Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH STATISTIK PEMERINTAHAN

ANALISIS PEMBANGUNAN DAERAH DI KOTA JAMBI


MELALUI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN

Oleh:

Nama : M.Arif

NPP : 32.0192

Kelas : D5

Prodi : Administrasi Pemerintahan Daerah

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah. Sholawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke dalam jalan yang benar dan
sekaligus menyempurnakan akhlak melalui petunjuk Al Quran.

Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi praja pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya kami mengucapkan terimakasih untuk pihak yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ANALISIS PEMBANGUNAN DAERAH DI KOTA JAMBI MELALUI
SEKTOR EKONOMI UNGGULAN” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Afif Syarifudin Yahya, S.IP, M.Si pada mata kuliah
Statistik Pemerintahan dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampuh mata kuliah. yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dari segi penyusunan
maupun dari segi materi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yeng
bersifat membangun yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

Jatinangor, 12 Juni 2022

M.Arif

ii
DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB 2 Pembahasan...................................................................................................................................3
A. Landasan Teoritis.........................................................................................................................3
B. Praktik Empirik............................................................................................................................3
2.1 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi................................................................................5
2.2 Analisis Sektot Unggulan Ekonomi Daerah.....................................................................7
2.3 Prediksi yang Terjadi Sampai Tahun 2030......................................................................12
2.4 Solusi Mengatasi Permasalahan Pembangunan Daerah Dalam Sektot Ekonomi.............13
BAB 3 Penutup..........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................................................14
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2009 tentang RPJPD Kota Jambi disebutkan bahwa
Kota Jambi memiliki visi menjadi Pusat Perdagangan dan Jasa yang Religius dan
Berbudaya. Melalui visi tersebut pembangunan kota diarahkan kepada upaya
mengoptimalkan pemanfaatan potensi dalam bidang perdagangan baik untuk produk industri
kecil, menengah dan besar. Untuk menunjang pencapaian visi tersebut, faktor dukungan
investasi merupakan hal yang mutlak diperlukan. Iklim investasi kondusif terjadi jika
pemerintah, swasta dan masyarakat umum sama-sama dapat mengambil keuntungan atas
keberadaan sebuah investasi. Pendapatan pajak pemda meningkat, pelaku usaha
memperoleh laba tinggi, dan tenaga kerja terserap sehingga mengurangi jumlah
pengangguran.

Jogiyanto (2008) mengartikan investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk


digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Menurut
Tandelilin (2010) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya yang
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa datang. Dalam mengembangkan investasi, sektor unggulan menjadi bagian penting
dalam pembangunan ekonomi wilayah. Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya
telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah (Sambodo 2002
dalam Usya, 2006: 18). Perencanaan pembangunan pada era otonomi daerah akan lebih
berhasil jika ia dilakukan dengan memprioritaskan potensi dan sektor yang menjadi
unggulan daerah (Sutiyo dan Maharjan, 2017).

Menurut Sambodo dalam Usya (2006: 18) bahwa sektor unggulan memiliki empat
kriteria di antaranya: pertama sektor unggulan memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, kedua sektor unggulan memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar,
ketiga sektor unggulan memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke depan maupun
ke belakang, dan keempat sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Ambardi dan Prihawantoro (2002: 18-20) menyatakan bahwa sektor unggulan daerah
memiliki beberapa kriteria, di antaranya mampu menjadi penggerak utama (prime mover)
pembangunan perekonomian, mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward
and backward lingkages), mampu bersaing dan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan
internal.

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang. Menurut


pandangan ahli-ahli ekonomi klasik seperti Thomas Robert Malthus, Adam Smith, David
Ricardo dan John Stuart Mill, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu
jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta
tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno,1985).

Pola pertumbuhan digunakan dalam teori dinamis sebagaimana yang dikembangkan


oleh pemikir neo klasik yang mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpokok pada

iv
efek investasi dan penambahan jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan output serta
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat
(Tambunan, 2001).

