Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN PEMASARAN GLOBAL

“Strategi Kerjasama dan Kemitraan Strategis Global”

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. I Made Wardana, S.E., M.P.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
1. Ni Kadek Dwik Lisna Putri (2007521100) (05)
2. Putu Krishna Wahyuana Wedanta (2007521112) (06)
3. Putu Wahyudiatmika Putra (2007521121) (07)
4. Ketut Ari Satya Utami (2007521127) (08)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya lah kami dapat menyelesaikan paper mata kuliah Manajemen Pemasaran Global ini yang
berjudul “Strategi Kerjasama dan Kemitraan Strategis Global” ini dengan baik meskipun masih
terdapat kekurangan di dalamnya.
Pada kesempatan kali ini, kami selaku penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada Prof. I Made Wardana, S.E., M.P. selaku dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran Global
yang telah memberikan tugas ini dan juga kepada pihak yang terlibat dalam penulisan pape r ini.
Kami menyadari sepenuhnya, paper ini masih banyak kekurangan, hal ini dikarenakan
wawasan serta pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu, kami memohon kritik
dan saran yang dapat membangun demi perbaikan di masa depan.
Kami harapkan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama dalam
lingkungan Universitas Udayana khususnya, dan masyarakat pada umumnya agar dapat
menambah wawasan dan informasi bagi pembaca sekalian.

Denpasar, 21 November 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................... 1
2.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
2.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
2.3 Tujuan ....................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2
2.1 Ilustrasi Kemitraan Strategis ...................................................................................... 2
2.2 Kemitraan Strategis Global ........................................................................................ 3
2.3 Berbagai Faktor Penentu Sukses................................................................................. 5
2.4 Keiretsu : Strategi Kerjasama di Jepang ...................................................................... 6
2.5 Strategi Kerjasama di Amerika Serikat ....................................................................... 7
2.6 Kerjasama Internasional............................................................................................. 8
2.7 Aliansi Strategis ........................................................................................................ 9
BAB III................................................................................................................................. 13
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Tidak diragukan lagi bahwa semua organisasi bisnis yang terbentuk menginginkan
adanya sebuah kesuksesan serta dapat mengungguli pesaing-pesaingnya, sehingga hal tersebut
menuntut mereka untukmenggunakan berbagai macam cara dan upaya agar tujuannya
terpenuhi. Salah satunya adalah dengan merencanakan dan menyusun strategi bisnis yang telah
tercipta dan dijadikan sebagai dasar sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Akan
tetapi, di jaman globalisasi seperti sekarang akan terasa sulit apabila se buah perusahaan
bertahan menghadapi persaingan yang semakin lama semakin ketat, terutama bagi perusahaan
yang tidak terlalu besar dan mempunyai modal terbatas. Strategi yang dapat digunakan dalam
hal ini adalah aliansi strategi atau dikenal dengan kerja sama.
Strategi dalam menjalankan bisnis itu ada banyak sekali mulai strategi Segmenting,
Targeting, Positioning, namun perusahaan tidak akan bisa begitu saja berjalan mulus dengan
menerapkan strategi yang mereka anggap sesuai dengan keinginan pasar namun aoakah semua
perusahaan bergerak sendiri dalam bidang yang sama? Jelas tidak, mereka juga mempunyai
pesaing dan terkadang kemampuam financial, keterampilan bahkan melihat peluang pasar
mereka kalah oleh pesaing. Oleh sebab itu, di dunia global saat ini sangatlah penting untuk
memperluas pangsa pasar. Suatu perusahaan sebaiknya melakukan GSP ialah global strategic
partnership dimana hal ini berbeda dengan akuisisi dan merger.

2.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ilustrasi kemitraan strategis dalam pemasaran global?
2. Bagaimana kemitraan strategis global?
3. Apa saja factor penentu sukses dalam strategi kerjasama dan kemitraan strategi global?
4. Bagaimana keiretsu: strategi kerjasama di Jepang?
5. Bagaimana strategi kerjsama di Amerika Serikat?
6. Apa yang dimaksud dengan kerjasama internasional?
7. Apa yang dimaksud dengan aliansi strategi?

