Prodi : pwk
Mapel :Ekonomi wilayah dan kota
2. Jelaskan model keuntungan komparatif dalam mobilitas barang dan factor produksi
antar wilayah?
- Model keuntungan komparatif (comparative advantage) yaitu yang dipelopori oleh David Ricardo
dan di modernisir oelh Hecker dan Ohlin. Model ini mengasumsikan bahwa mobilitas sumber daya
antar wilayah adalah tidak lancar.
Model Mobilitas Sumber Daya (Resources Mobility) yang analisanya pada perbedaan harga barang
dan faktor produksi antar wilayah yang merupakan faktor pendorong terjadinya mobiitas.
Prinsip dasar pada model ini adalah apabila mobilitas sumberdaya (faktor produksi) antar wilayah
tidak lancar, maka masyarakat akan lebih diuntungkan bila memfokuskan pada kegiatan produksi
yang wilayahnya dapat memproduksi dengan biaya relatif lebih murah (efisien) dibandingkan
wilayah lain.
Relatif murahnya biaya produksi ditentukan oleh harga faktor produksi yang berlaku pada wilayah
tersebut. Sedangkan perbedaan harga faktor produksi antar wilayah ditentukan oleh “tingkat
kandungan relattif faktor produksi” yang dimiliki setiap wilayah.
Relatif rendahnya biaya produksi memungkinkan wilayah tersebut menetapkan harga hasil produksi
yang lebih murah dibandingkan wilayah lainnya.
Perbedaan harga ini memungkinkan wilayah ini untuk menjual produknya ke wilaya lain dimana
harga barang yang sama relatif tinggi. Perbedaan harga ini selanjutnya akan mendorong kegiatan
perdagangan antar wilayah yang menguntungkan kedua belah pihak. Bahwa perdagangan antar
wilayah terjadi karena adanya perbedaan keuntungan komparatif secara relatif.
Berdasarkan prinsip tersebut, wilayah yang relatif terbelakang dan didominasi oleh kegiatan
pertanian akan lebih diuntungkan bila fokus pada kegiatan produksinya dan menjual hasil
produksinya kepada wilayah maju. Sebaliknya wilayah yang relatif lebih maju dan kegiatan
ekonominya didominasi kegiatan industri dan dapat memproduksi barang-barang hasil produksi
sektor industtri akan diuntungkan juga bila menjual hasil produksinya ke wilayah agraris.
Model Basis Ekspor Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Douglas C. North pada tahun 1956
yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah ditentukan oleh keuntungan
kompetitif (Competitive advantage) yang dimiliki oleh daerah atau wilayah yang bersangkutan. Bila
daerah yang bersangkutan dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang mempunyai
keuntungan kompetitif sebagai basis untuk ekspor, maka pertumbuhan daerah yang bersangkutan
akan dapat ditingkatkan, hal ini terjadi karena peningkatan ekspor dapat memberikan dampak
berganda (multiplier Effect) pada daerah yang bersangkutan (Sjafrizal 2008), pada model ini
menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan
langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah yang bersangkutan,
pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan
bahan baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan peluang kerja baru (Arsyad 2010)
Sebagaimana dikemukakan oleh Jhon Blaier (1991) dalam Sjafrizal 2008 model basis ekspor ini
diformulasikan dengan menggunakan apa yang disebut sebagai formula income model, PDRB suatu
daerah dapat diungkapkan sebagai berikut : Y = C + MI – MO
Dimana Y adalah Pendapatan Regional (PDRB), C adalah konsumsi, MI menunjukkan uang masuk
karena adanya ekspor dan MO adalah arus uang keluar karena adanya impor. Model formula ekspor
dapat pula diformulasikan dengan model basis ekonomi, dalam hal ini perekonomian suatu daerah
(Y) dibagi menjadi 2 kelompok yaitu sektor basis ( B) dan sektor non basis (S). Sektor basis adalah
sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan
kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi, sedangkan sektor non basis adalah sektor
yang kurang potensial untuk dikembangkan akan tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis.
