Anda di halaman 1dari 27

FLEKSIBILITAS DALAM PEMBIAYAAN BAGI INDUSTRI

MANUFAKTUR, SERTA PEMULIHAN SUBTITUSI IMPOR


PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA PANDEMI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Bimbingan Minat Bakat dan
Penalaran

Oleh,

Yeremia Christian Setiawan

173402093

PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya agar dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi karya tulis ilmiah agar menjadi lebih
baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis


yakin masih banyak kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Tasikmalaya, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................
2
BAB II GAGASAN ...............................................................................................
3
2.1 Kondisi Objektif .................. .................................................................
3
2.2 Solusi Yang Diterapkan ........................................................................
4
2.3 Pengembangan Kondisi Objektif ......................................................... 5
2.4 Pihak Dalam Pengimplementasian Gagasan ........................................ 6
2.5 Langkah-Langkah Strategis Dalam Pengimplementasian ................... 7
BAB III LANDASAN TEORI & KAJIAN PUSTAKA .....................................
8
3.1 Landasan Teori ......................................................................................
8
3.2 Kajian Pustaka .....................................................................................
11
3.2.1 Industri Manufaktur .............................................................
11

iii
3.2.2 Optimisasi Produksi .............................................................
11
3.2.3 Persediaan ............................................................................
13
3.2.4 Teori Peramalan ...................................................................
15
3.2.5 Jenis-Jenis Peramalan ...........................................................
16
3.2.6 Tahapan Peramalan ..............................................................
17
3.2.7 Metode Peramalan ................................................................
18
3.2.8 Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku ..................
18
BAB IV KESIMPULAN .....................................................................................
20
BAB V DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
21

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di kawasan
Asia Tenggara (ASEAN), dalam hal ini perekonomian Indonesia yang diukur
dengan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan nilai pasar dari semua
barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian, diukur dengan harga
konstan. Pertumbuhannya merupakan perubahan dalam output agregat; karenanya
para ekonom menggunakannya sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Juga
dikenal sebagai PDB dengan harga konstan. Bicara tentang ASEAN, ASEAN kita
ketahui sebagai forum kerjasama yang dideklarasikan pada tahun 1967 oleh lima
negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina. Latar
belakang dibentuknya forum ini karena didorong oleh rasa kebutuhan bersama
yang menyikapi kondisi politik, ekonomi, dan keamanan pada saat itu dekade 60
an yang sarat dengan konflik.
Didorong atas dasar rasa kebersamaan, kebutuhan bersama akan adanya
keamanan, dan sejahtera. Selain menjadi aman dan damai, kesejahteraan juga
memiliki peranan yang sangat penting, bicara soal kesejahteraan tentu bicara soal
ekonomi. Maka terbentuklah MEA, Masyarakat Ekonomi ASEAN , dengan cita-
citanya kawasan ini menjadi kawasan yang efisien bagi kegiatan pelaku ekonomi .
Kemudian menjadi kawasan yang kondusif untuk investasi, dan kawasan ASEAN
pun memiliki daya saing tinggi dapat menjadi motor perekonomian, tidak hanya
dikawasan ASEAN tetapi juga didunia. Kemudian ingin ASEAN ini secara
ekonomi dapat mendorong terciptanya penurunan kesenjangan perekonomian.
Dan ingin kawasan ini menjadi penting sebagai mata rantai kegiatan
perekonomian intenasional.

Indonesia sudah menjadi basis industri manufaktur terbesar se-ASEAN


dengan kontribusi mencapai 20,27% pada perekonomian skala nasional.
Perkembangan industri manufaktur di Indonesia saat ini mampu menggeser
peran commodity based menjadi manufacture based. Pemerintah berupaya untuk
melakukan transformasi perekonomian agar lebih fokus pada proses
perkembangan industri non migas.  Industri manufaktur menjadi salah satu sektor
yang diandalkan dalam upaya pemulihan ekonomi nasional setelah tertekan akibat
pandemi Covid-19. Lebih lanjut Menperin menegaskan, sejak awal krisis dampak
dari wabah virus Korona, Kementerian Perindustrian berupaya untuk memastikan
sektor industri bisa terus beroperasi karena merupakan tulang punggung
pertumbuhan ekonomi. Kontribusi sektor industri itu juga terlihat dari capaian
nilai tambah sebesar Rp700,51 triliun dan telah mempekerjakan sebanyak 18,5
2

juta pekerja. Salah satu kebijakan strategis itu adalah penerbitan surat edaran yang
mendorong pabrik dan fasilitas manufaktur dapat beroperasi dengan aman selama
penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB). Hingga saat ini, Kemenperin
telah mengeluarkan sebanyak 17,5 ribu izin tersebut, yang mewakili total tenaga
kerja hingga 4,9 juta orang. Tidak hanya menyasar kepada sektor industri skala
besar saja, Kemenperin juga memberikan perhatian lebih kepada pelaku industri
kecil menengah (IKM) agar tetap menjalankan usahanya di tengah kondisi sulit
saat ini.

Dalam menjaga sektor industri manufaktur agar mampu


melakukan rebound, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai
“Fleksibilitas dalam Pembiayaan bagi Industri Manufaktur, serta Pemulihan
Subtitusi Impor Perekonomian Indonesia Pasca Pandemi”

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas mengenai latar belakang yang ditulis, maka


tujuan yang ingin di capai dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis :
1. Stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat
2. Stimulus Non Fiskal yang berkaitan dengan ekspor dan impor.
3. Memetakan Jalan Penguatan Ekonomi Pasca Pandemi
4. Mengejar target subtitusi impor pada industri manufaktur.

1.3 Manfaat Penelitian


Kegunaan dan manfaat hasil penulisan dari beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek Keilmuan
Dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan mengetahui lebih lanjut mengenai
manfaat ekonomi dari kontribusi terhadap PDB, kontribusi tenaga kerja, porsi
kredit, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB, pengentasan
kemiskinan, dan indeks keterkaitan sektor.

2. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memperoleh pemahaman yang
lebih dalam mengenai penelitian yang telah penulis dapatkan.
3

BAB II
GAGASAN

2.1. Kondisi Objektif


Kinerja industri manufaktur Indonesia mengalami kontraksi mencapai titik
terendah sepanjang sejarah. Namun, pemerintah berharap indeks manufaktur
kembali meningkat ke level tertinggi tiga bulan setelah pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) berakhir. Sejak kasus corona pertama kali diumumkan di Indonesia
pada 2 Maret lalu, sejumlah daerah telah menerapkan PSBB untuk menekan
potensi penularan virus. 
DKI Jakarta menjadi daerah pertama yang memberlakukan PSBB mulai
10 April 2020 dan hingga kini telah mengalami tiga kali perpanjangan.
Sementara itu, survei IHS Market mencatat, Purchasing Managers Index (PMI)
manufaktur Indonesia periode April 2020 anjlok tajam ke level 27,5, lebih rendah
dibanding Maret yang berada di posisi 45,3. Anjloknya indeks manufaktur
Indonesia April lalu tercatat sebagai yang terendah sepanjang sejarah atau dalam
sembilan tahun periode survei. Ini terjadi seiring berkurangnya aktivitas
dan output produksi selama pandemi corona serta pemberlakuan PSBB. 
Tak hanya itu, kinerja manufaktur Indonesia tercatat terendah di ASEAN,
di bawah Myanmar dengan skor indeks sebesar 29,0 dan Singapura 29,3.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pandemi
corona telah memengaruhi permintaan konsumsi domestik. Padahal, 70% total
produksi industri manufaktur terserap oleh pasar dalam negeri. Ketika permintaan
atau daya beli menurun, maka berdampak besar terhadap produksi barang.
Besarnya impor serta pelemahan kurs, juga ikut mengakibatkan output menurun
signifikan. Padahal, jika dilihat sebelum corona masuk Indonesia, PMI Indonesia
sempat mencatat skor tertinggi pada Februari 2020 yakni di level 51,9%.
Dengan selesainya PSBB, pemerintah berharap sektor industri bisa
kembali beroperasi. Pemerintah pun optimistis industri manufaktur dapat pulih
lebih cepat, bahkan dalam kondisi new normal. Untuk meningkatkan daya saing
sektor industri, pemerintah perlu melakukan rangsangan bagi industri untuk
memacu kinerja ekspor dan pemenuhan kebutuhan bahan baku. Namun, untuk
memulihkan kinerja industri dan mencapai target PMI, diperlukan kerja sama
antar kementerian maupun dengan pelaku usaha.
4

2.2. Solusi Yang Diterapkan


Kementerian Perindustrian terus berupaya mendorong pemulihan sektor
industri di dalam negeri yang terdampak pandemi Covid-19. Hal ini guna menjaga
roda perekonomian nasional agar tetap berputar, tentunya dengan berpedoman
pada protokol kesehatan. Dari kondisi pandemi Covid-19 ini telah banyak
menghentikan sejumlah sektor industri. Pabrik menyetop operasionalnya dan
karyawan terpaksa dirumahkan. Kemenperin mencari solusi untuk segera
memperbaiki kinerja industri manufaktur di tanah air yang terimbas pandemi
Covid-19. Misalnya, di sektor industri agro, Kemenperin akan melakukan
koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk pemenuhan kebutuhan
bahan baku industrinya.
Selain itu, memfasilitasi dan koordinasi terkait penyerapan produk industri
agro di dalam negeri serta untuk ekspor produk industri agro. Selanjutnya, di
sektor IKFT, langkah yang akan dilakukan Kemenperin, meliputi pengadaan
mesin atau peralatan peningkatan produksi bahan baku jamu atau herbal
berstandar atau fitofarmaka yang berkhasiat untuk daya tahan tubuh, serta
produksi antibodi dan pelega pernafasan. Kemudian, verifikasi produsen bahan
baku Alat Pelindung Diri (APD) dan bahan baku masker, serta fasilitasi supply-
chain and business matching dengan produsen APD dan masker. Di sektor
industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (ILMATE), Kemenperin
melakukan fasilitasi pengembangan aplikasi pengelolaan darurat bencana atau
peningkatan populasi startup company software content, memanfaatkan Alat
Mekanis Multi Guna Pedesaan (AMMDes) dalam percepatan penanganan Covid-
19, serta pengadaan alat pengujian terhadap akurasi dan keandalan alat ventilator
dalam rangka pembuatan prototipe ventilator.
Selain itu, fasilitasi penanganan industri permesinan yang terdampak
Covid-19 dan pengembangan industri ventilator nasional serta pendampingan
industri yang terdampak penyebaran Covid-19 dalam mendapatkan bahan baku
industri logam. Bagi sektor industri kecil menengah (IKM), Kemenperin bakal
melakukan program pengembangan wirausaha IKM terutama untuk pekerja
korban pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat Covid-19. Berikutnya,
pengembangan sentra IKM yang ikut terdampak, akan dilakukan fasilitasi
pemenuhan bahan baku dan bahan penolong, serta inkubator bisnis untuk
pembentukan wirausaha baru IKM.
Kemenperin juga memiliki program pengembangan produk IKM serta
program restrukturisasi mesin dan peralatan untuk IKM yang terdampak Covid-
19, Kemudian, dalam satuan kerja Kemenperin di bawah Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) turut memproduksi alat penanganan
Covid-19 seperti hand sanitizer, disinfectant chamber, APD, face shield, dan
5