2.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Agar dapat mengetahui bagaimana ilustrasi kemitraan strategis, apa fakto r penentu
sukses dalam strategi kerjasama dan kemitraan strategi global, bagaimana keiretsu:
strategi kerjasama di Jepang, bagaimana strategi kerjsama di Amerika Serikat, apa yang
dimaksud dengan kerjasama internasional, dan apa yang dimaksud dengan aliansi
strategi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ilustrasi Kemitraan Strategis
a. Kemitraan Strategis ASEAN-AS
Pertemuan para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN)
bersama pemimpin Amerika Serikat pada November 2015 sejatinya berniat membangun
kemitraan strategis pada 20 16-2020. Kemitraan tersebut akan dilakukan melalui rencana kerja
ASEAN-AS yang mendukung tiga pilar Masyarakat ASEAN dan sejumlah pembangunan
politik, ckonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Dalam pernyataan bersama p emimpin
ASEAN-AS yang dideklarasikan pada November 2015 Kuala Lumpur, Malaysia, kemitraan
bertujuan memperkuat peran persahabatan untuk mencapai tujuan dengan visi perdamaian,
kondisi kawasan Asia-Pasifik yang sejahtera dan memberikan keamanan, pemerataan
kesempatan, dan kemuliaan kepada seluruh masyarakatnya.
Presiden Joko Widodo yang hadir dalam KTT ASEAN-AS di California pada 15-16
Februari lalu juga menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan
ekonomi digital dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam sambutannya saat
KTT ASEAN-AS Retreat I bertema "Mempromosikan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang
Inovatif dan berpotensi tinggi", Jokowi menjelaskan KTT ASEAN-AS menjadi kesempatan
baik bagi negara anggota ASEAN untuk mempromosikan ekonomi. Bangsa-bangsa ASEAN
dan AS menyetujui rencana kerja untuk mengimplementasikan kemitraan strategis serta
mencapai tujuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-AS dalam lima tahun ke depan
dapat membangun Masyarakat ASEAN dan proses integrasi, termasuk Visi Masyarakat
ASEAN 2025. Dengan demikian, ASEAN-AS melakukan kerja sama di bidang politik antara
lain mendukung upaya pengutamaan perdamaian dan rekonsiliasi dalam penyelesaian sengketa
serta mendukung diskusi ASEAN-AS pada tingkat tinggi.
Rencana kerja juga mencakup kesepakatan penguatan mekanisme konsultasi dan kerja
sama antara ASEAN dan AS, termasuk melalui KTT ASEAN-AS, Konferensi ASEAN
Tingkat Menteri (PMC+1) bersama AS dan Dialog ASEAN-AS serta lewat Dewan Kerja Sama
Gabungan ASEAN-AS. Kerja sama ASEAN yang meliputi bidang keamanan untuk
mempromosikan dialog dan memperkuat persahabatan guna mengatasi tantangan keamanan
regional.
Sikap Indonesia terkait konflik Laut Tiongkok Selatan selaku "non -claimant state"
ingin memberikan kontribusi bagi terwujudnya perdamaian dan kestabilan di Kawasan.
Presiden Jokowi meminta seluruh pihak yang terkait dalam sengkcta perbatasan di Laut
Tiongkok Selatan menghentikan segala kegiatan yang menimbulkan ketegangan di Kawasan.
Kerangka kena ASEAN-AS juga akan melanjutkan promosi pertukaran pejabat militer
pertahananan dan penjaga perairan, selain menjaga keamanan maritim dan latihan bersama.
Kerja sama lain dalam bidang keamanan yaitu penanggulangan terorisme, tindak kriminal
antarnegara, kejahatan cyber,maupun penguatan keamanan nuklir sesuai keamanan Badan

2
Energi Atom Intemnasional atau IAEA. Kerja sama juga menekankan kepada promosi
penegakan Hak Asasi Manusia serta penegakan hukum dan birokrasi tertib.
Negeri Paman SAM mendukung negara-negara anggota ASEAN dalam pemberantasan
korupsi scbagai implementasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa melawan Korupsi.
Dalam hal kerja sama ckonomi, kedua pihak bekerja sama antara lain dalam Penyusunan
Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi ASEAN-AS atau ASEAN-AS TIFA dan
melanjutkan inisiatif Peluasan Perjanjian Pendekatan Ekonomi.

