Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EKONOMI MANAJERIAL

SIFAT DASAR INDUSTRI

DOSEN PENGAMPU : Ibu Aqnes Dwi Sakti Hamidah.,SM., MM

Disusun Oleh :

Niken Ayu (20106620072)


Leora Kayla Ivane (20106620105)
Itsna Niswatul U. (20106620044)
Septiani (20106620174)

FAKULTAS EKONOMI PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR

BLITAR
2022

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
nikmat, hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Ekonomi Manajerial : Sifat Dasar Industri”. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari dosen pada
mata kuliah Hukum Komersial. Selain itu, penulisan makalah ini juga bertujuan
untuk mengetahui lebih lanjut terkait studi sifat dasar industri. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Agnes Dsakti selaku dosen


mata kuliah Ekonomi Manajerial yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini. Semoga segala kontribusi yang diberikan
Tuhan sebagai amal kebaikan.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Terdapat banyak
kekurangan baik dari segi kepenulisan atau materi itu sendiri. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi tercapainya sebuah
perbaikan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Blitar, 29 Mei 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I......................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN...................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................................................ 5

BAB II........................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN........................................................................................................ 6

1.
2.
2.1. Industri.......................................................................................................... 6
2.2. Struktur Pasar................................................................................................ 7
2.3. Perilaku Industri...........................................................................................
2.4. Kinerja (Performance).................................................................................
2.5. Paradigma Struktur, Perilaku dan Kinerja...................................................

BAB III....................................................................................................................... 14

PENUTUP.................................................................................................................. 14

4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang melaju kencang kencang di


Indonesia menyebabkan tingginya persaingan dibidang industri. Perusahan-perusahaan
industri di Indonesia berlomba-lomba untuk membuktikan siapa yang terbaik dan dapat
bertahan hidup di tengah ketatnya persaingan industri. Menurut G. Kartasapoetra (1987)
“Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan-bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bernilai tinggi.”

Pengertian Industri menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1984


tentang perindustrian. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai tinggi untuk
pengunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dalam sektor
industri dibedakan atas tiga jenis industri yakni industri besar, industri sedang atau
menengah, industri kecil dan rumah tangga. Dilihat dari segi jumlah tenaga kerja yang
dimiliki, maka yang dimaksud dengan industri besar adalah yang memiliki tenaga kerja lebih
dari 100 orang, industri sedang adalah industri yang memiliki tenaga kerja 20 hingga 90
orang, industri kecil yang memiliki jumlah tenaganya 5 sampai 19 orang dan industri yang
memiliki tenaga kerja kurang dari 5 oarang disebut industri rumah tangga atau kerajinan
rumah tangga.

Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi industri, banyaknya faktor jika tidak
dikelola dengan baik dapat membuat perusahaan kalah atau tumbang dipersaingan industri.
Perkembangan industri membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
ekonomi di Indonesia. industri memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan
perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan perkembangannya agar
dimanfaatkan manusia.

Maka dengan latar belakang tersebut penulis membuat makalah dengan judul
“Makalah Ekonomi Manajerial : Sifat Dasar Industri “, agar pembaca mengerti sifat dasar
dari itu sendiri, sehingga dapat memanfaatkan perkembangan industri yang sangat besar dan
dapat ikut ambil bagian dari perkembangan industri itu sendiri .
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:


“Bagaimanakah Sifat Dasar Industri?”

1.3 Tujuan
a. Bagi Mahasiswa
1) Mengetahui sifat dasar industri
2) Memenuhi tugas pembuatan makalah mata kuliah Ekonomi Manajerial.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1.
2.
2.1. Industri

Cahyono Adhi Nugroho (2008, dalam Hasibuan, 1993) mengungkapkan bahwa


pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkuo makro dan mikro . Secara mikro,
sebagaimana dijelaskan dalam teori ekonomi mikro, industri adalah kupulan dari perusahaan-
perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai sifat saling erat. Namun
demikian, dari segi pembentukan pendapat, yakni cenderung bersifat makro, industri adalah
kegiatan ekonomi menciptakan nilai tambah.

Menurut Departemen Perindustrian, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5


tahun 1984, yang dimaksud industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
baku barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangunan dan perekayasaan
industri.