masker. Kemenperin pun ikut mengambil peran dalam program kartu Pra-Kerja
dengan menggunakan skema Diklat 3 in 1.
Kemenperin juga terus mengawal percepatan pembangunan kawasan
industri prioritas RPJMN 2020-2024 dalam masa pandemi dan pasca-Covid-19.
Selain itu, dalam masa kedaruratan Covid-19, selalu menjalin koordinasi dengan
pemerintah daerah terkait operasional dan mobilitas kegiatan industri serta
pengawasan implementasi Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri
(IOMKI) agar benar-benar sesuai dengan protokol kesehatan untuk pencegahan
wabah Covid-19. Oleh karenanya, Kemenperin telah mengeluarkan Surat Edaran
Menteri Perindustrian Nomor 8 Tahun 2020 tentang kewajiban pelaporan bagi
perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri yang memiliki IOMKI.
2.3. Pengembangan Kondisi Objektif
Kemenperin terus memantau dan mendorong semaksimal mungkin agar
sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah ke sektor industri dapat segera
terealisasi dan terasa manfaatnya. Salah satu bentuk dukungan yang telah
diberikan agar dunia usaha bisa beroperasi di tengah pandemi adalah dengan
penerbitan Izin Operasional Mobilitas dan Kegiatan Industri (IOMKI) awal
kuartal II-2020. Penerbitan IOMKI diharapkan dapat membantu perekonomian
Indonesia tidak turun terlalu dalam. Merujuk hasil survey yang dirilis IHS Markit,
PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2020 berada di level 46,9 atau naik
dibandingkan bulan sebelumnya dengan 39,1 poin. Peningkatan ini juga
menunjukkan peningkatan kepercayaan bisnis terhadap kondisi pasar yang lebih
normal.
“Peningkatan PMI Indonesia pada kuartal III-2020 akan bergantung pada sektor
manufaktur yang utilitasinya meningkat signifikan, yakni sektor-sektor yang
memiliki permintaan domestic tinggi, seperti industri farmasi, alat kesehatan, serta
makanan dan minuman,” ungkap Agus, Menteri Perindustrian (Menperin).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia
Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani menerangkan, realisasi
pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 sesuai prediksi Kadin. Salah satu
penyebabnya adalah pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di
beberapa wilayah untuk menekan penyebaran Covid-19. Ini membuat aktivitas
ekonomi menciut.
“Jadi, yang sekarang kita mesti perhatikan adalah kuartal III. Kami melihat susah
ekonomi kembali positif. Ini memerlukan usaha yang luar biasa, tetapi saya tak
bilang ini mustahil. Kadin memperkirakan kuartal III-2020, ekonomi turun 2%,
membaik dari kuartal II,” ujar dia kepada Investor Daily.
Shinta menegaskan, stimulus dari pemerintah melalui progam Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) harus segera direalisasikan. Sebab, penyerapannya
6

masih sangat rendah. Sampai akhir Juli 2020, realisasi anggaran penanganan
Covid-19 yang mencakup jaminan sosial bagi masyarakat terdampak dan sektor
usaha baru mencapai 20% dari total Rp 695 triliun. Dia menilai, walau aktivitas
ekonomi sudah kembali setelah pelonggaran PSBB, pemulihan membutuhkan
peningkatan permintaan, terutama dari dalam negeri yang bisa dikontrol oleh
pemerintah.
2.4. Pihak Dalam Pengimplementasian Gagasan
Menperin menjelaskan, perusahaan perlu kembali memetakan bisnisnya
berdasarkan kondisi baru yang dihadapi dan mereformasi model bisnis untuk
mengambil peluang. Misalnya dengan mempertimbangkan opsi-opsi peluang
bisnis baru dan menerapkan metode baru dalam bekerja untuk mengakselerasi
produktivitas dengan memanfaatkan teknologi terkini.
Menurut Menperin, program Making Indonesia 4.0 telah mendukung
perusahaan industri dalam penyesuaian dengan kondisi saat ini. Di masa pandemi
Covid-19, penerapan industri 4.0 memudahkan industri dalam menjalankan
protokol kesehatan. Implementasi industri 4.0 dinilai sebagai strategi tepat untuk
membangkitkan aktivitas sektor manufaktur di dalam negeri pada fase new
normal (kenormalan baru). Namun, guna mengakselerasi transformasi menuju
industri 4.0 tersebut, perlu dukungan dari seluruh pemangku kepentingan terkait.
“Sinergi dan kolaborasi antar pihak berperan penting dalam implementasi industri
4.0 sesuai program prioritas Making Indonesia 4.0,” kata Menteri Perindustrian
Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (3/7/2020).
Dengan menjalankan digitalisasi, perusahaan dapat mengatur proses kerja
maupun SDM-nya dan tetap produktif, Kementerian Perindustrian juga aktif
menjalin koordinasi dan membangun jejaring kerja sama antar stakeholders untuk
mempercepat transformasi industri 4.0. Dalam hal ini, Kemenperin telah
menginisiasi ekosistem industri 4.0 yang disebut Ekosistem Indonesia 4.0 (SINDI
4.0). “Jadi, SINDI 4.0 dibangun sebagai wadah saling bersinergi dan
berkolaborasi, baik pemerintah, pelaku industri, akademisi dan R&D, technical
provider, konsultan dan tentunya pelaku keuangan,” jelasnya.
Menurut Agus, di era new normal ini, upaya yang juga akan dilakukan
Kemenperin dalam mempercepat transformasi industri 4.0 di Indonesia, antara
lain meningkatkan kesadaran (awareness) agar industri tetap produktif pada masa
pandemi Covid-19 dengan dukungan implementasi teknologi industri 4.0 dan
tetap patuh memenuhi protokol kesehatan. Kemudian, melakukan penilaian
Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) untuk mengetahui posisi
kesiapan perusahaan dalam transformasi industri 4.0
secara online maupun offline. “Selain itu, kami melakukan pendampingan dalam
7