2.2 Kemitraan Strategis Global


Terminologi yang dipakai untuk menguraikan bentuk baru dari strategi kerja sama amat
bervariasi. Pengertian perjanjian kerjasama, aliansi strategik, dan kemitraan strategic global
(GSP = global strategic partnership) sering kali dipergunakan untuk mengacu pada hubungan
antara perusahaan yang bersama-sama mengejar tujuan yang sama. Spektrum luas dari
perjanjian antar perusahaan, termaksud usaha patungan, dapat di cakup dengan terminologi ini.
Akan tetapi, aliansi yang didiskusikan menunjukkan sebagaian besar atau semua karakteristik
berikut ini:
1) Peserta tetap bebas berbagai kelanjutan pembentukan.
2) Peserta berbagai keuntungan dari aliansi itu seperti halnya juga berbagai kendali
atas kinerja tugas yang telah ditetapkan.
3) Peserta melakukan kontribusi yang berkelanjutan dalam hal teknologi, produk, dan
bidang-bidang strategis kunci lainnya.
Kerjasama dalam mencapai tujuan yang sama mungkin sudah sering ada hal in i dimulai
pada tahun 1980-an jumlah aliansi strategis tumbuh dengan kecepatan 20 sampai 30 persen
dan pertumbuhan ini lebih banyak di dominasi dengan banyaknya pertumbuhan perusahaan
yang melakukan akuisisi. Lalu apa yang sebenarnya diharapkan oleh perusah aan yang
melakukan GSP ini selain untuk mencapai tujuan yang sama namun untuk memperjelas alasan
ini Roland Smith, yang merupakan Ketua british Aerospace mengemukakan bahwa dengan
melakukan kemitraan maka itu adalah salah satu cara yang cepat dan paling mu rah untuk
mengembangkan usaha adapun kelebihan pastinya dengan menggunakan sistem kemitraan
global dibandingkan kemitraan tradisional adalah sebagai berikut:
1) Alasan pendanaan pengembangan produk baru biasanya memerlukan jumlah
financial yang banyak sehingga perusahaan memerlukan mitra agar dapat meredam
biaya yang tidak diinginkan.
2) Persyaratan tekhnologi dari banyak produk kontemporer berarti bahwa suatu
perusahaan mungkin tidak memiliki keterampilan, modal, atau kepakaran untuk
mengerjakannya sendiri.
3) Kemitraan mungkin cara terbaik untuk mengamankan akses pada pasar nasional
dan wilayah.
4) Kemitraan menyediakan peluang penting untuk belajar.

3
Empat hal diatas mungkin sedikit jelas menggambarkan keunggulan strategi kemitraan
global saat ini dibanding kemitraan tradisional tetapi ada point yang penting yang dapat
berpengaruh terhadap perusahaan dalam melakukan kemitraan ini menurut Proffesor Gary
Hamel dari London Buisness School ia mengatakan bahwasanya bahwa system kemitraan
terbukti cara tercepat dalam melakukan proses belajar dan siapa yang paling cepat memahami
kondisi kemitraan dialah yang akan mendominasi hubungan tersebut. Kelebihan serta
kemudahan dalam kemitraan bukan cara yang sangat sempurna karena system ini juga
memiliki kelemahan, dan kelemahan tersebut ialah masing-masing mitra harus bersedia
mengorbankan sebagian kendali, dan terdapat resiko potensial yang berkaitan dengan
menguatnya pesaing dari negara lain.
Dengan memahami kekurangan dan kelebihan diatas maka perusahaan juga harus dapat
membedakan enam karakteristik khusus yang dimiliki oleh kemitraan global dibandingkan
dengan kemitraan tradisional, berikut ini:
1) Dua perusahaan atau lebih mengembangkan strategi jangka panjang bersama
dengan tujuan mencapai kepemimpinan dunia dengan mengusahakan biaya paling
rendah, diferensiasi, atau kombinasi dari keduanya dan dengan menciptakan
pemosisian berdasarkan variasi, kebutuhan atau akses atau kombinasi ketiganya.
2) Hubungan ini bersifat timbal balik. Setiap mitra memiliki kelebihan spesifik yang
akan dibagikan pada mitra lain: proses belajar harus terjadi di kedua belah pihak.
3) Visi dan usaha mitra benar-benar global. Jauh melampaui batas negara dan wilayah
sendiri kebagian dunia.
4) Hubungan ini diatur dengan garis horizontal, bukan vertikal. Diperlukan transfer
literal keberlanjutan dari sumber daya antara mitra, berbagi tekhnologi dan
memadukan sumber daya dianggap suatu norma.
5) Jika lini itu sepanjang lini vertikal, kedua belah pihak harus memahami kekuatan
inti mereka dan mampu mempertahankan posisi daya saing mereka terhadap
kemungkinan tindakan integrasi kedepan atau kebelakang oleh mitra vertikal, dan
harus bekerja sama menciptakan nilai unik bagi pelanggan dan mitra hilir dalam
rantai nilai.
6) Kalau bersaing dalam pasar yang tidak termasuk dalam kemitraan, para peserta
mempertahankan identitas nasional dan idiologi.
Dengan memahami ciri khas diatas maka diharapkan perusahaan yang saling bermitra
dapat melangsungkan hubungan kerja jangka panjang seperti yang di contohkan oleh Nike
perusahaan besar sepatu tersebut saja walau membuat hanya sepatu namun disana jelas rantai
pasokan untuk membuatnya sehingga keuntungan dengan mitra dapat dibagi sesuai proporsi
yang disepakati.
Contoh dari hubungan strategis dari para mitra sepanjang lini vertikal dalam
manufaktur yang ramping; misalnya perakit mobil bergantung pada pemasok tidak hanya
untuk membuat tetapi juga merancang komponen-komponen kunci dari mobil itu. Jenis

