Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Bimbingan Minat Bakat dan
Penalaran
Oleh,
173402093
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya agar dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi karya tulis ilmiah agar menjadi lebih
baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.2.2 Optimisasi Produksi .............................................................
11
3.2.3 Persediaan ............................................................................
13
3.2.4 Teori Peramalan ...................................................................
15
3.2.5 Jenis-Jenis Peramalan ...........................................................
16
3.2.6 Tahapan Peramalan ..............................................................
17
3.2.7 Metode Peramalan ................................................................
18
3.2.8 Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku ..................
18
BAB IV KESIMPULAN .....................................................................................
20
BAB V DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
21
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
juta pekerja. Salah satu kebijakan strategis itu adalah penerbitan surat edaran yang
mendorong pabrik dan fasilitas manufaktur dapat beroperasi dengan aman selama
penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB). Hingga saat ini, Kemenperin
telah mengeluarkan sebanyak 17,5 ribu izin tersebut, yang mewakili total tenaga
kerja hingga 4,9 juta orang. Tidak hanya menyasar kepada sektor industri skala
besar saja, Kemenperin juga memberikan perhatian lebih kepada pelaku industri
kecil menengah (IKM) agar tetap menjalankan usahanya di tengah kondisi sulit
saat ini.
2. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memperoleh pemahaman yang
lebih dalam mengenai penelitian yang telah penulis dapatkan.
3
BAB II
GAGASAN
masker. Kemenperin pun ikut mengambil peran dalam program kartu Pra-Kerja
dengan menggunakan skema Diklat 3 in 1.
Kemenperin juga terus mengawal percepatan pembangunan kawasan
industri prioritas RPJMN 2020-2024 dalam masa pandemi dan pasca-Covid-19.
Selain itu, dalam masa kedaruratan Covid-19, selalu menjalin koordinasi dengan
pemerintah daerah terkait operasional dan mobilitas kegiatan industri serta
pengawasan implementasi Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri
(IOMKI) agar benar-benar sesuai dengan protokol kesehatan untuk pencegahan
wabah Covid-19. Oleh karenanya, Kemenperin telah mengeluarkan Surat Edaran
Menteri Perindustrian Nomor 8 Tahun 2020 tentang kewajiban pelaporan bagi
perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri yang memiliki IOMKI.
2.3. Pengembangan Kondisi Objektif
Kemenperin terus memantau dan mendorong semaksimal mungkin agar
sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah ke sektor industri dapat segera
terealisasi dan terasa manfaatnya. Salah satu bentuk dukungan yang telah
diberikan agar dunia usaha bisa beroperasi di tengah pandemi adalah dengan
penerbitan Izin Operasional Mobilitas dan Kegiatan Industri (IOMKI) awal
kuartal II-2020. Penerbitan IOMKI diharapkan dapat membantu perekonomian
Indonesia tidak turun terlalu dalam. Merujuk hasil survey yang dirilis IHS Markit,
PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2020 berada di level 46,9 atau naik
dibandingkan bulan sebelumnya dengan 39,1 poin. Peningkatan ini juga
menunjukkan peningkatan kepercayaan bisnis terhadap kondisi pasar yang lebih
normal.
“Peningkatan PMI Indonesia pada kuartal III-2020 akan bergantung pada sektor
manufaktur yang utilitasinya meningkat signifikan, yakni sektor-sektor yang
memiliki permintaan domestic tinggi, seperti industri farmasi, alat kesehatan, serta
makanan dan minuman,” ungkap Agus, Menteri Perindustrian (Menperin).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia
Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani menerangkan, realisasi
pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 sesuai prediksi Kadin. Salah satu
penyebabnya adalah pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di
beberapa wilayah untuk menekan penyebaran Covid-19. Ini membuat aktivitas
ekonomi menciut.
“Jadi, yang sekarang kita mesti perhatikan adalah kuartal III. Kami melihat susah
ekonomi kembali positif. Ini memerlukan usaha yang luar biasa, tetapi saya tak
bilang ini mustahil. Kadin memperkirakan kuartal III-2020, ekonomi turun 2%,
membaik dari kuartal II,” ujar dia kepada Investor Daily.