transformasi industri 4.0 secara remote maupun kunjungan ke industri, hingga


perusahaan dapat menjalankan proyek transformasi industri 4.0,” imbuhnya.
Menperin menyebutkan, manfaat yang bakal dirasakan perusahaan dari
transformasi industri 4.0, di antaranya adalah menurunkan biaya dan down-time,
meningkatkan kinerja mesin dan peralatan, serta meningkatkan kecepatan operasi
produksi dan kualitas produk. “Tentunya ini akan berdampak pada peningkatan
produktivitas perusahaan sehingga dapat menjadi industri yang maju dan berdaya
saing baik di kancah domestik maupun global,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
(BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi mengemukakan, beberapa kebijakan yang
telah dikeluarkan Kemenperin untuk mendorong kegiatan produksi sektor industri
tetap berjalan selama masa pandemi Covid-19, antara lain menerbitkan peraturan
mengenai pelaksanaan operasional pabrik dalam masa kedaruratan kesehatan
masyarakat Covid-19. “Pemerintah juga sudah memberikan sejumlah stimulus
untuk menggairahkan sektor industri dalam menghadapi pandemi Covid-19,
termasuk mengusulkan penghapusan biaya minimum untuk penggunaan listrik
dan gas,” ujar Doddy. Selanjutnya, mengurangi PPN untuk bahan baku yang
diperoleh domestik untuk industri yang tidak di Kawasan Berikat atau KITE,
penundaan pembayaran PPN hingga 90 hari, mengurangi angsuran PPh 25
menjadi nol, dan paket restrukturisasi dan pinjaman modal kerja untuk industri
yang terkena dampak Covid-19.
2.5. Langkah-Langkah Strategis Dalam Pengimplementasian
Perubahan tatanan terjadi pada hampir seluruh sendi kehidupan karena
adanya pandemi Covid-19, termasuk pengaruh pada aktivitas sektor industri
manufaktur. Guna menghadapi kondisi tersebut, pelaku industri perlu
memperhatikan lima langkah strategis agar bisa menjalankan keberlangsungan
usahanya.
Kelima langkah dimaksud dapat disebut sebagai 5R bagi industri.
Langkah pertama, yaitu resolve atau menangani pandemi di lingkungan
perusahaan, termasuk dengan melibatkan partisipasi karyawan dalam penerapan
protokol kesehatan. Kedua, resilience atau upaya memperkuat perusahaan
sehingga dapat bertahan. Langkah ketiga, return atau kembali menjalankan
aktivitas dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang penting bagi masing-
masing perusahaan.
“Ketiga langkah tesebut perlu diperkuat dengan dua langkah selanjutnya, yang
menekankan pentingnya perubahan oleh perusahaan, yaitu re-
imagination dan reform,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang
Kartasasmita di Jakarta, Jumat (24/7/2020).
8

BAB III
LANDASAN TEORI & KAJIAN PUSTAKA

3.1. Landasan Teori


Dampak dari pandemi virus corona merabah ke segala aspek terutama
pada sektor perekonomian negara Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi
menjadi sangat tidak stabil. Di kala pemerintah sedang berupaya untuk
mengoptimalkan kondisi perekonomian Indonesia, pandemi Covid-19 datang
dengan segala dampak negatifnya. Seperti yang kita ketahui sekarang bahwa
dampak dari pandemi ini sangat berpengaruh dalam segala aspek terutama pada
kondisi kesehatan dan perekonomian Negara. Dengan adanya pandemi Covid-19
tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian Indonesia saat ini sedang berada
dalam kondisi yang bisa dibilang “sangat tidak stabil”, salah satunya di bidang
industri manufaktur.
Perusahaan Manufaktur adalah sebuah badan usaha yang mengoperasikan
mesin, peralatan dan tenaga kerja dalam suatu medium proses untuk mengubah
bahan- bahan mentah menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual. Semua proses
dan tahapan yang dilakukan dalam kegiatan manufaktur dilakukan dengan
mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dimiliki oleh masing-
masing satuan kerja. Di Indonesia sendiri kita pasti sering sekali mendengar kata
“pabrik” atau dalam bahasa inggris disebut “factory”. Nah, Pabrik adalah istilah
penyebutan tempat yang digunakan untuk proses manufakturing atau fabrikasi.
Terdapat banyak sekali contoh-contoh suatu perusahaan manufaktur di dunia.
Perusahaan manufaktur yang ada du Indonesia juga sangat banyak, dengan
berbagai jenis industri. Berikut ini contoh perusahaan manufaktur yang ada di
Indonesia antara lain tekstil & garmen, otomotif, elektronik, makanan &
minuman, kerajinan, dll.
Sistem Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur harus menerapkan mengenai proses pengerjaan
suatu barang agar menjadi lebih efektif. Sistem yang bagus dalam perusahaan
manufaktur adalah penerapan sistem lean manufacturing. Penerapan sistem ini
9

akan meningkatkan produktivitas pekerja, memiliki nilai efisiensi, serta unggul


dalam operasional perusahaan. Berikut ini penerapan sistem lean manufacturing
antara lain:
1. Menerapkan Pull System
Pull system adalah penarikan material dilakukan pada waktu saat dibutuhkan saja.
hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas perusahaan
2. Fokus Pada Peningkatan Kualitas
Fokus serta menjaga kualitas harus dilakukan oleh setiap perusahaan. Dengan
menjaga kualitas, produk akan memiliki kualitas yang terbaik untuk diberikan
kepada pelanggan.
3. Planning dan Eksekusi
Dalam setiap bisnis, perencanaan merupakan suatu hal yang penting untuk
pengembangan usaha dan produk. Tujuan dibuatnya perencanaan ini adalah untuk
mengurangi terjadinya pemborosan ataupun terjadinya produksi yang gagal.
4. Perbaikan Terus Menerus
Perbaikan terus menerus harus dilakukan oleh setiap bisnis, tidak hanya pada
perusahaan manufaktur. Bertujuan untuk melakukan peningkatan setiap waktu
terhadap produk agar pelanggan merasa senang.
5. Kemampuan Pengambilan Keputusan
Mengambil keputusan adalah salah satu hal penting untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Dengan mengambil keputusan yang tepat serta akurat akan menjadi
suatu cara yang efektif dalam proses pembuatan barang.
Karakteristik Perusahaan Manufaktur
Adapun beberapa karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur,
diantaranya sebagai berikut:
1. Pengolahan Material dan Hasil Produksi
Berbeda dengan perusahaan dagang yang hanya menjual barang dari pemasok,
perusahaan manufaktur menitikberatkan pada proses pengolahan bahan-bahan
mentah menjadi produk jadi. Hasil dari proses produksi dan bahan baku
perusahaan manufaktur dapat dilihat oleh mata atau produknya memiliki wujud.
Hal ini pula yang membedakannya dengan perusahaan jasa dimana produknya
bukan berupa benda.
2. Mesin dan Skala yang Besar
10

Dalam pengelolaan produksi, perusahaan manufaktur biasanya


menggunakan setup mesin dan tenaga manusia dengan pembagian kerja dalam
produksi skala besar.
3. Terdapat Biaya Produksi
Biaya Produksi yang dikeluarkan biasanya terdiri dari 3 elemen biaya, yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik (BOP).

