Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN

PROVINSI BANTEN

Mata Kuliah: Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu: Armin Rahmansyah Nasution SE, M.Si.

Oleh:

Nama : Rendy Fachridan

NIM : 7201210012

Kelas : Manajemen B 2020

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
I. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi selalu ditandai dengan transformasi struktural dimana pada


periode ini beberapa sektor tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang lain (Mecik,
2014). Pembangunan ekonomi daerah pada hakikatnya adalah serangkaian usaha dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di suatu daerah,
perluasan lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan
hubungan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier (Aswadi dan Azhari,
2016). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat transformasi
struktural perekonomian daerah menuju perekonomian yang terus meningkat dan dinamis yang
bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh serta memiliki basis
pertumbuhan sektoral yang berpotensi besar. Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk
menggerakkan dan memacu pembangunan di bidang lainnya sekaligus sebagai kekuatan utama
pembangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi
ketimpangan sosial ekonomi.

Pada umumnya pembangunan daerah difokuskan pada pembangunanEkonomi melalui


usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitanDengan peningkatan produksi
barang dan jasa, dapat diukur dengan besaran yang Disebut Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Faktor utama yang Menentukan pertumbuhan ekonomi adalah adanya permintaan
barang dan jasa Dari luar daerah, sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan
kekayaan Daerah karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono,1999:1).

Ada sembilan sektor ekonomi atau kelompok lapangan usaha yang dapat Dihitung dalam
PDRB, yaitu:

1. Sektor pertanian
2. Sektor pertambangan dan penggalian
3. Sektor industri pengolahan
4. Sektor listrik, gas dan air bersih
5. Sektor bangunan
6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
7. Sektor pengangkutan dan komunikasi
8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Sektor jasa-jasa
Berdasarkan dari sektor-sektor ekonomi yang menjadi bagian dari PDRB Tersebut,
kondisi struktur ekonomi dari suatu daerah dapat dinilai. Suatu daerah Dapat dikatakan agraris
apabila peran sektor pertanian sangat dominan dalam embentukan PDRB, demikian pula
sebaliknya dikatakan sebagai daerah industri Bila yang lebih dominan adalah sektor
industrinya. Aktifitas produksi dalam mengukur pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam
tiga kelompok kegiatan yaitu primer, sekunder dan tersier.

II. KONSEP DAN TEORI

A. Teori Transformasi Struktural

Transformasi struktural didefinisikan sebagai perubahan struktur ekonomi dari sektor


tradisional yang memiliki produktivitas rendah menuju sektor ekonomi dengan produktivitas
tinggi (Szirmai et al., 2012). Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme
transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yang semula lebih bersifat
subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang
lebih modern dan sangat di dominasi oleh sektor industri dan jasa (Todaro, 1999).

1. Teori W. Arthur Lewis

Transformasi struktural suatu perekonomian di rumuskan oleh seorang ekonom besar yaitu W.
Arthur Lewis. Dengan teorinya model dua sektor Lewis antara lain :

a. Perekonomian Tradisional

Perekonomian tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi
subsisten, hal ini di akibatkan kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas marjinal
tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk
mendefinisikan kondisi surplus tenaga kerja (surplus labor) sebagai suatu fakta bahwa jika
sebagian tenaga kerja tersebut di tarik dari sektor pertanian, maka sektor itu tidak akan
kehilangan outputnya.

b. Perekonomian Industri

Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang berperan penting adalah
sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dan menjadi
tempat penampungan tenaga kerja yang di transfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten.
Dengan demikian perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang
berasal dari pedesaan sehingga penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan
meningkatkan output yang di produksi.

2. Teori Chenery

Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur dalam tahapan


proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari
pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan
pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi capital dan peningkatan
sumber daya (Human Capital).

Teori Perubahan Struktural adalah salah satu teori yang fokus kepada mekanisme
struktur ekonomi yang sedang dialami oleh negara sedang berkembang, yang pada mulanya
lebih bersifat subsisten dan lebih menitikberatkan pada sektor pertanian (primera) menuju ke
struktur perekonomian yag modern dan hal ini sangat didominasi oleh sektor industry
(sekunder) maupun jasa (tersier) (Todaro, 1991:68 dalam Alhasni,2017:13).

Menurut Sjafrizal (2014:154 dalam Alhasni,2017:13), analisis tentang struktur


ekonomi daerah juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan pembangunan
daerah dengan cara melihat dari kemajuan perubahan struktur ekonomi daerah yan
bersangkutan. Suatu perekonomian dapat dikatakan maju apabila kontribusi sektor industry
lebih besar dari pada sektor pertanian dan jasa,dan begitu pula sebaliknya. Alasannya, karena
sektor industry merupakan kegiatan ekonomi yang sudah maju dan menggunakan teknologi
modern sehingga tingkat produktivitas kerja menjadi lebih tinggi.

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah


1. Teori Adam Smith

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan
yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok taman, masa berdagangan,
dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat
tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi
akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam
Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga
kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan
produktifitas kerja.
2. Whilt Whitman Rostow

Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5 tahap yaitu:
masyarakat tradisional ( the traditional society ), prasyarat untuk tinggal landas (the
preconditions for take off), tinggal landas (take off), menuju kedewasaan (the drive maturity)
dan masakonsumsi tinggi ( the age of high mass consumption).

3. Thomas Robert Malthus

Malthus menitikberatkan perhatian pada perkembangan kesejahteraan suatu negara,


yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu
negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian tergantung pada jumlah output yang dihasilkan
oleh tenaga kerja, dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut (Jhinghan, 1993).