Dalam teorinya Schumpeter juga menekankan tentang pentingnya pengusaha dalam


membuat pembaruan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
menurutnya adalah suatu sumber kenaikan output. Pertumbuhan ekonomi berarti
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat
(Sukirno, 2001). Produk Domestik Bruto (PDB) secara umum disebut agregat ekonomi,
maksudnya angka besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu negara. Dari
agregat ekonomi ini selanjutnya dapat diukur pertumbuhan ekonomi. Untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi riil, terlebih dahulu harus dihilangkan pengaruh perubahan harga
yang melekat pada angka-angka agregat ekonomi menurut harga berlaku (current price)
sehingga terbentuk harga agregat ekonomi menurut harga konstan (constant price)
(Dumairy, 1997).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor unggulan ekonomi daerah


yang diharapkan memiliki nilai jual (marketable) berdasarkan kewenangan/ urusan
pemerintahan yang dimiliki oleh Kota Jambi. Pemetaan Urusan Pemerintahan Pilihan
dilakukan untuk menentukan Daerah yang mempunyai Urusan Pemerintahan Pilihan
berdasarkan parameter potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan.
Pertimbangan utama indikator potensi sebagai parameter pemetaan urusan yang dibangun di
sini bahwa Urusan pilihan merupakan urusan unggulan yang menjadi penggerak utama
(prime mover) ekonomi daerah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dirumuskan berdasarkan latar belakang sebagai berikut:
1. Kondisi Sosial Ekonomi Kota Jambi
2. Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi
3. Analisis sektor unggulan ekonomi daerah
4. Prediksi yang Terjadi Sampai Tahun 2030
5. Solusi Mengatasi Permasalahan Pembangunan Daerah Dalam Sektor Ekonomi

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan


Maksud dari dari penyusunan makalah ini untuk memberikan gambaran terhadap
pembaca tentang bagaimana kondisi sektor ekonomi unggulan yang ada di Kota Jambi.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini jika disesuaikan dengan poin dalam rumusan
masalah yaitu, tujuan pembahasan sebagai variabel pendukung sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami Kondisi Sosial Ekonomi Kota Jambi
2. Untuk mengetahui dan memahami Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi
3. Untuk mengetahui dan memahami Analisis sektor unggulan ekonomi daerah
4. Untuk mengetahui dan memahami Prediksi yang Terjadi Sampai Tahun 2030
5. Untuk mengetahui dan memahami Solusi Mengatasi Permasalahan Pembangunan
Daerah Dalam Sektor Ekonomi

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORITIS
Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
ditentukan oleh besarnya penigkatan ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan,2005). Teori basis
ini digolongkan kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis.
Sektor basis yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar di daerah tersebut
maupun luar daerah. Secara tidak langsung daerah mempunyai kemampuan untuk mengekspor
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah lain.
Sektor non basis adalah sektor yang menyediahkan barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
batas wilayah perekonomian tersebut. Berdasarkan teori ini, sektor basis perlu dikembangkan
dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Inti dari teori ini adalah bahwa arah
dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut.
Sektor basis dan non basisekonomi suatu wilayah dapat diketahuidengan menggunakan analisis
Location Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi
sektor basis atau unggulan dengan cara membanding perannya dalam perekonomian daerah
tersebut dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional (Emilia,
2006).
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis
pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara atau wilayah. Pertumbuhan (growth)
tidak identik dengan pembangunan (development). Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu
syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi
hanya mencatat penigkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan
berdimensi lebih luas. Salah satu sasaran pembangunaan ekonomi daerah adalah menigkatkan
laju pertumbuhan ekonomi daerah (Kamarudin, 2010)