Proses Bisnis Industri Manufaktur


Mengingat kompleksitas kelangsungan usaha sebuah industri, terdapat beberapa
proses bisnis dari perusahaan manufaktur, diantaranya sebagai berikut:
1. Proses Procurement
Procurement adalah proses bisnis yang berkaitan dalam pengadaan barang dan
kebutuhan lainnya dalam membantu kelangsungan usaha. Bukan sekedar raw
material saja, tetapi termasuk juga spare part, alat medis, alat pembersih,
kebutuhan gedung, kebutuhan karyawan, alat-alat pertukangan, dan bahan – bahan
serta komponen- komponen lainnya. Proses ini menuntut kelengkapan sekaligus
efisiensi dan efektifitas dalam pemilihan barang-barang tersebut.
2. In Out Inventory
Mengingat proses bisnis yang melakukan pengolahan bahan mentah menjadi
produk siap pakai, otomatis akan terdapat banyak barang atau material yang
keluar masuk perusahaan. In Out Inventory adalah proses bisnis yang menangani
keluar masuknya barang-barang tersebut, hal yang menjadi kunci adalah kontrol
terhadap aliran barang tersebut.
3. Proses produksi
Fungsi proses produksi adalah pembuatan bahan baku sehingga menjadi barang
jadi dan bisa dijual kepada konsumen. Dalam praktiknya terdapat pembagian
divisi yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan industrinya. Misalnya saja divisi
PPIC (Production Planning and Inventory Control ) dan juga QC (Quality
Control).
4. Penjualan dan Pemasaran
Fungsi yang digunakan untuk mencapai tujuan dari proses produksi dan menjual
hasilnya, tujuannya untuk mendapatkan keuntungan. Misalnya biaya untuk
melakukan pemasaran seperti biaya promosi, biaya angkutan, biaya sewa gudang,
biaya gaji karyawan saat karyawan melakukan promosi produk.
11

5. Administrasi dan umum


Fungsi dari kegiatan manufaktur yang ada hubungannya dengan penentuan
kebijakan, pengarahan, dan juga pengawasan supaya kegiatan yang sedang
berjalan lebih efektif dan efesien. Misalnya dalam kegiatan ini terdapat biaya
seperti biaya akutansi, baya personalia, biaya gaji karyawan dan lain-lain.
6. Akuntansi dan keuangan
Accounting dan Finance memastikan bahwa keuangan sebuah badan usaha sehat
dan mampu untuk memenuhi kebutuhan produksi, sekaligus kontrol terhadap
hutang. Selain itu, accounting khususnya, memiliki kewajiban untuk mengatur
pajak yang harus dibayarkan oleh pabrik kepada pemerintah.

3.2. Kajian Pustaka


3.2.1. Industri Manufaktur
Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dari
tangan (manual) atau dengan mesin, sehingga menghasilkan suatu barang
(Prawirosento, 2007). Secara umum manufaktur menurut adalah suatu kegiatan
memproses suatu barang atau beberapa bahan menjadi barang lain yang
mempunyai nilai tambah yang lebih besar atau kegiatan memproses pengolahaan
input menjadi output. Contoh industri manufaktur adalah industri oli mesin,
indusri obat, industri makanan kaleng, industri automotif dan lain-lain.
Proses manufaktur dapat digambarkan dalam diagram alir pada Gambar dibawah
ini, dimana masukan (input) dikonversi, dengan bantuan peralatan, keahlian, uang,
dan sumberdaya yang lainnya, menjadi luaran (output) yang disebut sebagai
produk akhir.

Gambar 1. Manufaktur sebagai proses input-output (Biegel dalam Kusuma, 2004)

3.2.2. Optimisasi Produksi


12

Persoalan produksi adalah membuat nilai suatu fungsi beberapa peubah


menjadi maksimum atau minimum atau dengan memperhatikan batasan-batasan.
Biasanya pembatasan-pembatas tersebut berupa tenaga kerja (men), uang
(money). Pemrograman linier (linear programming atau LP) adalah suatu metode
yang digunakan dalam penentuan optimisasi produksi suatu perusahaan. LP
merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumberdaya untuk
mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan
biaya (Mulyono, 1991). Optimisasi adalah penggunaan faktor-faktor produksi
seefisien mungkin, Soekartawi (1992). Faktor-faktor produksi tersebut adalah
modal, mesin, bahan baku, bahan pembantu, dan tenaga kerja. Optimisasi yang
dilakukan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu :
1. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan input yang ditentukan
untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Maksimisasi keuntungan ini dapat
dilihat baik dari segi laba sistem kerja yang efektif (rancangan penugasan),
maksimisasi pangsa pasar dan lokasi perusahaan.
2. Minimisasi yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan
menggunakan input atau biaya yang paling minimal. Minimisasi dapat berupa
minimisasi penggunaan sumberdaya, biaya distribusi biaya persediaan biaya
pengendalian mutu, jumlah tenaga kerja, waktu proses pelayanan dan fasilitas
perusahaan.
Konsep Dasar Linear Programming.
Pemrograman linier adalah suatu metode matematik dalam
mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti
memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya, (Mulyono, 1991).
Persoalan dalam linear programming adalah berusaha untuk mencari pemecahan
optimal di dalam batasan sumber daya perusahaan. Agar pemrograman linier
dapat diterapkan maka asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan adalah :
a) Linearity, kata linear secara tidak langsung dapat diartikan sebagai
hubungan proporsional yang berarti bahwa tingkat perubahan atau tingkat
hubungan antar veriabel adalah konstan oleh karena itu perubahan nilai
peubah mengakibatkan perubahan relatif nilai fungsi dalam jumlah yang
sama.
b) Additivity. Hal ini dapat diartikan sebagai tak ada penyesuaian pada
perhitungan peubah keriteria karena terjadinya interaksi. Additivitas
mengharuskan bahwa fungsi tujuan adalah jumlah langsung dari kontribusi
individual dari setiap peubah dari sumber daya yang bersesuaian.
c) Divisibility. Suatu asumsi yang menyatakan bahwa nilai solusi yang
diperoleh tidak harus merupakan bilangan bulat. Solusi dari perhitungan
dapat terjadi pada pada nilai pecahan manapun. Dalam hal ini peubah
13

keputusan merupakan peubah kontinu, sebagai kebalikan dari peubah


diskrit atau bilangan bulat.
d) Deterministic. Dalam linear programming semua parameter model
diketahui konstan, maka secara tak langsung mengasumsikan bahwa suatu
masalah keputusan dalam satu kerangka statis, dimana semua parameter
diketahui dengan kepastian.
Pemrograman linier memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan, yaitu
sebagai alat kuantitatif untuk melakukan program linear mudah untuk diterapkan,
terutama jika menggunakan alat bantu komputer dan dapat menggunakan banyak
peubah, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan
sumberdaya optimum yang dapat dicapai. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan
sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Kekurangan
dari program linear adalah jika komputer tidak tersedia maka pengolahan dengan
menggunakan banyak peubah akan menyulitkan dalam penarikan analisisnya.