4
kerjasama ini dapat menuntun pada daur rancangan yang lebih singkat, mutu yang lebih
superior dan biaya yang lebih rendah, tetapi hal itu tidak akan terjadi kecuali kalau terdapat
komitmen yang saling menguntungkan untuk bekerjasama dan kepercayaan dikedua belah
pihak bahwa mereka tidak akan melanggar wewenang masing-masing.

2.3 Berbagai Faktor Penentu Sukses


Dengan anggapan bahwa aliansi yang diusulkan memenuhi enam prasyarat dimana
dipertimbangkan enam faktor dasar yang dipandang mempunyai dampak signifikan sukses
GSP (Global Strategic Partnership), sebagai berikut:
1. Misi
GSP yang sukses menciptakan win-win solution, dengan partisipan mengejar
tujuan dengan dasar kebutuhan akan keunggulan semua pihak (dimana semua pihak
saling memabntu mewujudkan tujuan masing-masing mitra).
2. Strategi
Sebuah perusahaan dapat mendirikan GSP terpisah dengan mitra yang berbe da:
strategi harus dipikirkan jauh sebelumnya untuk menghindari konflik.
3. Pengaturan
Diskusi dan konsensus harus merupakan suatu norma. Semua mitra harus
dipandang mempunyai kedudukan yang sama.
4. Budaya
Sangat penting memiliki kesamaan budaya dengan kemitraan karena walau
memiliki tujuan sama namun cara kerja dalam budaya berbeda hal ini akan
menimbulkan konflik sehingga sebaiknya jika belum ada budaya organisasi yang
sama harusnya diciptakan budaya organisasi ketika sudah bermitra.
5. Organisasi
Struktur dan rancangan inovatif mungkin diperlukan untuk meniadakan
kompleksitas manajemen multinegara.

6. Manajemen
GSP pasti melibatkan tipe pengambilan keputusan yang berbeda, perpecahan dan
tentukan dengan jelas, kesepakatan garis wewenang yang akan menghasilkn
komitmen oleh semua mitra (Hal ini penting karena dalam bermitra setiap
pengambilan keputusan itu sangat berpengaruh besar terhadap semua pihak yang
terlibat sehingga sebaiknya ada aturan yang jelas dalam manajemen kebijakan
kemitraan).

5
Perusahaan yang membentuk GSP harus terus mengingat-ingat semua faktor di atas.
Lebih lanjutnya, mitra kerjasama yang berhasil akan dibimbing oleh empat prinsip berikut ini:
1) Walaupun kenyataannya mitra memburu tujuan bersama, mitra harus ingat bahwa
kerja sama masih merupakan persaingan dalam bentuk berbeda.
2) Keselarasan bukan ukuran sukses yang paling, beberapa konflik diharapkan dapat
terjadi.
3) Semua karyawan, insinyur, manajer harus memahami dimana kerja sama
4) berakhir dan kompromi persaingan dimulai.
5) Seperti telah dikemukakan di depan, amat penting untuk belajar dari mitra.
Dengan memperhatikan semua peraturan, hal dan prinsip diatas maka diharapkan
kedepannya kemitraan akan berjalan secara lancar sesuai kesepakatan berapa lama akan
berlangsung dan bagaimana fungsi kedepannya.