Shinta menegaskan, stimulus dari pemerintah melalui progam Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) harus segera direalisasikan. Sebab, penyerapannya
6
masih sangat rendah. Sampai akhir Juli 2020, realisasi anggaran penanganan
Covid-19 yang mencakup jaminan sosial bagi masyarakat terdampak dan sektor
usaha baru mencapai 20% dari total Rp 695 triliun. Dia menilai, walau aktivitas
ekonomi sudah kembali setelah pelonggaran PSBB, pemulihan membutuhkan
peningkatan permintaan, terutama dari dalam negeri yang bisa dikontrol oleh
pemerintah.
2.4. Pihak Dalam Pengimplementasian Gagasan
Menperin menjelaskan, perusahaan perlu kembali memetakan bisnisnya
berdasarkan kondisi baru yang dihadapi dan mereformasi model bisnis untuk
mengambil peluang. Misalnya dengan mempertimbangkan opsi-opsi peluang
bisnis baru dan menerapkan metode baru dalam bekerja untuk mengakselerasi
produktivitas dengan memanfaatkan teknologi terkini.
Menurut Menperin, program Making Indonesia 4.0 telah mendukung
perusahaan industri dalam penyesuaian dengan kondisi saat ini. Di masa pandemi
Covid-19, penerapan industri 4.0 memudahkan industri dalam menjalankan
protokol kesehatan. Implementasi industri 4.0 dinilai sebagai strategi tepat untuk
membangkitkan aktivitas sektor manufaktur di dalam negeri pada fase new
normal (kenormalan baru). Namun, guna mengakselerasi transformasi menuju
industri 4.0 tersebut, perlu dukungan dari seluruh pemangku kepentingan terkait.
“Sinergi dan kolaborasi antar pihak berperan penting dalam implementasi industri
4.0 sesuai program prioritas Making Indonesia 4.0,” kata Menteri Perindustrian
Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (3/7/2020).
Dengan menjalankan digitalisasi, perusahaan dapat mengatur proses kerja
maupun SDM-nya dan tetap produktif, Kementerian Perindustrian juga aktif
menjalin koordinasi dan membangun jejaring kerja sama antar stakeholders untuk
mempercepat transformasi industri 4.0. Dalam hal ini, Kemenperin telah
menginisiasi ekosistem industri 4.0 yang disebut Ekosistem Indonesia 4.0 (SINDI
4.0). “Jadi, SINDI 4.0 dibangun sebagai wadah saling bersinergi dan
berkolaborasi, baik pemerintah, pelaku industri, akademisi dan R&D, technical
provider, konsultan dan tentunya pelaku keuangan,” jelasnya.
Menurut Agus, di era new normal ini, upaya yang juga akan dilakukan
Kemenperin dalam mempercepat transformasi industri 4.0 di Indonesia, antara
lain meningkatkan kesadaran (awareness) agar industri tetap produktif pada masa
pandemi Covid-19 dengan dukungan implementasi teknologi industri 4.0 dan
tetap patuh memenuhi protokol kesehatan. Kemudian, melakukan penilaian
Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) untuk mengetahui posisi
kesiapan perusahaan dalam transformasi industri 4.0
secara online maupun offline. “Selain itu, kami melakukan pendampingan dalam
7
BAB III
LANDASAN TEORI & KAJIAN PUSTAKA
3.2.3. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen,
material, atau produk jadi yang tersedia di tangan menunggu untuk digunakan
atau dijual (Baroto, 2002). Menurut Taylor III (2001) persediaan adalah berbagai
stok barang-barang yang disimpan oleh organisasi untuk memenuhi permintaan
pelanggan internal atau eksternal. Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber
daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan. Istilah
persediaan dapat digunakan dalam beberapa perbendaharaan seperti yang
dikemukakan oleh Yamit (2003):
1. Persediaan bahan baku di tangan (stock on hand).
2. Daftar persediaan secara fisik.
3. Jumlah item di tangan.
4. Nilai persediaan barang.
Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan
proses produksi dan jalur distribusi (Heizer dan Render, 2006). Persediaan
merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-
barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan
bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Persediaan pada perusahaan berupa bahan-bahan mentah(bahan baku)
yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat di dalam
14
perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang
disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap
waktu (Rangkuti, 2004). Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif
dalam proses produksi dan operasi suatu perusahan yang secara terus-menerus
diperoleh, diubah, ditambah yang kemudian dijual kembali.
2. Peranan dan Fungsi Persediaan
Menurut Rangkuti (2004), persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku
sampai barang jadi berguna untuk:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.
2. Menghilangkan resiko barang yang rusak.
3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya.
