Anda di halaman 1dari 13

TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI DAERAH

“BALI”

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia


Dosen Pengampu : Armin Rahmansyah Nasution

Disusun Oleh :
DIMAS RIFAI 7202510001
MANAJEMEN B 2020

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
DAFTAR ISI

Pendahuluan ...................................................................................................................... 3
Struktur Transformasi Ekonomi Daerah Provinsi Bali ................................................ 4
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ......................................................... 4
2. Ketenagakerjaan Berdasarkan Lapangan Kerja Provinsi Bali pada tahun
2018-2022 ....................................................................................................................... 7
Penutup ............................................................................................................................ 12
Kesimpulan .................................................................................................................. 12
Saran ............................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 13
Pendahuluan
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha dalam
perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur lebih
banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan
yang tinggi dan teknologi yang berkembang pesat. Implikasi dari perkembangan ekonomi
ini diharapkan nantinya mampu menambah kesempatan kerja, peningkatan pendapatan
dan kemakmuran masyarakat menjadi semakin tinggi (Sukirno, 2010:3).

Menurut (Radianto dalam Nugraha, 2007: 4), pembangunan ekonomi daerah


bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur.
Perubahan struktur yang terjadi dapat berupa peralihan dari perekonomian ke
nonpertanian, industri ke jasa, perubahan dalam unitunit produktif, serta perubahan
status kerja buruh. Menurut (Arsyad, 1999: 47-54), Rostow dalam bukunya yang berjudul
The Stages of Economic Growth, proses pembangunan ekonomi dibedakan ke dalam lima
tahapan yaitu: masyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk tinggal
landas Dalam tingkat nasional, pertumbuhan ekonomi secara nasional ditunjukan oleh
adanya perubahan pada Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan secara regional dapat
dilihat dari perubahan yang terjadi pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Adanya
pertumbuhan ekonomi yang secara terus menerus akan mengakibatkan terjadinya
perubahan pada struktur perekonomian (Kusreni, 2009). Menurut Jhingan (2002)
transformasi struktur ekonomi merupakan adanya peralihan dari masyarakat tradisional
(pertanian) menuju ke arah masyarakat modern (industri). Untuk mengetahui gambaran
perkembangan kemakmuran suatu masyarakat perlu dihitung pendapatan dengan harga
tetap.

Masyarakat dipandang mengalami pertambahan dalam kemakmuran apabila


pendapatan per kapita menurut harga tetap atau pendapatan per kapita riil terus menerus
mengalami pertambahan dari tahun ke tahun (Sukirno, 2011:424-425). Transformasi
struktur yang dikemukakan Jhingan (2002) akan menyebabkan kesempatan kerja yang
semakin bertambah dan produktivitas buruh, stok modal, penggunaan sumber-sumber
baru serta perbaikan teknologi akan semakin tinggi, oleh karena itu, dengan adanya
transformasi struktur ke arah industri diharapkan mampu untuk menyerap tenaga kerja
sebanyak-banyaknya. Sukirno (2010: 143) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan
usaha maka sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga
kelompok utama yaitu, sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier.
Struktur Transformasi Ekonomi Daerah Provinsi Bali

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Pengertian PDRB Perencanaan pembangunan ekonomi seyogyanya didukung
bermacam statistik sebagai rujukan terukur, sehingga sasaran pembangunan dapat diurai
secara terukur. Terhadap strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa lalu kiranya
juga diperlukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan. Data statistik yang
bersifat kuantitatif mampu memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu
dan masa kini dengan perbedaannya yang terukur, serta capaian sasaran-sasaran yang
sudah ditetapkan serta yang akan ditargetkan untuk capaian masa yang akan datang.
Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan
distribusi pendapatan masyarakat, serta meningkatkan hubungan ekonomi regional.
Melalui proses tersebut akan terjadi pula pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer
ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain, arah dari pembangunan ekonomi
pada hakekatnya dimaksudkan untuk mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik,
disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan
pertumbuhan ekonomi, kiranya perlu disajikan statistik pendapatan nasional/regional
secara berkala. Statistik pendapatan nasional/regional digunakan sebagai bahan
perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya di bidang ekonomi. Statistik
pendapatan nasional/regional tersebut dapat juga dipakai sebagai bahan evaluasi dari
hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik
pemerintah pusat/daerah, maupun swasta. Angka-angka yang disajikan dalam statistik
pendapatan tersebut merupakan rincian dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau
dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi
dalam suatu periode tertentu. Total nilai tambah yang dihasilkan tersebut dihitung tanpa
memperhatikan apakah faktor produksi yang menghasilkannya dimiliki oleh residen atau
non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pengeluaran, serta pendapatan, dan ketiganya disajikan dalam dua
kategori harga, yaitu atas dasar harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga
berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada
periode penghitungan, dan bertujuan terutama untuk melihat struktur perekonomian.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar
dan terutama bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