2.4 Keiretsu : Strategi Kerjasama di Jepang


Suatu bentuk budaya organisasi yang sangat hebat karena pada mulanya tahun 1950an
hal ini terjadi karena adanya pengelompokan ulang dari empat konglomerat besar (ZABATSU)
yang mendominasi ekonomi Jepang sampai tahun 1945 dimana kelompok ini bersifat sosial
dalam melakukan kerjasama sesama perusahaan Jepang karena prinsip Keiretsu adalah pilihan
pertama dalam kerjasama adalah anggota keiretsu kedua adalah pemasok milik Jepang dan
keriga baru perusahaan lokal, Sehingga jelas kepentingan yang dicari lebih sering mengarah
pada keuntungan produsen daripada konsumen walau seperti itu dengan adanya strategi ini
harga komoditi menjadi stabil. Kondisi ini kini telah melemah karena dengan adanya fair trade
commisiion dapat membubarkan sistem strategi ini sehingga jika ada yang melakukan
kecurangan lagi seperti ini baik perusahaan induk maupun anaknya akan terkena sanksi.
Keiretsu di Jepang merupakan kategori spesial dari strategi bekerjasama. Suatu keiretsu
adalah aliansi antar bisnis atau kelompok perusahaan yang dalam kata-kata salah seorang
pengamat, “menggambarkan kelompok yang berjuang dengan bisnis keluarga bersatu padu
untuk berebut pangsa pasar. Keiretsu ada pada spektrum pasar yang luas termasuk pasar modal,
pasar barang-barang primer dan pasar suku cadang. Hubungan keiretsu seringkali diperteguh
dengan kepemilikan bank dari blok besar saham di pemasok non keuangan. Selanjutnya
eksekutif keirestu secara sah dapat duduk dalam dewan direksi perusahaan yang lain dan
berbagi informasi serta mengkoordinasikan harga dalam rapat “dewan presiden” tertutup. Jadi,
keiretsu pada dasarnya adalah kartel yang mendapat restu dari pemerintah Jepang.
Beberapa pengamat berselisih pendapat bahwa keiretsu mempunyai dampak pada
hubungan pasar di Jepang, mengatakan sebaliknya bahwa kelompok itu terutama mempunyai
fungsi sosial. Pengamat lain mengakui di masa lampau pemilihan pola perdagangan berkaitan
dengan keiretsu tetapi memastikan bahwa kemudian pengaruhnya saat ini melemah. Bagi
perusahaan yang bersaing dengan perusahaan Jepang atau ingin memasuki pasar Jepang,

6
pemahaman umum mengenai keiretsu sangan penting. Bayangkan, misalnya, apa artinya di
Amerika Serikat bila sebuah pabrik mobil (misalnya GM), sebuah perusahaan produk elektrik
(GE), pabrik baja (USX), dan sebuah perusahaan computer (IBM) saling berkaitan bukan
merupakan perusahaan terpisah. Persaingan global dalam era keiretsu berarti adanya
persaingan tidak hanya diantara produk, tetapi juga antara sistem yang berbeda da ri pengaturan
korporasi dan organisasi industri.
Sebagai contoh hipotetik dari Amerika menduga, beberapa perusahaan Jepang terbesar
dan paling terkenal berada di pusat keiretsu. Misalnya, Mitsui Group dan Mistsubishi Group
diorganisasikan diseputar perusahaan perdagangan besar. Keduanya, bersama dengan
kelompok Sumitomo, Fuyo, Sanwa dan DKB menyusun keiretsu “enam besar”. Setiap
kelompok berjuang keras untuk memperoleh posisi kuat dalam setiap sektor utama dari
ekonomi Jepang. Pendapatan tahunan dari setiap kelompok mencapai beberapa ratus miliar
dollar. Dalam angka absolute, kurang dari 0,01 persen dari semua perusahaan Jepang yang
masuk dalam keiretsu. Akan tetapi, kelompok ini mencakup 78 persen penetapan nilai saham
di Tokyo Stock Exchange, sepertiga dari modal bisnis Jepang, dan kira-kira seperempat dari
penjualannya. Sebagai tambahan dari enam besar, beberapa keiretsu lain telah dibentuk,
membawa konfigurasi baru pada bentuk dasar yang telah diuraikan sebelumnya. Keiretsu
pasokan vertikal dan distribusi merupakan aliansi antara pabrik dan pengecer.

2.5 Strategi Kerjasama di Amerika Serikat


Kerja sama yang yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan berbagai negara terus
berjalan, termasuk Negara ASEAN(Asia Tenggara). Pada tahun 2015 negara -negara di Asia
Tenggara akan saling menjalani kerja sama ekonomi, politik, dan budaya. Namun, Amerika
tidak ingin ketinggalan dalam menjalani kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara atau
dengan kata lain Amerika tidak ingin kehilangan pamor sedikitpun dalam hal kerja sama.
Menurut Schmidt, Koesoemawiria (2011) “kerja sama yang akan di jalani Amerika Serikat
dengan ASEAN, menganggap kawasan Asia Tenggara dan Pasifik sebagai pasar yang belum
sepenuhnya tergarap” seperti yang kita ketahui bersama bahwa Amerika ini mempunyai
kekuatan militer yang besar maka dari itu pemerintahan Amerika akan menjalin kerja sama
keamanan dan politik.
Asia Tenggara yang kaya akan pulau dan sumber daya alamnya menjadi kawasan
perebutan negara lain, saat ini Negara Cina mengakui beberapa kawa san Asia Tenggara
menjadi miliknya. Pengakuan ini tidak akan diterima oleh kawasan Asia Tenggara, kekuatan
keamanan politik dan budaya di Asia Tenggara saat ini mengalami peningkatan karena
kawasan tersebut menjalani strategi kerja sama dalam mengahadapi b erbagai konflik. Hal
tersebut menjadi peluang Amerika Serikat untuk menerjunkan kekuatan militer dengan
meningkatkan keamanan di kawasan Asia Tenggara.