B. PRAKTIK EMPIRIK
1. Kondisi Sosial Ekonomi Kota Jambi
Dalam satu dasawarsa terakhir ini kota-kota di Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat. Bila di tahun 1990 penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan
berjumlah 30,9 persen, maka pada tahun 2010 proporsinya meningkat menjadi 49,8 persen.
BPS (2019) memperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk perkotaan akan meningkat lagi
menjadi 56,7 persen dan pada tahun 2035 jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah
perkotaan menjadi 66,6 persen. Menurut Mardiansjah, Handayani, & Setyono (2018)
pertumbuhan penduduk kota tersebut terjadi akibat pertumbuhan pusat pusat kegiatan ekonomi
baik di wilayah metropolitan besar seperti Metropolitan Jakarta dan Metropolitan Bandung,
tetapi juga pada kota kota sedang dan kota kecil.
Pertumbuhan kota tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh rata
rata sebesar 5,1 persen dalam periode tahun 2016 - 2018 (Kememterian PPN/Bappenas, 2018).
Pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan kapasitas produksi nasional telah mendorong
terjadinya transformasi struktural. Transformasi struktural didefinisikan sebagai perubahan
struktur ekonomi dari sektor tradisonal yang memiliki produktivitas rendah menuju sektor
vi
ekonomi dengan produktivitas tinggi (Todaro dan Smith, 2006). Dalam hal ini, transformasi
struktural akan ditandai meningkatnya kontribusi sektor industri dan jasa di satu sisi, sedang
pada sisi lain terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian pada PDB total. Kenaikan peran
sektor industri dan jasa sering dikenal dengan istilah tahap industrialisasi, dan pertumbuhan
sektor industri ini akan menyerap kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian. Kelebihan
tenaga kerja di sektor pertanian selanjutnya diserap oleh sektor industri dan jasa yang memiliki
produktivitas dan tingkat upah lebih tinggi. Industrialisasi dan pergerakan tenaga kerja serta
ekspansi sektor non-pertanian menjadi faktor penting pertumbuhan kota di banyak negara
berkembang (Hakim, 2017).
Pertumbuhan ekonomi kota akibat transformasi srtuktural di negara berkembang
seharusnya diikuti transformasi ketenagakerjaan, yaitu pergeseran struktur kesempatan kerja
yang ditunjukkan dengan meningkatnya proporsi kesempatan kerja dari lapangan usaha yang
memiliki produktivitas rendah ke lapangan usaha dengan produktivitas lebih tinggi (Todaro dan
Smith, 2014). Nanum transformasi ketenagakerjaan di Indonesia masih tertinggal, salah satu
penyebabnya adalah akibat tingginya penawaran tenaga kerja. Penduduk Indonesia yang
tumbuh rata-rata 1,38 persen per tahun dalam periode tahun 2010 – 2015, menyebabkan
meningkatnya jumlah tenaga kerja menjadi tidak seimbang dengan pertumbuhan kesempatan
kerja. Laporan BPS (2017) menyebutkan bahwa angka pengangguran terbuka di Indonesia
tahun 2017 mencapai 5,33 persen atau berjumlah 7,01 juta angkatan kerja. Tingginya angka
pengangguran terbuka di Indonesia ini, menurut Bank Dunia (2014) secara umum akibat
ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja.
Kota Jambi sebagai ibukota provinsi Jambi merupakan pusat pemerintahan, perdagangan
dan pelayanan jasa utama di Provinsi Jambi. Sebagai pusat kegiatan ekonomi, penduduk kota
Jambi mengalami pertumbuhan cukup tinggi yaitu rata rata 2,98 persen. Bila pada tahun 2012
jumlah penduduk kota Jambi berjumlah 557.215 jiwa, maka pada tahun 2018 meningkat
menjadi 591.134 jiwa (BPS, 2019a). Perkembangan penduduk kota Jambi yang cukup besar
merupakan potensi pasar dan diproyeksikan akan tumbuh sebagai kota bisnis. Hal ini
ditunjukkan dengan perkembangan perekonomian Kota Jambi yang berdasarkan Badan Pusat
Statistik dalam beberapa tahun ini cukup baik, dimana laju pertumbuhan ekonomi terus
mengalami peningkatan. Dalam periode tahun 2014 – 2017 pertumbuhan ekonomi kota Jambi
meningkat rata-rata 6,38 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi kota Jambi yang cukup
signifikan ini terutama di sumbangkan oleh sektor Transportasi dan Pergudangan serta sektor
industri pengolahan, masing masing 12,7 persen dan 10,8 persen pada tahun 2018 (BPS, 2018).
Sebagai ibukota Provinsi, kota Jambi menjadi sentra bisnis bagi potensi ekonomi unggulan
yang ada di provinsi Jambi diantaranya minyak bumi, gas bumi, batu bara, dan beberapa
komoditas perkebunan. Komoditas perkebunan yang dominan di Provinsi Jambi adalah Karet
dan Kelapa Sawit. Dengan lokasi yang strategis berada dijalur Lintas Timur Sumatera, Kota
Jambi juga memberikan peluang kepada para investor untuk menanamkan modal di Kota
Jambi, khususnya di sektor perdagangan dan perhotelan. Sehingga berdampak pada
meningkatnya investasi di kota Jambi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesempatan
kerja dan pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang.
Dengan perkembangan kota Jambi yang pesat, maka permasalahan ketenagakerjaan di
kota Jambi adalah bagaimana menciptakan kesempatan kerja untuk menurunkan tingkat
pengangguran yang berjumlah 5,5 persen pada tahun 2018. Sehingga pertumbuhan penduduk
dan tenaga kerja tidak lagi menjadi beban pembangunan, tetapi sebaliknya menjadi modal