Jenis Industri adalah bagian suatu cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang
sama hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi1. Jenis industri menurut SK Menteri
Perindustrian No. 19/M/I/1986, yaitu dibedakan berdasarkan klasifikasi dan penjenisanya :

a. Jenis/Macam Industri Berdasarkan Klasifikasi atau Penjenisannya


1) Industri kimia dasar contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas dan
pupuk
2) Industri mesin dan logam dasar misalnya seperti industri pesawat terbang,
kendaraan bermotor dan tekstil.
3) Industri kecil contohnya seperti industri roti, kompor minyak. Makanan ringan es
dan minyak goring curah
4) Aneka industri misalnya seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman.

1
Undang-Undang, No.5 Tahun 1986, tentang Perindustrian

6
2.2. Struktur Pasar

Pasar menurut kajian ilmu ekonomi adalah suatu tempat atau proses interaksi antara
permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga
akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang
diperdagangkan.2 Begitupula dengan organisasi yang memiliki struktur, pasar juga memiliki
struktur . Menurut Lipsey, dkk (1999) struktur pasar adalah semua ciri yang mempengaruhi
perilaku dan operasi perusahaan yang menjual produknya di pasar itu. Winardi (1989)
menyebut struktur pasar dengan bentuk pasar, yaitu sebagai bentuk yang menunjukkan
keadaan objektif dimana terjadi pertukaran.

Struktur pasar dibagi atas pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar
persaingan monopolistic, dan pasar oligopoli.3 Berikut penjelasan rinci mengenai struktur
pasar :

a. Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna menurut Ferguson (1983) adalah model ekonomi suatu
pasar yang memiliki karakteristik sebagai berikut, setiap agen ekonomi adalah relative kecil
dibandingkan dengan pasar sehingga tidak mempunyai pengaruh jelas atas harga; produk
yang dipasarkan homogen; mobilitas sumber penghasilan masuk dan keluar yang mudah bagi
perusahaan dari suatu industri dan semua agen ekonomi memiliki pengetahuan luas yang
lengkap.

Dahl &Hammond (1977) memberikan nama sebagai “Under Competitive Condition”


dimana kondisinya adalah:

1) Adanya jumlah pembeli dan penjual yang besar.


2) Produk yang diperdagangkan homogeny, produk-produk setiap perusahaan pada
pasar tak dapat dibedakan oleh para pembeli.
3) Tidak adanya halangan-halangan untuk perusahaan keluar dari atau masuk ke
keterlibatan pasar.
4) Keduanya baik para pembeli dan penjual mempunyai dan menerima derajat
substansi informasi yang sama mengenai harga-harga dan biaya-biaya.

2
Belshaw, Cyril S., Tukar Menukar di Pasar Tradisional dan Pasar Modern. (Jakarta:IKAPI, 1981)
3
Dr. Yogi, MS., Ekonomi Manajerial: Pendekatan Analisis Praktis. (Jakarta:Kencana, 2006)

7
Disamping model pasar pasar persaingan sempurna memiliki kekuatan, pasar ini
juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu dalam hal asumsi pengembangan tekonologi, serta
dalam hal efisiensi dan keadilan.4 Beberapa kekurangan pasar persaingan sempurna adalah5 :

1) Tidak Mendorong Inovasi

Jalan masuk perusahaan ke pasar yang mudah disebabkan karena meniru produk yang
dihasilkan oleh produsen terdahulu, keadaan ini membuat produsen enggan melakukan
inovasi dalam menghasilkan produk. Dengan tidak adanya inovasi, maka konsumen tidak
dapat memenuhi kebutuhannya yang makin berkembang seiring bejalannya waktu.

2) Membatasi Pilihan Konsumen

Produsen membuat konsumen terbatas dalam menentukan barang yang akan dikonsumsinya.
Pilihan yang terbatas akan mengakibatkan ada banyak kebutuhan konsumen yang belum
dapat dipenuhi.

3) Distribusi Pendapatan yang Tidak Merata

Suatu corak distribusi pendapatan tertentu menimbulkan suatu pola permintaan tertentu
dalam masyarakat. Pola permintaan tersebut akan menentukan bentuk pengalokasian
seumber-sumber daya. Ini berarti distribusi pendapatan menentukan bagaimana bentuk dari
penggunaan sumber-sumber daya yang efisien. Jika distribusi pendapatan tidak merata, maka
penggunaan sumber daya yang dialokasikan secara efisien akan lebih banyak digunakan
untuk kepentingan segolongan tertentu.