7
Peluncuran 250 marinir AS berada di markas angkatan laut Darwin di Australia. Awal
yang bersahaja bagi sebuah strategi besar yang baru. (Schmidt dan Koesoemawiria, 2011).
Pertahanan Amerika berada di ASEAN merupakan perubahan mutlak dalam bidang politik
untuk ASEAN. Dengan hanya menawarkan keamanan, dan kemakmuran di kawasan ASEAN
maupun di kawasan manapun akan mendapatkan keuntungan bagi Amerika ini. Terbukti jika
terjadi bencana alam dan konflik besar-besaran pasti ada peran Amerika didalamnya. Contoh
kasus Israel dengan Palestina dan bencana Alam di Indonesia.
Strategi kerja sama yang dikomunikasikan Amerika dengan negara lain yakni
memanipulasi opini dengan mengedepankan hukum internasional dan PBB. Karena semua
negara sadar dan takut akan hukum dan semua negara mengakui kekuatan PBB. Strategi manis
ini Amerika tidak mau ambil posisi apabila ada bangsa yang menyatakan kepemilikannya atas
suatu wilayah. Dan penyusunan strategi kerja sama dengan negara lain lancar meskipun
nantinya terdapat kendali tak membuat Amerika lengah ataupun putus asa dalam menjalani
kerja sama demi keuntungan bangsa dan Negara Amerika.

2.6 Kerjasama Internasional


Kerja sama Internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara
dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan
negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang meliputi kerja sama di bidang politik,
sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri
masing-masing. Bentuk-bentuk kerjasama antarnegara dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Kerja Sama Bilateral
Kerja sama bilateral merupakan kerja sama antar dua negara. Misalnya, kerja sama
ekonomi yang terjalin antara Indonesia dengan Singapura atau Amerika dengan Arab
Saudi. Kerja sama bilateral bertujuan untuk membina hubungan yang telah ada serta
menjalin hubungan kerja sama perdagangan dengan negara mitra. Pemerintah
Indonesia sendiri telah mentandatangani perjanjian perdagangan dan ekonomi di
Kawasan Asia Pasifik dengan 14 negara, di Afrika dan Timur Tengah dengan 10
negara, di Eropa Timur dengan 9 negar, di Eropa Barat dengan 12 negara dan di
Amerika Latin dengan 7 negara.
2. Kerja Sama Regional
Kerja sama regional merupakan kerja sama antara negara-negara sewilayah atau
sekawasan. Tujuannya tidak lain adalah untuk menciptakan perdagangan bebas antara
negara di suatu kawasan tertentu. Bentuk kerja sama regional sudah dijajaki oleh PBB
melalui pembentukan komisi regional yang dimulai dari Eropa, Asia Timur dan
Amerika Latin. Komisi ini mengembangkan kebijakan bersama untuk masalah
pembangunan khususnya pada bidang ekonomi. Kerja sama secara regional biasanya
lebih pada hubungan dengan lokasi negara serta berdasarkan alasan historis,

8
geografis, teknik, sumber daya alam dan pemasaran. Contoh kerja sama regional
antara lain ASEAN dan Liga Arab.
3. Kerja sama multilateral
Kerja sama multilateral adalah kerja sama yang dilakukan beberapa negara. Contoh
kerjasama ini antara lain Perserikatan Bangsa-Bangsa.
4. Kerja sama Internasional
Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia.
Sedangkan bentuk kerja sama dibidang lain, seperti :
1) Kerja sama dibidang ekonomi, misalnya FAO, IMF, IBRD, UNCTAD.
2) Kerja sama dibidang sosial, misalnya ILO, IRO, UNICEF, WHO.
3) Kerja sama dibidang kebudayaan, misalnya pendidikan, IPTEK.
4) Kerja sama dibidang pertahanan, misalnya SEATO, ANZUS, NATO,
CENTO.