vii
pembangunan. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini ingin memberikan kontribusi
terhadap fenomena pertumbuhan ekonomi kota dan pengaruhnya terhadap kesempatan kerja di
kota Jambi.
Wilayah Kota Jambi secara geografik terletak pada koordinat 103°30′1,67′′ Bujur Timur
sampai 103°40′0,23′′ Bujur Timur, dan pada koordinat 01°30′2,98′′ Lintang Selatan sampai
01°40′1,07′′ Lintang Selatan. Kota Jambi adalah Ibukota Provinsi Jambi yang merupakan salah
satu kota dari 11 (sebelas) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jambi. Secara administrasi
Kota Jambi terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan dan 62 (enan puluh dua) kelurahan.
Jumlah penduduk Kota Jambi adalah 568.062 jiwa, dengan kepadatan 2.766 orang/km2.
Hampir 70% dari mereka termasuk dalam kelompok usia 15 – 59 tahun, yaitu kategori usia
produktif, ini berarti merupakan aset yang besar bagi pertumbuhan ekonomi Kota Jambi.
Pekerjaan yang menonjol dilakukan oleh penduduk Kota Jambi pada umumnya bekerja di
sektor Perdagangan besar, eceran dan hotel, kemudian diikuti pekerjaan di sektor
Bangunan/konstruksi, sektor industri pengolahan, sektor jasa keuangan, asuransi dan usaha
persewaan, sektor jasa kemasyarakatan, social dan perseorangan.
Secara historis, perkembangan pusat- pusat perdagangan dan rumah-rumah toko
berkembang pesat selama sepuluh tahun terakhir. Kota Jambi memiliki posisi yang strategis
terhadap keberadaan provinsi dan kabupaten tetangga (hinterland), yaitu: Kabupaten Batang
Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Dalam posisinya
sebagai pusat pemerintahan, Kota Jambi harus menyediakan berbagai infrastruktur yang
representatif, dan memfasilitasi kebutuhan swasta maupun pemerintah untuk terlibat langsung
dalam aktivitas industri dan perdagangan.
Selain itu, kota Jambi adalah daerah yang menghubungkan lintas tengah dan lintas timur
Sumatera dan sangat berpotensi menjadi simpul perdagangan regional karena letak
geografisnya. Di samping aksesnya yang mudah ke kota-kota utama di Sumatera, Kota Jambi
juga berdekatan dengan pusat pertumbuhan regional Batam, Singapura dan Johor.

2.1 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi

Struktur ekonomi Kota Jambi pada kurun waktu 2011-2015 masih didominasi sektor
Sekunder dan Tersier. Sumbangan kategori terbesar dihasilkan oleh kategori- kategori
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Motor, kategori Industri Pengolahan,
dan kategori Transportasi dan Pergudangan. Sementara peranan kategori lainnya di bawah
10 persen (Tabel 1)

Tabel 1

Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015


Pertanian, kehutanan, dan perikanan 1,34 1,33 1,35 1,37 1,34
Pertambangan dan penggalian 6,14 5,78 5,63 4,82 2,82
Industri pengolahan 12,52 12,58 12,14 12,07 11,58
Pengadaan air, pengolahan 0,14 0,17 0,15 0,15 0,17
sampah, limbah dan daur
viii
ulang
Konstruksi 0,30 0,28 0,28 0,28 0,26
Perdagangan besar dan eceran 7,88 8,57 10,16 9,33 9,05
Reparasi mobil dan motor 24,67 24,73 24,27 24,41 28,14
Transportasi dan pergudangan 11,90 11,71 12,08 12,38 11,90
Penyediaan akomodasi dan 2,02 2,13 2,15 2,33 2,27
makan minum
Informasi dan komunikasi 5,03 4,61 4,35 4,10 4,42
Jasa keuangan dan asuransi 5,94 6,29 6,60 6,34 5,87
Real estat 2,92 2,80 2,76 2,55 2,47
Jasa perusahaan 3,10 3,13 3,00 2,83 2,97
Administrasi pemerintahan, 8,04 7,62 7,02 8,44 9,33
pertanahan dan jaminan sosial
wajib
Jasa pendidikan 5,03 5,36 5,23 5,64 4,49
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 2,17 2,11 2,09 2,30 2,22
Jasa lainnya 0,85 0,79 0,75 0,67 0,71
Sumber: BPS Kota Jambi Tahun 2015

Pertumbuhan ekonomi Kota Jambi pada 2014 sebesar 6,64%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi
terjadi pada sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yaitu sebesar 16,24%, sedangkan
pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada sektor Jasa Pendidikan yaitu sebesar 0,51%. Jika
ditinjau menurut lapangan usaha, laju pertumbuhan PDRB Kota Jambi Tahun 2014 tetap
didominasi oleh usaha yang berkaitan dengan aktivitas perkotaan, seperti yang terlihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2