4) Perilaku Perusahaan dalam Jangka Pendek

Maksimasi keuntungan merupakan salah satu tujuan perusahaan dalam memproduksi suatu
barang. Tujuan yang lain adalah maksimasi penjualan, pertumbuhan perusahaan, dan
kepuasan manajemen. Dalam jangka pendek diasumsikan, jumlah produsen adalah tetap dan
tidak ada perusahaan yang keluar masuk pasar.

5) Perilaku Jangka Panjang


4
E. Saifuddin Mubarok, Ekonomi Manajerial & Strategi Bisnis, Cetakan ke 11, (Jakarta: In Media, 2017
5
“Kelebihan dan Kekurangan Pasar Sempurna, BPMPK-KEMDIKBUD,
https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produk-files/kontenkm/km2016/KM201632/materi4.html ,
diakses tanggal 28 Mei 2022, 19:27

8
Dalam jangka panjang, akan banyak perusahaan yang masuk dan keluar pasar. Misalnya
suatu saat perusahaan yang beroperasi di pasar persaingan sempurna memperoleh keuntungan
yang lebih karena adanya kenaikan jumlah barang yang diminta, maka keuntungan lebih yang
diperoleh perusahaan tersebut akan menarik minat perusahaan-perusahaan baru untuk ikut
masuk ke dalam pasar dan menghasilkan barang yang sama. 

Dalam pasar persaingan sempurna terdapat dua keseimbangan yaitu keseimbangan


jangka pendek dan keseimbangan jangka panjang. Keseimbangan jangka pendek adalah
rekonstruksi dari marjinal cost yang dimulai dari titik beku usaha (shut down point ) hingga
perusahaan mendapatkan laba. Kondisi keseimbangan tercapai ketika produsen memperoleh
laba maksimum sebesar bidang yang diarsir. Syarat untuk memperoleh laba maksimum
produsen harus menghasilkan output ketika MR=MC. MC berlereng positif di titik A pada
harga P0 dan jumlah output Q0.

Jika produsen berproduksi pada harga P1 dan jumlah Output Q1, maka produsen
akan memperoleh laba sebesar 0 atau produsen berada titik impas. Jika produsen berproduksi
pada harga P2 dan jumlah output Q2 maka produsen akan memperoleh kerugian sebesar
biaya tetap.

Gambar 2.1
Kurva Keseimbangan Jangka Pendek Pasar Persaingan Sempurna
Sumber : Sadono Sukirno (2010), Teori Pengantar Mikroekonomi

b. Pasar Monopoli

9
Pasar monopoli absolut menurut Tomek & Robinson (1972) adalah lawan ekstrem
pasar persaingan sempurna, dimana hanya terdapat satu penjual (banyak pembeli). Pasar
monopoli adalah suatu bentuk interkasi antara permintaan dan penawaran yang ditandai oleh
adanya produsen tunggal yang berhadapan dengan konsumen/pembeli yang banyak 6.
Sedangkan pasar monopoli menurut Sudarsono, 1983 adalah sebagai bentuk pasar yang
dikuasai oleh satu penjual dimana tidak ada barang subtitusi terhadap barang yang dijual oleh
penjual tunggal tersebut dan terdapat hambatan masuk bagi saingan dari luar. Monopolis
merupakan kebalikan dalam bentuk yang ekstrim dasi pasar persaingan sempurna dalam
jajaran atau spektrum organisasi pasar. Terdapat empat alasan munculnya monopoli yaitu: (1)
Penguasaan sumber daya; (2) Hak paten; (3) Skala Ekonomi; dan (4) Hak usaha khusus.7

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya monopoli adalah :8

a. Memiliki bahan mentah strategis atau pengetahuan teknis produksi yang spesifik
b. Hak paten produk atau proses produksi
c. Terdapat skala ekonomis
d. Pemberian hak monopoli oleh pemerintah

Edward Chamberlin memperkenalkan istilah monopolistik competition di tahun 1933


dengan karakteristik sebagai berikut:9

1) Ada banyak penjual. Setiap penjual menganggap tindakan yang diambilnya tidak
akan secara signifikan mempengaruhi penjual lainnya.
2) Setiap penjual menjual produk yang terdiferensiasi.