2.7 Aliansi Strategis


a. Definisi Aliansi Strategis
Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk
mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang
dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategis pada umumnya
terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang melakukan aliansi bukanlah pesaing
langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang ditujukan untuk target yang
sama. Jadi secara singkatnya aliansi strategis dapat diartikan sebagai suatu kerjasama
(partnerships) antara dua atau lebih perusahaan atau unit bisnis yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang signifikan secara strategis yang saling menguntungkan.
Aliansi strategis merupakan suatu proses belajar dalam suatu organisasi. Hal ini berarti,
kesediaan untuk menerima dan memberi adalah prakondisi yang harus tercipta sebelum aliansi
itu terbentuk, maka dari itu terdapat tiga area fungsi dalam aliansi strategis, yaitu:
1) Technological Capabilities, merupakan kemampuan teknologi yang dibangun
dalam aliansi strategis sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan teknologi
dan standar produk yang mereka pergunakan sehingga mampu untu k bersaing
bukan hanya untuk saat ini, tetapi sudah berorientasi masa depan.
2) Manufacturing Capabilities, merupakan pengetahuan pabrikan baru yang
didapatkan melalui aliansi strategis guna membantu perusahaan untuk mencapai
cita-cita pabrikan tersebut.
3) Marketing Capabilities, yakni pengetahuan pemasaran guna membantu
mengidentifikasi permintaan baru konsumen dan memperkirakan permintaan

9
konsumen di masa yang akan datang mengenai produk baru serta melihat
kesempatan yang ada di pasar.

b. Keuntungan Aliansi Strategis


Dalam era ekonomi seperti sekarang ini, aliansi strategis memungkinkan korporasi
meningkatkan keunggulan bersaing bisnisnya melalui akses kepada sumber daya partner atau
rekanan. Akses ini dapat mencakup pasar, teknologi, kapital dan sumber daya manusia.
Pembentukan tim dengan korporasi lain akan menambahkan sumber daya dan kapabilitas yang
saling melengkapi (komplementer), sehingga korporasi mampu untuk tumbuh dan memperluas
secara lebih cepat dan efisien. Adapun beberapa keuntungan yang didapat dengan melakukan
aliansi strategik, yakni:
1) Memungkinkan partner untuk konsentrasi pada aktivitas terbaik yang sesuai
dengan kapabilitasnya,
2) Pembelajaran dari partner dan pengembangan kompetensi yang mungkin untuk
memperluas akses pasar,
3) Memperoleh kecukupan sumber daya dan kompetensi yang sesuai agar organisasi
dapat hidup.
Lebih lanjut menurut Pits dan Lei (1996) menyatakan ada empat keuntungan bagi
perusahaan bila perusahaan tersebut membangun aliansi dengan perusahaan -perusahaan lain.
Keempat keuntungan tersebut adalah:
1) Aliansi dapat menghalangi masuknya para pendatang baru,
2) Aliansi dapat mengurangi dampak perubahan evolusi industri,
3) Aliansi dapat meningkatkan pembelajaran tentang penggunaan teknologi baru, dan
4) Aliansi dapat memperkuat lini produk (produk line).
c. Proses Aliansi Strategis
Sebelum korporasi melakukan aliansi strategi dengan rakanan, secara internal
korporasi harus melakukan beberapa persiapan. Hal ini dilakukan agar aliansi yang dijalankan
berhasil sukses. Korporasi terlebih dahulu mendefinisikan outcome yang diharapkan melalui
hubungan aliansi strategik, selain itu juga perlu menentukan elemen -elemen apa saja yang
dapat disediakan oleh masing masing pihak dan keuntungan yang akan diperoleh. Korporasi
juga perlu terlebih dahulu melakukan proteksi atas berbagai hak kekayaan intelektual melalui
beberapa kesepakatan dan perjanjian legal agar tidak terjadi proses transfer pengetahuan yang
merugikan. Korporasi juga harus sejak awal menentukan pada layanan atau produk apa yang
akan dijalankan. Untuk keberhasilan pengoperasian layanan ataupun produk, korporasi perlu