Laju Pertumbuhan PDRB Kota Jambi Seri 2010 atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2012-2014 (persen)

No Uraia 2012 2013 2014


n
1 Pertanian, Kehutanan & Perikanan 3,89 4,34 5,45
2 Pertambangan & Penggalian 1,55 2,87 1,18
3 Industri Pengolahan 7,62 6,04 6,57
4 Pengadaan Listrik dan Gas 11,60 9,34 9,61
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5 1,05 1,52 3,26
Limbah dan Daur Ulang
6 Bangunan 16,74 27,58 4,07
Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi
7 8,81 9,20 8,76
Mobil & Sepeda Motor
ix
8 Transportasi dan Pergudangan 9,01 6,45 9,22
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 9,02 7,20 16,24
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 2,17 2,35 6,95
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 10,48 12,63 3,53
12 Real Estate 5,33 4,20 4,02
13 Jasa Perusahaan 4,30 2,49 6,16
Administrasi Pemerintahan,
14 3,02 3,19 7,00
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 7,71 2,81 0,51
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,39 10,77 12,96
17 Jasa Lainnya 3,16 2,56 2,36
PDRB 7,63 8,27 6,64
Sumber: BPS Kota Jambi 2015

2.2 Analisis Sektor Unggulan Ekonomi Daerah

Analisis LQ dilakukan dengan menggunakan data PDRB Kota dan Provinsi Jambi per
Sektor Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 3 tahun terakhir, yaitu 2013 – 2014. Adapun
pengelompokan sektor lapangan usaha yang digunakan adalah berdasarkan pengelompokan sektor
lapangan usaha Seri 2010. Dalam hal ini ada 17 sektor lapangan usaha. Perhitungan LQ untuk
tiga tahun diharapkan dapat memberikan gambaran sektor usaha apa saja yang menjadi basis
kota Jambi dan bagaimana kecenderungannya selama tiga terakhir. Hasil Analisis LQ per Sektor
Lapangan Usaha di Kota Jambi, disajikan pada tabel 3.
Berdasarkan tabel 6.1 di atas dapat dilihat bahwa sektor lapangan usaha yang memiliki nilai
LQ > 1 berturut- turut dari yang paling besar sampai yang paling kecil adalah: Transportasi dan
gudang; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Perdagangan besar dan eceran; Jasa Keuangan dan
Asuransi; Jasa Perusahaan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Pengadaan Air,
Pengelolaan sampah Limbah dan Daur Ulang. Bila dibandingkan, secara total Laju Pertumbuhan
Ekonomi Kota Jambi lebih tinggi daripada Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi, yaitu
14,27 persen banding 11,63 persen. Sektor lapangan usaha Kota Jambi yang memiliki Laju
Pertumbuhan Ekonomi lebih tinggi daripada Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi adalah
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Perdagangan Besar dan Eceran, Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Pertambangan dan Penggalian, Pengadaan Listrik dan Gas,
Jasa Perusahaan Industri Pengolahan dan Real Estate (Tabel 4).
Tabel 3
Analisis LQ Per Sektor Lapangan Usaha Kota Jambi Berdasarkan Harga Konstan dengan
Tahun Dasar 2010
Nilai LQ
No Sektor Lapangan Usaha
2013 2014 2015
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,048 0,044 0,043
B Pertambangan dan Penggalian 0,206 0,199 0,151

x
C Industri Pengolahan 1,080 1,102 1,107
D Pengadaan Listrik dan Gas 3,641 3,733 3,598
Pengadaan Air, Pengelolaan
E 2,005 2,001 1,905
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
F Konstruksi 1,445 1,368 1,352
G Perdagangan Besar dan Eceran 2,723 2,827 2,801
H Transportasi dan Gudang 4,146 4,120 4,007
Penyediaan Akomodasi dan
I 2,181 2,132 2,106
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 1,496 1,467 1,432
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,684 2,657 2,605
L Real Estate 1,789 1,814 1,749
M, n Jasa Perusahaan 2,704 2,724 2,684
Administrasi Pemerintahan,
O 2,194 2,209 2,159
Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 1,452 1,462 1,413
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,300 2,299 2,258
R, s,
Jasa Lainnya 0,820 0,799 0,778
t, u