Pasar monopoli juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dan
kekurangan pasar monopoli.10

a. Kelebihan Pasar Monopoli


1) Efisiensi dan Pertumbuhan Ekonomi
2) Menghindari produk tiruan dan persaingan yang tidak bermanfaat
3) Menimbulkan skala ekonomi yang menurunkan biaya produksi
4) Efisiensi dalam pengadaan barang publik

6
Imamul Arifin, Membuka Cakrawala Ekonomi, (Bandung: Setia Purna, 2007), hal 54
7
E. Saifuddin Mubarok, Ekonomi Manajerial & Strategi Bisnis, hal 187
8
Vera Sylvia Saragi Sitio,MP,MBA, Modul Ekonomi Mikro, (Jakarta: Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma, 2020) hal 48
9
Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hal 196
10
Imamul Arifin, Membuka Cakrawala Ekonomi, hal 55-56

10
b. Kekurangan Pasar Monopoli
1) Pentimpangan alokasi sumber daya
2) Adanya ketidakadilan atau kesenjangan dalam pembagian pendapatan
3) Mengurangi kesejahteraan konsumen
4) Adanya eksploitasi trhadap konsumen dan pekerja
5) Memburuknya kondisi makro ekonomi nasional
6) Memburuknya kondisi perekonomian dunia

Keseimbangan atau maksimasi keuntungan monopoli jangka pendek akan dicapai


ketika pengusaha memproduksi dan menjual produknya pada tingkat MR=MC

Gambar 2.2
Kurva Jangka Pendek Pasar Monopoli

Menggambarkan menggambarkan kondisi pasar bersaing, maka titik ekuilibrium


adalah pada titik F, dimana kurve permintaan berpotongan dengan MC yang berarti MC = P
(syarat ekuilibrium pasar bersaing). Dengan demikian pasar bersaing akan menurunkan harga
dan memperbesar jumlah produk .
Sedangkan keseimbangan dalampanjang pasar monopoli dalam jangka panjang hanya
memperoleh keuntungan normal, dimana harga produk sama dengan biaya total rata-rata
minimum. Namun, pada perusahaan monopoli dalam jangka panjang masih dapat
memperolek kuntungan yang melebihi normal.

11
Gambar 2.3
Kurva Jangka Panjang Pasar Monopoli
Dalam jangka pendek perusahaan monopoli mencapai keadaan keseimbangan pada
saat memproduksi dan menjual produk sebanyak Q1 dengan harga jual P1 dan biaya total
rata-rata C1. Dalam jangka panjang perusahaan monopoli akan mencapai keadaan
keseimbangan pada saat memproduksi dan menjual produk sebanyak Q2 dengan harga jual
P2 dan biaya total rata-rata C2. Jadi jelas bahwa dalam jangka panjang, perusahaan monopoli
masih memperoleh keuntungan di atas normal karena harga produk masih diatas biaya total
rata-ratanya ( OP2 > OC2).

c. Pasar Persaingan Monopolistik

Pasar persaingan monopolistik menurut Tomek & Robinson (1992) mengacu pada
pasar dimana terdapat banyak penjual yang mengusahakan produk yang berbeda. sedangkan
menurut Sukirno (1997:294) pasar persaingan monopolistik adalah suatu pasar dimana
terdapat banyak produsen yang banyak menghasilkan produk corak (differentiated product).
Dari penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa persaingan monopolistik merupakan
campuran antara persaingan sempurna dan pasar monopoli. Dilihat dari banyaknya penjual
dengan berbagai macam produk yang berbeda.

Monopolistic Competition diperkenalkan pada tahun 1933 oleh Edward Chamberlin


dalam Karim (2007:170). Berikut ciri-ciri pasar persaingan monopolistik seperti yang
dikemukakan oleh Sadono Sukirmo (1997:294) :

1) Terdapat banyak penjual, tetapi tidak sebanyak seperti di pasar persaingan


sempurna.
2) Barangnya bersifat berbeda corak.

12
3) Perusahaan memiliki sedikit kekuasaan mempengaruhi harga.
4) Relatif mudah untuk masuk ke dalam industri/pasar.
5) Sangat aktifnya persaingan promosi penjualan.

Kondisi keseimbangan jangka pendek dalam pasar persaingan monopolistik berada


pada posisi MR=MC, yang mana produsen akan memperoleh laba maksimum, dalam
persaingan monopolistik Kurva D berada di atas kurva MR seperti pada pasar monopoli, hal
ini disebabkan adanya kemampuan produsen dalam mempengaruhi harga meskipun hanya
sedikit.