3.2.3. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen,
material, atau produk jadi yang tersedia di tangan menunggu untuk digunakan
atau dijual (Baroto, 2002). Menurut Taylor III (2001) persediaan adalah berbagai
stok barang-barang yang disimpan oleh organisasi untuk memenuhi permintaan
pelanggan internal atau eksternal. Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber
daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan. Istilah
persediaan dapat digunakan dalam beberapa perbendaharaan seperti yang
dikemukakan oleh Yamit (2003):
1. Persediaan bahan baku di tangan (stock on hand).
2. Daftar persediaan secara fisik.
3. Jumlah item di tangan.
4. Nilai persediaan barang.
Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan
proses produksi dan jalur distribusi (Heizer dan Render, 2006). Persediaan
merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-
barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan
bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Persediaan pada perusahaan berupa bahan-bahan mentah(bahan baku)
yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat di dalam
14

perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang
disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap
waktu (Rangkuti, 2004). Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif
dalam proses produksi dan operasi suatu perusahan yang secara terus-menerus
diperoleh, diubah, ditambah yang kemudian dijual kembali.
2. Peranan dan Fungsi Persediaan
Menurut Rangkuti (2004), persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku
sampai barang jadi berguna untuk:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.
2. Menghilangkan resiko barang yang rusak.
3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya.
Fungsi-fungsi persediaan diantaranya adalah:
1. Fungsi Decoupling; Adalah fungsi persediaan yang memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada
pemasok. (Rangkuti, 2004). Atau memisahkan beragam bagian produksi
(Heizer dan Render, 2006). Sebagai contoh jika pasokan sebuah
perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persedaian tambahan
untuk mendecouple (memisahkan) proses produksi dari para pemasok.
Disamping itu persediaan dalam hal ini juga untuk memisahkan ikatan
perusahaan dari fluktuasi permintaan, juga persedian barang-barang akan
memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya
terjadi pada pedagang eceran.
2. Fungsi Economic Lot Sizing; Persediaan Lot Size ini perlu untuk
penghematan atau potongan pembelian dan juga pengangkutan per-unit
jadi lebih murah. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan
pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya-biaya
yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi,
risiko dan sebagainya). Fungsi persediaan untuk mengambil keuntungan
diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat
mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.
3. Fungsi Antisipasi; disediakan guna menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data
masa lalu perusahaan, yaitu permintaan musiman (Rangkuti, 2004).
Perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional
inventories). Persediaan antisipasi atau berjaga-jaga (anticipation stock) adalah
persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah
diperkirakan sebelumnya atau sering disebut Stabilisation Stock.
15

Fungsi persediaan juga dapat dikategorikan sebagai persediaan pengaman


(Sefety Stock) yaitu persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur
ketidakpastian permintaan dan penyediaan.
4. Fungsi Transit Stock; Transit Stock adalah persediaan yang masih dalam
pengiriman atau transit yang sering pula disebut work in proses.
Terdapat dua jenis persediaan dalam pengiriman:
A: External Transit Stock
Persediaan yang masih berada dalam truk, kapal, kreta api ataupun alat
transportasi yang lain.
B: Internal Transit Stock
Persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum
di pindahkan.
Alasan mengadakan persediaan (Schroeder,1997),diantaranya adalah :
1. Mengurangi ketidakpastian
2. Memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis
3. Mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan penawaran.
4. Menyediakan untuk transit
5. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.
6. Menghilangkan resiko barang yang rusak.
7. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
8. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
9. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya.
Berdasarkan posisi barang, jenis persediaan dibagi lima yaitu:
1. Persediaan bahan baku.
2. Persediaan bagian produk atau komponen yang dibeli.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau penolong.
4. Persediaan barang-barang setengah jadi atau barang dalam proses
5. Persediaan barang jadi.

3.2.4. Teori Peramalan


Menurut Mulyono (1991) menerangkan bahwa peramalan adalah salah
satu proses memperkirakan proses secara sistematik tentang apa yang mungkin
terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki
agar kesalahan-nya dapat diperkecil.
16

Menurut Handoko (1994) peramalan adalah suatu penafsiran terhadap


permintaan akan produk dan jasa di masa mendatang. dan bagian-bagiannya
sangat penting di dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Peramalan yang
baik adalah penting untuk effisiensi industri manufacturing dan jasa, hasil-hasil
peramalan digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyakut
pemilihan proses, perencanaan kapasitas dan tataletak fasilitas serta berbagai
keputusan yang bersifat terus menerus dan berkenaan dengan perencanaan
penjadwalan dan persediaan.
Menurut Heizer dan Render ( 2006 ), peramalan adalah seni dan ilmu
untuk memperkirakan kejadian di masa depan yang dilakukan dengan melibatkan
pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa mendatang dengan
suatu bentuk model matematik. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat
pengambilan keputusan karena adanya perbedaan waktu antara dibutuhkannya
kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut dan untuk
mendapatkan peluang serta kesempatan yang ada dan ancaman yang mungkin
terjadi di masa mendatang.
Terkait dengan penelitian ini aktivitas peramalan dimaksudkan agar
perusahaan PT. FKT sebagai pembuat keputusan dalam proses produksi dapat
menyiasati pola kemungkinan permintaan oli mesin di masa mendatang, maka
perlu dilakukan maksimalisasi produktivitas perusahaan dan untuk meningkatkan
keuntungan.
Beberapa faktor penting dalam peramalan yang harus dipertimbangkan
mencakup:
1. Jarak waktu ke tujuan di masa depan yang harus diramalkan.
2. Tenggang waktu yang tersedia untuk mengambil keputusan.
3. Tingkat akurasi yang diperlukan.
4. Mutu data tersedia untuk dianalisis.
5. Sifat hubungan yang tercakup dalam masalah peramalan.
6. Biaya dan keuntungan dalam peramalan untuk menentukan keputusan.