Sumber: Bahan diolah 2016

Tabel 4

Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi dengan Provinsi Jambi

Kota Provinsi
No Sektor Lapangan Usaha Jambi Jambi
(%) (%)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,58 16,25
B Pertambangan dan Penggalian 21,69 3,93
C Industri Pengolahan 12,20 6,97
D Pengadaan Listrik dan Gas 15,45 14,13
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
E 6,32 9,31
Limbah, dan Daur Ulang
F Konstruksi 6,67 11,35
G Perdagangan Besar dan Eceran 27,16 20,79
H Transportasi dan Gudang 14,37 15,61
I Penyediaan Akomodasi dan Makan 25,00 26,44
Minum
J Informasi dan Komunikasi 15,23 17,53
xi
K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,93 5,63
L Real Estate 6,55 6,48
M,
Jasa Perusahaan 13,40 11,64
n
Administrasi Pemerintahan,
O 21,99 21,08
Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 9,05 9,45
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 27,39 26,76
R,
s, Jasa Lainnya 11,50 14,79
t, u
TOTAL 14,27 11,63
Sumber: Bahan diolah 2016

Analisis berikutnya untuk menentukan sektor unggulan adalah Tipologi Klassen. Untuk itu
maka dilakukan perbandingan pertumbuhan sektor lapangan usaha Kota Jambi dengan pertumbuhan
sektor lapangan usaha Provinsi Jambi.
Selanjutnya dilakukan perbandingan kontribusi masing-masing sektor lapangan usaha di Kota
Jambi dengan kontribusi masing-masing sektor lapangan usaha di Provinsi Jambi (Tabel 6)

Tabel 5

Perbandingan Antara Kontribusi PDRB Kota Jambi Terhadap Provinsi Jambi

Kontribusi
No Sektor Kota Provinsi
Jambi Jambi
Pertanian,
A Kehutanan, 0,011 0,262
dan Perikanan
Pertambangan
B 0,037 0,247
dan Penggalian
C Industri 0,123 0,112
Pengolahan
Pengadaan
D 0,002 0,000
Listrik dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E 0,003 0,001
Sampah,
Limbah, dan

xii
Daur Ulang
F Konstruksi 0,095 0,070
Perdagangan
G 0,265 0,095
Besar dan Eceran
Transportasi
H 0,125 0,031
dan Gudang

Penyediaan
I Akomodasi 0,022 0,010
dan Makan
Minum
Kontribusi
No Sektor Kota Provinsi
Jambi Jambi
Informasi
J 0,049 0,034
dan
Komunikasi
Jasa Keuangan
K 0,059 0,023
dan Asuransi
L Real Estate 0,025 0,014
M, n Jasa Perusahaan 0,028 0,010
Administrasi
Pemerintahan
O , Pertahanan, 0,076 0,035
dan Jaminan
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 0,046 0,032
Jasa Kesehatan
Q 0,025 0,011
dan Kegiatan
Sosial
R, s,
Jasa Lainnya 0,008 0,010
t, u
Sumber: Bahan diolah 2016

II I
Pengadaan air konstruksi, trans- Perdagangan besar dan eceran, Adm
portasi, dan gudang. Penyediaan pemerintahan. Jasa kesehatan
akomodasi, makan, dan minum. Pengadaan listrik dan gas
Informasi dan komunikasi. Jasa ke- Real estate
uangan $ asuransi.Jasa pendidikan Jasa perusahaan, industri & pengo-
lahan
xiii

IV III
Pertanian, kehutanan & perikanan Petambangan & penggalian
Jasa lainnya
Gambar 2 Kategorisasi Sektor Ekonomi Berdasarkan Tipologi Klasen

Terdapat 14 sektor di Kota Jambi yang memiliki kontribusi terhadap PDRB Kota Jambi lebih besar
dibanding kontribusi sektor yang sama terhadap PDRB Provinsi Jambi. Sektor-sektor tersebut
antara lain: Perdagangan Besar dan Eceran, Industri Pengolahan, Transportasi dan Gudang serta
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Klasifikasi sektoral ke dalam
empat kuadran pada Tipologi Klassen hasilnya dapat dilihat pada gambar 2. perbandngan hasil
analisis LQ dan kategorisasi Tipologi Klassen, direkap seperti pada tabel berikut.dapat direkap
seperti pada tabel berikut