Gambar 2.2
Kurva Keseimbangan Jangka Pendek Pasar Persaingan Monopolistik
Sumber : Sadono Sukirno (2010), Teori Pengantar Mikroekonomi

Gambar 2.3
Kurva Kesembangan Jangka Panjang Pasar Persaingan Monopolistik
Sumber : Sadono Sukirno (2010), Teori Pengantar Mikroekonomi

13
Sesuai dengan yang digambarkan pada teori pasar persaingan monopolistik apabila MR=MC,
maka keuntungan maksimalatau laba maksimal akan diperoleh para pedagang.

d. Pasar Oligopoli
Oligopoli menurut Winardi (1989) merupakan suatu keadaan pasar dimana jumlah
penawar (penjual) sedikit, hingga jumlah yang ditawarkan oleh setiap penjual secara material
dapat mepengaruhi harga dan masing-masing karena jumlah penjual terdapat dalam jumlah
sedikit maka masing-masing penjual dapat mengukur efek dari keputusannya terhadap
keputusan saingannya. Karena oligopoli merupakan struktur pasar dimana produsen atas
sebuah produk yang homogen atau berbeda corak jumlahnya sedikit, maka setiap tindakan
perusahaan akan mempengaruhi perusahaan lain dalam industri tersebut.11 Sumber terjadinya
perusahaan oligopoli pada dasarnya sama seperti sumber terjadinya perusahaan monopoli,
yaitu12 :
1) Skala ekonomi yang bisa dicapai jika jumlah outputnya lebih besar, sehingga
dengan sedikit perusahaan saja kebutuhan pasar sudah terpenuhi.
2) Investasi modal yang besar dan input yang terspesialisasi biasanya dibutuhkan
untuk memasuki industri yang oligopolistik.
3) Beberapa perusahaan bisa jadi memiliki hak paten untuk secara eklusif
memproduksi komoditas atau memanfaatkan suatu proses produksi tertentu.
4) Oerusahaan yang sudah berdiri mungkin memiliki pelanggan yang setia karena
kualitas produk dan pelayanan, sehingga perusahaan baru sulit untuk
menyainginya.
5) Beberapa perusahaan bisa jadi memiliki atau menguasai seluruh penawaran bahan
baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk.
6) Pemerintah bisa jadi memberikan hak monopoli kepada beberapa perusahaan
untuk beroperasi dalam pasar.
Menurut Lipsey, dkk (1990) oligopoli adalah struktur pasar yang mempunyai tiga ciri utama,
yaitu:
1) Terdapat dua atau lebih perusahaan yang bersaing, dengan demikian industri
tersebut bukan monopoli

11
E. Saifuddin Mubarok, Ekonomi Manajerial & Strategi Bisnis, hal 214
12
Ibid, hal 215

14
2) Setiap perusahaan memiliki kurva permintaan yang condong menurun untuk
produknya, jadi industri tersebut tidak bersaing sempurna.
3) Setidak-tidaknya terdapat satu perusahaan besar yang menyadari bahwa
pesainnya akan bereaksi terhadap setiap langkah yang diambil jadi industri
tersebut bersaing secara monopolistis.
2.2 Perilaku Industri

Perilaku diartikan upaya untuk memperoleh pasar. Conduct adalah perilaku


perusahaan dalam menentukan harga, tingkat produksi, produk, iklan, dan perilaku terhadap
pesaingnya (kolusi/kartel) menurut Greer (1992).. Perilaku merupakan pola tanggapan dan
penyesuaian berbagai perusahaan untuk mencapai tujuan dan menghadapi persaingan.
Perilaku dapat terlihat dari bagaimana perusahaan menentukan harga jual, promosi produk,
pengiklanan, koordinasi dalam pasar dan pengembangan fokus utama dari perilaku industri
adalah bagaimana pelaku industri berekasi terhadap pasar dan interaksi pesaingnya.

Hasibuan (1993) dalam Arsyad (2007) menerangkan perilaku industri dapat


diartikan sebagai pola tanggapan dan penyesuaian suatu perusahaan di dalam pasar untuk
mencapai tujuannya, baik secara umum maupun khusus. Perilaku industri tercermin dengan
sangat jelas melalui proses penentuan harga, strategi produk, riset dan inovasi, dan periklanan.