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu


wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan.
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
satu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan
PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar.

III. DATA DAN ANALISIS DATA

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana pemeritah daerah dan
masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola
kemitraan antara pemerintah daerah dan pihak swasta guna penciptaan lapangan kerja, serta
dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan. Proses pembangunan
mencakup pembentukan instasi baru, pengembangan industri alternatif, perbaikan kapasitas
tenaga kerja dan identifikasi pasar-pasar serta pengembangan usaha baru (Arsyad, 2010).

Dalamm menganalisis transformasi struktural perekonomian di suatu negara dapat


diketahui dengan melihat data Produk Domestik Bruto (PDB). Demikian pula dalam
menganalisis transformasi struktural perekonomian tiap daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga berlaku (ADHB)
daerah tersebut (Khairul Aswadi dan Azhari, 2016). Namun, untuk menghilangkan pengaruh
harga, digunakan PDRB atas dasar harga konstan. Oleh karena itu, untuk menganalisis
transformasi struktural di provinsi Banten digunakan data PDRB menurut lapangan usaha atas
dasar harga konstan provinsi Banten selama empat tahun terakhir yaitu periode 2011-2015.
Data tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Banten.

Berdasarkan data BPS provinsi Banten, PDRB menurut lapangan usaha mengalami
perubahan klasifikasi dari 9 lapangan usaha menjadi 17 lapangan usaha. PDRB menurut
lapangan usaha dirinci menurut total nilai tambah dari seluruh sektor ekonomi yang mencakup
lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri
pengolahan;pengadaan listrik dan gas; pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur
ulang;konstruksi;perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi
dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa
keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan dan
jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya.

Dalam Analisis ini menggunakan metode Analisis Shift Share digunakan untuk
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah
administrasi yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Hasil analisis Shift Share
dalam penelitian dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 1.Peranan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha (Persen)


Tahun 2011-2015
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
5.90 5.81 6.00 5.82 5.98
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 1.07 1.08 0.90 0.87 0.81
Industri Pengolahan 38.49 37.50 37.30 34.64 33.48
Pengadaan Listrik dan Gas 1.65 1.71 1.44 2.55 2.74
Pengadaan Air 0.09 0.09 0.08 0.08 0.08
Konstruksi 8.17 8.64 9.16 9.77 10.01
Perdagangan Besar dan Eceran,
dan Reparasi Mobil dan Sepeda 13.34 13.40 12.91 12.48 12.08
Motor
Transportasi dan Pergudangan 6.45 6.99 7.60 9.25 10.22
Penyediaan Akomodasi dan
2.25 2.28 2.27 2.40 2.45
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 4.07 3.85 3.59 3.64 3.54
Jasa Keuangan 2.58 2.81 2.88 2.78 2.80
Real Estate 7.37 7.23 7.15 6.99 7.03
Jasa Perusahaan 0.92 0.93 0.97 0.99 1.02
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial 1.95 1.97 1.91 1.89 1.94
Wajib
Jasa Pendidikan 3.02 3.13 3.16 3.14 3.11
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
1.22 1.21 1.16 1.15 1.13
Sosial
Jasa lainnya 1.46 1.39 1.50 1.54 1.55
Produk Domestik Regional Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS, data diolah 2017

Adanya pergeseran strktur perekonomian seperti tabel di Provinsi Banten selama kurun
waktu 2011-2015 dan terjadi peningkatan secara signifikan terhadap PDRB Provinsi Banten
periode 2011-2015, Struktur perekonomian suatu daerah dapat tercermin dari distribusi
presentase PDRB. Oleh karena itu, pemerintah daerah berusaha untuk meningkatkan dan
mengembangkan sektor-sektor yang memiliki potensi sektor unggulan yang berpengaruh
signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal ini juga dilakukan oleh
pemerintah provinsi Banten. Selama periode tahun 2011-2015 struktur lapangan usaha
sebagian masyarakat Banten telah bergeser dari kelompok lapangan usaha sekunder ke
kelompok lapangan usaha tersier yang terlihat dari besarnya kenaikan/penurunan peranan
masing-masing kelompok lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Provinsi Banten

IV . KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pergeseran Struktur perekonomian PDRB Provinsi Banten dapat di jelaskan


bahawa telah terjadi Pergeseran Struktur dari sektor sekunder menuju sektor tersier. Sektor-
sektor tersier lebih dominan dibandingkan sektor sekunder dan primer. Dapat diketahui bahwa
sektor-sektor seperti sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda
motor; sektor transportasi dan pergudangan; sektor penyediaan akomodasi dan makan minum;
sektor informasi dan komunikasi; sektor jasa keuangan; sektor real estate; sektor jasa
perusahaan; sektor administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib; sektor jasa
pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan social serta sektor jasa lainnya di Provinsi
Banten.

Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk pengembangan Provinsi Banten.
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten harus memperhatikan berbagai faktor
pendukung yang mempengaruhi perkembangaan sektor non unggulan. Sehingga dapat
menjadikan sektor non unggulan menjadi sektor unggulan yang ada di Provinsi Jawa Timur.
Kemudian membuat kebijakan seperti melalui permudahan ijin usaha dan mendirikan usaha,
peningkatan dan pemberian kemudahan perkreditan, investasi perpajakan asuransi dan akses
terhadap pasar dan informasi.

Anda mungkin juga menyukai