Tabel 6

Perbandingan Hasil Analisis LQ dan Tipologi Klassen

Tipologi
Sektor Lap LQ
Klassen
Usaha
Perdagangan besar dan eceran 2,801 K1
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 2,159 K1
Wajib
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 2,258 K1
Industri Pengolahan 1,107 K1
Real Estate 1,749 K1
Jasa Perusahaan 2,684 K1
Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah dan Daur 1,905 K2
Ulang
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 2,106 K2
Jasa Keuangan dan Asuransi 2,605 K2
Konstruksi 1,352 K2
Transportasi dan Gudang 4,007 K2
Informasi dan Komunikasi 1,432 K2
Jasa Pendidikan 1,413 K2
Pertambangan dan Penggalian 0,151 K3
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 0,043 K4
Jasa Lainnya 0,778 K4
Sumber: Bahan diolah 2016

dapat ditafsirkan bahwa dengan mempertimbangkan hasil Analisis LQ dan Tipologi Klassen,
maka sektor unggulan Kota Jambi berturut-turut, adalah: Perdagangan besar dan eceran;
xiv
Administrasi Pemerintahan, pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Industri Pengolahan; Real Estate; Jasa Perusahaan.

2.3 Prediksi yang Terjadi Sampai Tahun 2030


Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2021 diperkirakan tumbuh positif setelah pada
2030. Perekonomian Provinsi Jambi diproyeksikan akan tumbuh pada rentang 2,71% - 3,51%
(yoy) yang didukung oleh pemulihan permintaan domestik dan global, serta perbaikan kinerja
sektor ekonomi utama yang terus berjalan secara gradual. Vakinasi yang menjadi game
changer dalam pemulihan ekonomi mendorong peningkatan level of confidence masyarakat
dan pelaku usaha. Berbagai stimulus kebijakan fiskal dan moneter pun terus berlanjut untuk
mendukung proses pemulihan ekonomi.
Secara sektoral, peningkatan ekonomi daerah terutama akan bersumber dari perbaikan
LU pertanian dan LU pertambangan. Kinerja LU pertanian didorong oleh membaiknya
produktivitas tanaman perkebunan disertai peningkatan harga komoditas. Sementara, kinerja
LU pertambangan akan didorong oleh meningkatnya produksi sejalan dengan membaiknya
harga komoditas energi primer paska mulainya aktivitas ekonomi negara mitra dagang utama.
Dari sisi pengeluaran, perbaikan kinerja LU pertanian dan LU pertambangan akan
menopang akselerasi ekspor dan konsumsi rumah tangga. Investasi juga diprakirakan
meningkat terutama didorong optimisme pelaku usaha ditengah perbaikan kondisi ekonomi
secara umum. Selain itu, rencana investasi yang tertunda pada tahun sebelumnya akan
direalisasikan pada tahun 2030.
Selanjutnya, tekanan inflasi Provinsi Jambi pada 2030 diprakirakan relatif stabil.
Tekanan inflasi tahun 2030 terutama dipengaruhi oleh meredanya wabah COVID-19 yang
berdampak terhadap normalisasi pola konsumsi masyarakat secara keseluruhan. Tekanan
inflasi tahun 2030 terutama akan bersumber dari kenaikan harga kelompok makanan,
minuman, dan tembakau. Terdapat beberapa risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi
lebih tinggi dari perkiraan. Kenaikan beberapa komoditas global serta harga komoditas energi
primer dapat memengaruhi harga komoditas domestik serta pergeseran pola tanam serta
periode HBKN yang berbeda dibandingkan tahun sebelumnya juga dapat menyebabkan inflasi
bahan makanan karena adanya gap permintaan dan supply.

2.4 Solusi Mengatasi Permasalahan Pembangunan Daerah Dalam Sektor Ekonomi


Seperti kita ketahui bersama bahwa salah satu tujuan penting perencanaan ekonomi di
Negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk di Indonesia adalah untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan tersebut berarti perlu juga
meningkakan laju pembentukan modal dengan cara meningkatakan tingkat pendapatan,
tabungan dan investasi.

Untuk negara Indonesia peningkatan laju pembentukan modal ini menghadapi berbagai
kendala, salah satunya adalah kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal ini diakibatkan
karena tingkat tabungan yang rendah, tingkat tabungan rendah karena tingkat pendapatan juga
rendah. Akibatnya laju investasi juga rendah dan berpengaruh pada rendahnya modal dan
produktivitas. Keadaan inilah yang sering disebut dengan “lingkaran setan kemiskinan”.

xv
Salah satu cara untuk memotong lingkaran setan ini adalah diperlukan suatu
pembangunan yang terencana. Ada dua (2) cara untuk memotong lingkaran setan tersebut:

1. Melakukan pembangunan yang terencana dengan mencari modal dari luar negeri yang
disebut “Industrialisasi yang diproteksi”.
2. Dengan cara menghimpun tabungan wajib yang disebut “Industrialisasi dengan
kemampuan sendiri.”.

