
didapatkan
3) Mengetahui ada berapa tempat hads tersebut dengan sanad yang
berbeda didalam sebuah buku hadis atau dalam beberapa buku induk
hadis
4) Mengetahui kualitas hadis (makbul/diterima atau mardud/tertolak)
Dari berbagai uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan takhrij
adalah :
Faedah dan manfaat takhrij cukup banyak di antaranya yang dapat dipetik
oleh yang melakukannya adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui referensi beberapa buku hadis. Dengan takhrij seseorang
dapat mengetahui siapa perawi suatu hadis yang diteliti dan didalam kitab
hadis apa saja hadis tersebut didapatkan
2) Menghimpun sejumlah sanad hadis. Dengan takhrij seseorang dapat
menemukan sebuah hadis yang akan diteiti di sebuah atau beberapa
buku induk hadis. Misalnya terkadang dibeberapa tempat didalam kitab
Al-Bukhari saja, atau didalam kitab-kitab lain. Dengan demikian ia
menghimpun sejumlah sanad
3) Mengetahui keadaan sanad yang bersambung (muttashil) dan yang
terputus (munqathi) dan mengetahui kadar kemampuan perawi dalam
mengingat hadis serta kejujuran dalam periwayatan
4) Mengetahui status suatu hadis. Terkadang ditemukan sanad suatu hadis
dhaif, tetapi melalui sanad lain hukumnya shahih
5) Meningkatkan suatu hadis yang dhaif menjadi hasan li ghayrihi karena
adanya dukungan sanad lain yang seimbang atau lebih tinggi kualitasnya.
Atau meningkatnya hadis hasan menjadi shahih lil ghayrihi dengan
ditemukannya sanad lain yang seimbang atau lebih tinggi kualitasnya
6) Mengetahui bagaimana para imam hadis menilai suatu kualitas hadis dan
bagaimana kritikan yang disampaikan
7) Seseorang yang melakukan takhrij dapat menghimpun beberapa sanad
dan matan suatu hadis
Metode ini sangat bergantung pada lafal pertama matan hadis. Hadis-
hadis dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafal pertamanya menurut
urutan huruf-huruf hijaiyyah, seperti hadis-hadis yang huruf pertama dari lafal
pertamanya alif, ba, ta, dan seterusnya. Seorang mukharrij yang menggunakan
metode ini haruslah terlebih dahulu mengetahui secara pasti lafal pertama dari
hadis yang akan di takhrijnya, setelah itu barulah dia melihat huruf pertamanya
pada kitab-kitab takhrij yang disusun berdasarkan metode ini, dan huruf kedua,
ketiga dan seterusnya.
Metode ini sangat berlandaskan pada perawi pertama suatu hadis, baik
perawi tersebut dari kalangan sahabat, bila sanadnya muttashil sampai kepada
Nabi saw. Atau dari kalangan tabiin, apabila hadis tersebut mursal. Para
penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini mencantumkan hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh perawi pertama dari setiap hadis yang hendak di takhrij dan
setelah itu, barulah mencari nama perawi pertama tersebut dalam kitab-kitab itu
dan selanjutnya, mencari hadis dimaksud di antara hadis-hadis yang tertera
dibawah perawi pertama tersebut
Keuntungan dengan metode ini adalah bahwa masa proses takhrij dapat
diperpendek Karena dengan metode ini, diperkenalkan sekaligus para ulama
hadis yang meriwayatkannya beserta kitab-kitabnya. Akan tetapi kelemahan dari
metode ini adalah ia tidak dapat digunakan dengan baik apabila perawi pertama
hadis yang hendak diteliti itu tidak diketahu dan demikian juga, merupakan
kesulitan tersendiri untuk mencari hadis di antara hadis-hadis yang tertera di
bawah setiap perawi pertamanya yang jumlahnya kadang-kadang cukup banyak
d) Takhrij berdasarkan tema hadis
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadis. Oleh karena itu,
untuk melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu disimpulkan
tema dari suatu hadis yang akan ditakhrij dan kemudian baruu mencarinya
melalui tema itu pada kitab-kitab yang disusun menggunakan metode ini. Sering
kali, suatu hadis memiliki lebih dari satu tema. Dalam kasus yang demikian,
seorang mukharrij harus mencrinya pada tema-tema yang mungkin dikandung
oleh hadis tersebut.
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan para
ulama hadis dalam menyususn hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis
berdasarkan statusnya. Kelebihan metode ini dapat dilihat dari segi mudahhnya
proses takhrij. Hal ini karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam
kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit sehingga tidak
memerlukan upaya yang rumit. Namun, karena cakupannya sangat terbatas,
dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini
sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini
Cara yang sangat popular dalam mentakhrij hadis melalui lafalnya adalah
menggunakan alat bantu berupa Mujam (kamus Hadis) karya A. J. Wensink,
yang berjudul Al-Mujam al-Mufahras li Alfazh al-Hadist al-Nabawiy
Hadis ahad terbagi lagi yaitu : hadis masyhur dang hair masyhur. Dan
hadisghair masyhur terdiri dari hadis aziz dan hadis gharib. Dalam pada itu,
ulama ushul cenderung membagi hadis dari segi kuantitasnya terbagi tiga, yakni :
mutawatir, masyhur, dan ahad. Menurut ulama hadis definisi hadis masyhur
adalah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari dua orang tetapi belum mencapai
derajat mutawatir. Hadis aziz adalah hadis yang periwayatnya tidak kurang dari
dua orang dalam semua thabaqat. Adapun hadis gharib, yaitu hadis yang hanya
diriwayatkan oleh seorang periwayat.
Daftar Pustaka
Khon, Abdul Majid. 2007. ULUMUL HADIS. Jakarta : Amzah. Hlm 115