Kegunaan PDRB Data pendapatan nasional merupakan salah satu indikator makro
yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang
dapat diperoleh dari data ini antara lain:

• PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi


yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
• PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.
• Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur
perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah.
Kategorikategori ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis
perekonomian suatu wilayah.
• PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per satu
orang penduduk.
• PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui
pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.

Dalam lima tahun terakhir (2018- 2022), struktur ekonomi Bali masih didominasi oleh
tiga kategori utama, yaitu Kategori I (Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum); Kategori
A (Pertanian, Kehutanan dan Perikanan); dan Kategori F (Konstruksi). Total nilai tambah
yang disumbangkan oleh ketiga kategori tersebut mencapai 43,26 persen terhadap
ekonomi Bali pada tahun 2022. Pergeseran terjadi pada dua kontributor terbesar
selanjutnya. Pada saat sebelum pandemi Covid-19 (tahun 2018-2019), Kategori H
(Transportasi dan Pergudangan) menempati urutan terbesar ketiga dalam hal kontribusi.
Sementara mulai tahun 2020, kategori ini tergeser turun menempati urutan kelima
kemudian berlanjut mengalami penurunan di tahun 2021 menempati urutan kesembilan.

Namun pada tahun 2022, kontribusi Kategori Transportasi dan Pergudangan kembali
menempati urutan kelima yang menunjukkan adanya peningkatan dari sisi peran kategori
ini terhadap total PDRB Bali walaupun tidak sebesar tahuntahun sebelumnya. Kategori F
(Konstruksi) dengan besaran nilai tambah Rp. 26,14 triliun (10,66 persen) adalah yang
menggantikannya berada pada posisi ketiga, diikuti Kategori G (Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor) sebesar Rp. 22,56 triliun (9,20 persen) pada
posisi keempat.
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Bali Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kategori
Lapangan Usaha, 2018-2022
2. Ketenagakerjaan Berdasarkan Lapangan Kerja Provinsi Bali pada
tahun 2018-2022
Ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator perekonomian yang dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah. Indikator
ketenagakerjaan yang sering digunakan antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Kondisi ketenagakerjaan suatu daerah
dapat menggambarkan tingkat perkembangan perekonomian dan juga tingkat
perkembangan kesejahteraan masyarakatnya. Sebelumnya, data ketenagakerjaan yang
dihasilkan Badan Pusat Statistik (BPS) dikumpulkan melalui Sensus Penduduk (SP), Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), dan Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Namun mulai tahun 2004, data ketenagakerjaan hanya
bersumber dari Sakernas

1. Tenaga Kerja pada Tahun 2018

Secara keseluruhan, produktivitas tenaga kerja pada tahun 2018 mengalami


peningkatan dari tahun 2017 yaitu dari sebesar 60,44 juta rupiah per pekerja per tahun
pada tahun 2017 menjadi 61,89 juta rupiah per pekerja per tahun pada tahun 2018.
Berdasarkan kategori sektor lapangan usahanya, pada tahun 2017-2018 perbedaan
produktivitas antar sektor menunjukkan bahwa sektor Industri Pengolahan, Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, dan sektor Jasa Perusahaan
mencatat angka produktivitas tenaga kerja yang relatif rendah dibandingkan sektor
lainnya. Rendahnya produktivitas sektor-sektor tersebut tidak terlepas dari kualitas tenaga
kerja dan kemajuan teknologi yang diterapkan
2. Tenaga Kerja pada Tahun 2019