Dasar pemikiran timbulnya perencanaan tersebut adalah:


1. Untuk memperbaiki dan memperkuat mekanisme pasar
2. Untuk mengurangi pengangguran.

Jadi singkat kata bahwa perencanan pembangunan sangat diperlukan karena merupakan
jalan terbaik untuk mengatasi kemiskinan di NSB dan Negara Indonesia (khususnya).
Perencanaan yang baik diperlukan untuk mengatasi ketimpangan distribusi pendapatan dan
kesejahteraan, meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita, meningkatakan
kesempatan kerja dan untuk pmbangunan secara keseluruhan. Perencanaan Ekonomi adalah
usaha secara sadar dari suatu pemerintahan untuk mempengaruhi, mengarahkan serta
mengendalikan perubahan variabel- variabel ekonomi yang utama (misalnya GDP,
Konsumsi, Investasi, Tabungan dan lain-lain). Suatu rencana ekonomi bisa juga dianggap
serangkaian sasaran (target) ekonomi secara kuantitatif yang khusus dan harus dicapai dalam
suatu jangka waktu tertentu. Rencana ekonomi bisa mencakup keseluruhan (komprehensif)
maupun secara parsial (sebagian)

xvi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Struktur ekonomi Kota Jambi pada kurun waktu 2011-2015 masih didominasi sektor
Sekunder dan Tersier serta pertumbuhan ekonomi Kota Jambi pada 2014 sebesar
6,64%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada sektor Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum yaitu sebesar 16,24%, sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi
pada sektor Jasa Pendidikan yaitu sebesar 0,51%.
2. Berdasarkan hasil Analisis LQ yang dipadukan dengan Tipologi Klassen, maka
sektor unggulan Kota Jambi adalah: Perdagangan besar dan eceran; Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Industri Pengolahan; Real Estate; Jasa Perusahaan. Dengan demikian,
direkomendasikan kepada Pemerintah Kota Jambi untuk memberikan prioritas
pembangunan kepada sektor unggulan tersebut di atas, untuk meningkatkan daya saing
daerah dan mempercepat laju pembanguann daerah. Selain itu, direkomendasikan pula
untuk menerapkan prinsip-prinsip perencanaan makro secara ilmiah. Artinya
perencanaan yang berbasis data dan informasi yang akurat, metode dan peralatan
analisis ilmiah, sehingga menghasilkan rencana (program dan kegiatan) yang layak
diterapkan untuk mencapai tujuan dan target-target perencanaan secara tepat.
3. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2021 diperkirakan tumbuh positif setelah pada
2030 dengan rentang 2,71% - 3,51%, serta tekanan inflasi Provinsi Jambi pada 2030
diprakirakan relatif stabil.
4. Untuk meningkatkan pertumbuhan tersebut berarti perlu juga meningkakan laju
pembentukan modal dengan cara meningkatakan tingkat pendapatan, tabungan dan
investasi.

3.2 Saran

Pemerintah Kota Jambi hendaknya melakukan evaluasi secara rutin setiap tahunnya
dalam rangka pemulihan permintaan domestik dan global, serta perbaikan kinerja sektor
ekonomi utama yang terus berjalan secara gradual agar pertumbuhan ekonomi Kota Jambi
dapat terus meningkat dengan meningkatkan laju pembentukan modal dan terus
memprioritaskan sektor ekonomi unggulan yang dapat menjaga pertumbuhan ekonomi Kota
Jambi agar tekanan inflasi di Kota Jambi tetap stabil setelah wabah Covid-19 mereda.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Ambardi, U. M. Dan Socia P. (2002).


Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Jakarta: Pusat Pengkajian
Kebijakan Pengembangan Wilayah (P2KTPW- BPPT)
Jogiyanto. (2008). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima, Yogyakarta: BPFE
Sebenan, R.D. 2007. Strategi pemberdayaan rumahtangga nelayan di Desa Gangga II
kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Fakultas Perikanan dan llmu
Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado
SutiyodanMaharjanK.L(2017)Decentralization and Rural Development in Indonesia, Singapore:
Springer
Tandelilin, E. (2010), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Jakarta: Kanisius
Tarigan, R. (2008), Perencanaan Pembangunan Wilayah, Edisi Revisi kedua, Jakarta: Bumi
Aksara
Usya, N. 2006. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten
Subang [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Wahyudi, A. (2017). Kajian Fungsi dan Peran Kota dan Kabupaten di Bidang Ekonomi
dalam Penyelenggaraan Metropolitan Cirebon Raya. Jurnal Plano Madani. 6(1),

xviii

Anda mungkin juga menyukai