3.2.5. Jenis-Jenis Peramalan


Menurut Heizer dan Render (2006), peramalan berdasarkan horizon waktu
dapat dibedakan atas beberapa kategori, yaitu:
1. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang mencakup jangka waktu
hingga 1 tahun tetapi umumnya tidak lebih dari 3 bulan. Peramalan ini
digunakan untuk merancanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah
tenaga kerja, penugasan kerja dan tingkat produksi.
17

2. Peramalan jangka menengah, yaitu peramalan yang mencakup hitungan


hingga batas 3 (tiga) tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan
penjualan, perencanaan anggaran produksi, anggaran kas dan
menganalisis bermacam-macam rencana produksi dan operasi.
3. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang mencakup perencanaan
dalam jangka waktu diatas 3 (tiga) tahun atau lebih. Peramalan ini
digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, atau
pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan.
Baik tidaknya metode yang digunakan dalam peramalan tergambarkan
pada penyimpangan oleh hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode
yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau
penyimpangan yang mungkin. Peramalan kuantitatif hanya digunakan apabila
terdapat tiga kondisi sebagai berikut:
a) Adanya informasi tentang keadaan yang lain.
b) Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk data.
c) Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa
mendatang.

3.2.6. Tahapan Peramalan


Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa
medatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah
perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu mendatang atas dasar pola-pola di waktu
yang lalu. Peramalan memerlukan kebijakan, sedangkan proyeksi-proyeksi adalah
fungsi mekanikal. Menurut Handoko (1994), proses peramalan terdiri dari
beberapa tahap, yaitu:
1. Penentuan Tujuan; langkah pertama terdiri atas penentuan estimasi yang
diinginkan. Sebaliknya, tujuan tergantung kepada kebutuhan para manajer.
Analis membicarakan dengan para pembuat keputusan untuk mengetahui
apa kebutuhan-kebutuhan dan mengetahui:
a. Peubah-peubah apa yang akan di estimasi.
b. Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan.
c. Untuk tujuan-tujuan apa hasil peramalan digunakan.
d. Estimasi jangka panjang atau jangka pendek yang diinginkan.
e. Derajat kepentingan estimasi yang diinginkan.
f. Kapan estimasi dibutuhkan.
g. Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk
kelompok pembeli, kelompok produk atau daerah geografis.
2. Pengembangan Model; Setelah tujuan diterapkan langkah berikutnya
adalah mengembangkan suatu model, yang merupakan penyajian secara
18

lebih sederhana dari sistim yang dipelajari. Model adalah suatu kerangka
analitik yang bila diberi data masukan menghasilkan estimasi penjualan di
masa mendatang. Pemilihan suatu model yang tepat adalah penting, karena
setiap model memiliki asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebagai
persyaratan penggunaannya. Validitas dan reabilitas estimasi sangat
tergantung pada model yang dipakai.
3. Pengujian Model; Sebelum diterapkan, model biasanya diuji untuk
menentukan tingkat akurasi validitas dan realibilitas yang diharapkan.
Penerapannya mencakup pada data historik dan penyiapan estimasi untuk
tahun-tahun sekarang dengan data nyata yang tersedia. Nilai suatu model
ditentukan oleh derajat ketetapan hasil peramalan dengan kenyataan.
Dengan kata lain, pengujian model bermaksud untuk mengetahui validitas
atau kemampuan prediksi secara logika suatu model.
4. Penetapan Model; Setelah pengujian, analis menetapkan model dan
dalam tahap ini data historis dimasukkan ke dalam model untuk
menghasilkan suatu ramalan.
5. Revisi dan Evaluasi; Ramalan-ramalan yang dibuat harus senantiasa
diperbaiki dan ditinjau kembali. Perbaikan mungkin perlu dilakukan,
karena adanya perubahan- perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atau
lingkungannya seperti tingkat harga produk perusahaan, karakteristik
produk, biaya-biaya periklanan, kebijaksanaan moneter dan kemajuan
teknologi. Evaluasi merupakan perbandingan hasil ramalan dengan hasil
nyata untuk menilai ketetapan penggunaan suatu metodologi atau teknik
peramalan. Langkah ini diperlukan untuk menjaga mutu estimasi-estimasi
di waktu mendatang.

3.2.7. Metode Peramalan


Terdapat dua pendekatan umum peramalan, sebagai mana ada dua cara
mengatasi semua model keputusan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
Peramalan kuantitatif menggunakan model matematik yang beragam dengan data
masa lalu dan peubah sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Peramalan
subyektif atau kualitatif, yaitu peramalan yang menggabungkan faktor seperti
intuisi, emosi, pengalaman pribadi dan sistim nilai pengambilan keputusan untuk
meramal (Handoko, 1994).

3.2.8. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku


1. Peramalan Penjualan
Pengertian peramalan penjualan menurut Indrajit dan Pranoto (2003)
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau
19

memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Peramalan


penjualan adalah istilah yang sangat populer di dunia dan menyangkut peramalan
permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan
perhitungan
tertentu.
Pada metode ini ada tiga tahapan iteratif dalam melakukan pemodelan
deret waktu (Montgomery et al.,1990), yakni:
1. Spesifikasi model berdasarkan data historis.
2. Pendugaan parameter
3. Diagnostik model untuk memeriksa kelayakan model.
2. Optimisasi Pembelian Bahan Baku
Jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan agar
menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal, Assauri (2004). Untuk
menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis harus diupayakan agar biaya-
biaya pemesanan dan penyimpanan diperkecil. Usaha untuk memperkecil biaya
pemesanan dan penyimpanan ini menyebabkan sistem persediaan dihadapkan
pada dua sifat biaya yang bertentangan. Sifat pertama menekankan agar jumlah
pemesanan sangat kecil sehingga biaya pemesanan menjadi sangat besar selama
satu tahun. Berdasarkan kedua sifat tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah
pemesanan ekonomis terletak antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
Optimisasi pembelian bahan baku dan waktu pembelian kembali dapat diperoleh
dengan meggunakan metode simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam
jumlah pemesanan untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal.
3. Safety Stock
Safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang
harus diadakan untuk proteksi atau pengamanan dalam menghindari kehabisan
persediaan karena berbagai sebab Indrajit dan Pranoto (2003). Persediaan
pengaman mempunyai dua aspek dalam pembiayaan perusahaan, yaitu :
1. Mengurangi biaya yang timbul karena kehabisan persediaan. Makin besar
persediaan pengaman makin kecil kemungkinan kehabisan persediaan,
sehingga semakin kecil pula biaya karena kehabisan persediaan.
2. Tetapi adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyediaan
barang. Makin besar persediaan pengaman, makin besar pula biaya
penyediaan barang.
Tujuan Safety Stock adalah untuk menentukan berapa besar stock yang
dibutuhkan selama masa tanggang untuk memenuhi besarnya permintaan
(Rangkuti, 2004). persediaan pengaman yaitu persediaan tambahan yang diadakan
untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kehabisan bahan atau
20

barang. Safety Stock diperlukan untuk menjaga terhadap ketidakpastian dan


perubahan dalam lead time, penjadwalan, kualitas dan permintaan. Safety stock
dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku
yang lebih besar dari pada perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan
bahan baku yang dipesan Assauri (2004). Penentuan besarnya persediaan
pengaman ini mempergunakan analisa statistik. Standar penyimpangan dari bahan
baku dapat diketahui dengan cara melihat dan memperhitungkan penyimpangan-
penyimpangan yang sudah terjadi antara perkiraan kebutuhan bahan baku dengan
pemakaian sesunguhnya dalam analisa statistik. Selanjutnya manajemen
perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan- penyimpangan yang
terjadi tersebut dapat ditolerir.

BAB IV
KESIMPULAN

Wabah virus corona mengganggu produksi manufaktur di berbagai negara


yang memiliki ketergantungan bahan baku dari China, termasuk Indonesia.
Kondisi ini kembali mengingatkan Indonesia tentang pentingnya pembangunan
industri manufaktur dalam negeri. Begitu diumumkan ada yang positif
terjangkit virus corona, seketika heboh dan terjadi panic buying di beberapa
tempat, khususnya Jakarta. Sudah beberapa waktu para pengamat ekonomi
menyampaikan wabah virus corona menyebabkan banyak industri di China
berhenti dan Indonesia yang tergantung produk dari China juga ikut terkena
imbasnya.
Rata-rata para ekonom dan pengamat itu mengkhawatirkan tekanan
ekonomi walau mereka bukanlah pengamat industri atau pelaku industri. Mereka
lebih menganalisis secara makro, investasi, dan sedikit soal impor tanpa pernah
bicara tentang industri manufaktur di Indonesia. Secara tradisional, mengutip Asa
Briggs (1963), perekonomian Indonesia bertumpu pada ekspor hasil bumi seperti
migas, batu bara, karet, dan produk pertanian. Industrialisasi yang dimulai awal
1960an baru dipacu pada akhir 1970an, dengan mempercepat kemampuan
penguasaan teknologi di sektor industri pengolahan/manufaktur.
Penguasaan teknologi dalam industri tidak berarti menggunakan teknologi
canggih semata, tetapi memberikan sumbangan kepada kesejahteraan nasional
melalui proses nilai tambah melalui tahapan penguasaan teknologi. Pemerintah
harus berani menerapkan kebijakan “ofset” dan substitusi impor. Setiap investasi
wajib memberikan kesempatan kepada industri dalam negeri, khususnya yang
sudah sempat membangun fasilitas dan kompetensi di bidangnya. Pengawasan
terhadap kesempatan untuk industri dalam negeri bukan hanya melalui Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang seringkali diingkari dengan memberikan
denda postaudit.
21

Penerapan kebijakan substitusi impor akan memberikan insentif kepada


industri manufaktur dalam negeri untuk meningkatkan kemampuan. Dengan
demikian, ekspor akan terdorong dan menjadi motor penggerak ekonomi
Indonesia pada masa mendatang, bukan sebaliknya. Heboh soal virus corona
seharusnya disikapi sebagai kesempatan membangun kembali industri manufaktur
demi masa depan perekonomian Indonesia yang sehat dan kuat.
22

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Adi. (2020, 6 Mei). Beragam Solusi Kemenperin Bagi Industri Terdampak Covid-
19. Diakses pada 7 Oktober 2020 melalui
https://pasardana.id/news/2020/5/6/beragam-solusi-kemenperin-bagi-
industri-terdampak-covid-19/
Cahyoputra, Leonard AL. (2020, 9 Agustus). Menperin: Industri akan Bangkit
Kuartal III. Diakses pada 7 Oktober 2020 melalui
https://investor.id/business/menperin-industri-akan-bangkit-kuartal-iii
Ekarina. (2020, 23 Mei). Strategi Pemerintah Pulihkan Industri Manufaktur
Pasca PSBB. Diakses pada 7 Oktober 2020 melalui
https://katadata.co.id/ekarina/berita/5ec88bcf231b8/strategi-pemerintah-
pulihkan-industri-manufaktur-pasca-psbb
Kementerian PPN/Bappenas. (2020, 11 Mei). Menjaga Laju Industri di Tengah
Pandemi COVID-19. Diakses pada 7 Oktober 2020 melalui
https://www.ksi-indonesia.org/id/insights/detail/1313-menjaga-laju-
industri-di-tengah-pandemi-covid-19

Mahartika, Loudia. (2019, 23 Maret). 5 Cara Menulis Daftar Pustaka dari


Internet, Wajib Tahu Agar Tidak Salah. Diakses pada 7 Oktober 2020
melalui https://hot.liputan6.com/read/3924215/5-cara-menulis-daftar-
pustaka-dari- internet-wajib-tahu-agar-tidak-salah
23

Anda mungkin juga menyukai