PROVINSI BANTEN
Oleh:
NIM : 7201210012
2023
I. PENDAHULUAN
Ada sembilan sektor ekonomi atau kelompok lapangan usaha yang dapat Dihitung dalam
PDRB, yaitu:
1. Sektor pertanian
2. Sektor pertambangan dan penggalian
3. Sektor industri pengolahan
4. Sektor listrik, gas dan air bersih
5. Sektor bangunan
6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
7. Sektor pengangkutan dan komunikasi
8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Sektor jasa-jasa
Berdasarkan dari sektor-sektor ekonomi yang menjadi bagian dari PDRB Tersebut,
kondisi struktur ekonomi dari suatu daerah dapat dinilai. Suatu daerah Dapat dikatakan agraris
apabila peran sektor pertanian sangat dominan dalam embentukan PDRB, demikian pula
sebaliknya dikatakan sebagai daerah industri Bila yang lebih dominan adalah sektor
industrinya. Aktifitas produksi dalam mengukur pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam
tiga kelompok kegiatan yaitu primer, sekunder dan tersier.
Transformasi struktural suatu perekonomian di rumuskan oleh seorang ekonom besar yaitu W.
Arthur Lewis. Dengan teorinya model dua sektor Lewis antara lain :
a. Perekonomian Tradisional
Perekonomian tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi
subsisten, hal ini di akibatkan kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas marjinal
tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk
mendefinisikan kondisi surplus tenaga kerja (surplus labor) sebagai suatu fakta bahwa jika
sebagian tenaga kerja tersebut di tarik dari sektor pertanian, maka sektor itu tidak akan
kehilangan outputnya.
b. Perekonomian Industri
Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang berperan penting adalah
sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dan menjadi
tempat penampungan tenaga kerja yang di transfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten.
Dengan demikian perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang
berasal dari pedesaan sehingga penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan
meningkatkan output yang di produksi.
2. Teori Chenery
Teori Perubahan Struktural adalah salah satu teori yang fokus kepada mekanisme
struktur ekonomi yang sedang dialami oleh negara sedang berkembang, yang pada mulanya
lebih bersifat subsisten dan lebih menitikberatkan pada sektor pertanian (primera) menuju ke
struktur perekonomian yag modern dan hal ini sangat didominasi oleh sektor industry
(sekunder) maupun jasa (tersier) (Todaro, 1991:68 dalam Alhasni,2017:13).
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan
yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok taman, masa berdagangan,
dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat
tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi
akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam
Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga
kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan
produktifitas kerja.
2. Whilt Whitman Rostow
Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5 tahap yaitu:
masyarakat tradisional ( the traditional society ), prasyarat untuk tinggal landas (the
preconditions for take off), tinggal landas (take off), menuju kedewasaan (the drive maturity)
dan masakonsumsi tinggi ( the age of high mass consumption).
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana pemeritah daerah dan
masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola
kemitraan antara pemerintah daerah dan pihak swasta guna penciptaan lapangan kerja, serta
dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan. Proses pembangunan
mencakup pembentukan instasi baru, pengembangan industri alternatif, perbaikan kapasitas
tenaga kerja dan identifikasi pasar-pasar serta pengembangan usaha baru (Arsyad, 2010).
Berdasarkan data BPS provinsi Banten, PDRB menurut lapangan usaha mengalami
perubahan klasifikasi dari 9 lapangan usaha menjadi 17 lapangan usaha. PDRB menurut
lapangan usaha dirinci menurut total nilai tambah dari seluruh sektor ekonomi yang mencakup
lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri
pengolahan;pengadaan listrik dan gas; pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur
ulang;konstruksi;perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi
dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa
keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan dan
jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya.
Dalam Analisis ini menggunakan metode Analisis Shift Share digunakan untuk
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah
administrasi yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Hasil analisis Shift Share
dalam penelitian dapat dilihat di bawah ini:
Adanya pergeseran strktur perekonomian seperti tabel di Provinsi Banten selama kurun
waktu 2011-2015 dan terjadi peningkatan secara signifikan terhadap PDRB Provinsi Banten
periode 2011-2015, Struktur perekonomian suatu daerah dapat tercermin dari distribusi
presentase PDRB. Oleh karena itu, pemerintah daerah berusaha untuk meningkatkan dan
mengembangkan sektor-sektor yang memiliki potensi sektor unggulan yang berpengaruh
signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal ini juga dilakukan oleh
pemerintah provinsi Banten. Selama periode tahun 2011-2015 struktur lapangan usaha
sebagian masyarakat Banten telah bergeser dari kelompok lapangan usaha sekunder ke
kelompok lapangan usaha tersier yang terlihat dari besarnya kenaikan/penurunan peranan
masing-masing kelompok lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Provinsi Banten
Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk pengembangan Provinsi Banten.
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten harus memperhatikan berbagai faktor
pendukung yang mempengaruhi perkembangaan sektor non unggulan. Sehingga dapat
menjadikan sektor non unggulan menjadi sektor unggulan yang ada di Provinsi Jawa Timur.
Kemudian membuat kebijakan seperti melalui permudahan ijin usaha dan mendirikan usaha,
peningkatan dan pemberian kemudahan perkreditan, investasi perpajakan asuransi dan akses
terhadap pasar dan informasi.