Unsur-unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perilaku Harga (Pricing Behavior) Perusahaan selain persaingan sempurna dapat


melakukan kerjasama berupa kolusi dalam penentuan harga. Misalnya dengan cara
membatasi output produk, maka harga akan lebih tinggi sehingga laba yang dicapai
adalah maksimal.
b. Strategi Produk (Product Strategy) Strategi ini dilakukan untuk menjawan keinginan
perusahaan apakah akan tetap fokus pada lini produk yang sudah ada atau
mendiversifikasi produk ke arah penambahan produk-produk baru.
c. Riset dan Inovasi (Research and Inovation) Riset dan inovasi ini dapat dilakukan untuk
menciptakan produk yang benar-benar baru atau mencari cara berproduksi yang lebih
efisien.
d. Periklanan (Advertising) Periklanan merupakan akitivitas untuk menyampaikan
informasi berkenaan produk perusahaan. Selain sebagai sarana promosi, iklan juga
untuk meningkatkan diferensiasi produk dan loyalitas pelanggan.

15
Menurut Levit (1978) menyatakan bahwa strategi produk selalu mengikuti
perkembangan produk itu sendiri. Karena posisi produk dalam siklus selalu berubah, maka
strategi yang diambil harus selalu disesuaikan. Sangat jarang terjadi dimana suatu strategi
selalu cocok diterapkan semua fase pada siklus produk. Strategi harus selalu disesuaikan
dengan fase-fase yang ada pada siklus produk. Berikut penjelasan fase-fase pada siklus
produk:

a. Fase Perkenalan (introduction)

Produk pada fase perkenalan masih mencari jati dirinya di pasar, maka hal ini menuntut
pengeluaran lebih banyak untuk melakukan penelitian dan riset. Selain itu membangun
jaringan pengecer juga layak untuk dipertimbangkan seandainya sarana distribusi yang
kurang memadai seperti diharapkan.

b. Fase Pertumbuhan (growth)

Desain produk sudah dapat dikatakan mulai stabil dan penentuan kapasitas produksi di masa
yang akan datang sangat diperlukan. Penambahan kapasitas produksi harus selalu siap
dilakukan guna mengantisipasi kenaikan permintaan barang yang dihasilkan.

c. Fase Kedewasaan (maturity)

Pada fase ini sangat memungkinkan datangnya produk-produk para perusahaan pesaing yang
siap menggeser kedudukan perusahaan tersebut. Perusahaan harus dapat mempertahakan
kapasitas produksi dengan dilakukannya dengan inovasi-inovasi agar tidak kehilangan pangsa
pasar.

d. Fase Penurunan (decline)

Para pengambil keputusan di perusahaan perlu untuk mengambil tindakan tegas terhadap
produk-produk yang sudah mencapai titik akhir pada suatu siklus. Produk-produk tersebut
biasanya dijauhi para investor maupun konsumen, kecuali produk-produk tersebut
mempunyai kontribusi unik pada reputasi perusahaan. Sebaiknya proses produksi produk-
produk tersebut dihentikan.

16
2.3 Kinerja (Performance)

Kinerja perusahaan dalam industri berarti kemampuan produsen atau perusahaan


dalam suatu industri dalam menciptakan tingkat keuntungan, efisiensi, pertumbuhan ekonomi,
kemampuan dalam menciptakan peluang kerja, dan kemampuan dalam menciptakan
pendapatan. Kemampuan dalam menciptakan keuntungan didasarkan pada hasil akhir dari
interaksi antara harga yang ditetapkan dan biaya yang telah dikeluarkan (Shy, 1995).

Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap aktivitas


dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan
sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan
pengendalian ( Yuwono, 2003).

Tujuan pengukuran kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat yang


berhubungan dengan perilaku dan kinerja anggota suatu perusahaan atau industri dalam suatu
periode tertentu. Informasi yang dihasilkan ini selanjutnya akan digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas perusahaan berdasarkan standart tertentu dan bila perlu akan
dilakukan perbaikan dalam kegiatan perusahasn. Pengukuran kinerja dilakukan untuk
menekankan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku
yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta
penghargaan. Menurut Lynch dan Cross (1991), manfaat pengukuran kinerja yang baik adalah
sebagai berikut:

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa


perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam
organisasinya terlibat dalam upaya member kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagia dari mata rantai
pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya upaya
terhadap pemborosan tersebut .
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasa masih kabur menjadi lebih konkrit
sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi
reward atas perilaku yg diharapkan tersebut.