Penduduk yang bekerja di sektor perdagangan mencapai 471.799 orang atau


19,43 persen dari total penduduk yang bekerja. Kemudian disusul sektor pertanian dengan
jumlah pekerja mencapai 458.430 orang (18,88 persen). Meskipun terkenal dengan
pariwisatanya, penduduk Provinsi Bali masih banyak yang perekonomiannya
mengandalkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Selanjutnya, sektor industri
pengolahan merupakan lapangan usaha utama terbesar ketiga yang digeluti penduduk
Bali yaitu sebanyak 364.397 orang atau sebesar 15,00 persen. Sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum serta sektor konstruksi menjadi sektor terbesar selanjutnya
yang menyerap tenaga kerja di Bali, masing-masing sebesar 13,12 persen dan 6,65 persen.
Sementara penyerapan tenaga kerja yang rendah di bawah satu persen tercatat pada
sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,50 persen, sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur ulang sebesar 0,48 persen, sektor pertambangan dan
penggalian 0,40 persen, sektor pengadaan listrik dan gas 0,23 persen dan sektor real estat
hanya menyerap 0,17 persen pekerja di Provinsi Bali.

3. Tenaga Kerja pada Tahun 2020


Pada tahun 2020, pertanian menjadi lapangan usaha yang paling banyak menyerap
tenaga kerja dengan persentase sebesar 22,51 persen dari total pekerja di Provinsi Bali.
Ketika sektor pariwisata mulai meredup di masa pandemi, pertanian menjadi salah satu
sektor yang diyakini mampu bertahan di tengah pandemi. Selanjutnya sektor perdagangan
dengan jumlah pekerja terbanyak kedua setelah pertanian. Sektor perdagangan mampu
menyerap 20,45 persen (495.533 orang) pekerja di Provinsi Bali. Selanjutnya, sektor
industri pengolahan merupakan lapangan usaha utama terbesar ketiga yang digeluti
penduduk Bali yaitu sebanyak 381.746 orang atau sebesar 15,75 persen. Sektor
penyediaan akomodasi dan makan minum serta sektor konstruksi menjadi sektor terbesar
selanjutnya yang menyerap tenaga kerja di Bali, masing-masing sebesar 9,75 persen dan
6,58 persen.

4. Tenaga Kerja pada Tahun 2021


Distribusi penduduk bekerja menurut lapangan usaha menggambarkan tingkat
penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha tersebut. Pada tahun 2021, pertanian
masih menjadi lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja dengan
persentase sebesar 21,90 persen dari total pekerja di Provinsi Bali. Ketika sektor pariwisata
mulai meredup di masa pandemi, pertanian menjadi salah satu sektor yang diyakini
mampu bertahan di tengah pandemi. Selanjutnya sektor perdagangan dengan jumlah
pekerja terbanyak kedua setelah pertanian. Sektor perdagangan mampu menyerap 20,96
persen (511.721 orang) pekerja di Provinsi Bali. Selanjutnya, sektor industri pengolahan
merupakan lapangan usaha utama terbesar ketiga yang digeluti penduduk Bali yaitu
sebanyak 394,125 orang atau sebesar 16,14 persen. Sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum serta sektor konstruksi menjadi sektor terbesar selanjutnya yang menyerap
tenaga kerja di Bali, masing-masing sebesar 9,58 persen dan 6,37 persen.

5. Tenaga Kerja pada Tahun 2022


Penutup

Kesimpulan
Dalam periode 2018-2022 struktur ekonomi di BALI mengalami pergeseran dari
struktur ekonomi primer menuju ke sektor tersier yang diikuti dengan pergeseran
penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB yang terjadi dari sektor primer ke
sekor tersier.

Telah terjadi pergeseran dari sektor primer menuju ke sektor sekunder dan tersier,
walaupun tingkat pergeserannya masih relatif kecil. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor
primer yang semakin menurun dengan pertumbuhan yang relatif rendah, sementara pada
saat yang sama kontribusi sektor sekunder meningkat dengan pertumbuhan yang relatif
kecil dan sektor tersier terlihat semakin meningkat dengan pertumbuhan yang relatif
tinggi

Saran
Perubahan struktur perekonomian dari perekonomian tradisional ke
perekonomian modern menyebabkan terjadinya pergeseran tenaga kerja dan kontribusi
PDRB di BALI sehingga diharapkan pemerintah daerah agar lebih cermat dalam
mengambil kebijakan dengan melihat trnasformasi yang terjadi. Seperti memanfaatkan
sektor yang potensial/ unggulan di Bali yaitu sektor PHR dan jasa-jasa yang bisa
memberikan penyerapan tenaga kerja yang tinggi serta kontribusi yang cukup besar
terhadap PDRB dibandingkan dengan sektor lainnya.
Daftar Pustaka

https://bali.bps.go.id/

Anda mungkin juga menyukai