*Teori Interegional Income: Teori ini sangat berkaitan dengan teori sebelumnya yang mana teori ini
berguna untuk meningkatkan ekspor yang sangat berpengaruh demi menjalin kelangsungan
pertumbuhan suatu daerah dan menciptakan pemerataan pertumbuhan perekonomian antar
daerah.
Model Interregional Income Perluasan dari model ekonomi basis dapat dilakukan dengan
memasukkan unsur hubungan ekonomi antar wilayah yang di kenal dengan interregional Income
yang pertama kali diperkenalkan oleh Harry W Richardson (1991) dalam model ini ekspor
diasumsikan sebagai faktor yang berada dalam sistem (Endegeneous variable) yang ditentukkan oleh
perkembangan kegiatan perdagangan antar wilayah yang terdiri atas barang konsumsi dan barang
modal. Sehingga modelnya seperti teori ekonomi Keynes yang dirumuskan sebagai berikut :
Yi = Ci + Ii + Gi + ( Xi-M)
4.Carilah satu artikel /jurnal nasional yg menganalisi tentang ketimpangan antar wilayah!
ANALISIS DANA PERIMBANGAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI ACEH
Jurnal Ekonomi dan PembangunanVol.5, N0.2, Nov 2014 ISSN: 0852 -9124
- Metode yang digunakan untuk menganalisi factor penyebab terjadinya ketimpangan di wilayah
tersebut!
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data dari Badan Pusat
Statistik Acehuntuk periode penelitian yang dikaji selama 17 tahun yaitu tahun 1994-2011.
Model Analisis Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada suatu daerah, belum tentu dapat dinikmati
oleh semua penduduknya. Begitu juga di Aceh, pertumbuhan ekonomi pasti diikuti dengan
ketimpangan, karena tidak semua daerah dapat meratakan pembangunan ekonomi. Untuk
mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan di Provinsi Aceh, maka digunakan indeks ketimpangan
regional (regional inequality) yang dinamakan indeks Williamson (Sjafrijal, 2008 ).
Dimana :
Dalam penelitian ini menggunakan model regresi linear sederhana untuk memgetahui pengaruh
dana perimbangan terhadap ketimpangan. Model analisisnya sebagai berikut (Gujarati, 2010) :
-apa saja yang dapat menanggulangi masalah ketimpangan pembangunan ekomnomi di wilayah
tersebut!
untuk mengurangi ketimpangan pembanguna ekonomi di wilayah tersebut adalah:
1) Pemerintah Provinsi Aceh bersama jajarannya dapat menjalankan perencanaan pemban
gunan daerah yang sesuai dengan kebijakan, strategi, dan pembangunan di seluruh kabupaten/kota
untuk dapat memanfaatkan dana perimbangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik dengan cara mengurangi ketimpangan yang ada di Provinsi Aceh.
2)Dibutuhkan upaya jajaran Satuan kerja Pemerintah Aceh(SKPA) untuk dapat menerjemahkan
dengan baik visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, sehingga penggunaan DAU, DAK,dan
DBH dapat dijabarkan dalam program pembangunan Aceh ke depan untuk dapat mengurangi tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan. Diharapkan juga tidak adanya tumpang tidih pembangunan
dalam pengalokasian pendanaan yang dapat merugikan pemerintah Aceh sendiri.
3) Besarnya dana perimbangan yang didapatkan oleh pemerintah Aceh setiap tahun akan dapat
menurunkan angka ketimpangan di Provinsi Aceh. Maka oleh karena itu, dibutuhkan upaya
Pemerintah Aceh untuk dapat memanfaatkan dana tersebut dengan membuat pembangunan yang
menyeluruh dan berkelanjutan di Aceh, sehingga angka ketimpangan akan menurun setiap
tahunnya.