Fungsi-fungsi persediaan diantaranya adalah:
1. Fungsi Decoupling; Adalah fungsi persediaan yang memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada
pemasok. (Rangkuti, 2004). Atau memisahkan beragam bagian produksi
(Heizer dan Render, 2006). Sebagai contoh jika pasokan sebuah
perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persedaian tambahan
untuk mendecouple (memisahkan) proses produksi dari para pemasok.
Disamping itu persediaan dalam hal ini juga untuk memisahkan ikatan
perusahaan dari fluktuasi permintaan, juga persedian barang-barang akan
memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya
terjadi pada pedagang eceran.
2. Fungsi Economic Lot Sizing; Persediaan Lot Size ini perlu untuk
penghematan atau potongan pembelian dan juga pengangkutan per-unit
jadi lebih murah. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan
pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya-biaya
yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi,
risiko dan sebagainya). Fungsi persediaan untuk mengambil keuntungan
diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat
mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.
3. Fungsi Antisipasi; disediakan guna menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data
masa lalu perusahaan, yaitu permintaan musiman (Rangkuti, 2004).
Perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional
inventories). Persediaan antisipasi atau berjaga-jaga (anticipation stock) adalah
persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah
diperkirakan sebelumnya atau sering disebut Stabilisation Stock.
15
lebih sederhana dari sistim yang dipelajari. Model adalah suatu kerangka
analitik yang bila diberi data masukan menghasilkan estimasi penjualan di
masa mendatang. Pemilihan suatu model yang tepat adalah penting, karena
setiap model memiliki asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebagai
persyaratan penggunaannya. Validitas dan reabilitas estimasi sangat
tergantung pada model yang dipakai.
3. Pengujian Model; Sebelum diterapkan, model biasanya diuji untuk
menentukan tingkat akurasi validitas dan realibilitas yang diharapkan.
Penerapannya mencakup pada data historik dan penyiapan estimasi untuk
tahun-tahun sekarang dengan data nyata yang tersedia. Nilai suatu model
ditentukan oleh derajat ketetapan hasil peramalan dengan kenyataan.
Dengan kata lain, pengujian model bermaksud untuk mengetahui validitas
atau kemampuan prediksi secara logika suatu model.
4. Penetapan Model; Setelah pengujian, analis menetapkan model dan
dalam tahap ini data historis dimasukkan ke dalam model untuk
menghasilkan suatu ramalan.
5. Revisi dan Evaluasi; Ramalan-ramalan yang dibuat harus senantiasa
diperbaiki dan ditinjau kembali. Perbaikan mungkin perlu dilakukan,
karena adanya perubahan- perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atau
lingkungannya seperti tingkat harga produk perusahaan, karakteristik
produk, biaya-biaya periklanan, kebijaksanaan moneter dan kemajuan
teknologi. Evaluasi merupakan perbandingan hasil ramalan dengan hasil
nyata untuk menilai ketetapan penggunaan suatu metodologi atau teknik
peramalan. Langkah ini diperlukan untuk menjaga mutu estimasi-estimasi
di waktu mendatang.
BAB IV
KESIMPULAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Adi. (2020, 6 Mei). Beragam Solusi Kemenperin Bagi Industri Terdampak Covid-
19. Diakses pada 7 Oktober 2020 melalui
https://pasardana.id/news/2020/5/6/beragam-solusi-kemenperin-bagi-
industri-terdampak-covid-19/
Cahyoputra, Leonard AL. (2020, 9 Agustus). Menperin: Industri akan Bangkit
Kuartal III. Diakses pada 7 Oktober 2020 melalui
https://investor.id/business/menperin-industri-akan-bangkit-kuartal-iii
Ekarina. (2020, 23 Mei). Strategi Pemerintah Pulihkan Industri Manufaktur
Pasca PSBB. Diakses pada 7 Oktober 2020 melalui
https://katadata.co.id/ekarina/berita/5ec88bcf231b8/strategi-pemerintah-
pulihkan-industri-manufaktur-pasca-psbb
Kementerian PPN/Bappenas. (2020, 11 Mei). Menjaga Laju Industri di Tengah
Pandemi COVID-19. Diakses pada 7 Oktober 2020 melalui
https://www.ksi-indonesia.org/id/insights/detail/1313-menjaga-laju-
industri-di-tengah-pandemi-covid-19