17
2.4 Paradigma dan Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja

Dasar paradigma SCP dicetuskan oleh Mason dalam Kuncoro (2007) yang
mengemukakan bahwa struktur suatu industri akan menentukan bagaimana perilaku industri
berperilaku yang pada akhirnya menentukan keragaan atau kinerja industri tersebut. Struktur
biasanya di ukur dengan rasio konsentrasi. Perilaku dilihat antara lain dari tingkat persaingan
produsen. Sedangkan kinerja suatu industri diukur antara lain dengan derajat inovasi,
efisiensi dan profitabilitas. Hubungan paling sederhana dari ketiga variabel struktur, perilaku
dan kinerja adalah hubungan linier dimana struktur mempengaruhi perilaku kemudian
perilaku mempengaruhi kinerja. Dalam SCP, hubungan ketiga komponen tersebut saling
mempengaruhi seperti teknologi, progresivitas, strategi dan usaha-usaha yang mendorong
penjualan (Martin, 2002).

Tabel 2.1
Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja
Structure Conduct Performance
Maksimalisasi keuntungan Efisiensi alokasi sumber daya
Perfect Competition
Tidak ada iklan
Maksimalisai keuntungan Alokasi sumber daya tidak
Monopolistic Competition
Terdapat iklan efisien
Terdapat kemungkinan untuk
maksimalisasi keuntungan
Alokasi sumber daya tidak
Oligopoly Terdapat periklanan dan
efisien
bentuk persaingan non-harga
lainnya
Terdapat kemungkinan untuk
maksimalisasi keuntungan Alokasi sumberdaya tidak
Monopoly
Hanya terdapat beberapa maksimal
iklan
Sumber : Heather (2002)

Pada Tabel 2.1 menjelaskan ciri produsen digambarkan dengan melihat bagaimana
kondisi maksimalisasi tingkat keuntungan dapat direalisasikan. Kinerja digambarkan melalui
pengertian terhadap alokasi sumber daya. Pandangan SCP menyatakan bahwa hasil akhir dari
struktur pasar terlihat pada kondisi perusahaan yang ditunjukkan melalui kinerjanya (Shy,
1995).

18
Hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja ini bukan hanya sekedar bersifat
searah, tetapi juga dapat berhubungan timbal balik. Pertama, struktur mempengaruhi perilaku,
semakin tinggi konsentrasi maka semakin rendah tingkat di pasar. Kedua, perilaku
mempengaruhi kinerja, semakin rendah tingkat persaingan maka semakin tinggi keuntungan
perusahaan. Ketiga, struktur mempengaruhi kinerja, semakin tinggi konsentrasi pasar maka
akan semakin rendah persaingan pasar sehingga keuntungan perusahaan pun akan semakin
tinggi.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20
DAFTAR PUSTAKA

Aminursita, O., & Abdullah, M. F. (2018). Identifikasi Struktur Pasar pada Industri Keramik
di Kota Malang. Jurnal Ilmu Ekonomi Vol. 2 Jilid 3, 409-418.
Arifin, I. (2007). Membuka Cakrawala Ekonomi. Bandung: Setia Purna.
Athoillah, M. (2012). Struktur Pasar Industri Perbankan Indonesua: Rosse-Panzar Test.
Jurnal of Indonesian Applied Economics Vol. 4 (1).
Belshaw, C. S. (1981). Tukar Menukaar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta: IKAPI.
Dr.Yogi, M. (2006). Ekonomi Manajerial: Pendekatan Analisis Praktis. Jakarta: Kencana.
Fitriyanti, E. (2015). Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja pada Industri Perbankan Syariah
di Indonesia. Akuntabilitas : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akutansi Vol. 9
No. 1, 75-100.
Mubarok, E. S. (2017). Ekonomi Manajerial & Strategi Bisnis. Jakarta: In Media.
Sukirno, S. (2010). Makro Ekonomi : Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Vera Sylvia Saragi Sitio, M. M. (2020). Modul Ekonomi Mikro. Jakarta: Universitas
Dirgantara Marsekal Suryadarma.

21

Anda mungkin juga menyukai