10
mengkaji sejauh mana terdapat kompetibilitas budaya perusahaan agar tercipta tingkat
kepercayaan yang baik.
Setelah melakukan proses kajian tersebut adapun tahapan dari proses pembentukan
aliansi strategis yakni:
1) Pengembangan Strategi. Pada tahap ini akan dilakukan kajian tentang kelayakan
aliansi, sasaran dan rasionalisasi, pemilihan fokus isu yang utama dan menantang,
pengembangan sumber daya strategi untuk mendukung produksi, teknologi, dan
sumber daya manusia. Pada tahapan ini dilakukan penyesuaian sasaran dengan
strategi keseluruhan perusahaan/ korporasi.
2) Penilaian Rekanan. Pada tahap ini dilakukan analisis potensi rekan yang akan
dilibatkan, baik kekuatan maupun kelemahan, penciptaan strategi untuk
mengakomodasi semua gaya manajemen rekanan, menyiapkan kriteria pemilihan
rekanan, memahami motivasi rekanan dalam membangun aliansi dan memperjelas
gap kapabilitas sumber daya yang mungkin akan dikeluarkan oleh rekanan.
3) Negosiasi Kontrak. Tahap ini mencakup penentuan apakah semua pihak memiliki
sasaran yang realistis, pembentukan tim negosiasi, pendefinisian kontribusi masing-
masing pihak dan pengakuan atas proteksi informasi penting, pasal-pasal terkait
pemutusan hubungan, hukuman/ penalti untuk kinerja yang buruk, dan prosedur
yang jelas dan dapat dipahami dalam interaksi.
4) Operasionalisasi Aliansi. Operasionalisasi aliansi mencakup penegasan komitmen
manajemen senior masing-masing pihak, penentuan sumber daya yang digunakan
untuk aliansi, menghubungkan dan menyesuaian anggaran dan sumber daya dengan
prioritas strategik, penegasan kinerja dan hasil dari aktivitas aliansi.
5) Pemutusan Aliansi. Aliansi dapat dihentikan dengan syarat-syarat tertentu yang
disepakati. Pada umumnya ketika sasaran tidak tercapai, atau ketika partner
melakukan perubahan prioritas strategik, atau melakukan realokasi sumberdaya ke
tempat yang berbeda.
d. Jenis-Jenis Aliansi Strategis
Terdapat empat jenis dari aliansi strtegis, adapun beberapa jenis tersebut, yakni:
1) Joint venture, adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan
menciptakan perusahaan yang independen dan legal untuk saling berbagi sumber
daya dan kapabilitas untuk mengembangkan keunggulan bersaing.
2) Equity strategic alliance, adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan
memiliki persentase kepemilikan yang dapat berbeda dalam perusahaan yang
dibentuk bersama namun mengkombinasikan semua sumber daya dan kapabilitas
untuk mengembangkan keunggulan bersaing.
3) Nonequity strategic alliance, adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih
perusahaan memiliki hubungan kontraktual untuk menggunakan sebagian sumber
daya dan kapabilitas unik untuk mengembangkan keunggulan bersaing.

11
4) Global Strategic Alliances, adalah kerjasama secara partnerships antara dua atau
lebih perusahaan lintas negara dan lintas industri. Terkadang aliansi ini dibentuk
antara korporasi (atau beberapa korporasi) dengan pemerintah asing.

12
BAB III
KESIMPULAN
Terminologi yang dipakai untuk menguraikan bentuk baru dari strategi kerja sama amat
bervariasi. Pengertian perjanjian kerjasama, aliansi strategik, dan kemitraan strategic global
(GSP = global strategic partnership) sering kali dipergunakan untuk mengacu pada hubungan
antara perusahaan yang bersama-sama mengejar tujuan yang sama. Spektrum luas dari
perjanjian antar perusahaan, termaksud usaha patungan, dapat di cakup dengan terminologi ini.
Ada berbagai faktor penentu sukses, sebagai berikut: misi, strategi, pengaturan, budaya,
organisasi, manajemen.
Kerja sama Internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara
dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan
negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang meliputi kerja sama di bidang politik,
sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri
masing-masing, Adapun bentuk-bentuk kerjasama antarnegara dapat digolongkan sebagai
berikut: kerja sama bilateral, kerja sama regional, kerja sama multilateral, kerja sama
internasional
Aliansi strategis dapat diartikan sebagai suatu kerjasama (partnerships) antara dua atau
lebih perusahaan atau unit bisnis yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang signifikan
secara strategis yang saling menguntungkan. Aliansi strategis merupakan suatu proses belajar
dalam suatu organisasi. Hal ini berarti, kesediaan untuk menerima dan memberi adalah
prakondisi yang harus tercipta sebelum aliansi itu terbentuk, maka dari itu terdapat tiga area
fungsi dalam aliansi strategis, yaitu: technological capabilities, manufacturing capabilities,
marketing capabilities. Terdapat beberapa keuntungan yang di dapat jika melakukan aliansi
strategik dan terdapat empat jenis aliansi stategis yaitu joint venture, equity strategic alliance,
nonequity strategic alliance, global strategic alliances.

13
DAFTAR PUSTAKA
Keegan, Warren J. 2008. Manajemen Pemasaran Global Edisi Keenam. Jakarta: PT Indeks
Hikmah, Noor. 2011. “Pengaruh Komunikasi & Komitmen Terhadap Kualitas Strategi Aliansi
Pada Bisnis Counter Hand Phone (HP) di Yogyakarta”. Skripsi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Diakses dari laman http://e-
journal.uajy.ac.id/1312/

14

Anda mungkin juga menyukai